Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH PSIKOLOGI

SEJARAH PERILAKU MANUSIA

Kelompok 1:

1. Asma Fhara Fadillah

2. Indra Wardani

3. Mery Kumala Sitompul

4. Natasya Melinda Rachmad

5. Tika Norjanah

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D IV KEPERAWATAN

2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Perilaku Manusia”.
Keberhasilan dalam pembuatan makalah ini juga tidak lepas dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan
terima kasih.

Kami berharap semoga dengan adanya makalah ini dapat


berguna bagi orang yang membacanya. Kami sadar bahwa dalam
pembuatan makalah ini belum sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Serta
semoga makalah ini tercatat menjadi motivator bagi penulis untuk
penulisan makalah yang lebih baik dan bermanfaat.

Samarinda, 13 Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG...............................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................4

1.3 TUJUAN.....................................................................................5

BAB II ISI

2.1 PENGERTIAN PSIKOLOGI DAN PRILAKU.....................6

2.2 RUANG LINGKUP PSIKOLOGI.........................................10

2.3 ALIRAN DAN MAZHAB DALAM PSIKOLOGI...............11

2.4 PROSES PEMBENTUKAN DAN FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PRILAKU...................................................25

2.5 MACAM-MACAM PRILAKU MANUSIA..........................30

2.6 DOMAIN PRILAKU MANUSIA..........................................32

2.7 CONTOH KASUS...................................................................34

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN......................................................................36

3.2 SARAN....................................................................................37

DAFTAR ISI..................................................................................iv

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sesuai dari katanya bahwa psikologi terdiri dari dua kata


yang mempunyai arti. Psikologi ini merupakan sebuah ilmu yang
mempelajari tentang jiwa. Perhatian pada psikologi terutama tertuju
pada masalah bagaimana tiap-tiap individu diperngaruhi dan
dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan.
Perilaku dikatakan wajar apabilam ada penyesuaian diri yang harus
diselaraskandengan peran manusia sebagai individu, social, dan
berketuhanan. Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati
dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dll. Untuk aktivitas ini
mereka harus berbuat sesuatu, misal : kaki yang satu diletakkan
pada kaki yang lain.
Jika seseorang duduk diam dengan sebuah buku
ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku ia sedang membaca,
sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya
perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia itu sendiri.
Perilaku terdiri dari aktivitas- aktivitas yang berlangsung, baik
didalam maupun diluar.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang didapat yaitu:

4
1. Bagaimana sejarah psikologi dan perilaku?
2. Bagaimana ruang lingkup aliran psikologi dalam teori belajar?
3. Bagaimana aliran dan mazhab dalam psikologi?
4. Bagaimana proses pembentukan dan apa saja factor yang
mempengaruhi perilaku?
5. Bagaimana macam-macam perilaku manusia?
6. Bagaimana domain perilaku manusia?

1.3 TUJUAN
a. tujuan umum

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:


1. Untuk mengetahui definisi dari psikologi dan perilaku.
2. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup aliran psikologi dalam
teori belajar.
3. Untuk mengetahui bagaimana aliran dan mazhab dalam psikologi.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan dan apa saja
factor yang mempengaruhi perilaku.
5. Untuk mengetahui apa saja macam-macam perilaku manusia.
6. Untuk mengetahui bagaimana domain perilaku manusia.

b. tujuan khusus

Agar mahasiswa mampu mengetahui sejarah perilaku manusia


dalam psikologi.

5
BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN PSIKOLOGI DAN PERILAKU

Manusia atau individu yang termasuk di antaranya kaum


perawat dan para medis diseluruh dunia ini, prilakunya dapat di
formulasikan atau dirumuskan dalam suatu pola prilaku/konsep
prilaku yang akan di skapkan dalam bahasan psikologi,oleh karena
itu sebaiknya kita mengenal lebih dahulu psikologi tersebut.
Psikologi tertulis dalam bahasa inggris Psychology berasal dari
bahasa yunani Psychos dan logos yang artinya jiwa/mental/psike
dan ilmu.
Dahulu kala sebelum masehi psikologi memang ilmu jiwa.
Pada jamannya plato kurang lebih 427SM, psikologi masih
menginduk pada ilmu filsafat yaitu ilmu yang berorientasi cinta
akan kebenaran (philos:cinta, Sophos: kebenaran). Pada saait itu
belum terpikirkan tentang makna jiwa, semakin kearang
perkembangan waktu dengan bertambahnya tahun ilmu jiwa
mengalami kesulitan untuk mencari dan mendeteksi kebenaran jiwa
itu sendiri.

A. PSIKOLOGI
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku
manusia dalam dua jalur di dalam sistematika ilmunya yaitu
psikologi umum yang membicarakan perilaku manusia dalam
orientasinya ke arah teoritis, sedangkan psikologi khusus
mempelajari psikologi secara khusus misalnya psikologi

6
perkembangan, psikologi klinik, psikologi keperawatan, dan
sebagainya.

B. PERILAKU
Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan reaksi, yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan
tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu (Sunaryo, 2004).
Perilaku individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai
akibat adanya rangsangan (stimulus) baik dari dalam dirinya sendiri
(internal) maupun dari luar individu (eksternal). Pada hakekatnya
perilaku individu mencakup perilaku yang tampak (overt
behaviour) dan perilaku yang tidak tampak (inert behavior atau
covert behavior). Perilaku yang tampak adalah perilaku yang dapat
diketahui oleh orang lain tanpa menggunakan alat sedangkan bantu,
sedangkan perilaku yang tidak tampak adalah perilaku yang hanya
dapat dimengerti dengan menggunakan alat atau metode tertentu,
misalnya berpikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut (Purwanto,
1999).

