Kelompok 1:
2. Indra Wardani
5. Tika Norjanah
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D IV KEPERAWATAN
2016/2017
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN.....................................................................................5
BAB II ISI
3.1 KESIMPULAN......................................................................36
3.2 SARAN....................................................................................37
DAFTAR ISI..................................................................................iv
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1. Bagaimana sejarah psikologi dan perilaku?
2. Bagaimana ruang lingkup aliran psikologi dalam teori belajar?
3. Bagaimana aliran dan mazhab dalam psikologi?
4. Bagaimana proses pembentukan dan apa saja factor yang
mempengaruhi perilaku?
5. Bagaimana macam-macam perilaku manusia?
6. Bagaimana domain perilaku manusia?
1.3 TUJUAN
a. tujuan umum
b. tujuan khusus
5
BAB II
ISI
A. PSIKOLOGI
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku
manusia dalam dua jalur di dalam sistematika ilmunya yaitu
psikologi umum yang membicarakan perilaku manusia dalam
orientasinya ke arah teoritis, sedangkan psikologi khusus
mempelajari psikologi secara khusus misalnya psikologi
6
perkembangan, psikologi klinik, psikologi keperawatan, dan
sebagainya.
B. PERILAKU
Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan reaksi, yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan
tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu (Sunaryo, 2004).
Perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai
akibat adanya rangsangan (stimulus) baik dari dalam dirinya sendiri
(internal) maupun dari luar individu (eksternal). Pada hakekatnya
perilaku individu mencakup perilaku yang tampak (overt
behaviour) dan perilaku yang tidak tampak (inert behavior atau
covert behavior). Perilaku yang tampak adalah perilaku yang dapat
diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat sedangkan bantu,
sedangkan perilaku yang tidak tampak adalah perilaku yang hanya
dapat dimengerti dengan menggunakan alat atau metode tertentu,
misalnya berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut (Purwanto,
1999).
1. Teori Instirng
Teori ini dikemukakan oleh McDougall ebagai pelopor dari
psikologi social, yang menerbitkan buku psikologi social yang
pertama kali dan mulai saat itu psikologi sosia menjadi pembicaraan
yang cukup menarik(Iih. Baron dan Byrne, 1984; Crider, 1983).
7
Menurut McDougall perilaku itu deisebabkan karena instirng dan
McDougall mengajukan suatu daftar insting. Insting merupakan
perilaku yang innate, perilau yang bawaan, dan isnting akan
mengalami perubahan karena pengalama, pendapat McDougall ini
mendapat tanggapan yang cukuo tajam dari F. Allport yang
menertbitkan buku Psikologi Sosial pada tahun 1924, yang
berpendapat bahwa perilaku manusia itu disebabakan karena
banyak factor, termasuk orang-orang yang ada disekitarnya dengan
perilakunya (Iih. Baron dan Byrne, 1984).
8
hukuman. Reinforcement yang positif akan mendororng organism
dalam berbuat, sedang reinforcement yang negative akan dapat
menghambat organism dala berprilaku. Ini berarti bahwa perilaku
timbul darena adanya insentif atau reinforcement. Perilaki semacam
ini dikupas secara tajam dala psikologo belajar.
4. Teori atribusi
Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku
orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (misal
motif, sikap, dsb.) ataukah oleh keadaan eksternal. Teori ini
dikemukakan oleh Fritz Heider (Iih. Baron dan Byrne, 1984) dan
teori ini manusia itu dapat atribusi internak, tetapi juga dapat
atribusi eksternal. Mengenai hal ini lebih lanjut akan dibicarakan
dalam psikologi social.
5. Teori kognitif
Apabila seseorang harus mememilih perilaku mana yang
mesti dilakukan, maka pada uunya yang bersangkutan. Ini yang
disebut sebagai moel subjective expected utiity (SEU) (Iih. Fishbein
dan Ajzen, 1975. Dengan kemampuan memilih ini berarti fakor
berpikir berperan dalam menentukan pilihannya. Dengan
kemampuan berpikir seseorang akan dapat melihat apa yang terjadi
sebgai bahan pertimbangannya disamping melihat apa yang
dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat elihat ke depan apa
yang akan terjadi dalam seseorang bertindak. Dalam model SEU
kepentingan pribadi yang menonjol. Tetapi dalam seseorang
berprilaku kadang-kadang kepentingan pribadi dapat disingkirkan.
