Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

TENTANG OTONOMI DAERAH

KELOMPOK 4
NAMA ANGGOTA KELOMPOK:
1. Albina Theresia Nela
2. Deosiska Maya Sonbai
3. Ester Yulita Inna Padeda
4. Filistin Angelita Mbatu
5. Ika Hillary Nobrihas
6. Isabela Konsolatriks Prada Ujan
7. Katharina Alezandra Age
8. Raningsi Triksia Bonita Mesah
9. Wanda Yuhanda Kapitan
10. Yesua W. D Kolly
11. Yusrin Kadafuk
KELAS: Reguler B Tk.1
PRODI: D3 Keperawatan
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok yakni sebuah karya tulis dengan judul
“Otonomi Daerah” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
kewarganegaraan. Selain itu, karya tulis ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
otonomi daerah bagi pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu J. A. Cindy Peny, SH, MH dan Bapak
Drs.Stanislaus Ngawang, MM selaku dosen pengasuh mata kuliah Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang sudah memberikan dukungan dengan
membantu menyiapkan semua fasilitas yang dibutuhkan dalam proses pembuatan karya tulis ini.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada teman- teman seperjuangan yang selalu
memberi dukungan dan semangat untuk kami dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Kami menyadari, karya tulis yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami
selaku tim penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang membangun agar
karya tulis ini menjadi lebih baik lagi. Kami berharap semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita
semua.

Kupang, 1 Oktober 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C.Tujuan Penulisan................................................................................... 2
BAB II: PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Hakikat Otonomi Daerah........................................... 3
B. Visi Otonomi Daerah........................................................................... 4
C. Sejarah Otonomi Daerah...................................................................... 5
D. Prinsip Otonomi Daerah...................................................................... 8
E. Mekanisme Pembagian Kekuasaan..................................................... 8
F. Cara Pemilihan, Penetapan Dan Kewenangan Kepala Daerah............ 9
G. Kesalahpahaman Terhadap Otonomi Daerah...................................... 11
H. Otonomi Daerah Dengan Pembangunan Daerah................................ . 11
I. Otonomi Daerah Dan Pilkada Langsung............................................ 13
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemerintah indonesia membuat suatu
kebijakan untuk daerah yakni setiap daerah diberi wewenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan rumah tangganya sendiri. Kebijakan ini dikenal dengan otonomi daerah.
Otonomi daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang dalam pelaksanaanya terdapat beberapa prinsip yang harus dipegang
teguh sehingga dapat mencapai tujuan otonomi daerah itu sendiri.
Terbentuknya otonomi daerah memiliki sejarah yang sangat panjang mulai dari zaman
kolonial hingga sekarang. Mulai dari zaman kolonial yang memberi peluang untuk daerah
dimana dibentuknya suatu pemerintahan yang mempunyai keuangan sendiri hingga saat ini
otonomi daerah di indonesia sudah berjalan baik walaupun masih banyak terdapat
kesalahpahaman terhadap diberlakukannya otonomi daerah.
Pelakasaan otonomi daerah yang menitikberatkan pada daerah kabupaten/ kota dimulai
dengan adanya penyerahan sejumlah kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi ini mengharuskan
pemerintah daerah menggunakan hak otonomnya secara baik yakni melaksanakan
pembangunan di daerahnya secara merata serta mengatur sendiri mekanisme pemilihan kepala
daerah.
Pada pembuatan karya tulis kali ini, kami akan membahas secara detail tentang otonomi
daerah.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan hakikat otonomi daerah ?
2. Apa visi otonomi daerah ?
3. Bagaimana sejarah otonomi daerah dari zaman Kolonial Belanda hingga sekarang ?
4. Apa saja prinsip- prinsip otonomi daerah ?
5. Bagaimana mekanisme pembagian kekuasaan dalam kerangka otonomi daerah ?
6. Bagaimana cara pemilihan, penetapan dan kewenangan kepala daerah ?
7. Mengapa adanya kesalahpahaman terhadap otonomi daerah ?
8. Bagaimana hubungan otonomi daerah dengan pembangunan daerah ?
9. Bagaimana hubungan otonomi daerah dan pilkada langsung ?

