Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AKHLAK TERHADAP KELUARGA

“BIRRUL WALIDAIN”
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Akhlakul Karimah

DOSEN PENGAMPU :
Cintia, M.Pd

DISUSUN OLEH :
1. Suci Ningtias 200105030
2. Salma Adila 200105034
3. Nanda Patricia 190105010

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
anugerah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan kemampuan kami sebagai penyusun.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Cintia, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah “Akhlakul Karimah” yang telah memberikan kesempatan
untuk mempelajari dan membuat makalah ini tentang “Birrul Walidain”. Serta
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan sumber
referensi yang kami gunakan dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sebagai penyusun menyadari dan meminta maaf apabila di dalam
makalah ini masih banyak kekurangan, semoga kedapannya lebih baik dan lebih
baik lagi. Serta kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan untuk semuanya. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pringsewu, Februari 2022


Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG MASALAH..........................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................1

C. TUJUAN UMUM......................................................................................2

D. TUJUAN KHUSUS..................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. PENGERTIAN BIRRUL WALIDAIN.....................................................3

B. KEDUDUKAN BIRRUL WALIDAIN....................................................4

C. BENTUK-BENTUK BIRRUL WALIDAIN............................................5

D. MANFAAT BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANGTUA...................6

BAB III....................................................................................................................8

PENUTUP................................................................................................................8

A. KESIMPULAN.........................................................................................8

B. SARAN.....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Rasulullah saw adalah perantara hidayah dari Allah SWT, yang dimana
hidayah tersebut disampaikan kepada umatnya, sehingga umatnya dapat
melaksanakan tugasnya dimuka bumi ini sebagai Khalifah, serta menegakkan
kalimat tauhid.
Sama halnya dengan kedua orang tua, mereka merupakan perantara yang
Allah SWT ciptakan untuk melahirkan kita di dunia ini, dengan demikian
sangatlah tinggi derajat orang tua di sisi anak-anaknya. Maka dari itu merupakan
perbuatan dzolim apa bila kita tidak menghargai, menghormati serta tidak berbuat
baik kepadanya.
Birrulwaliadin, berbakti, mematuhi, dan merawat kedua orang tua, menjamin
hak-hak mereka, memenuhi kebutuhan mereka adalah sudah merupakan hal yang
seharusnya di lakukan seorang anak. Al-Qur’an dan sunnah menegaskan ini
sebagai kewajiban. Hal ini menjelaskan betapa besarnya perhatian Islam terhadap
kedua orang tua.
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami sebagai penulis tertarik untuk
menulis makalah yang kaitannya dengan berbakti kepada orangtua dengan judul
“Birrul Waliadin”

B. RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka penulis memperoleh
beberapa perumusan masalah. Rumusan masalah itu antara lain adalah:
1. Apa Pengertian Birrul Walidain (Berbakti Kepada kedua Orang Tua)?
2. Bagimana Kedudukan Birrul Walidain?
3. Bagaimana Bentuk-bentuk Birrul Walidain?
4. Apa manfaat berbakti kepada kedua orang tua?

1
C. TUJUAN UMUM
1. Untuk mengetahui Pengertian Birrul Walidain (Berbakti Kepada kedua
Orang Tua)
2. Untuk mengetahui Kedudukan Birrul Walidain
3. Untuk mengetahui Bentuk-bentuk Birrul Walidain
4. Untuk mengetahui manfaat berbakti kepada keuda orang tua

D. TUJUAN KHUSUS
1. Agar mahasiswa tahu bagaimana cara berbakti pada orang tua
2. Agar mahasiswa tahu apa yang dilarang kita perbuat dan apa yang harus
dilakukanuntuk berbakti kepada kedua orang tua
3. Agar mahasiswa mengerti hikmah berbakti kepada orang tua dan akibat
dari durhakakepada orang tua
4. Agar mahasiswa bisa mengaplikasikan kepada kehidupan nyata bagaimana
berbaktikepada orang tua