9
2.2 RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
10
2. Psikologi sosial , yaitu psikologi yang khusus membicarakan
tentang perilaku atau aktivtas-aktivitas manusia dalam
hubungannya dengan situasi sosial.
3. Psikologi pendidikan, yaitu psikologi yang khusu menguraikan
kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam
hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara
menarik perhatian agara pelajaran dapat dengan mudah diterima,
bagaimana cara belajar dan sebagainya.
4. Psikologi kepribadian, yaitu psikologi yang khusus menguraikan
tentang pribadi manusia, beserta tipe-tipe kepribadian manusia.
5. Psikopatologi, yaitu psikologi yang khusus menguraikan mengenai
keadaaan psikis yang tidak normal (abnormal).
6. Psikologi criminal, yaitu psikologi yang khus berhubungan dengan
soal kejahatab dan kriminalitas.
7. Psikologi perusahaan, yaitu psikologi yang berhubungan dengan
soal-soal perusahaan.
1. Psikoanalisa
Munculnya psikoanalisa dalam dunia psikologi bisa dianalogikan
dengan revolusi Copernican dalam natural science; dicaci, ditolak,
tapi diagungkan pada akhirnya. Sigmund Freud adalah bapak tokoh
psikoanalisa. Dua hal yang bisa dicatat sebagai awal konflik teori
11
tesebut. Pertama, psikologi yang berkembang pada waktu Freud
mencuatkan teorinya bayak memfokuskan perhatian pada
“kesadaran” manusia. Freud berkeyakinan bahwa perilaku dan
kepribadian manusia banyak dipengaruhi oleh ketidaksadaran. Pada
pandangan Freud, sebagian perilaku manusia diatur oleh insting.
Dorongan insting diseabkan oleh kebutuhan fisik yang memotivasi
seseorang untuk memusakannya sehingga proses fisik tersebut
mencapai keseimbangan. Insting memilki 4 karakteristik utama :
12
Dalam mencoba memahami system kepribadian manusia, Freud
membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan
menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga
system kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu.
Id
Id merupakan “gudang” penyimpan kebutuhan-kebutuhan manusia
yang mendasar, seperti makan, minum, istirahat, atau rangsangan
seksualitas dan agresivitas. Id bekerja menurut prinsip kenikmatan
(pleasure principle), karenanya jika pemenuhan kebutuhan id
terhambat, akan terjadi konflik-konflik yang menimbulkan rasa
gelisah, sakit, dan perasaan lain yang tidak menyenangkan. Dua
cara yang dilakukan id dalam memenuhi kebutuhannya untuk
meredakan ketegangan yang timbul yaitu melalui refleks atau
reaksi-reaksi otomatis seperti berkedip , serta melalui proses primer
seperti membayangkan makanan pada saat lapar. Dalam hal ini,
diperlukan system lain yang dapat merealisasikan imajinasi itu
menjadi kenyataan. System itu adalah ego.
Ego
Keberadaan ego sendiri adalah dalam rangka membantu manusia
mengadakan kontak dengan realitas. Hanya ego yang dapat
menjalankan fungsi ini dengan cara membedakan antara objek yang
ada pada pikiran dan objek yang ada pada dunia nyata. Dalam
menjalankan fungsi ini, ego bekerja menurut prinsip ealitas (reality
13
principle). Ego juga menuntut penundaaan tindakan sampai ia
menentukan apa yang harus dihadirkan sebagai objek realitas
(secondary process). Proses ini melibatkan pengujian realitas
(reality testing), dimana ego membuat rencana untuk memuaskan
kebutuhan dan menguji kembali, apakah rencana itu dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan id yang sesuai dengan
realita. Disini ego berfungsi untuk memilih rangsangan yang harus
dipuaskan, kapan dan bagaimana cara memuaskannya. Karena
berfungsi demikian, ego dikatakan memiliki fungsi eksekutif dalam
kepribadian manusia.