Perilaku manusia itu didorong oleh mtif tertentu sehingga


manusia itu berprilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori, diantara
teori-teori tersebur dapat dikemukakan:

1. Teori Instirng
Teori ini dikemukakan oleh McDougall ebagai pelopor dari
psikologi social, yang menerbitkan buku psikologi social yang
pertama kali dan mulai saat itu psikologi sosia menjadi pembicaraan
yang cukup menarik(Iih. Baron dan Byrne, 1984; Crider, 1983).

7
Menurut McDougall perilaku itu deisebabkan karena instirng dan
McDougall mengajukan suatu daftar insting. Insting merupakan
perilaku yang innate, perilau yang bawaan, dan isnting akan
mengalami perubahan karena pengalama, pendapat McDougall ini
mendapat tanggapan yang cukuo tajam dari F. Allport yang
menertbitkan buku Psikologi Sosial pada tahun 1924, yang
berpendapat bahwa perilaku manusia itu disebabakan karena
banyak factor, termasuk orang-orang yang ada disekitarnya dengan
perilakunya (Iih. Baron dan Byrne, 1984).

2. Teori dorongan (drive theory)


Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu
mempunyai dorongan-dorongan atau drieve tertentu dorongan-
dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebututuhan organisme
yang mendorong organism berprilaku. Bila organisme ini
mempunyai kebutuhan, dan organism ingin memenuhi
kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme
itu. Bila organism berprilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya,
maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-
dorongan tersebut.. karena teori ini menurut Hull (Iih. Crider, 1983;
Hergenhahn, 1976) juga disebut teori drive reduction.

3. Teori insentif (incentive theory)


Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku
organize itu disebabkan karena adanya intensif. Dengan intensif
mendorong organism berbuat atau berprilaku. Insentif atau juga
disebut juga sebagai reinforcement ada yang positif ada yang
negative. Reinforcement yang positif adalah yang berkaitan dengan
hadiah., sedang reinforcement yang negative berkaitan dengan

8
hukuman. Reinforcement yang positif akan mendororng organism
dalam berbuat, sedang reinforcement yang negative akan dapat
menghambat organism dala berprilaku. Ini berarti bahwa perilaku
timbul darena adanya insentif atau reinforcement. Perilaki semacam
ini dikupas secara tajam dala psikologo belajar.

4. Teori atribusi
Teori ini ingin menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku
orang. Apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal (misal
motif, sikap, dsb.) ataukah oleh keadaan eksternal. Teori ini
dikemukakan oleh Fritz Heider (Iih. Baron dan Byrne, 1984) dan
teori ini manusia itu dapat atribusi internak, tetapi juga dapat
atribusi eksternal. Mengenai hal ini lebih lanjut akan dibicarakan
dalam psikologi social.

5. Teori kognitif
Apabila seseorang harus mememilih perilaku mana yang
mesti dilakukan, maka pada uunya yang bersangkutan. Ini yang
disebut sebagai moel subjective expected utiity (SEU) (Iih. Fishbein
dan Ajzen, 1975. Dengan kemampuan memilih ini berarti fakor
berpikir berperan dalam menentukan pilihannya. Dengan
kemampuan berpikir seseorang akan dapat melihat apa yang terjadi
sebgai bahan pertimbangannya disamping melihat apa yang
dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat elihat ke depan apa
yang akan terjadi dalam seseorang bertindak. Dalam model SEU
kepentingan pribadi yang menonjol. Tetapi dalam seseorang
berprilaku kadang-kadang kepentingan pribadi dapat disingkirkan.

9
2.2 RUANG LINGKUP PSIKOLOGI

Seperti telah dikemukakan di atas, psikologi dilihat dari segi objek


nya, psikologi dapat dibedakan dalam dua golongan yang besar,
yaitu :
1. Psikologi yang meneliti dan mempelajari manusia
2. Psikologi yang meneliti dan mempelajari hewan, yang umumnya
lebih tegas disebut psikologis hewan

Psikologi umum ialah psikologi meneliti dan mempelajari


kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas psikis manusia yang
tercemin dalam perilaku umumnya, yang dewasa, yang normal dan
berkultur (dalam arti tidak terisolasi). Psikologi umum memandang
manusia seakan-akan terlepas dalam hubungan dengan manusia
yang lain.
Psikologi khusus ialah psikologi yang meneliti dan mempelajari
segi-segi kekhususan dari aktivitas-aktivitas psikis manusia. Hal-hal
yang khusu yang menyimpang. Dari hal-hal yang umum
dibicarakan dalam psikologi khusus. Psikologi khusus ini ada
bermacam-macam, antara lain:
1. Psikologi perkembangan, yaitu psikologi yang membicarakan
perkembangan psikis manusia dari masa bayi sampai tua, yang
mencakup:
a. Psikologi anak (mencakup masa bayi)
b. Psikologi remaja
c. Psikologi orang dewasa
d. Psikologi orang tua

10
2. Psikologi sosial , yaitu psikologi yang khusus membicarakan
tentang perilaku atau aktivtas-aktivitas manusia dalam
hubungannya dengan situasi sosial.
3. Psikologi pendidikan, yaitu psikologi yang khusu menguraikan
kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam
hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara
menarik perhatian agara pelajaran dapat dengan mudah diterima,
bagaimana cara belajar dan sebagainya.
4. Psikologi kepribadian, yaitu psikologi yang khusus menguraikan
tentang pribadi manusia, beserta tipe-tipe kepribadian manusia.
5. Psikopatologi, yaitu psikologi yang khusus menguraikan mengenai
keadaaan psikis yang tidak normal (abnormal).
6. Psikologi criminal, yaitu psikologi yang khus berhubungan dengan
soal kejahatab dan kriminalitas.
7. Psikologi perusahaan, yaitu psikologi yang berhubungan dengan
soal-soal perusahaan.