C. Tujuan Penulisan:
1. Untuk mengetahui dan menambah wawasan kita tentang apa itu otonomi daerah dan
hakikat otonomi daerah yang sebenarnya.
2. Untuk mengetahui visi otonomi daerah yang dipegang teguh oleh pemerintah daerah
demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
3. Untuk mengetahui lebih dalam tentang sejarah panjang otonomi daerah di Indonesia.
4. Untuk mengetahui prinsip- prinsip otonomi daerah.
5. Untuk mengetahui mekanisme pembagian kekuasaan dalam kerangka otonomi daerah.
6. Untuk memahami cara pemilihan, penetapan dan kewenangan kepala daerah.
7. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kesalahpahaman terhadap otonomi daerah.
8. Untuk memahami hubungan otonomi daerah dan pembangunan daerah.
9. Untuk memahami hubungan otonomi daerah dan pilkada langsung.
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan hakikat otonomi daerah.


Istilah otonomi daerah bukan merupakan hal yang baru bagi bangsa indonesia karena pada
saat Indonesia merdeka dikenal sebuah organisasi dengan nama Komite nasional Indonesia
Daerah (KNID), yaitu suatu lembaga yang menjalankan pemerintah daerah dan melaksanakan
tugas rumah tangga daerahnya.
Kata otonomi berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata autos yang berarti sendiri dan nomos
yang berarti aturan sedangkan daerah adalah wilayah atau lingkungan pemerintah. Jadi,
otonomi daerah berarti aturan yang mengatur wilayah atau daerahnya sendiri.
Menurut UU No. 32 Tahun 2004, otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Selain itu
ada beberapa pandangan tentang arti otonomi daerah sebagai berikut:
 Menurut kamus hukum dan glosarium
Otonomi daerah adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang- undangan.
 Menurut encyclopedia of social scince
Otonomi daerah adalah hak sebuah organisasi sosial untuk mencukupi diri sendiri dan
kebebasan aktualnya.
 Menurut kamus besar bahasa Indonesia
Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dengan peraturan perundang- undangan yang
berlaku.
Adapun pendapat beberapa ahli tentang otonomi daerah antara lain:
 Menurut F. Sugeng Istianto
Otonomi daerah adalah hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah
tangga daerah.
 Menurut Ateng Syarifuddin
Otonomi daerah adalah kebebasan atau kemandirian tetapi bukan kemerdekaan
melainkan kebebasan yang terbatas atau kemandirian itu merupakan wujud
pemberian kesempatan yang harus dapat dipertanggungjawabkan .
3
 Menurut Benyamin Hoesein
Otonomi daerah adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat di bagian wilayah
nasional suatu negara secara informal berada di luar pemerintah pusat.
 Menurut Syarif Saleh
Otonomi daerah adalah hak mengatur dan memerintah daerah sendiri dimana hak
tersebut merupakan hak yang diperoleh dari pemerintah pusat.
 Menurut Philip Mahwood
Otonomi daerah adalah suatu pemerintah daerah yang memiliki kewenangan sendiri
dimanake beradaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah
guna mengalokasikan sumber material yang bersifat substansial mengenai fungsi
yang berbeda.
 Menurut Mariun
Otonomi daerah adalah kebebasan atau kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah
daerah yang memungkinkan mereka untuk membuat inisiatif sendiri dalam rangka
mengelola dan mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki oleh daerahnya sendiri
sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
 Menurut Vincent Lemius
Otonomi daerah adalah kebebasan dan kewenangan untuk mengambil atau membuat
suatu keputusan politik maupun administrasi sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Di dalam otonomi daerah terdapat kebebasan yang dimiliki oleh
oemerintah daerahuntuk mementukan apa yang menjadi kebutuhan daerah namun
apa yang menjadi kebutuhan daerah tersebut senantiasa harus disesuaikan dengan
kepentingan nasional sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.
Berdasarkan pengertian- pengertian otonomi daerah tersebut dapat disimpulkan bahwa
hakikat otonomi daerah ialah sebagai berikut:
 Daerah memiliki hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangga pemerintahan
sendiri baik jumlah, macam, maupun bentuk pelayanan masyarakat yang sesuai
dengan kebutuhan daerah masing- masing.
 Daerah memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri,
baik kewenangan mengatur maupun mengurus rumah tangga pemerintahan sendiri
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