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BIRRUL WALIDAIN


Istilah Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-
birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak.
Jadi, Birrul Walidain adalah berbuat kebajikan terhadap kedua orang tua.1
Perintah untuk birr al-walidain merupakan wujud syukur dan terima kasih
kepada kedua orang tua yang telah merawat dari kecil hingga dewasa. Bahkan
kebaikan yang diberikan seorang anak selama kepada orang tuanya, sebanyak apa
pun, tidak akan bisa menyamai dan mengimbangi kebaikan, kasih sayang dan
kecintaan orang tua kepada anaknya (al-Jauzi, 1993). Dalam Islam, Allah juga
memerintahkan berbuat baik (ihsan) kepada kedua orang tua. Hal ini sesuai
dengan ayat Al-Qur’an sebagai berikut.

‫ك‬َ ‫ك اَاَّل تَ ْعبُ ُد ْٓوا آِاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن اِحْ ٰسنً ۗا اِ َّما يَ ْبلُ َغ َّن ِع ْن َد‬
َ ُّ‫ضى َرب‬ ٰ َ‫َوق‬
‫ف َّواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَّهُ َما قَ ْواًل‬ ٍّ ُ‫ْال ِكبَ َر اَ َح ُدهُ َمٓا اَ ْو ِك ٰلهُ َما فَاَل تَقُلْ لَّهُ َمٓا ا‬
‫َك ِر ْي ًما‬
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaikbaiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. al-Isra’: 23).
Perintah ini adalah kewajiban dan keharusan yang harus dilakukan setelah
menyembah Allah. Di samping itu, Allah juga memerintahkan untuk tidak berkata
kasar atau menyakiti hati mereka, tidak membentak dan berkata dengan mulia
kepada keduanya.2

1
Hidayah, Maria. Surga Dibawah Kaki Ibu, (Klaten: Cable Book, Cet I), 2012.
2
Jurnal Buletin Psikologi, 2017 - https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi [Diakses Tanggal 10
Maret 2022]

3
B. KEDUDUKAN BIRRUL WALIDAIN

Birrul Walidain mempunyai kedudukan yang istimewa dalam ajaran Islam.


Allah dan Rasul-Nya menempatkan orang tua pada posisi yang sangat istimewa,
sehingga berbuat baik pada keduanya juga menempati posisi yang sangat mulia,
dan sebaliknya durhaka kepada keduanya menempati posisi yang sangat hina.
Karena mengingat jasa ibu bapak yang sangat besar sekali dalam proses
reproduksi dan regenerasi umat manusia.
Secara khusus Allah juga mengingatkan betapa besar jasa dan perjuangan
seorang ibu dalam mengandung, menyusui, merawat dan mendidik anaknya.
Kemudian bapak, sekalipun tidak ikut mengandung tapi dia berperan besar dalam
mencari nafkah, membimbing, melindungi, membesarkan dan mendidik anaknya,
sehingga mempu berdiri bahkan sampai waktu yang sangat tidak terbatas.3
Hadis Abu Hurairah tentang siapakah yang berhak dipergauli dengan baik.
‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فقال يَا‬ •ِ ‫يرةَ رضي• هللا عنه قال َجا َء َر ُج ٌل الى‬ َ ‫ع َْن اَبِي هُ َر‬
‫ ثم من؟‬:‫ ثُ َّم اُ ُّمك قال‬:‫ ثُ َّم َم ْن؟ قال‬:‫ اُ ُّمك قال‬:‫ص َحابَتِي؟• قال‬ ًّ ‫رسول هللا َم ْن اَ َح‬
ِ ّ‫ق الن‬
َ ‫اس بِ ُح ْس ِن‬ َ
‫ك‬َ ْ‫ ثم اَبُو‬: ‫ ثم من؟ قال‬:‫ثم ا ُّمك قال‬: ‫قال‬

(‫)اخرجه البخاري‬
Artinya: dari Abu Hurairah r.a. ia berkata: “Suatu saat ada seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah yang
berhak aku pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab: “Ibumu!”, lalu siapa?
Rasulullah menjawab: “Ibumu!”, lalu siapa? Rasulullah menjawab: “Ibumu!”.
Sekali lagi orang itu bertanya: kemudian siapa? Rasulullah menjawab:
“Bapakmu!” (H.R.Bukhari).