2.3 ALIRAN DAN MAZHAB DALAM PSIKOLOGI

Terdapat berbagai macam pendekatan atau mazhab untuk


melakukan studi psikologis dalam menjelaskan tingkah laku
manusia. Tiga mazhab dalam dunia psikologi adalah :

1. Psikoanalisa
Munculnya psikoanalisa dalam dunia psikologi bisa dianalogikan
dengan revolusi Copernican dalam natural science; dicaci, ditolak,
tapi diagungkan pada akhirnya. Sigmund Freud adalah bapak tokoh
psikoanalisa. Dua hal yang bisa dicatat sebagai awal konflik teori

11
tesebut. Pertama, psikologi yang berkembang pada waktu Freud
mencuatkan teorinya bayak memfokuskan perhatian pada
“kesadaran” manusia. Freud berkeyakinan bahwa perilaku dan
kepribadian manusia banyak dipengaruhi oleh ketidaksadaran. Pada
pandangan Freud, sebagian perilaku manusia diatur oleh insting.
Dorongan insting diseabkan oleh kebutuhan fisik yang memotivasi
seseorang untuk memusakannya sehingga proses fisik tersebut
mencapai keseimbangan. Insting memilki 4 karakteristik utama :

 Bersumber dari kekurangan yang bersifat fisik


 Bertujuan memuaskan kebutuhan
 Dorongan yang menggerakkan seseorang untuk bertindak
 Objek yang menjadi sasaran insting tersebut
Menurut Freud, bahwa setipa orang memilki insting untuk
mempertahankan hidup. Tiap orang memiliki dorongan untuk
memuaskan rasa lapar, haus, atau kebutuhan seksual. Freud
mengtakan libido adalah energi yang berhubungan dengan insting
seksual, tetapi kemuidan dia meralatnya dan berpandangan bahwa
libido adalah perasaan psikis dan kenikmatan yang berhubungan
dengan pemuasan insting kehidupan. Freud juga mengakui adanya
insting kematian. Dia percaya bahwa tujuan semua kehidupan
adalah kematian. Agersivitas adalah unsure utama dari insting
kematian.

Struktur Kepribadian dan Kecemasan

12
Dalam mencoba memahami system kepribadian manusia, Freud
membangun model kepribadian yang saling berhubungan dan
menimbulkan ketegangan satu sama lain. Konflik dasar dari tiga
system kepribadian tersebut menciptakan energi psikis individu.

Tiga system kepribadian tersebut adalah id, ego, dan superego.

 Id
Id merupakan “gudang” penyimpan kebutuhan-kebutuhan manusia
yang mendasar, seperti makan, minum, istirahat, atau rangsangan
seksualitas dan agresivitas. Id bekerja menurut prinsip kenikmatan
(pleasure principle), karenanya jika pemenuhan kebutuhan id
terhambat, akan terjadi konflik-konflik yang menimbulkan rasa
gelisah, sakit, dan perasaan lain yang tidak menyenangkan. Dua
cara yang dilakukan id dalam memenuhi kebutuhannya untuk
meredakan ketegangan yang timbul yaitu melalui refleks atau
reaksi-reaksi otomatis seperti berkedip , serta melalui proses primer
seperti membayangkan makanan pada saat lapar. Dalam hal ini,
diperlukan system lain yang dapat merealisasikan imajinasi itu
menjadi kenyataan. System itu adalah ego.

 Ego
Keberadaan ego sendiri adalah dalam rangka membantu manusia
mengadakan kontak dengan realitas. Hanya ego yang dapat
menjalankan fungsi ini dengan cara membedakan antara objek yang
ada pada pikiran dan objek yang ada pada dunia nyata. Dalam
menjalankan fungsi ini, ego bekerja menurut prinsip ealitas (reality

13
principle). Ego juga menuntut penundaaan tindakan sampai ia
menentukan apa yang harus dihadirkan sebagai objek realitas
(secondary process). Proses ini melibatkan pengujian realitas
(reality testing), dimana ego membuat rencana untuk memuaskan
kebutuhan dan menguji kembali, apakah rencana itu dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan id yang sesuai dengan
realita. Disini ego berfungsi untuk memilih rangsangan yang harus
dipuaskan, kapan dan bagaimana cara memuaskannya. Karena
berfungsi demikian, ego dikatakan memiliki fungsi eksekutif dalam
kepribadian manusia.

 Superego
Superego sangat dekat dengan apa yang disebut sebagai kesadaran
akan peraturan dan nilai-nilai moral. Freud menjabarkan superego
sebagai proses internalisasi individu tentang nilai-nilai moral
masyarakat. Freud membagi superego yang berifat ideal ini dalam
dua komponen yaitu suara hati (conscience) dan ego ideal.
Meskipun superego memiliki fungsi positif dalam mengontrol
doronghan-dorongan primitf dan mendorong individu untuk
memantapkan karier yang produktif di masyarakat, namun ia juga
memilki implikasi yang negative.