Superego
Superego sangat dekat dengan apa yang disebut sebagai kesadaran
akan peraturan dan nilai-nilai moral. Freud menjabarkan superego
sebagai proses internalisasi individu tentang nilai-nilai moral
masyarakat. Freud membagi superego yang berifat ideal ini dalam
dua komponen yaitu suara hati (conscience) dan ego ideal.
Meskipun superego memiliki fungsi positif dalam mengontrol
doronghan-dorongan primitf dan mendorong individu untuk
memantapkan karier yang produktif di masyarakat, namun ia juga
memilki implikasi yang negative.
14
Kecemasan realitas (reality anxiety), yaitu kecemasan terhadap
bahaya-bahaya yang datang dari luar, sepeti kecemasan terhadap
kegagalan perkawinan yang dialami seseorang saat akan menikah.
Kecemasan neurotik (neurotik anxiety), yaitu kecemasan terhadap
hal-hal yang ada dalam baynagan seseorang karena pengalamannya.
Kecemasan moral (moral anxiety), yang muncul pada saat
seseorang melanggar nilai moral di masyarakat atau keluarga.
15
g. Pembentukan reaksi (reaction formation); bertujuan
menyembunyikan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang
menimbulkan kecemasan dengan cara bersikap dan berprilaku
kebalikan dari pikiran dan perasaan sesungguhnya.
h. Rasionalisasi ( rationalization); dalam mekanisme pertahanan ini,
individu menggantikan sesuatu yang tidak dapat diterima oleh
ketidaksadaran menjadi suatu yang dapat diterima oleh kesadaran.
i. Intelektualisasi ( intelectualization); mereduksi kecemasan dalam
bentuk objektif, tanpa emosi dengan melibatkan intelektual dan
dengan bahsa abstrak.
j. Regresi (regression); merupakan suatu cara untuk mencegah
kecemasan yang timbul dengan berperilaku kekanak-kanakan.
k. Fiksasi (fixation); bertujuan menghindarkan seseorang dari
ketakutan dan frustasi terhadap situasi baru.
Tahap Oral
16
Semua bayi praktis hanya menggunakan id dan tidak dapat
membedakan antara self dengan lingkungan. Bayi dikontrol oleh
impuls-impuls biologis dan pada dasarnya adalah selfish. Fokus
rasa nikmat atau impuls “seksual” selama tahap pragenital pertama
adalah mulut. Orangtua merupakan sumber pemuasan kebutuhan
dalam menentukan apakah seseorang bayi akan mengalami
kesulitan kepribadian atau tidak dalam hidupnya kelak. Kesulitan
ini bisa terjadi karena sikap orangtua yang terlalu memanjakan
kebutuhan bayinya atau sebaliknya.
Tahap Anal
Selama dua atau tiga tahun, perasaan nikmat terfokus pada lubnag
dubur (anal cavity). Pada thaap anal ini, puincak kenikmatananak
terjadi sewaktu menahan atau mengeluarkan kotoran. Tahap ini
merupakan awal dari keterpisahan ego dari id dan anak mulai
menyatakan kemandiriannya. Kemandirian ini tentu bukan berarti
sesuatu yang logis dan masuk akal, tetapi merupakan
interdependensi ynag negativistik di mana anak menolak apapun
yang ditawarkan oleh orangtuanya.
Tahap Phalik
Selama usia empat dan lima tahun, tekanan seksual terpusat pada
wilayah genital. Bagi anak laki-laki, terjadi perkembangan
keinginan untuk mengadakan kontak seksual dengan ibunya. Anak
perempuan mengalami rasa iri tentang alat kelamin lelaki (penis
envy). Mereka mulai mencintai ayanhnya kaena ayahnya memiliki
“objek” yang dikehendaki.
Tahap Laten
17
Dari usia enam tahun sampai masa puber, merupakan periode
dimana insting seksual sedang “tidur”. Energi seksual tidak pupus
pada tahap laten tapi tesublimasikan dalam bentuk pencarian yang
lain, misalnya belajar berbagai keterampilan di sekolah.
Tahap Genital
Dengan meningkatnya perkembangan ke amsa pubertas, tensi
seksual meningkat dengan dramatis. Insting seksual kini tertuju
pada objek seksual yang sesungguhna. Jika seseorang tidak
mengalami trauma di masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan
lawan jenis akan berlangsung engan baik. Bagi Freud, orang yang
normal adalah seseorang yang memilki penyesuaian memuaskan
dalm dua wilayah utama, yaitu cinta dan pekerjaan.
