Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“HADIST TENTANG KEWAJIBAN ORANG TUA TERHADAP


ANAK”

Dosen Pengampu : Taufiq, S.Pd., M.Sy

Disusun Oleh :

EMILIA
NIM : 2021. 314. 0039

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM (YPI)


FAKULTAS PENDIDIKAN ISLAM DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NUSANTARA BATANG HARI
2022
KATA PENGANTAR

‫الرحِيم‬
َّ ‫ِالر ْح َم ِن‬
َّ ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِب ْس‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Hadist Tentang
Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak”. makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok tahun akademik 2022

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. kewajiban orang tua terhadap anak......................................................2


B. cara mendidik anak yang baik dan benar..............................................4
C. seorang pemimpin yang baik dan bijaksana.........................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................6
B. Saran...................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak kita ketahui tentang adanya perilaku yang
menyimpang di berbagai kalangan. Hal itu disebabkan karena berbagai
faktor, salah satunya adalah kurangnya kepedulian orang tua dalam
mendidik anaknya. Orang tua cenderung sibuk dengan karirnya sendiri,
sehingga mereka kurang bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai
orang tua.
Melihat adanya fenomena tersebut, maka sudah selayaknya
sebagai orang tua haruslah dapat mendidik anaknya dengan baik,
terutama dalam mendidik akhlak anak. Orang tua sebaiknya mendidik
anaknya dengan akhlaqul karimah sesuai yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW.
Maka dari itu sedikit uraian tentang kewajiban orang tua terhadap
anak akan kami jelaskan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kewajiban orang tua terhadap anak?
2. Bagaimana cara mendidik anak yang baik dan benar?
3. Bagaimana seorang pemimpin yang baik dan bijaksana?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui beberapa kewajiban orang tua terhadap anak. 
2. Untuk mengetahui cara-cara mendidik anak yang baik dan benar.
3. Untuk mengetahui seorang pemimpin yang baik dan bijaksana.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadits Tentang  Kewajiban Orang Tua terhadap Anak

) ‫َح ُّق ْال َولَ ِد َعلَى َوالِ ِد ِه اَنْ يُحْ سِ َن اِسْ ُم ُه َو َيحْ سِ نُ َم ْوضِ َع ُه َويُحْ سِ نُ اَ َد َب ُه (رواه البيهقى‬

Artinya : “Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah memberi


nama yang baik, memberi tempat tinggal yang baik, dan mengajari
sopan santun ". (HR. baihaqi)
1) Kewajiban orang tua ketika seorang anak lahir
Ada beberapa akhlak dalam menyambut kelahiran anak.
Diantaranya: Pertama, membacakan azan dan iqomah ditelinga
bayi. Tindakan ini pendidikan awal bagi anak begitu lahir di dunia.
Menurut ilmu kedokteran bayi yang baru dilahirkan sebenarnya
sudah bisa mendengar. Jadi sangat patut  jika kalimat yang
didengarnya adalah seruan Yang Maha Agung. Caranya adzan
dikumandangkan ditelinga kanan dan disusul iqamah di telinga kiri.
Rosulullah bersabda ,” barang siapa yang anaknya baru dilahirkan
kemudian dikumandangkan adzan ditelinga kanannya dan iqamah
ditelinga kirinya, anak yang baru lahir itu kelak akan diselamatkan
dari gangguan jin.” Kedua, melakukan tahnik yaitu menggosok
langit-langit bayi dengan kurma. Caranya, kurma yang dikunyah
diletakan di atas jari, kemudian jari dimasukan ke mulut bayi,
digerak- gerakan ke kanan dan ke kiri dengan lembut hingga merata.
Jika sukar mendapat kurma, bisa dengan makanan manis lainnya.
Hal yang lebih utama, tahnik dilakukan oleh seseorang yang
shaleh dan bertakwa. Ini merupakan upaya agar anak dikemudian
hari menjadi saleh.Ketiga, memberinya nama yang baik. Rosulullah
bersabda

