Disusun Oleh :
Kelompok 5
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak kita ketahui tentang adanya perilaku yang menyimpang di berbagai
kalangan. Hal itu disebabkan karena berbagai faktor, salah satunya adalah kurangnya
kepedulian orang tua dalam mendidik anaknya. Orang tua cenderung sibuk dengan
karirnya sendiri, sehingga mereka kurang bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai
orang tua.
Melihat adanya fenomena tersebut, maka sudah selayaknya sebagai orang tua haruslah
dapat mendidik anaknya dengan baik, terutama dalam mendidik akhlak anak. Orang tua
sebaiknya mendidik anaknya dengan akhlaqul karimah sesuai yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW.
Maka dari itu sedikit uraian tentang kewajiban orang tua terhadap anak akan kami
jelaskan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kewajiban orang tua terhadap anak?
2. Bagaimana cara mendidik anak yang baik dan benar?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui beberapa kewajiban orang tua terhadap anak.
2. Untuk mengetahui cara-cara mendidik anak yang baik dan benar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
ن اَ َدبَ ُه (رواه
ُ س
ِ ح
ْ ض َع ُه َو ُي
ِ ن َم ْو
ُ س
ِ ح
ْ َم ُه َوي
ُ س
ْ ِن ا
َ س ْ ح قُّ ا ْل َولَ ِد َعلَى َوالِ ِد ِه اَنْ ُي
ِ ح َ
) البيهقى
Artinya : “Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi nama yang baik,
memberi tempat tinggal yang baik, dan mengajari sopan santun ". (HR. baihaqi)
Kosa kata :
حقُّ ا ْل َولَ ِد
َ : Hak Anak Itu
م ُه
ُ س
ْ ِن ا
ُ س ْ اَنْ ُيMemberi Nama Yang Baik :
ِ ح
ض َع ُة
ِ ن َم ْو
ُ س
ِ ح
ْ َو ُي Dan Memberi Tempat Tinggal yang Baik :
ن اَ َدبَ ُه
ُ س
ِ ح
ْ َو ُي Dan Mengajari Sopan Santun:
2
Hal yang lebih utama, tahnik dilakukan oleh seseorang yang shaleh dan bertakwa. Ini
merupakan upaya agar anak dikemudian hari menjadi saleh.
Ketiga, memberinya nama yang baik. Rosulullah bersabda,
ما ِء ْ َُم َوبِا
َ س ْ ما ِئك ْ َة بِا
َ س ِ م ا ْل ِقيَا َم ْ اِنَّك:ل هللاِ ص
َ ُم ُت ْد َع ْونَ يَ ْو ُ س ْو
ُ ل َر َ ن اَبِى ال َّد ْر َدا ِء َق ا
َ َق ا:ل ْ َع
ْ ماَئك
الن عبد هللا بن ابى زكرياء لم يدرك ابا، منقطع،287 >:4 ]ابوداود.ُم ْ َس ُن ْوا ا
َ س ْ َ َفا. ُم
ِ ح ْ آبَاِئك
[الدرداء
” sesungguhnya pada hari kiamat kelak, kalian akan dipanggil dengan nama- nama
kalian dan nama-nama bapak kalian. Oleh karena itu berikanlah nama yang baik pada
anak- anak kalian.” (H.R. Abu Dawud).
Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu pemberian nama. Ada yang mengatakan
sejak hari pertama, dan ada pula yang berpendapat pada hari ketujuh. Akan tetapi semua
ulama sepakat bahwa islam memberikan kelonggaran terhadap waktu pemberian nama
anak. Boleh pada hari pertama, boleh pada hari ketiga, dan boleh pada hari ketujuh.
Memberi nama yang baik kepada anak merupakan tuntutan islam. Nama bukan tidak
penting, ia mengandung unsur doa, harapan dan sekaligus pendidikan. Nama juga dapat
mempengaruhi psikologi anak dalam kehidupannya. Bila ia diberi nama Saleh, maka ia
akan terbebani jika tidak melakukan perbuatan yang saleh. Dengan kata lain nama
setidak- tidaknya menjadi benteng bagi sang anak dalam mengarungi samudra
kehidupan.