B. Visi otonomi daerah


Visi atau pandangan otonomi daerah didasari oleh kepercayaan yang diberikan pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah. Melalui pelaksanaan otonomi daerah pemerintah daerah
dirangsang agar secara kreatif mampu menemukan solusi untuk memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi daerah.
4
Dengan diberlakukannya UU No. 32 tahun 2004, pemerintah dan masyarakat daerah kini
diberi wewenang untuk mengurus rumah tangganya sendiri secara bertanggung jawab.
Pemerintah pusat kini tidak lagi mendominasi. Peran pemerintah pusat hanya sebatas
memantau, mengawasi dan mengevaluasi.
Oleh sebab itu dalam pelaksanaan otonomi daerah dibutuhkan terwujudnya kombinasi antara
kepemimpinan yang baik dari pemerintah pusat dengan keleluasaan berprakarsa dan berkreasi
dari pemerintah daerah. Visi otonomi daerah sendiri dapat dirumuskan dalam 3 ruang lingkup
yakni politik, ekonomi, dan sosial.
 Di bidang politik
Harus dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang bagi lahirnya kepala
pemerintahan daerah yang dipilih secara demokratis, memungkinkan berlangsungnya
penyelenggaraan pemerintahan yang responsife.
 Di bidang ekonomi
Terbukanya peluang bagi pemerintah di daerah mengembangkan kebijakan regional
dan local untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi.
 Di bidang sosial
Menciptakan kemampuan masyarakat untuk merespon dinamika kehidupan di
sekitarnya.

C. Sejarah otonomi daerah


Pelaksanaan otonomi di Indonesia telah berjalan selama 23 tahun. Hingga kini terdapat 542
daerah otonom baru yang terdiri dari 34 provinsi, 415 kabupaten dan 93 kota. Secara umum
otonomi daerah berjalan dengan baik, muncul berbagai inovasi baru dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah. Namun tentu saja masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki.
Walaupun baru berusia dua dasawarsa otonomi daerah dapat dijejaki sejak zaman kolonial
Belanda.
Sistem pemerintahan daerah sebelum kemerdekaan.
Pemerintahan daerah yang bersifat relatif otonom pertama kali didirikan oleh pemerintahn
Kolonial Belanda pada awal abad ke 20 melalui Desentralisasi Wet 1903. Undang- undang ini
dimaksudkan hanya mencakup wilayah Jawa dan Madura. Sebelum tahun 1903 seluruh
wilayah Indonesia diperintah secara sentral di bawah Gubernur Jenderal sebagai Wakil Raja
Belanda di tanah jajahan. Di samping pemerintahan yang dijalankan oleh pihak kolonial
Belanda, terdapat juga daerah- daerah yang disebut Swapraja yang diperintah oleh raja- raja
pribumi setempat. Raja- raja tersebut diakui haknya untuk memerintah di wilayahnya asalkan
mereka mengakui dan tunduk kepada kekuasaan pemerintah kolonial atas wilayah mereka.
5
Raja- raja tersebut diberi kewenangan untuk memerintah wilayahnya menurut adat dan tradisi
daerah yang bersangkutan, selama mereka tunduk kepada pemerintah Kolonial Belanda,
mereka memerintah wilayahnya berdasarkan kontrak politik yang ditandatangani dengan
Belanda dan diberikan tugas untuk menjalankan beberapa tugas pusat atas nama pemerintah
kolonial seperti wilayah Yogyakarta, Surakarta, Deli dan Bone.
Pada tahun 1922, pemerintah Kolonial Belanda mengadakan pembaharuan yang berkaitan
dengan kewenangan kepala pemerintah daerah antara lain:
1. Memberikan kewenangan lebih besar kepada pejabat- pejabat Belanda yang
ditugaskan di wilayah dan pejabat- pejabat pribumi.
2. Melibatkan unsur- unsur progresif yang ada di daerah untuk ikut berpartisipasi dalam
menjalankan pemerintahan di daerah.
Perbedaan sistem pemerintahan daerah sebelum dan sesudah UU 1903 terletak pada ada
tidaknya dewan daerah. Sebelum UU 1903 tidak terdapat otonomi pemerintah daerah, semua
unit pemerintahan bersifat admistratif atas dasar prinsip dekonsentrasi. Namun setelah UU
1903 dikeluarkan, didirikan sejenis Dewan Daerah pada unit- unit pemerintahan tertentu dan
mereka diberikan kewenangan untuk menggali pendapatan daerahuntuk membiayai
pemerintahan daerah. Anggota dewan diangkat dari tokoh- tokoh masyarakat setempat namun
kepala pemerintahan seperti gubernur, residen, atau bupati tetap diangkat oleh pemerintah
pusat.
Pemerintah Kolonial Belanda digantikan oleh pendudukan jepang dari tahun 1942 sampai
dengan 1945. Sistem pemerintahan dibawah tentara Jepang diatur secara militer. Sumatra dan
Jawa diperintah di bawah angkatan darat yang masing- masing bermarkas di Bukittinggi dan
Jakarta, angkatan laut dengan markas besarnya di Ujungpandang (Makasar). Pada dasarnya
sistem pemerintahan di bawah Jepang meneruskan sistem pemerintahan yang diwariskan oleh
pemerintah Kolonial Belanda. Unit- unit pemerintahan daerah diatur berdasarkan prinsip
dekonsentrasi dan semua kegiatan politik dilarang.
Ketika Jepang mendekati kekalahan, mereka mengijinkan pendirian Dewan Daerah dengan
tujuan untuk menggalang dukungan kepada bala tentara Jepang. Bahkan sebelum mereka
menyerah, Jepang mendirikan suatu komite beranggotakan pemimpin- pemimpin nasional
untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Pemerintahan Jepang berakhir seiring dengan
kekalahan mereka dalam perang Asia Timur Raya dan rakyat Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya.
Sistem pemerintahan daerah pasca kemerdekaan.
Deskripsi sistem pemerintahan daerah di Indonesia pasca proklamasi ditandai dengan
diberlakukannya berbagai perundang- undangan tentang pemerintahan daerah. Setiap undang-
undang yang diberlakukan akan menandai terjadinya perubahan dalam sistem pemeritahan
daerah.

