Anda di halaman 1dari 3

Demi Sebuah Impian Hidup

Seiring berjalannya usia yang semakin bertambah biasanya memiliki cita-cita sehingga seseorang akan
berubah.

Pada waktu kecil, aku ingat pada saat itu aku ingin menjadi polisi, karena pada saat itu aku seringsekali
melihat polisi yang begitu gagah dan di hormat banyak orang hingga terkenal.

Pada saat aku sekolah cita-cita ku akhirnya berubah lagi dan aku ingin menjadi dokter, karena aku ingat
saat itu kakek sakit sangat sulit mencari obat untuk menyembuhkan sekita nya kakek.

Jika aku jadi dokter aku bisa mengobati kakek dan semua keluargaku yang sakit dan dapat membantu
banyak orang.

beberapa banyak cita-cita yang aku miliki cuma satu cita-cita yang tidak berubah adalah menjadi seorang
motivator yang banyak didengarkan orang.

Entah kenapa sangat menikmati dari tontonan yang berkaitan tentang motivasi.

Pembicara handal yang dan tidak pernah minder hingga gerogi dengan berbagai perkataan dan nasehat
yang mampu membuat banyak orang dapat berubah.

dan akhirnya tertanam lah dalam hati aku hingga suatu saat aku sadar ter bahwa untuk menjadi
motivator yang terkenal pada dunia.

Dengan memiliki suara yang sangat lantang penuh dengan percaya diri aku mampu memberitahu ke
banyak orang karna aku akan menjadi seperti itu.

Aris, cita-citamu mau jadi apa? Tanya guruku, suatu saat nanti

Aku ingin menjadi seorang motivator pak… jawab dengan tegas

Oh iya … dengan begitu kamu juga harus belajar banyak hal…, bagus apa yang kamu cita-cita kan,,
lanjutkan jabaw guru bahasa,,

Atas semua nasehat guru pada sekolah serta dapat dukungan dari orang tua maka semua niat dan cita-
cita ku akan semakin tumbuh dengan kuat.

Sebagai konsekuensi dengan niat maka aku harus giat belajar dari, dan aku akan mencari motivasi
dengan belajar dari siapapun untuk tercapainya inpian ku itu. supaya aku tidak ketinggalan demi
menggapai cita-cita tersebut.

Seorang motivator terkadang orang yang pandai serta bijak sana” ucap dati semua teman-teman ku”

Sudah sudah pasti dong, seorang motivator kan harus pintar bicara tentang semua hal hingga selalu
mampu menumbuhkan semangat seseorang”
Singkat cerita,,,

Aku semakin semangat dalam belajar dan untuk meraih cita-cita dengan menjadi seorang motivator,
sehingga seiring berjalannya waktu tercapailah semua cita -cita Aris,,, dan akhirnya aris menjadi seorang
Motivator yang terkenal…

Tamatttttt…..
Malas Sekolah

Minggu menjadi hari libur dan membuat orang menjadi sangat malas untuk beraktifitas. Ada orang yang
memilih untuk menghabiskan hari minggu untuk berlibur dan ada juga yang memilih untuk tinggal di
rumah saja guna melepas penat karena aktifitas seminggu penuh.

Begitu pula dengan Beni yang memilih untuk santai di rumah ketika hari Minggu tiba. Sampai-sampai,
sesudah hari Minggu berakhir, ia pun masih belum siap menghadapi kegiatan sekolah yang baginya amat
membosankan.

“Ben, kamu tidak sekolah? Ini sudah jam berapa? Nanti kamu telat.” Ujar ibunya

“Ma, Beni masih capekbengat. Bolos sehari gak papa kan ma. Lagian tidak ada PR ataupun tes ma. Jadi
santai saja.”

“Jangan begitu nak. Kamu itu sekolah juga bayar. Menuntut ilmu bukan sesuatu yang bisa kamu
sepelekan nak.”

“Sudah bu, Beni masih ngantuk banget. Mau tidur lagi.”

Melihat hal tersebut, Ibu Beni menjadi marah dan menyeret anaknya tersebut ke sebuah tempat.
Ternyata, ibunya mengajak dia ke panti asuhan yang dipenuhi oleh anak-anak dengan latar belakang yang
berbeda.

“Nak, lihat mereka. Mereka tidak memiliki orang tua yang bisa membiayai mereka. Padahal, mereka juga
ingin sekolah dan memiliki orang tua lengkap sepertimu.” Jelas ibunya menasihati anaknya melalui kaca
mobil.

Lalu ibunya juga mengajak Beni melihat anak-anak yang tengah mengamen di jalan. “Lihat juga anak itu.
Dia yang seharusnya sekolah harus mengemis untuk mencari uang. Untuk makan saja dia susah. Padahal
kamu makan sudah disiapkan dan hidupnya enak.” Jelas ibunya lagi.

Sesudah itu Beni merasa sadar akan kesalahannya dan akhirnya ia pun mau diajak berangkat sekolah
sekalipun sedikit terlambat. Ibunya mengantar dia sampai ke sekolah. Di perjalanan, ia juga melihat anak
sekolah yang berjalan kaki dengan kaki yang pincang. Ia pun berkata dalam hati,

“Betapa aku adalah orang yang sangat beruntung. Masih memiliki fisik yang sempurna namun justru
malas untuk pergi ke sekolah. Sementara anak yang cacat fisik saja masih semangat.”

Anda mungkin juga menyukai