Dalam penjabaran tentang struktur kepribadian ini. Freud


memberikan kontribusi berharga terhadap pemahaman kecemasan
(anxiety). Kecemasan adalah perasaan tidak menyenangkan yang
sangat membahayakan self. Freud mengkategorikan kecemasan ini
menjadi tiga bagian :

14
 Kecemasan realitas (reality anxiety), yaitu kecemasan terhadap
bahaya-bahaya yang datang dari luar, sepeti kecemasan terhadap
kegagalan perkawinan yang dialami seseorang saat akan menikah.
 Kecemasan neurotik (neurotik anxiety), yaitu kecemasan terhadap
hal-hal yang ada dalam baynagan seseorang karena pengalamannya.
 Kecemasan moral (moral anxiety), yang muncul pada saat
seseorang melanggar nilai moral di masyarakat atau keluarga.

Mekanisme Pertahanan Ego :

a. Represi (repression); merupakan usaha dari ego untuk menyimpan


impuls-impuls id ynag tidak dikehendaki dari alam kesadaran.
b. Penyangkalan (denial); merupakan penolakan seseorang terhadap
perasaan yang tidak menyenangkan.
c. Pemindahan (displacement); usaha tanpa sadar individu untuk
memuaskan kebutuhan impuls id dengan mengganti objeknya,
karena objek yang lansung dapat memuaskan id itu tidak tersedia.
d. Sublimasi (sublimation); salah satu bentuk displacement di mana
impuls id tidak dapat diterima atau bukan objek yang menjadi
tujuan yang kaan dipindahkan atau mengalami transformasi.
Impuls-impuls ynag tidak dapat diterima akan dipindahkan oleh
individu hingga dapat diterima secara sosial.
e. Proyeksi (projection); merupakan pertahanan ego dengan menyebut
karakteristiknya ynag tidak disenangi kepada orang lain.
f. Identifikasi (identification); merupakan cara meredakan ketegnagan
melalui imitasi atau identifikasi dengan orang-ornag yang dianggap
lebih berhasil dalam meuaskan kebutuhannya.

15
g. Pembentukan reaksi (reaction formation); bertujuan
menyembunyikan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang
menimbulkan kecemasan dengan cara bersikap dan berprilaku
kebalikan dari pikiran dan perasaan sesungguhnya.
h. Rasionalisasi ( rationalization); dalam mekanisme pertahanan ini,
individu menggantikan sesuatu yang tidak dapat diterima oleh
ketidaksadaran menjadi suatu yang dapat diterima oleh kesadaran.
i. Intelektualisasi ( intelectualization); mereduksi kecemasan dalam
bentuk objektif, tanpa emosi dengan melibatkan intelektual dan
dengan bahsa abstrak.
j. Regresi (regression); merupakan suatu cara untuk mencegah
kecemasan yang timbul dengan berperilaku kekanak-kanakan.
k. Fiksasi (fixation); bertujuan menghindarkan seseorang dari
ketakutan dan frustasi terhadap situasi baru.

Penggunaan berbagai mekanisme pertahanan diri tersebut bukan


merupakan bahya, sejauh mekanisme tersebut meredakan
ketegangan, menciptakan harmoni dalam kondisi kejiwaan. Akan
tetapi, jika mekanisme pertahanan tersebut terlalu sering digunakan,
akan membahayakan serta melumpuhkan kapasitas individu dalam
menghadapi realitas.

Teori Perkembangan Psikologi Seksual

Freud membagi perkembangan kepribadian dalm skema


perkembangan psikoseksual sebagai berikut :

 Tahap Oral

16
Semua bayi praktis hanya menggunakan id dan tidak dapat
membedakan antara self dengan lingkungan. Bayi dikontrol oleh
impuls-impuls biologis dan pada dasarnya adalah selfish. Fokus
rasa nikmat atau impuls “seksual” selama tahap pragenital pertama
adalah mulut. Orangtua merupakan sumber pemuasan kebutuhan
dalam menentukan apakah seseorang bayi akan mengalami
kesulitan kepribadian atau tidak dalam hidupnya kelak. Kesulitan
ini bisa terjadi karena sikap orangtua yang terlalu memanjakan
kebutuhan bayinya atau sebaliknya.

 Tahap Anal
Selama dua atau tiga tahun, perasaan nikmat terfokus pada lubnag
dubur (anal cavity). Pada thaap anal ini, puincak kenikmatananak
terjadi sewaktu menahan atau mengeluarkan kotoran. Tahap ini
merupakan awal dari keterpisahan ego dari id dan anak mulai
menyatakan kemandiriannya. Kemandirian ini tentu bukan berarti
sesuatu yang logis dan masuk akal, tetapi merupakan
interdependensi ynag negativistik di mana anak menolak apapun
yang ditawarkan oleh orangtuanya.

 Tahap Phalik
Selama usia empat dan lima tahun, tekanan seksual terpusat pada
wilayah genital. Bagi anak laki-laki, terjadi perkembangan
keinginan untuk mengadakan kontak seksual dengan ibunya. Anak
perempuan mengalami rasa iri tentang alat kelamin lelaki (penis
envy). Mereka mulai mencintai ayanhnya kaena ayahnya memiliki
“objek” yang dikehendaki.

 Tahap Laten

17
Dari usia enam tahun sampai masa puber, merupakan periode
dimana insting seksual sedang “tidur”. Energi seksual tidak pupus
pada tahap laten tapi tesublimasikan dalam bentuk pencarian yang
lain, misalnya belajar berbagai keterampilan di sekolah.

 Tahap Genital
Dengan meningkatnya perkembangan ke amsa pubertas, tensi
seksual meningkat dengan dramatis. Insting seksual kini tertuju
pada objek seksual yang sesungguhna. Jika seseorang tidak
mengalami trauma di masa kanak-kanak, penyesuaian diri dengan
lawan jenis akan berlangsung engan baik. Bagi Freud, orang yang
normal adalah seseorang yang memilki penyesuaian memuaskan
dalm dua wilayah utama, yaitu cinta dan pekerjaan.