Berdasarkan semuanya itu, tentu sangat wajar dan logis saja, kalau si anak
dituntut untuk berbuat kebaikan kepada orang tuanya dan dilarang untuk
mendurhakainya.4

3
Ilyas Yunahar, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI,Cet IX), 2007.
Mahmud Sya’roni, Cermin Kehidupan Rosul, (Semarang: Aneka Ilmu, cet I), 2006.
4
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Agustus 2017 - file:///C:/Users/ASUS/Downloads/3082-6228-1-
SM.pdf [Diakses Tanggal 10 Maret 2022]

4
C. BENTUK-BENTUK BIRRUL WALIDAIN
Adapun bentuk-bentuk Birrul Walidain di antaranya:
a. Taat dan patuh terhadap perintah kedua orang tua, taat dan patuh orang
tua dalam nasihat, dan perintahnya selama tidak menyuruh berbuat
maksiat atau berbuat musyrik, bila kita disuruhnya berbuat maksiat atau
kemusyrikan, tolak dengan cara yang halus dan kita tetap menjalin
hubungan dengan baik.
b. Senantiasa berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap hormat,
sopan santun, baik dalam tingkah laku maupun bertutur kata,
memuliakan keduanya, terlebih di usia senja.
c. Mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek
kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah
lainnya. Selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran
Islam.
d. Membantu Ibu Bapak secara fisik dan materil. Misalnya, sebelum
berkeluarga dan mampu berdiri sendiri anak-anak membantu orang tua
terutama ibu. Dan mengerjakan pekerjaan rumah.
e. Mendoakan Ibu Bapak semoga diberi oleh Allah kemampuan, rahmat
dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirta.
f. Menjaga kehormatan dan nama baik mereka.
g. Menjaga, merawat ketika mereka sakit, tua dan pikun.
h. Setelah orang tua meninggal dunia, Birrul Walidain masih bisa
diteruskan dengan cara antara lain:
- Mengurus jenazahnya dengan sebaik-baiknya
- Melunasi semua hutang-hutangnya
- Melaksanakan wasiatnya
- Meneruskan sillaturrahmi yang dibinanya sewaktu hidup5
5
Ritonga,A. Rahman,.Berbuat baik kepada Orang Tua. (Surabaya: Amalia), 2005.

5
- Memuliakan sahabat-sahabatnya
- Mendoakannya.

D. MANFAAT BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANGTUA


Allah telah menjanjikan orang-orang yang berbakti kepada kedua orang
tuanya dengan kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat dan dia akan
mendapatkan pahala yang besar di akhirat, dan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pahala Di Dunia
a. Dipanjangkan umurnya dan diperbanyak rizkinya

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل َم ْن‬ َ ِ ‫ْت َرسُو َل هَّللا‬ ُ ‫ال َس ِمع‬ َ َ‫ك ق‬ ِ ‫ع َْن َأن‬
ٍ ِ‫َس ب ِْن َمال‬
ُ‫صلْ َر ِح َمه‬ ِ َ‫َس َّرهُ َأ ْن يُ ْب َسطَ َعلَ ْي ِه ِر ْزقُهُ َأوْ يُ ْن َسَأ فِي َأثَ ِر ِه فَ ْلي‬
Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, "Saya pernah mendengar
Rasulullah SAW bersabda, 'Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan
dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim".
Silaturahmi di sini juga termasuk silaturahmi kepada orang tua.
Dosa memutus silatu rahim