6
Pada dasarnya terdapat lima kali perubahan yang bersifat pokok terhadap sistem pemerintahan
daerah pasca kemerdekaan sebagai berikut:
1. Undang-undang No. 1/1945
Undang- undang ini dikeluarkan pada tanggal 23 November 1945 dan merupakan UU
pemerintahan daerah yang pertama setelah kemerdekaan. Undang- undang tersebut
didasarkan pada pasal 18 UUD 1945. Pada dasarnya peraturan- peraturan yang dimuat
dalam UU 1/1945 tersebut meneruskan sistem yang diwariskan oleh pemerintah Kolonial
Belanda.
Sebuah komite nasional daerah didirikan pada setiap level terkecuali di tingkat provinsi.
Komite tersebut selaku badan legislatif dan anggota- anggotanya diangkat oleh
pemerintah pusat. Komite tersebut memilih lima orang dari anggotanya untuk bertindak
selaku badan eksekutif yang dipimpin oleh kepala daerah untuk menjalankan roda
pemerintahan daerah. Kepala daerah menjalankan dua fungsi utama yaitu sebagai kepala
daerah otonom dan sebagai wakil pemerintah pusat di daerah yang bersangkutan. Sistem
ini mencerminkan kehendak pemerintah untuk menerapkan prinsip desentralisasi dan
dekonsentrasi.
2. UU No. 22 Tahun1948
Undang- undang ini dikeluarkan pada tanggal 10 Juli 1948 yang dimaksudkan sebagai
pengganti UU No. 1 Tahun 1945 yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan semangat
kebebasan setelah kemerdekaan karena komite daerah memiliki kewenangan terbatas
karena status mereka yang diangkat oleh pemerintah dan bukan dipilih.
UU No. 22 Tahun 1948 hanya mengatur mengenai daerah otonom dan sama sekali tidak
menyinggung daerah administratif.
3. UU No. 1 Tahun 1957
UU ini lebih menekankan pada aspek desentralisasi. UU No. 1 Tahun 1957 adalah
produk dari sistem parlemen hasil dari pemilihan umum pertama tahun 1955. Meskipun
terdapat dorongan yang kuat untuk meluaskan otonomi daerah pada kenyataannya
kewenangan yang dilimpahkan kepada pemerintah daerah tetaplah terbatas.
4. UU No.18 Tahun 1965
Berdasarkan UU ini kepala daerah tetap memgang peran ganda yaitu sebagai pimpinan
dan wakil pusat di daerah. Meskipun prinsip desentralisasi dan dekonsentrasi dianut
namun dekonsentrasi hanyalah dianggap sebagai pelengkap.
5. UU No. 5 Tahun 1974
UU ini dikeluarkan seteah G30S PKI. Terdapat 3 prinsip utama yang mendasari UU ini
adalah yaitu desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Ciri penting mengenai otonomi daerah sejak kemerdekaan 1945 adalah adanya perubahan titik
berat kebijaksanaan pada desentralisasi dan dekonsentrasi dimana perubahan ini tidak terlepas
dari perubahan politik nasional yang terjadi.