2. Behaviorisme
Pendekatan behaviorisme oleh Skinner menyatakan bahwa
kepribadian akan dapat diketahui dari perkembangan perilaku
manusia dalam interaksi dengan lingkungannya secara kontinu.

Behaviorisme membantu mengembangkan psikologi S-R (stimulus-


respon) selama kurun waktu medio pertama abad kedua puluh ini.
Psikologi S-R merupakan hasil karya B. F Skinner (ahli psikologi
dari Harvard) yang sampai saat ini masih berpengaruh di Amerika
Serikat. Psikologi S-R mempelajari stimuli yang menarik keluar
respon-respon tingkah laku, ganjaran, dan hukuman yang
mempertahankan respon-respon tingkah laku itu, serta modifikasi-
modifikasi tingkah laku yang diperoleh melalui pengubahan pola-

18
pola ganjaran dan hukuman tadi. Apa yang terjadi dalam tubuh
organisme tidak dipelajari oleh psikologi S-R. Ahli-ahlinya
menyatakan bahwa sekalipun otak dan system saraf menimbulkan
kegiatan-kegiatan rumit yang tidak dapat dilihat (karena berada
dalam black box), tetapi pada hakekatnya ilmu dalam psikologi
dapat didasarkan pada apa yang masuk ke dalam dan apa yang
keluar dari black box itu). Jadi, teori belajar dapat dikembangkan
dengan mengobservasi bagaimana tingkah laku yang dipelajari itu
berubah-rubah sesuai dengan kondisi lingkungannya; misalnya
apakah kondisi-kondisi stimulus serta pola-pola ganjaran dan
hukuman mengarahkan pada belajar yang paling cepat dengan
kesalahan paling sedikit. Teori ini tidak perlu merinci perubahan-
perubahan yang terjadi dalam sistem saraf yang dihasilkan oleh
kegiatan belajar.

Skinner membuat 3 asumsi dasar, yaitu :

1. Tingkah laku itu terjadi menurut hukum (behavior can be


controlled). Walaupun mengakui bahwa tingkah laku manusai
adalah organisme yang berperasaan dan berpikir, Skinner tidak
mencari penyebab tingkah laku di dalam jiwa manusia dan menolak
alasan-alasan penjelasan dengan keadaan pikiran )mind) atau motif-
motif internal.
2. Tingkah laku manusia tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme
psikis seperti id atau ego. Tingkah laku dapat dijelaskan hanya
berkenaan dengan kejadian atau situasi-situasi anteseden yang dapat
diamati. Kondisi-kondis social dan fisik di lungkungan kita sangat
penting dalam menentukan tingkah laku.
3. tingkah laku manusia tidak ditentukan oleh pilihan individual.
Skinner menolak bahwa orang-orang adalah pelaku-pelaku bebas

19
yang menentukan nasibnya sendiri. Tingkah laku manusia
(kepribadiannya), menurut Skinner ditentukan oleh kejadian-
kejadian di masa lalu dan sekarang dalam dunia objektif di mana
dia mengambil bagian.
Menurut Skinner, kepribadian terutama adalah hasil dari sejarah
penguatan pribadi individu (individual’s personal history of
reinforcement). Walaupun pembawaan genetis (genetic
endowment) turut berperan, penguatan-penguatan menentukan
tingkah laku khusus yang terbentuk dan dipertahankan, serta
merupakan khas bagi individu yang bersangkutan.

Skinner lebih menyukai menyelidiki kepribadian dengan


memfokuskan pada aspek belajar dengan tingkah laku yang banyak
mengizinkan individu melangsungkan hidup dan berhasil dalam
transaksinya dengan lingkungan.

Skinner membedakan dua tipe tingkah laku :

1. Operan
Tingkah laku operan lebih mengacu pada reaksi-reaksi individu
yang menunjukkn bahwa ia mengadakan hubungan dengan
lingkungan, mengubah dan diubah oleh lingkungan. Tingkah laku
ini dikendalikan oleh akibat-akibat yang mengikuti perbuatan.
Tingkah laku operan juga disebut sebagai tingkah laku instrumental
dalam menghasilkan akibat pada lingkungan.

2. Responden
Perilaku responden diperoleh dengan stimulus yang dapat
diidentifikasi, karena itu perilaku memperoleh tanggapan subjek.
Respon dapat dipelajari memlalui classical conditioning.

20
Tingkah laku lebih mungkin dilakukan bila ada penguat positif
seperti makanan, air, atau kasih sayang. Tingkah laku tersebut juga
diperkuat dengan dikeluarkannya stimulusynag tidak disukai
(aversive) dari suatu situasi misalnya kritik atau suhu eksterm.
Stimulus yang terakhir ini disebut sebagai penguat negative. Kedua
penguat tersebut bisa memperkuat tingkah laku. Tingkah laku pada
umumnya dikurangi dengan stimulus hukuman seperti dipukul atau
dikeluarkannya penguat positif seperti mengambil mainan dari
seorang anak.

Skinner menyatakan bahwa hukuman adalah teknik yang umum


digunakan dalam dunia modern. Baginya, hukuman menekan
tingkah laku untuk sementara tetapi tingkah laku itu dapat muncul
kembali bila kemungkinan hukuman ditarik atau dikendurkan.

Efek Hukuman :

 Hukuman bisa membangkitkan reaksi-reaksi emosional yang


bertentangan dengan tingkah laku yang seharusnya.
 Hukuman juga bisa menyebabkan konflik yang kuat dalam diri
seseorang yaitu ketidaksesuiaan antara respon atau reaksinya.