‫ب َأ َّن ُم َح َّم َد ْبنَ ُجبَي ِْر ْب ِن‬ ٍ ‫ْث ع َْن ُعقَ ْي ٍل ع َْن ا ْب ِن ِشهَا‬ ُ ‫َح َّدثَنَا يَحْ يَى ب ُْن بُ َكي ٍْر َح َّدثَنَا اللَّي‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُو ُل اَل‬
َ ‫ي‬ ْ ‫ط ِع ٍم قَا َل ِإ َّن ُجبَ ْي َر ْبنَ ُم‬
َّ ِ‫ط ِع ٍم َأ ْخبَ َرهُ َأنَّهُ َس ِم َع النَّب‬ ْ ‫ُم‬
‫يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّةَ قَا ِط ٌع‬
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair telah menceritakan kepada
kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab bahwa Muhammad bin Jubair bin
Muth'im berkata; bahwa Jubair bin Muth'im telah mengabarkan kepadanya bahwa
dia mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan masuk
surga orang yang memutus tali silaturrahmi."6
b. Dikabulkan doanya
c. Anak dan cucunya akan berbakti kepadanya

Tasmara Toto, 60 Materi Kultum Untuk Semua Momentum, (Jakarta: Al Kalam), 2010.
6
Yahya, Materi Hadits III IAIN SALATIGA, (Salatiga), 2015

6
d. Dicintai keluarganya dan tetangganya
e. Dijauhkan dari mati dalam keburukan
f. Dipuji oleh manusia dan mereka akan berterima kasih padanya
g. Allah akan meridhainya

2. Pahala di Akhirat
a. Berbakti adalah salah satu penyebab utama masuk surga
b. Dimasukan surga dengan orang-orang yang pertama kali dimasukkan
surga.
c. Penebus dosa

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Istilah Birrul Walidain terdiri dari kata Birru dan al-Walidain. Birru atau al-
birru artinya kebajikan dan al-walidain artinya kedua orang tua atau ibu bapak.
Jadi, Birrul Walidain adalah berbuat kebajikan terhadap kedua orang tua.
Allah SWT telah mengharamkan bagi seorang anak durhaka kepada kedua
orang tuanya. Asy-Syaikh Abu ‘Amr bin Ash-Shalah rahimahullah bertutur dalam
kitab Al-Fataawaa, setiap perbuatan yang bisa menyebabkan orang tua terluka
atau yang semisalnya. Termasuk dosa besar perbuatan yang mengarah pada
kedurhakaan, seperti memaki atau menghina orang tua orang lain. Dan Allah akan
mempercepat azab bagi orang-orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya
sebelum datangnya ajal.

B. SARAN
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan, dengan harapan semoga
bermanfaat bagi semua pihak. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat dperlukan demi
kemaslahatan bersama, dan semoga kita bisa mengambil hikmahnya. supaya
pembenahan dari isi dan subtansi makalah ini bisa lebih baik, dan mudah-
mudahan didalam pembuatan makalah ini bisa bermanfaat, amin.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, Maria. Surga Dibawah Kaki Ibu, (Klaten: Cable Book, Cet I), 2012.
Ilyas Yunahar, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI,Cet IX), 2007.
Mahmud Sya’roni, Cermin Kehidupan Rosul, (Semarang: Aneka Ilmu, cet
I), 2006.
Ritonga,A. Rahman,.Berbuat baik kepada Orang Tua. (Surabaya: Amalia), 2005.
Tasmara Toto, 60 Materi Kultum Untuk Semua Momentum, (Jakarta: Al
Kalam), 2010.
Yahya, Materi Hadits III IAIN SALATIGA, (Salatiga), 2015
Jurnal Buletin Psikologi, 2017 - https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi [Diakses
Tanggal 10 Maret 2022]

Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Agustus 2017 -


file:///C:/Users/ASUS/Downloads/3082-6228-1-SM.pdf [Diakses Tanggal
10 Maret 2022]

Anda mungkin juga menyukai