D. Prinsip- prinsip otonomi daerah


Prinsip- prinsip otonomi daerah diatur dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah. Terdapat 5 prinsip otonomi daerah sebagai berikut:
 Prinsip otonomi seluas- luasnya
Mengandung arti bahwa daerah diberi kewenangan mengurus dan mengatur semua
urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah pusat yang ditetapkan
dalam undang- undang pemerintah daerah.
 Prinsip otonomi yang nyata
Merupakan prinsip bahwa dalam pelaksanaan atau penanganan urusan pemerintah
daerah didasarkan pada tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada
dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan
kekhasan daerah.
 Prinsip otonomi yang bertanggung jawab
Artinya bahwa otonomi dalam penyelenggaraannya harus benar- benar sejalan dengan
tujuan dan maksud pemberian otonomi.
 Prinsip otonomi yang dinamis
Artinya bahwa pelaksanaan otonomi daerah tida tetap tetapi dapat berubah. Perubahan
pelaksanaan otonomi daerah ini bisa bertambah dan berkurang.
 Prinsip otonomi yang serasi
Artinya bahwa pelaksanaan pembangunan yang terkait dengan otonomi daerah tetap
dijaga keseimbangan antara daerah dengan pemerintah daerah lainnya.

E. Mekanisme pembagian kekuasaan dalam kerangka otonomi daerah

Pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah dilakukan berdasarkan prinsip negara kesatuan
tetapi dengan semangat federalisme. Federalisme adalah sistem berdasarkan aturan
demokratis dan lembaga- lembaga dimana kekuasaan untuk pemerintah dibagi antara
pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Urusan yang ditangani oleh pemrintah pusat yaitu
hubungan luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan agama serta berbagai
jenis urusan yang memeng lebih efisien ditangani secara sentral oleh pemerintah pusat seperti
kebijakan makro ekonomi standarisasi nasional, administrasi pemerintahan, Badan Usaha
Milik Negara, dan pengembangan sumber daya manusia.
Sedangkan kewenangan yang dimiliki daerah diatur dalam UU No.32 Tahun 2004 Pasal 21,
dalam menyelenggarakan otonomi daerah memiliki hak sebagai berikut:
 Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.
 Memilih pimpinan daerah.
 Mengelola aparatur daerah.

8
 Mengelola kekayaan daerah.
 Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.
 Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
yang berada di daerah.
 Mendapatkan sumber- sumber pendapatan yang sah.
 Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang- undangan.

Selain itu otonomi daerah yang diserahkan bersifat luas, nyata, dan bertanggung jawab.
Disebut luas karena kewenangan sisa justru berada pada pemerintah pusat; disebut nyata
karena kewenangan yang diselenggarakan itu menyangkut yang diperlukan, tumbuh dan
hidup, berkembang di daerah; dan disebut bertanggung jawab karena kewenangan yang
diserahkan itu harus diselenggarakan demi pencapaian tujuan otonomi daerah yaitu
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan
kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi
antara pusat dan daerah serta antar daerah.

F. Cara pemilihan, penetapan, dan kewenangan kepala daerah


Menurut UU No.22 Tahun 1999, bupati dan wali kota sepenuhnya menjadi kepala daerah
otonom yang dipilih dan bertanggung jawab kepada DPRD dan dapat diberhentikan oleh
DPRD pada masa jabatannya tetapi penetapan kepala daerah secara administratif masih
diberikan kepada presiden. Sedangkan dalam UU No. 32 Tahun 2004, kepala daerah dipilih
langsung oleh rakyat. Pengawasan pemerintah pusat terhadap daerah otonom menurut UU ini
dilakukan berdasarkan supremasi hukum. Artinya setiap peraturan daerah yang dibuat oleh
DPRD dan kepala daerah dapat berlangsung tanpa persetujuan pemerintah pusat. Akan tetapi
pemerintah pusat setiap saat dapat menunda dan membatalkannya bila perda itu dinilai
bertentangan dengan konstitusi, UU, dan kepentingan umum.

Kewenangan yang diserahkan kepada daerah otonom dalam rangka desentralisasi


desentralisasi harus pula disertai penyelenggaraan dan penggalihan pembiayaan, sarana dan
prasarana serta sumber daya manusia.
Kewenangan yang diserahkan kepada daerah otonom dalam rangka desentralisasi mencakup:
 Kewenangan yang bersifat lintas kabupaten dan kota, seperti kewenangan bidang
pekerjaan umum, perhubungan, kehutanan dan perkebunan.