Karena efek dari hukuman itu, Skinner percaya bahwa kita harus
menghindar dari penggunaaan hukuman untuk mengendalikan
tingkah laku. Malahan kita harus memfokuskan diri pada
penggunaan penguat-penguat positif.

Teknik Pengontrol Tingkah Laku

21
Skinner tidak hanya tertarik dengan jadwal penguatan (schedules of
reinforcement) yang menentukan tingkah laku tetapi juga dalam
peranan self control processes. Adapun tekinik pengontrol tingkah
laku tersebut adalah :

1. pengekangan fisik ( physical restraints)


2. bantuan fisik (physical aids)
3. mengubah kondisi stimulus (changing the stimulus conditions)
4. memanipulasi kondisi emosional (manipulating emotional
conditions)
5. melakukan respon-respon lain (performing alternative responses)
6. menguatkan diri secara positif (positive self reinforcement)
7. menghukum diri sendiri (self punishment)

3. Humanistik
Pandangan humanistik percaya bahwa di dalam diri seseorang
terdpat potensi untuk bertumbuh secar kreatif ke arah yang positif,
menekankan nharga diri dan kemapuan manusia untuk
mengaktualisasikan dirinya. Pendekatan humanistik menyatakan
bahwa individu bebas memilih dan menentukan tindakan-tindakan
yang akan dilakukannya; namun sebagai konsekuensinya individu
itu bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukannya. Artinya, individu itu harus memikul konsekuensi
setiap tindakannya, tidak menyalahkan lingkungannya. Konsep
humanistik ini, yang dikembangkan oleh ahli-ahli filsafat
eksistensialisme (Kierkegaad, Nietzche, Sartre), menekankan sifat
“human” yang membedakan manusia dari hewan, terutama dalam

22
hal manusia memiliki kemauan bebas dan dorongan ke arah
aktualisasi diri. Pendekatan ini menolak konsep yang menyatakan
bahwa manusia itu merupakan suatu mekanisme yang dikendalikan
oleh stimuli luar (behaviorisme) atau dikendalikan oleh impuls-
impuls tidak sadar (psikoanalisis). Manusia merupakan “aktor”
yang mampu mengendalikan nasibnya sendiri dan mengubah
dunianya.

Abraham Harold Maslow salah seorang psikolog humanis,


melandaskan teorinya pada tercapainya cita-cita humanisme yang
dibahasakan dengan “ mausia yang actualized”. Manusia yang bisa
mengaktualisasikan segenap potensi yang positif dalm dirinya untuk
masyrakatnya. Untuk itu Maslow mengkategorikan secara ketat apa
yang dimaksud aktualisasi diri, prosenya maupun ciri orang yang
actualized.

Maslow mengkonsepsikan pandangan perilaku organisme sebgaai


sesuatu yang bersifat holistik, merupakan satu kesatua utuh.
Individu merupakan keseluruhan ynag padu dan teratur, sehingga
seluruh pribadinya digerakkan oleh motivasi dan bukannya hanya
sebagian. Maslow mendasarkan teori aktulaisasi diri dengan asumsi
bahwa setipa manusai memilii hakikat intrinsik yang baik dan itu
memungkinkan untuk mewujudakn perkembangan. Perkembangan
yang sehat terjadi bila manusia mengaktualisasikan diri dan
mewujudkan segenap potensinya.

Pada prinsipnya, keberadaan manuisa memiliki dua kebutuhan


dasar yang berakar pada keadaan biologis mereka. Dua kebutuhan
itu dinamkaan deficiency atau basic needs dan rowth atau mtea
needs. Maslow memformulasikan teori motivasinya itu berdasrakan

23
kebutuhan-kebutuahn manusia dan menyusunnya dalam suatu
hierarki dikenal sebagai hierarchy of needs, kebutuhan-kebutuhan
ini disusun dalam satu tingkatan dimana kebutuhan yang berada
dibawah menuntut pemuasan terlebih dahulu sebelum dipuaskannya
kebutuhan yang berada di atasnya.

5 kebutuhan dasar tersebut adalah :

1. Physiological Needs
Physiological Needs termasuk rasa lapar, haus, udara, seks dan
tidur. Ketika kebutuhan fisiologis telah dipuaskan, kita akan
merasa membutuhkan kebutuhan untuk merasa nyaman.

2. Safety Needs
Kebutuhan akan kenyamanan termasuk stabilitas, rasa nyaman,
perlindungan, keteraturan dan kemerdekaan dari rasa takut dan
kekacauan. Dalam pandangan Maslow, kebutuhan rasa aman sudah
dirasakan individu sejak kecil ketika ia mengeksplorasi
lingkungannya.

3. Belongingness and Love Needs


Setelah 2 kebutuhan yang lebih rendah terpenuhi, kebutuhan akan
pertemanan dan cinta segera muncul. Maslow mengatakan bahwa
kita semua membutuhkan rasa diingini dan diteima oleh orang lain.

4. Esteem Needs
Maslow membedakan kebutuhan akan penghargaan diri ini menjadi
2 yaitu pertama kebutuhan penghargaan yang didasarkan atas
respek terhadap kemampuan, kemandirian, dan perwujudan kita
sendiri. Kedua, penghargaan yang didasarkan atas penilaian ornag

24
lain. Penghargaan ini dapat dilihat dengan baik dalam usaha untuk
mengapresiasikan diri dan mempertahnkan status.