2
3

Artinya : ” sesungguhnya pada hari kiamat kelak, kalian akan


dipanggil dengan nama- nama kalian dan nama-nama bapak kalian.
Oleh karena itu berikanlah nama yang baik pada anak- anak kalian.”
(H.R. Abu  Dawud).
Para ulama berbeda pendapat mengenai waktu pemberian
nama. Ada yang mengatakan sejak hari pertama, dan ada pula yang
berpendapat pada hari ketujuh. Akan tetapi semua ulama sepakat
bahwa islam memberikan kelonggaran terhadap waktu pemberian
nama anak. Boleh pada hari pertama, boleh pada hari ketiga, dan
boleh pada hari ketujuh. Memberi nama yang baik kepada anak
merupakan tuntutan islam. Nama bukan tidak penting, ia
mengandung unsur doa, harapan dan sekaligus pendidikan. Nama
juga dapat mempengaruhi psikologi anak dalam kehidupannya. Bila
ia diberi nama Saleh, maka ia akan terbebani  jika tidak melakukan
perbuatan yang saleh. Dengan kata lain nama setidak- tidaknya
menjadi benteng bagi sang anak dalam mengarungi samudra
kehidupan.
Keempat, melakukan akikah bagi orang tua yang mampu.
Hukum menunaikannya adalah sunah. Akikah adalah ritual
menyembelih kambing yang dagingnya disedekahkan kepada fakir
miskin. Untuk anak perempuan kambing yang disembelih satu ekor,
sedangkan bagi anak laki- laki yang disembelih dua ekor. Kelima,
mencukur rambut dan bersedekah. Diantara perkara sunah dalam
menyambut kelahiran anak adalah mencukur rambut sang anak
pada hari ketujuh kelahirannya. Praktik pencukuran rambut ini
berlaku secara menyeluruh. Artinya seluruh rambut pada kulit kepala
digunduli. Tidak boleh hanya memotong sebagian rambut dan
meninggalkan sebagian yang lain. Larangan ini mengandung hikmah
tersendiri, yakni menggambarkan sifat keadilan. Artinya manusia
diperintahkan berlaku adil walaupun terhadap diri sendiri. Tindakan
mencukur sebagian kepala  dan meninggalkan sebagian lainya
4

merupakan suatu tindakan zalim, karena hal itu menyebabkan


sebagian kepala ditutupi dan sebagian lain  terbuka tanpa rambut.
Keenam, memberikan ucapan selamat dan mendoakan
kesejahteraan anak, serta turut bergembira dengan kelahirannya.
Sunah ini berlaku bagi orang lain yang menyaksikan kelahiran sang
anak.
2) Mendidik anak dengan baik
Sebagai amanat Allah yang harus dipertanggung jawabkan di
hadapan- Nya, anak memerlukan pendidikan yang baik dan
memadai dari orang tua. Pendidikan ini bermakna luas, baik berupa
akidah, etika maupun hukum islam. selain itu pendidikan tidak hanya
dapat dijalankan di sekolah, tetapi juga di rumah. Seperti hadis yang
diriwayatkan dari Abu Dawud : 

‫صلَّى هَّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُمرُوا َأ ْوال َد ُك ْم ِبالصَّال ِة‬َ ِ ‫ب َعنْ َأ ِبي ِه َعنْ َج ِّد ِه َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا‬ ُ ‫ْن‬
ٍ ‫ش َع ْي‬ ِ ‫َع ْم ِرو ب‬
‫ضا ِج ِع* أخرجه ابوداود‬ َ ‫ِين َواضْ ِربُو ُه ْم َعلَ ْي َها َو ُه ْم َأ ْب َنا ُء َع ْش ٍر َو َفرِّ قُوا َب ْي َن ُه ْم فِي ْال َم‬
َ ‫َو ُه ْم َأ ْب َنا ُء َسب ِْع سِ ن‬
‫في كتاب الصالة‬
Artinya : Dari 'Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya, ia
berkata; Rasulullah SAW bersabda, “Suruhlah anak-anakmu
melaksanakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan
pukullah mereka karena meninggalkan shalat itu jika berumur
sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka". (HR. Abu
Dawud).
Di sekolah hanya dilakukan jika anak sudah cukup umur.
Sedang pendidikan di rumah dimulai sejak masih kecil sampai
beranjak dewasa. Rosulullah mengajarkan bahwa jika anak sudah
mendekati masa baligh, hendaknya dipisahkan antara tempat tidur
anak laki- laki dengan anak perempuan. Begitu pula dengan tempat
tidur dengan orang tuanya. Setelah anak berusia tujuh tahun,
hendaknya orang tua memerintahkan untuk shalat dan puasa
sebagai wahana pemberdayaan. Orang tua diperkenankan
menghukum pada umur sepuluh tahun, kalau ia lalai menunaikan
5