3
Larangan ini mengandung hikmah tersendiri, yakni menggambarkan sifat keadilan.
Artinya manusia diperintahkan berlaku adil walaupun terhadap diri sendiri. Tindakan
mencukur sebagian kepala dan meninggalkan sebagian lainya merupakan suatu
tindakan zalim, karena hal itu menyebabkan sebagian kepala ditutupi dan sebagian lain
terbuka tanpa rambut. Keenam, memberikan ucapan selamat dan mendoakan
kesejahteraan anak, serta turut bergembira dengan kelahirannya. Sunah ini berlaku bagi
orang lain yang menyaksikan kelahiran sang anak.
2) Mendidik anak dengan baik
Sebagai amanat Allah yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan- Nya,
anak memerlukan pendidikan yang baik dan memadai dari orang tua. Pendidikan ini
bermakna luas, baik berupa akidah, etika maupun hukum islam. selain itu pendidikan
tidak hanya dapat dijalankan di sekolah, tetapi juga di rumah. Seperti hadis yang
diriwayatkan dari Abu Dawud :
ْ م ُم ُروا َأ ْوال َدك
ُم َ َّس لَ ه َو ِ صلَّى اللَّه َعلَ ْي َ ه ِ َّول الل
ُ س ُ ل َر َ ل َقاَ د ِه َقاِّ ج
َ نْ ه َعِ ن َأبِي
ْ ب َعٍ ش َع ْي ُ ن ِ م ِرو ْب ْ َع
*ِجع
ِ ضا َ م َ م فِي ا ْل ْ م َأ ْب َنا ُء َع
ْ ش ٍر َو َف ِرّقُوا بَ ْي َن ُه ُ م َعلَ ْي َها َو
ْ ه ْ ه ُ ض ِر ُبو
ْ ين َوا
َ س ِنِ ِس ْبع َ م َأ ْب َنا ُء
ْ هُ صال ِة َو َّ بِال
)(أخرجه ابوداود في كتاب الصالة
Artinya : Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata;
Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah anak-anakmu melaksanakan shalat ketika mereka
berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena meninggalkan shalat itu jika berumur
sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka". (HR. Abu Dawud).
Kosa kata:
ْ ُم ْو ُرا اَ ْواَل َدك: Suruhlah Anak-anakmu
ُم
م
ْ ه
ُ ض ِر ُب ْو
ْ َواDan Pukullah Mereka :
َو َف ِرّ ُق ْواDan Pisahkanlah :
4
Begitu pula dengan tempat tidur dengan orang tuanya. Setelah anak berusia
tujuh tahun, hendaknya orang tua memerintahkan untuk shalat dan puasa sebagai
wahana pemberdayaan. Orang tua diperkenankan menghukum pada umur sepuluh
tahun, kalau ia lalai menunaikan kewajiban. Hukuman bagi anak tidak boleh bersifat
menyakiti atau menimbulkan cacat.
Jika orang tua memerintahkan sesuatu kepada anak maka mereka juga
melaksanakan perintah tersebut. Perintah orang tua yang tidak disertai teladan, sulit
untuk dipatuhi anak. Sebab kecenderungan anak akan meniru orang tua.
5
َ َ اَ َغضٌّ لِ ْلب Menjaga Pandangan :
ص ِر
ِن لِ ْل َف ْرج
ُ س ْ َ َوا Memelihara Kemaluan :
َ ح
جا ٌء
َ ِوMengendalikan :
Orang tua hendaknya bertanggung jawab terhadap keluarga dan
keturunanya,jangan sampai dia dan keturunannya mendapatkan kemurkaan dari
Allah.Maka hendaknya pemimpin keluarga memberikan pelajaran agama yang baik
kepada anak keturunannya agar mereka dapat menjadi anak yang shahih/shalihah.