5. Need for Self Actualization


Ketika semua kebutuhan pada semua level bawah telah dipenuhi,
orang mulai bertanya apalagi yang diinginkan dalam hidup.
Jawaban akan pertanyaan tersebut berbeda pada tiap orang. Maslow
mengungkapkan gagasan-gagasan bagaimana seorang individu
dapat mengaktualisasikan diri dan bagaimana seorang individu
dapat mengaktualisasikan diri dan bagaimana melalui pendidikan
masyarkat dpat mendorong aktualsasi diri. Akan tetapi, aktualisasi
diri adalah tujuan yang tidak pernah dapat dicapai sepenuhnya.
Hanya sedikit orang, bagi Maslow yang mencapai aktualisasi diri
sepenuhnya karena gerakan ke arah aktualisasi diri ini tidak
otomatis atau mudah.

2.4 PROSES PEMBENTUKAN DAN FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI PERILAKU

A. PROSES PEMBENTUKAN
Seperti telah dipaparkan di depan bahwa prilaku manusia
sebagaian besar ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang
dipelajari berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalan
ialah bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai engan yang
diharapkan
1. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh
dengan kondisionig atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri

25
untuk berprilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan
terbentuklah perilaku tersebut. Misal anak dibiasakan bangun pagi,
atau menggosok gigi sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila
diberi sesuatu oleh orang lain, membiasakan untuk tidak datang
terlambat disekolah dan sebagainya. Cara ini didasarkan atas teori
belajar kondisioning baik yang dikemukakan oleh Pavlov maupun
Thorndike dan Skinner (lih. Hergenhahn, 1976). Walaupun anatara
Pavlov, Thorndike dan Skinner terdapat pendapat yang tidak seratus
persen sama, namun para ahli tersebut mempunyai dasar pandangan
yang tidak jauh berbeda satu edngan yang lain. Kondisioning
Thorndike dan Skinner dikenal sebagai kondisioning klasik,
sedangkan kondisioning Pavlov dikenal dengan kondisioning
operan. Walau demikian ada yang menyebut kondisioning
Thorndike sebagai kondisioning instrumental, dan kondisioning
Skinner sebagai kondisioning operan. Seperti telah dipaparkan
didepan atas dasar pandangan ini untuk pembentukan perilaku
dilaksanakan dengan kondisioning atau kebiasaan.

2. Pebentukan perilaku dengan pengertian (insight)


Di samping pembentukan perilaku dengan kondisioning ata
kebiasaan, pembentukan dapat ditepuh dengan pengertian atau
insight. Misal datang kuliah jangan sampai terlambat, karena hal
tersebut dapat menganggu teman-teman yang lain. Bila naik motor
harus pake helm, karena hem tersebut ntuk keamanan diri, dan
masih banyak contoh untuk mengambarkan hal tersebut. Cara ini
berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai
adanya pengertian. Bila dala eksperimen Thorndike dalam belajar
yang dipentingkan adalah soal latihan, maka eksperimen Kohler
dala belajar yang penting adalah pengertian atau insight. Kohler

26
adalah salah seorang tokoh dala psikologi Gestalt dan termasuk
dalam aliran kognitif (Iih. Hergenhahn, 1976).

3. Pembentukan prilaku dengan menggunakan model.


Di samping cara-cara pembentukan prilaku seperti tersebut
diatas, pembentukan perilaku masih dapat ditempuh dengan
menggunakan model atau contoh. Kalau orang bicara bahwa orang
tua sebagai cntoh anak-anaknya, pemimpin sebagai panutan
dipimpinannya, hak tersebut menunjukan pembentukan prilaku
dengan menggunkan model atau contoh olrh yang dipimpinnya.
Cara ini didasarkan atas teori belajar social (social learning theory)
atau learning theory yang dikemkakan oleh Bandura (1977).

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU


Menurut Green (2000), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama
yaitu: faktor predisposisi ( predisposing factor), faktor pemungkin
(enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing factor)
(Notoatmodjo, 2003; Green, 2000).

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) terwujud dalam:


a Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensori khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbetuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang
didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng (Sunaryo, 2004;
Notoatmodjo, 2003).

27
b Sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus
atau obyek baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga
manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersebut.
Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respon
terhadap stimulus tertentu ( Sunaryo, 2004; Purwanto, 1999 ).
Tingkatan respon adalah menerima (receiving), merespon
(responding), enghargai (valuing), dan bertanggung jawab
(responsible) (Sunaryo, 2004; Purwanto, 1999 ).

c Nilai-nilai
Nilai-nilai atau norma yang berlaku akan membentuk perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai atau norma yang telah melekat pada
diri seseorang (Green, 2000).

d Kepercayaan
Seseorang yang mempunyai atau meyakini suatu kepercayaan
tertentu akan mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi suatu
penyakit yang akan berpengaruh terhadap kesehatannya ( Green,
2000 ).

e Persepsi
Persepsi merupakan proses yang menyatu dalam diri individu
terhadap stimulus yang diterimanya. Persepsi merupakan proses
pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang
diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu

28
yang berarti dan merupakan respon yang menyeluruh dalam diri
individu. Oleh karena itu dalam penginderaan orang akan
mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan
mengaitkan dengan obyek. Persepsi pada individu akan menyadari
tentang keadaan sekitarnya dan juga keadaan dirinya. Orang yang
mempunyai persepsi yang baik tentang sesuatu cenderung akan
berperilaku sesuai dengan persepsi yang dimilikinya (Sunaryo,
2004; Notoatmodjo, 2003 ).