9
 Kewenangan pemerintah yaitu perencanaan dan pengendalian pembangunan regional
secara makro, pelatihan bidang alokasi sumber daya manusia potensial, penelitian
yang mencakup dalam wilayah provinsi, pengelolahan pelabuhan regional,
pengendalian lingkungan hidup, promosi dagang dan budaya atau pariwisata,
penanganan penyakit menular, dan perencanaan tata ruang provinsi.
 Kewenangan kelautan yang tidak meliputi eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan
pengelolahan kekayaan laut, pengaturan kepentingan administratif, pengaturan tata
ruang, penegakan hukum, dan bantuan penegakan keamanan dan kedaualatan negara.
 Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan daerah kota,
diserahkan kepaa provinsi dengan penyertaan dari daerah otonom kabupaten atau kota
tersebut.
Dalam rangkaian negara kesatuan, pemerintah pusat asih memiliki kewenangan melakukan
pengawasan terhadap daerah otonomi. Tetapi pengawasan yang dilakukan pemerintah pusat
terhadap daerah otonom, diimbangi dengan kewenangan daerah otonom, yang lebih besar atau
sebaliknya, sehingga terjadi semacam keseimbangan kekuasaan. Keseimbangan kekuasaan
yang dimaksud adalah, pengawasan ini tidak lagi dilakukan secara struktural, yaitu bupati
atau walikota dan gubernur bertindak sebagai wakil pemerintah pusat, sekaligus kepala daerah
otonom, dan tidak lagi secara prevetif perundangan-undangannya, yaitu setiap peraturan
daerah memerlukan persetujuan pusat untuk dapat berlaku.
Terkait dengan pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah,
terdapat sebelas jenis kewenangan yang diserahkan kepada daerah otonom :
 Pertahanan
 Pertanian
 Pendidikan dan kebudayaan
 Tenaga kerja
 Kesehatan
 Lingkungan hidup
 Pekerjaan umum
 Perhubungan
 Perdagangan dan industri
 Penanaman modal
 Koperasi
Penyerahan sebelas jenis kewenangan itu akan membuka peluang dan kesempatan bagi aktor-
aktor politik lokal dan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mengajukan prakarsa,
berkreatif dan melakukan inovasi karena karena kewenangan merencanakan, membahas,
memutuskan, melaksanakan, mengevaluasi kesebelas jenis kewenangan.

10
Penyerahan kewenanga di atas didasari oleh sejumlah alasan, yaitu:
 Makin dekat produsen dengan distributor pelayanan publik dengan masyarakat
semakin tepat sasaran, berkualitas dan terjangkau.
 Akan membuka peluang dan kesempatan bagi aktor- aktor politik lokal dan sumber
daya manusia yang berkualitas supaya dapat didayagunakan secara maksimal.
 Dapat menarik sumber daya manusia yang berkualitas di kota- kota besar untuk
berkiprah di daerah otonom kabupaten dan kota.
 Diseminasi kepedulian dan tanggung jawab untuk meminimalisir atau menghilangkan
masalah pengangguran dan kemiskinan.

G. Kesalahpahaman terhadap otonomi daerah


Otonomi daerah diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan kebijakan nasional yang dapat
mencegah kemungkinan terjadinya disintegrasi nasional.
Dengan UU otonomi daerah, daerah bertanggung jawab menjaga NKRI. Kebijakan otonomi
daerah melalui UU No.22 Tahun 1999 dan UU No.32 Tahun 2004 memberikan otonomi yang
sangat luas kepada daerah khususnya kabupaten dan kota.
Namun demikian terdapat kesalahpahaman pada kelompok masyarakat terkait dengan
kebijakan dan implementasi otonomi daerah, yaitu:
 Otonomi semata- mata dikaitkan dengan uang.
 Daerah belum siap dan belum mampu.
 Dengan otonomi daerah maka pusat akan melepaskan tanggung jawabnya untuk
membantu dan membina daerah.
 Dengan otonomi daerah maka daerah dapat melakukan apa saja.
 Otonomi daerah akan menciptakan raja- raja kecil di daerah dan memindahkan
korupsi ke daerah.

H. Hubungan otonomi daerah dengan pembangunan daerah


Otonomi daerah yang dicanangkan seperti sekarang ini diharapkan akan mempercepat
pertumbuhan dan pembangunan daerah, disamping menciptakan keseimbangan pembangunan
antar daerah di Indonesia.
Kebijakan pembangunan yang sentralistik dampaknya sudah kita ketahui yaitu ketimpangan
antar daerah, terutama antara Jawa dan luar Jawa atau antara Indonesia bagian timur dan
Indonesia bagian barat.