Selain uraian diatas kewajiban orang tua terhadap anaknya antara lain adalah :
2). Berlindung kepada Allah sebelum melangsungkan acara jimak, karena tanpa
membaca “Bismillahi Allahumma Jannibnasy syaithaana Wajannibisy syaithaana
mimmaa razaqtana” setan akan ikut menjimaki sang istri.
- حبَ َت َها
ْ ص
ُ ن
َ س ْ لى َأنْ ُت
ِ ح َ َي ل
ٰ ك َع َ ه
ِ
“Ia bagimu agar kamu memperbagus pergaulan dengannya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani (1/176/1): “Telah bercerita kepadaku Ahmad
bin Amer Al-Bazzar: “Telah bercerita kepadaku Zaid Ibnu Akhzam: Telah bercerita
kepadaku Abdullah bin Dawud dari Musa bin Qais, dari Hajar bin Qais dimana dia
menemukan kehidupan jahiliyyah, selanjutnya menceritakan: “Ali radiallahu anhu
menceritakan kepada Rasulullah sallallahu alaihi wasallam tentag Fatimah radiallahu
anha, kemudian beliau bersabda: lalu menyebutkan hadits ini.
6
Hadits ini shahih sanadnya. Semua perawinya tsiqah. Sedangkan Abdullah Ibnu Dawud
adalah Ibnu Abdurrahman Al-Harbi, dan Al-Bazzar adalah Al-Hafizh, penulis Al-
Musnad yang terkenal itu.
3). ما رواه ال بيهقي أيض اً في (الش عب) بس ند فيه ض عف عن:والح ديث الث اني
ف أذّن في ُأذنه، “ َمن ُولد له مول ود:الحسن بن علي أن الن بي ص لى هللا عليه وس لم ق ال
رفعت عنه أم الصبيان، وأقام في أذنه اليسرى،”اليمنى
Al Baihaqi meriwayatkan juga dalam As Sya’b dengan sanad yang lemah dari Al Hasan
ibn Ali bahwa Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang
dikaruniai anak, lalu ia mengadzani telinga kanannya, dan iqamah di telinga kirinya,
maka Ummu Shibyan (jin perempuan) tidak akan mengganggunya” [HR Al Baihaqi
dalam Sya’bul Iman (8619), dan Imam Al Baihaqi berkata setelah dua hadits tersebut :
dalam sanad keduanya terdapat kelemahan]
5) . ل
ِ جا
َ ّة لِلر
ٌ س َّن
ُ ان ِ ْال:ل
ُ خ َت َّ ِه اَنَّ ال َّنب
َ ي ص َق ا ِ ن اَبِ ْي
ْ ُسا َم َة َع
َ نا َ ن اَبِي ْال
ِ ملِ ْيحِ ْب ْ َع
20744 : رقم،381 :7 :احمد .سا ِء
َ ّة لِلن
ٌ َمك ُْر َم
Melakukan penyunatan, Hukum penyunatan adalah wajib bagi anak laki-laki dan
kemuliaan bagi anak perempuan. (H.R Ahmad dan Baihaqi).
7
7). Mengajarnya membaca dan memahami Al-Qur’an, memberikan pendidikan
jasmani. (H.R Baihaqi dari Ibnu Umar).
8). Memberikan makanan yang halal untuk anaknya.Rasulullah Saw. Pernah
mengajarkan sejumlah anak untuk berpesan kepada orang tuanya dikala keluar mencari
nafkah “selamat jalan ayah, Jangan sekali-kali engkau membawa pulang kecuali yang
halal dan tayyib saja,” kami mampu bersabar dari kelaparan, tetapi tidak mampu
menahan azab Allah Swt. Membiasakan berakhlak Islami dalam bersikap, berbicara,
dan bertingkah laku, sehingga semua kelakuanya menjadi terpuji menurut islam.