2. Behaviorisme
Pendekatan behaviorisme oleh Skinner menyatakan bahwa
kepribadian akan dapat diketahui dari perkembangan perilaku
manusia dalam interaksi dengan lingkungannya secara kontinu.
18
pola ganjaran dan hukuman tadi. Apa yang terjadi dalam tubuh
organisme tidak dipelajari oleh psikologi S-R. Ahli-ahlinya
menyatakan bahwa sekalipun otak dan system saraf menimbulkan
kegiatan-kegiatan rumit yang tidak dapat dilihat (karena berada
dalam black box), tetapi pada hakekatnya ilmu dalam psikologi
dapat didasarkan pada apa yang masuk ke dalam dan apa yang
keluar dari black box itu). Jadi, teori belajar dapat dikembangkan
dengan mengobservasi bagaimana tingkah laku yang dipelajari itu
berubah-rubah sesuai dengan kondisi lingkungannya; misalnya
apakah kondisi-kondisi stimulus serta pola-pola ganjaran dan
hukuman mengarahkan pada belajar yang paling cepat dengan
kesalahan paling sedikit. Teori ini tidak perlu merinci perubahan-
perubahan yang terjadi dalam sistem saraf yang dihasilkan oleh
kegiatan belajar.
19
yang menentukan nasibnya sendiri. Tingkah laku manusia
(kepribadiannya), menurut Skinner ditentukan oleh kejadian-
kejadian di masa lalu dan sekarang dalam dunia objektif di mana
dia mengambil bagian.
Menurut Skinner, kepribadian terutama adalah hasil dari sejarah
penguatan pribadi individu (individual’s personal history of
reinforcement). Walaupun pembawaan genetis (genetic
endowment) turut berperan, penguatan-penguatan menentukan
tingkah laku khusus yang terbentuk dan dipertahankan, serta
merupakan khas bagi individu yang bersangkutan.
1. Operan
Tingkah laku operan lebih mengacu pada reaksi-reaksi individu
yang menunjukkn bahwa ia mengadakan hubungan dengan
lingkungan, mengubah dan diubah oleh lingkungan. Tingkah laku
ini dikendalikan oleh akibat-akibat yang mengikuti perbuatan.
Tingkah laku operan juga disebut sebagai tingkah laku instrumental
dalam menghasilkan akibat pada lingkungan.
2. Responden
Perilaku responden diperoleh dengan stimulus yang dapat
diidentifikasi, karena itu perilaku memperoleh tanggapan subjek.
Respon dapat dipelajari memlalui classical conditioning.
20
Tingkah laku lebih mungkin dilakukan bila ada penguat positif
seperti makanan, air, atau kasih sayang. Tingkah laku tersebut juga
diperkuat dengan dikeluarkannya stimulusynag tidak disukai
(aversive) dari suatu situasi misalnya kritik atau suhu eksterm.
Stimulus yang terakhir ini disebut sebagai penguat negative. Kedua
penguat tersebut bisa memperkuat tingkah laku. Tingkah laku pada
umumnya dikurangi dengan stimulus hukuman seperti dipukul atau
dikeluarkannya penguat positif seperti mengambil mainan dari
seorang anak.
Efek Hukuman :
Karena efek dari hukuman itu, Skinner percaya bahwa kita harus
menghindar dari penggunaaan hukuman untuk mengendalikan
tingkah laku. Malahan kita harus memfokuskan diri pada
penggunaan penguat-penguat positif.