11
Otonomi daerah memiliki sejumalah kewenangan terutama sebelas kewenangan yang wajib
sebagaimana ditentuakan dalam UU No.22 Tahun 1999. Kesebelas kewenangan wajib itu
merupakan modal dasar yang sangat penting untuk pembangunan daerah. Yang diharapkan
dari pemerintah daerah sebagai faktor prakondisi pelaksanaan otonomi daerah dalam
mewujudkan pembangunan daerah itu ada sejumlah hal antara lain sebagai berikut:
 Fasilitas.
Pemerintahan daerah memiliki fungsi yang sangat esensial adalah memfasilitasi segala
bentuk kegiatan di daerah, terutama dalam bidang perekonomian.
Segala bentuk perizinan hendaknya bukan sebaliknya, yaitu dengan menciptakan
segala bentuk birokrasi yang akan menyulitkan kalangan pengusaha dan investor
untuk menanamkan modalnya di daerah tersebut. Logika yang hendaknya digunakan
oleh pemerintah daerah adalah silahkan menggunakan sarana dan prasarana serta
sumber daya manusia untuk kegiatan otonomi daerah. Yang paling utama adalah
bagaimana menciptakan lapangan kerja secara maksimal bagi warga masyarakat,
sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran di daerah.
Pemerintah daerah juga dapat menawarkan fasilitas perpajakan yang merangsang
penanaman modal.
 Pemerintah daerah harus kreatif.
Pembangunan daerah berkaitan pula dengan inisiatif lokal, dan untuk berinisiatif
diperluakan kreatifitas dari para penyelenggara pemerintahan. Karena itu pejabat
pemerintah daerah sekarang dituntut untuk kreatif. Kreatifitas tersebut menyangkut
bagaimana mengalokasikan dana secara tepat, adil dan proposional. Kreatifitas juga
menyangkut kapasitas untuk menciptakan keunggulan komperatif bagi daerahnya
sehingga kalangan pemilik modal beramai- ramai menanamkan modal di daerah
tersebut.
Kreatifitas juga menyangkut kemampuan untuk menarik dana alokasi khusus dari
pemerintah sehingga banyak yang ditarik ke daerahnya. Untuk itu pemerintah daerah
harus mampu menyiapkan program- program sosial, ekonomi, yang menarik sehingga
pemerintah tidak ragu memberikan dukungannya.
 Politik lokal yang stabil.
Masyarakat dan pemerintah di daerah harus menciptakan suasana politik lokal yang
kondusif bagi dunia usaha dan pembangunan ekonomi. Selain itu pejabat eksekutif
harus bekerja dengan suasana yang tenang sehingga merangsang kreativitas.
 Pemerintah daerah harus menjamin kesinambungan usaha.
Ada kecendrungan yang mengkhawatirkan berbagai pihak bahwa pemerintah daerah
seringkali merusak tatanan yang sudah ada. Kalangan pengusaha asing dan domestik
seringkali merasa terganggu dengan sikap kalangan politisi dan birokrasi lokal yang
mencoba mengutak- atik apa yang sudah disepakati sebelumnya.

12
 Pemerintah daerah harus komunikatif terutama dalam bidang perburuhan dan
lingkungan hidup.
Pemerintah daerah sekarang dituntut untuk memahami dengan intensif aspirasi yang
berkembang di kalangan perburuhan, baik yang menyangkut upah minimum dan
jaminan lainnya serta hak- hak buruh pada umumnya.

Kelima elemen tersebut merupakan prakondisi bagi terselenggaranya pembangunan daerah.


Dengan kebijakan otonomi yang luas maka peluang bagi daerah menjadi sangat luas pula.

I. Hubungan otonomi daerah dengan pilkada langsung


Menurut Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Robert Endi
Jaweng mengatakan pemilihan kepala daerah atau pilkada harus dilakukan secara langsung.
Hal tersebut sesuai dengan prinsip otonomi daerah dan demokrasi.
Menurutnya pelaksanaan pilkada harus mendengarkan suara rakyat “ini eranya otonomi
demokrasi yang intinya adalah mendengar rakyat dalam pemilihan pejabat publik dan
mendengar pada saat pembuatan kebijakan publik”.

Dari pandangan otonomi daerah perlu dilihat bahwa pimpinan daerah yang dihasilkan pilkada
harus bisa bekerja dan tidak melakukan tindakan korupsi dan juga berintegritas membangun
daerahnya demi kesejahteraan rakyatnya.