،ة
ٍ خلِ ْي َق
َ ن
ُ س
ْ ح
ُ َو،ث
ٍ ح ِد ْي
َ ُص ْدق ٍ َظ َأ َمان
ِ َو،ة ُ ح ْف
ِ :ن ال ُّد ْنيَا
َ ك ِم َ ك َفال َ َعلَ ْي
َ َك َما َفات َ ُن فِ ْي ٌ ََأ ْرب
َّ ع ِإذَا ك
ة َ ة فِي طَ ْع
ٍ م ٌ ع َّف
ِ َو
“Empat perkara bila keempatnya ada padamu maka tidak mengapa apa yang
terlewatkanmu dari perkara duniawi: menjaga amanah, ucapan yang jujur, akhlak yang
baik, dan menjaga (kehalalan) makanan.” (Shahih, HR. Ahmad dan Ath-Thabarani dan
sanad keduanya hasan, Shahih At-Targhib no. 1718)
9). Menanamkan etika malu pada tempatnya dan membiasakan minta izin
keluar/masuk rumah, terutama ke kamar orang tuanya, teristimewa lagi saat-saat zairah
dan selepas shalat isya’. (Al-qur’an surat An-nur : 56).
10). ن َ ل بَ ْي ِ ج ُ ي ال َّر ُ ش ْ َم: ال ٍ ص َ خِ س ْه ٌو اِاَّل اَ ْربَ ُع
َ ن ِذك ِْرهللاِ َف ُه َو لَ ْه ٌو اَ ْو َ شٍئ لَ ْي
ْ س ِم َ ل
ُّ ُك
ح َة
َ السبَا
ِّ ُ هلَ ُه َوتَ ْعلِ ْي
م ُه ْ س ُه َو ُمال َ َعبَ ُت ُه َأ
َ ن (اى ال َّرمى) َوتَْأ ِد ْي ُب ُه َف َر ِ ض ْيَ ا ْل َغ َر
Diriwayatkan oleh Ath-Tahbrani bahwa rasulullah bersabda: “ setiap sesuatu yang tidak
termasuk mengingat allah adalah permainan yang sia-sia kecuali empat hal: berjalannya
seseorang untuk memanah, berlatih menunggang kuda, bercanda dengan keluarga, dan
mengajarnya berenang.”
Berlaku kontuitas dalam mendidik, membimbing dan membina mereka.
Demikian juga dalam penyandangan dana dalam batas kemampuan,sehingga sanh anak
mampu berdikari.(H.R Abu Daud bari abu Qalaabah).
8
11). ما
َ ت بَ ْي َن ُه َ اَاَل ؟
َ س َّو ْي
“ Hendaknya engkau memperlakukan sama kedua anakmu itu”. (H.R Muslim dari Anas
bin Malik). Maksudnya, Berlaku adil dalam memberi perhatian,wasyiat,biaya dan cinta
kasih kepada mereka.
ة
ِ َّطي ْ ن اَ ْواَل ِدك
ِ ُم فِى ا ْل َع َ سا ُو ْوابَ ْي
َ
“Perlakukanlah pemberian terhadap anak-anakmu itu dengan sama” (H.R. Thabrani)
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Anak adalah nikmat Allah Swt. yang tak ternilai dan pemberian yang tak
terhingga.Tidak ada yang lebih tau besarnya karunia ini selain orang yang tidak atau
belum memiliki anak. Nikmat yang agung ini merupakan amanah bagi kedua orang
tuanya, yang kelak akan dimintai pertangung jawabannya,apakah keduanya telah
menjaganya atau justru menyia-nyiakannya. Rosulullah SAW bersabda,” Setiap kalian
adalah pemimpin ,dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Seorang
iman adalah pemimpin dan dia akan ditanya tentang kepemimpinannya ,dan seorang
laki-laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan dia akan ditanya akan
kepemimpinannya. Inilah sekelumit makalah yang kami sampaikan tentang kewajiban
orang tua terhadap anaknya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Tohirin. 2008. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Najib khalid Al-amir, Tarbiyah Rasulullah, ( Jakarta: Gema Insani Press, 1996)
Dr. Abdullah nasish Ulwan, Mengembangkan Kepribadian Anak, ( Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 1992)
http://chamimampel.blogspot.com/2013/09/kewajiban-orang-tua-terhadap-anak.html
putrawiguna27.blogspot.com
`11