21
Skinner tidak hanya tertarik dengan jadwal penguatan (schedules of
reinforcement) yang menentukan tingkah laku tetapi juga dalam
peranan self control processes. Adapun tekinik pengontrol tingkah
laku tersebut adalah :
3. Humanistik
Pandangan humanistik percaya bahwa di dalam diri seseorang
terdpat potensi untuk bertumbuh secar kreatif ke arah yang positif,
menekankan nharga diri dan kemapuan manusia untuk
mengaktualisasikan dirinya. Pendekatan humanistik menyatakan
bahwa individu bebas memilih dan menentukan tindakan-tindakan
yang akan dilakukannya; namun sebagai konsekuensinya individu
itu bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukannya. Artinya, individu itu harus memikul konsekuensi
setiap tindakannya, tidak menyalahkan lingkungannya. Konsep
humanistik ini, yang dikembangkan oleh ahli-ahli filsafat
eksistensialisme (Kierkegaad, Nietzche, Sartre), menekankan sifat
“human” yang membedakan manusia dari hewan, terutama dalam
22
hal manusia memiliki kemauan bebas dan dorongan ke arah
aktualisasi diri. Pendekatan ini menolak konsep yang menyatakan
bahwa manusia itu merupakan suatu mekanisme yang dikendalikan
oleh stimuli luar (behaviorisme) atau dikendalikan oleh impuls-
impuls tidak sadar (psikoanalisis). Manusia merupakan “aktor”
yang mampu mengendalikan nasibnya sendiri dan mengubah
dunianya.
23
kebutuhan-kebutuahn manusia dan menyusunnya dalam suatu
hierarki dikenal sebagai hierarchy of needs, kebutuhan-kebutuhan
ini disusun dalam satu tingkatan dimana kebutuhan yang berada
dibawah menuntut pemuasan terlebih dahulu sebelum dipuaskannya
kebutuhan yang berada di atasnya.
1. Physiological Needs
Physiological Needs termasuk rasa lapar, haus, udara, seks dan
tidur. Ketika kebutuhan fisiologis telah dipuaskan, kita akan
merasa membutuhkan kebutuhan untuk merasa nyaman.
2. Safety Needs
Kebutuhan akan kenyamanan termasuk stabilitas, rasa nyaman,
perlindungan, keteraturan dan kemerdekaan dari rasa takut dan
kekacauan. Dalam pandangan Maslow, kebutuhan rasa aman sudah
dirasakan individu sejak kecil ketika ia mengeksplorasi
lingkungannya.
4. Esteem Needs
Maslow membedakan kebutuhan akan penghargaan diri ini menjadi
2 yaitu pertama kebutuhan penghargaan yang didasarkan atas
respek terhadap kemampuan, kemandirian, dan perwujudan kita
sendiri. Kedua, penghargaan yang didasarkan atas penilaian ornag
24
lain. Penghargaan ini dapat dilihat dengan baik dalam usaha untuk
mengapresiasikan diri dan mempertahnkan status.
A. PROSES PEMBENTUKAN
Seperti telah dipaparkan di depan bahwa prilaku manusia
sebagaian besar ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang
dipelajari berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalan
ialah bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai engan yang
diharapkan
1. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh
dengan kondisionig atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri
25
untuk berprilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan
terbentuklah perilaku tersebut. Misal anak dibiasakan bangun pagi,
atau menggosok gigi sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila
diberi sesuatu oleh orang lain, membiasakan untuk tidak datang
terlambat disekolah dan sebagainya. Cara ini didasarkan atas teori
belajar kondisioning baik yang dikemukakan oleh Pavlov maupun
Thorndike dan Skinner (lih. Hergenhahn, 1976). Walaupun anatara
Pavlov, Thorndike dan Skinner terdapat pendapat yang tidak seratus
persen sama, namun para ahli tersebut mempunyai dasar pandangan
yang tidak jauh berbeda satu edngan yang lain. Kondisioning
Thorndike dan Skinner dikenal sebagai kondisioning klasik,
sedangkan kondisioning Pavlov dikenal dengan kondisioning
operan. Walau demikian ada yang menyebut kondisioning
Thorndike sebagai kondisioning instrumental, dan kondisioning
Skinner sebagai kondisioning operan. Seperti telah dipaparkan
didepan atas dasar pandangan ini untuk pembentukan perilaku
dilaksanakan dengan kondisioning atau kebiasaan.
26
adalah salah seorang tokoh dala psikologi Gestalt dan termasuk
dalam aliran kognitif (Iih. Hergenhahn, 1976).
27
b Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus
atau obyek baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga
manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut.
Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon
terhadap stimulus tertentu ( Sunaryo, 2004; Purwanto, 1999 ).