kewajiban. Hukuman bagi anak tidak boleh bersifat menyakiti atau


menimbulkan cacat.
Jika orang tua memerintahkan sesuatu kepada anak maka
mereka juga melaksanakan perintah tersebut. Perintah orang tua
yang tidak disertai teladan, sulit untuk dipatuhi anak. Sebab
kecenderungan anak akan meniru orang tua.
3) Mengawinkan ketika menginjak dewasa
Orang tua berkewajiban menikahkan anaknya jika sudah tiba
waktunya untuk menikah. Kewajiban orang tua dalam hal ini
menyangkut pencarian calon untuk anak apabila ia belum
memperoleh pasangan. Dalam pernikahan, peran orang tua,
terutama bapak sangat vital bagi anak perempuan. Dalam tuntunan
islam setiap perempuan yang hendak menikah  harus disertai
dengan kehadiran walinya. Ia tidak bisa menikahkan dirinya sendiri.
Berbeda dengan anak laki- laki yang pernikahanya bisa sah meski
tanpa kehadiran wali.

‫ب َم ِن‬ ِ ‫ْن َمسْ عُو ٍد رضي هللا عنه َقا َل َل َنا َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم َيا َمعْ َش َر اَل َّش َبا‬ ِ ‫َعنْ َع ْب ِد هَّللَا ِ ب‬
َ ْ‫ َوَأح‬, ‫ص ِر‬
; ‫ َو َمنْ لَ ْم َيسْ َتطِ عْ َف َعلَ ْي ِه ِبالص َّْو ِم‬, ‫صنُ ل ِْل َفرْ ِج‬ َ ‫ َفِإ َّن ُه َأ َغضُّ ل ِْل َب‬, ْ‫اع ِم ْن ُك ُم اَ ْل َبا َء َة َف ْل َي َت َز َّوج‬ َ ‫اسْ َت َط‬
‫ ُم َّت َف ٌق َعلَ ْي ِه‬  ‫َفِإ َّن ُه َل ُه ِو َجا ٌء‬
Artinya : Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata:
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami:
"Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu
berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan
pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu
hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." Muttafaq
Alaihi
Orang tua hendaknya bertanggung jawab terhadap keluarga
dan keturunanya,jangan sampai dia dan keturunannya mendapatkan
kemurkaan dari Allah.Maka hendaknya pemimpin keluarga
memberikan pelajaran agama yang baik kepada anak keturunannya
agar mereka dapat menjadi anak yang shahih/shalihah.
6

Selain uraian diatas kewajiban orang tua terhadap anaknya


antara lain adalah :
1) Berlindung kepada Allah sebelum melangsungkan acara jimak,
karena tanpa membaca “Bismillahi Allahumma Jannibnasy
syaithaana Wajannibisy   syaithaana mimmaa razaqtana” setan
akan ikut menjimaki sang istri.

‫لى َأنْ ُتحْ سِ َن صُحْ َب َت َها‬ َ َ‫ِي ل‬


ٰ ‫ك َع‬ َ ‫ه‬

Artinya : “Ia bagimu agar kamu memperbagus pergaulan


dengannya.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani (1/176/1): “Telah


bercerita kepadaku Ahmad bin Amer Al-Bazzar: “Telah bercerita
kepadaku Zaid Ibnu Akhzam: Telah bercerita kepadaku Abdullah
bin Dawud dari Musa bin Qais, dari Hajar bin Qais dimana dia
menemukan kehidupan jahiliyyah, selanjutnya menceritakan: “Ali
radiallahu anhu menceritakan kepada Rasulullah sallallahu alaihi
wasallam tentag Fatimah radiallahu anha, kemudian beliau
bersabda: lalu menyebutkan hadits ini.