Kesadaran akan pentingnya demokrasi sangat sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari peran
serta rakyat indonesia dalam melaksanakan pemilihan umum baik yang dilaksanakanoleh
pemerintah pusatdan pemerintah daerah. Pemilihan umum ini pertama kali dilakukan secara
langsung pada pemilihan presiden dan wakil presiden serta anggota MPR, DPR, DPRD di
tahun 2004.

Pilkada langsung sebagai sarana pembelajaran demokrasi bagi rakyat. Hal ini menjadi media
pembelajaran praktik berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk kesadaran
kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin yang benar sesuai
nuraninya.

Pilkada langsung juga sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah. Keberhasilan
otonomi daerah salah satunya juga ditentukan oleh pimpinan lokal. semakin baik pemimpin
lokal yang dihasilkan dalam pilkada langsung, maka komitmen pemimpin lokal dalam
mewujudkan tujuan otonomi daerah yakni untuk mensejahterakan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat agar dapat diwujudkan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Otonomi Daerah berasal dari bahasa yunani yaitu authos yang berarti sendiri dan namos yang
berarti undang-undang atau aturan. Jadi otonomi daerah adalah aturan yang mengatur wilayah
atau daerahnya sendiri.
Dengan adanya otonomi daerah, setiap daerah diberikan hak otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri rumah tangganya. Dalam pelaksanaannya, hak dan kewenangan yang
diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sudah diatur dalam undang-
undang salah satunya yaitu UU No. 32 Tahun 2004.

Pelaksanaan otonomi daerah juga harus berdasarkan visi dari otonomi daerah sendiri yakni
yang dirumuskan dalam tiga lingkup bidang yaitu di bidang politik, ekonomi, dan sosial.
Bangsa Indonesia telah mengenal otonomi daerah sejak masa penjajahan oleh kolonial
Belanda dan Jepang. Namun, otonomi daerah yang sekarang sedang dijalankan jauh lebih
baik dibandingkan dengan otonomi pada masa penjajahan karena kepala daerah tidak lagi
bekerja di bawah tekanan atau ancaman dari pemerintah pusat.

B. Saran
Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan agar pembaca dapat mengetahui lebih banyak
tentang hakikat otonomi daerah dan juga mekanisme pelaksaannya yang sesuai dengan UU
dan visi dari otonomi daerah tersebut.

Dan setelah mengetahui hal tersebut, kita semua diharapkan untuk selalu memberikan
dukungan kita kepada pemerintah daerah agar dalam pelaksaanan otonomi daerah, tujuan dari
otonomi daerah itu sendiri dapat terwujud.
14
DAFTAR PUSTAKA

 Simpulanilmu.blogspot.com (2016, September). Pengertian dan hakikat otonomi


daerah. Diakses pada 26 September 2020 dari
http://simpulanilmu.blogspot.com/2016/09/pengertian-dan-hakikat-otonomi-
daerah.html?m=1
 Zonareferensi.com. Prinsip otonomi daerah. Diakses pada 26 September 2020 dari
https://www.zonareferensi.com/prinsip-otonomi-daerah.
 Newilmuadministrasi.blogspot.com (2017, Mei). Otonomi daerah dan pembangunan
daerah. Diakses pada 27 September 2020 dari
https://newilmuadministrasi.blogspot.com/2017/05/otonomi-daerah-dan-
pembanguanan-daerah.html.
 Teladan tokoh.blogspot.com (2017, Agustus). Visi otonomi daerah. Diakses pada 27
September 2020 dari http://teladan-tokoh.blogspot.com/2017/08/visi-otonomi-
daerah.html?m=1.
 Historia.id. Sejarah otonomi daerah. Diakses pada 27 September 2020 dari
https://historia.id/historigrafis/articles/sejarah-otonomi-daerah-Dr9Ob.
 Bloghaliman.blogspot.com (2013, Februari). Beberapa kesalahpahaman tentang
otonomi. Diakses pada 27 September 2020 dari
http://bloghaliman.blogspot.com/2013/02/beberapa-kesalahpahaman-tentang-
otonomi.html?m=1.
 Mitrapustaka.blogspot.com (2011, April). Pilkada langsung dan otonomi daerah.
Diakses pada 27 September 2020 dari
https://mitrapustaka.blogspot.com/2011/04/pilkada-langsung-dan-otonomi-
daerah.html?m=1.
15

Anda mungkin juga menyukai