Tingkatan respon adalah menerima (receiving), merespon
(responding), enghargai (valuing), dan bertanggung jawab
(responsible) (Sunaryo, 2004; Purwanto, 1999 ).
c Nilai-nilai
Nilai-nilai atau norma yang berlaku akan membentuk perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai atau norma yang telah melekat pada
diri seseorang (Green, 2000).
d Kepercayaan
Seseorang yang mempunyai atau meyakini suatu kepercayaan
tertentu akan mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi suatu
penyakit yang akan berpengaruh terhadap kesehatannya ( Green,
2000 ).
e Persepsi
Persepsi merupakan proses yang menyatu dalam diri individu
terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi merupakan proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang
diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu
28
yang berarti dan merupakan respon yang menyeluruh dalam diri
individu. Oleh karena itu dalam penginderaan orang akan
mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan
mengaitkan dengan obyek. Persepsi pada individu akan menyadari
tentang keadaan sekitarnya dan juga keadaan dirinya. Orang yang
mempunyai persepsi yang baik tentang sesuatu cenderung akan
berperilaku sesuai dengan persepsi yang dimilikinya (Sunaryo,
2004; Notoatmodjo, 2003 ).
29
2.5 MACAM-MACAM PERILAKU MANUSIA
30
organisme tersebut. Misalnya reaksi kedip mata bila kena sinar,
menarik jari bila jari kena api dan sebagainya. Reaksi atau perilaku
reflektif adalah perilaku yang terjadi dengan sendirinya, secara
otomatis. Stimulus yang diterima oleh organisme atau individu
tidak sampai ke pusat susunan syaraf atau otak, sebagai pusat
kesadaran, sebagai pusat pengendali dari perilaku manusia. Lain
dengan halnya perilaku non-reflektif. Perilaku ini di kendalikan atau
diatur oleh pusat kesadaran otak. Dalam kaitan ini stimulus setelah
diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat
syaraf, baru kemudian terjadi respons melalui afektor. Proses yang
terjadi dalam otak atau pusat kesadaran ini disebut proses psikologi.
Perilaku atau aktivitas atas dasar proses psikologis inilah yang
disebut aktivitas psikologis atau perilaku psikologis.
Skinner seorang ahli psikologi (dalam Notoatmodjo,
2010:20) merumuskan bahwa “perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)”. Dengan
demikian perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus,
organisme, respons sehingga teori Skinner ini disebut dengan teori “
S-O-R” (Stimulus, Organisme, Respons ).
Notoatmodjo (2010:21) berdasarkan teori “S-O-R” tersebut,
maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior) .
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut
masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas.
Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,
perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “covert
behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
31
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut
sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari
luar atau “observable behavior”.
Notoatmodjo (2010:25) mengemukakan bahwa perilaku dapat
dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan
sebagainya). Untuk memberikan respon terhadap situasi di luar
objek tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan).
Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga) jenis, yaitu :
a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui
situasi dan rangsangan.
32
domain. Pembagian ini dilakukan untuk tujuan pendidikan. Bahwa
dalam suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan
ketiga domain perilaku tersebut, yakni:
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotor
33
diterimanya. Dengan kata lain, tindakan (practice) seseorang tidak
harus disadari oleh pengetahuan atau sikap.
34
membenturkan kepala istrinya kedinding. John yang termakan oleh
kepopularitasan nya banyak mengkonsumsi obat-obatan dan
bermain wanita. John juga pernah mematahkan tulang rusuk
temannya karena dituduh homoseksul. John juga seringkali
berselingkuh dari istrinya dan akhirirnya bercerai karena terpesona
oleh Yoko Ono yang kala itu akan menjadi istri keduanya. John
tetap banyak melakukan kekerasan. Dia diagnose menderita bipolar
dan menjadi disleksia.
Dibalik semua itu ternyata John Lennon memiliki masa
kecil yang tidak bahagia. Dimulai dari perceraian orang tuanya,
didikan yang keras dari sang bibi, masa remaja yang dipenuhi
dengan kasus kenakalan disekolah seperti membaca majalah
pornografi, dan kala itu John juga menyaksikan kematian ibunya
ditabrak mobil polisi. John juga kehilangan figur seorang ayah.
35
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
36
3.2 SARAN
37
DAFTAR PUSTAKA
38