Hadits ini shahih sanadnya. Semua perawinya tsiqah.


Sedangkan Abdullah Ibnu Dawud adalah Ibnu Abdurrahman Al-
Harbi, dan Al-Bazzar adalah Al-Hafizh, penulis Al-Musnad yang
terkenal itu.

2).  ‫ ما رواه البيهقي أيضا ً في (الشعب) بسند فيه ضعف عن الحسن بن علي أن‬:‫والحديث الثاني‬
،‫ وأقام في أذنه اليسرى‬،‫فأذن في ُأذنه اليمنى‬
ّ ،‫ “ َمن وُ لد له مولود‬:‫النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫”رفعت عنه أم الصبيان‬ 
Al Baihaqi meriwayatkan juga dalam As Sya’b dengan sanad
yang lemah dari Al Hasan ibn Ali bahwa Nabi shallallaahu alaihi
wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang dikaruniai anak, lalu ia
mengadzani telinga kanannya, dan iqamah di telinga kirinya, maka
Ummu Shibyan (jin perempuan) tidak akan mengganggunya” (HR
7

Al Baihaqi dalam Sya’bul Iman (8619), dan Imam Al Baihaqi


berkata setelah dua hadits tersebut : dalam sanad keduanya
terdapat kelemahan)

3).     ٌ‫ ( ُك ُّل غُاَل ٍم مُرْ َت َهن‬:‫َو َعنْ َسم َُر َة رضي هللا عنه َأنَّ َرسُو َل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم َقا َل‬
ّ‫ َوصَحَّ َح ُه اَل ِّترْ ِمذِي‬,‫ َو ُي َسمَّى ) َر َواهُ اَ ْل َخ ْم َس ُة‬,‫ َويُحْ لَ ُق‬,ِ‫ ُت ْذ َب ُح َع ْن ُه َي ْو َم َس ِاب ِعه‬,ِ‫ب َعقِي َق ِته‬ 
ِ

Artinya : Dari Samurah Radliyallaahu 'anhu bahwa


Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Setiap anak
tergadaikan dengan aqiqahnya; ia disembelih hari ketujuh (dari
kelahirannya), dicukur, dan diberi nama." Riwayat Ahmad dan
Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi.

4) Menyediakan pengasuh, pendidik/guru yang baik, kuat beragama


dan berakhlak mulia, kalau orang tuannya kurang  mampu.akan
tetapi yang terutama bagi yang mampu adalah orang tuannya, di
samping guru di sekolah dan ustadz di pengajian.
5) Mengajarnya membaca dan memahami Al-Qur’an, memberikan
pendidikan jasmani. (H.R Baihaqi dari Ibnu Umar).
6) Memberikan makanan yang halal untuk anaknya.Rasulullah Saw.
Pernah mengajarkan sejumlah anak untuk berpesan kepada
orang tuanya dikala keluar mencari nafkah “selamat jalan ayah,
Jangan sekali-kali engkau membawa pulang kecuali yang halal
dan tayyib saja,” kami mampu bersabar dari kelaparan, tetapi tidak
mampu menahan azab Allah Swt. Membiasakan berakhlak Islami
dalam bersikap, berbicara, dan bertingkah laku, sehingga  semua
kelakuanya menjadi terpuji menurut islam. 

‫ َوعِ َّف ٌة‬،ٍ‫ َوحُسْ نُ َخلِ ْي َقة‬،ٍ‫ َوصِ ْد ُق َح ِد ْيث‬،ٍ‫ظ َأ َما َنة‬
ُ ‫ ِح ْف‬:‫ك م َِن ال ُّد ْن َيا‬ َ ‫َأرْ َب ٌع ِإ َذا ُكنَّ فِي‬
َ ‫ْك َفالَ َعلَي‬
َ ‫ْك َما َفا َت‬
‫فِي َطعْ َم ٍة‬

Artinya : “Empat perkara bila keempatnya ada padamu maka


tidak mengapa apa yang terlewatkanmu dari perkara duniawi:
8

menjaga amanah, ucapan yang jujur, akhlak yang baik, dan


menjaga (kehalalan) makanan.” (Shahih, HR. Ahmad dan Ath-
Thabarani dan sanad keduanya hasan, Shahih At-Targhib
7) Menanamkan  etika malu pada tempatnya dan membiasakan
minta izin keluar/masuk rumah, terutama ke kamar orang tuanya,
teristimewa lagi saat-saat zairah dan selepas shalat isya’. (Al-
qur’an surat An-nur : 56)
8) ‫ْن (اى‬ َ ‫ َم ْش ُي الرَّ ج ُِل َبي َْن ْال َغ َر‬: ‫ال‬
ِ ‫ضي‬ ٍ ‫ص‬َ ‫هللا َفه َُو لَهْوٌ اَ ْو َسهْوٌ ِااَّل اَرْ َب ُع ِخ‬ ِ ‫ْس مِنْ ذ ِْك ِر‬ َ ‫ُك ُّل َشٍئ لَي‬
َ ‫الرَّ مى) َو َتْأ ِد ْي ُب ُ›ه َف َر َس ُه َو ُمالَ َع َب ُت ُه َأهْ لَ ُه َو َتعْ لِ ْي ُم ُه ال ِّس َب‬
‫احة‬
Artinya : Diriwayatkan oleh Ath-Tahbrani bahwa rasulullah
bersabda: “ setiap sesuatu yang tidak termasuk mengingat allah
adalah permainan yang sia-sia kecuali empat hal: berjalannya
seseorang untuk memanah, berlatih menunggang kuda, bercanda
dengan keluarga, dan mengajarnya berenang.” 
Berlaku kontuitas dalam mendidik, membimbing dan membina
mereka. Demikian juga dalam penyandangan dana dalam batas
kemampuan,sehingga sanh anak mampu berdikari.(H.R Abu Daud
bari abu Qalaabah)

َ ‫اَاَل َسوَّ ي‬
 ‫ْت َب ْي َن ُه َما‬

Artinya : “ Hendaknya engkau memperlakukan sama kedua


anakmu itu”. (H.R Muslim dari Anas bin Malik). Maksudnya,
Berlaku adil dalam memberi perhatian,wasyiat,biaya dan cinta
kasih kepada mereka.

‫ساوُ ْوا َبي َْن اَ ْواَل ِد ُك ْم فِى ْال َعطِ َّي ِة‬ 
َ

Artinya : “Perlakukanlah pemberian terhadap anak-anakmu itu


dengan sama” (H.R. Thabrani) 
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan 
Anak adalah nikmat Allah Swt. yang tak ternilai dan pemberian
yang tak terhingga.Tidak ada yang lebih tau besarnya karunia ini selain
orang yang tidak atau belum memiliki anak. Nikmat yang agung ini
merupakan amanah bagi kedua orang tuanya, yang kelak akan dimintai
pertangung jawabannya,apakah keduanya telah menjaganya atau
justru menyia-nyiakannya. Rosulullah SAW bersabda,” Setiap kalian
adalah pemimpin ,dan setiap kalian akan ditanya tentang
kepemimpinannya. Seorang iman adalah pemimpin dan dia akan
ditanya tentang kepemimpinannya ,dan seorang laki-laki adalah
pemimpin dalam keluarganya dan dia akan ditanya akan
kepemimpinannya. Inilah sekelumit makalah yang kami sampaikan
tentang kewajiban orang tua terhadap anaknya.
B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat memenuhi
tugas mata kuliah, khususnya pada materi hadist tentang kewajiban
orang tua terhadap anak dengan baik dan benar. Di sisi lain, penulis
juga berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi bahan bacaan
yang baik bagi mahasiswa maupun kalangan akademik serta
masyarakat luas sebagi motivasi maupun inspirasi dalam
mengembangkan kreativitasnya.

9
10

DAFTAR PUSTAKA

Tohirin. 2008. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta:


PT RajaGrafindo Persada.
Najib khalid Al-amir, Tarbiyah Rasulullah, ( Jakarta: Gema Insani Press,
1996)
Dr. Abdullah nasish Ulwan, Mengembangkan Kepribadian Anak,
( Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1992)
Muallifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Jogjakarta: DIVA Press.
Tohirin. 2008. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada.
Zaviera, Ferdinand. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Jogjakarta:
Prismasophie.

Anda mungkin juga menyukai