2. Faktor-faktor pendukung(enabling factor)


Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini
bias sekaligus menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu
perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang baik (Green,
2000). Faktor pendukung (enabling factor) mencakup ketersediaan
sarana dan prasarana atau fasilitas. Sarana dan fasilitas ini pada
hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya suatu
perilaku, sehingga disebut sebagai faktor pendukung atau faktor
pemungkin.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor)


Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan
penguat terhadap timbulnya sikap dan niat untuk melakukan sesuatu
atau berperilaku. Suatu pujian, sanjungan dan penilaian yang baik
akan memotivasi, sebaliknya hukuman dan pandangan negatif
seseorang akan menjadi hambatan proses terbentuknya perilaku.
Hal yang paling berpengaruh terhadap perubahan perilaku perawat
adalah motivasi.

29
2.5 MACAM-MACAM PERILAKU MANUSIA

Perilaku pada manusia dapat dibedakan antara perilaku


reflektif dan perilaku non reflektif. Perilaku yang reflektif
merupakan perilaku yang terjadi atas reaksi secara spontan terhadap
stimulus yang mengenai organisme tersebut. Misalnya reaksi kedip
mata bila kena sinar , gerak lutut bila kena sentuhan palu, menarik
jari bila terkena hp dan sebagiannya. Reaksi atau perilaku reflektif
adalah perilaku yang terjadi dengan sendirinya.
Lain halnnya dengan perilaku yang non refleksi. Perilaku ini
dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak. Dalam
kaitan ini stimulus setelah diterima oleh reseptor kemudian
diteruskan ke otak sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran., baru
kemudian terjadi respon. Proses inilah yang disebut proses
psikologis. Perilaku atau aktivitas atas dasar proses psikologis inilah
yang disebut perilaku psikologis.
Pada perilaku manusia, perilaku psikologis inilah yang
dominan,merupakan perilaku yang banyak pada diri manusia, di
samping adanya perilaku reflektif. Di samping perilaku manusia
dapat dikendalikan atau terkendali, perilaku manusia juga
merupakan perilaku yang terintergrasi,yang berarti bahwa
keseluruhan keadaan individu itu terlihat dalam perilaku yang
bersangkutan, bukan bagian demi bagian. Karena begitu
kompleksnya perilaku manusia itu maka psikologi ingin memahami
perilaku tersebut.
Brance (dalam Walgito 2004:12) “Perilaku manusia dapat
dibedakan antara perilaku yang refleksif dan perilaku yang non
refleksif”. Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi
atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai

30
organisme tersebut. Misalnya reaksi kedip mata bila kena sinar,
menarik jari bila jari kena api dan sebagainya. Reaksi atau perilaku
reflektif adalah perilaku yang terjadi dengan sendirinya, secara
otomatis. Stimulus yang diterima oleh organisme atau individu
tidak sampai ke pusat susunan syaraf atau otak, sebagai pusat
kesadaran, sebagai pusat pengendali dari perilaku manusia. Lain
dengan halnya perilaku non-reflektif. Perilaku ini di kendalikan atau
diatur oleh pusat kesadaran otak. Dalam kaitan ini stimulus setelah
diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat
syaraf, baru kemudian terjadi respons melalui afektor. Proses yang
terjadi dalam otak atau pusat kesadaran ini disebut proses psikologi.
Perilaku atau aktivitas atas dasar proses psikologis inilah yang
disebut aktivitas psikologis atau perilaku psikologis.
Skinner seorang ahli psikologi (dalam Notoatmodjo,
2010:20) merumuskan bahwa “perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar)”. Dengan
demikian perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus,
organisme, respons sehingga teori Skinner ini disebut dengan teori “
S-O-R” (Stimulus, Organisme, Respons ).
Notoatmodjo (2010:21) berdasarkan teori “S-O-R” tersebut,
maka perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Perilaku tertutup (covert behavior) .
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut
masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas.
Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,
perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” atau “covert
behavior” yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.

31
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut
sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari
luar atau “observable behavior”.
Notoatmodjo (2010:25) mengemukakan bahwa perilaku dapat
dibatasi sebagai jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan
sebagainya). Untuk memberikan respon terhadap situasi di luar
objek tersebut. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan).
Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga) jenis, yaitu :
a. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui
situasi dan rangsangan.

b. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap


keadaan atau rangsangan dari luar diri si subyek, sehingga alam itu
sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya,
sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan
keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik, tetapi
mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia.
Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala
budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

c. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa


perbuatan terhadap situasi dan suatu rangsangan dari luar.

2.6 DOMAIN PERILAKU MANUSIA

Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang


lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli
psikologis pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3

32
domain. Pembagian ini dilakukan untuk tujuan pendidikan. Bahwa
dalam suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan
ketiga domain perilaku tersebut, yakni:
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotor

Dalam perkembangannya, Teori Bloom ini dimodifikasi untuk


pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni:

1. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang


diberikan. (knowledge)
2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan. (attitude)
3. Tindakan atau praktek yang dilakukan oleh peserta didik
sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan. (practice)
4. Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa
dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu lebih dahulu
terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya. Oleh
karena itu menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan
selanjutnya menimbulkan respons batin dalam bentuk sikap si
subjek terhadap objek yang diketahui itu. Pada akhirnya,
rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari
sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu
berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus
atau objek tadi. Akan tetapi, di dalam kenyataan stimulus yang
diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan,
artinya, seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru dengan
mengetahui terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang

33
diterimanya. Dengan kata lain, tindakan (practice) seseorang tidak
harus disadari oleh pengetahuan atau sikap.

2.7 CONTOH KASUS

John Lennon dikenal dunia karena menjadi salah satu


anggota pendiri grup band paling berpengaruh dari abad ke-20, The
Beatles. John Winston Lennon lahir pada tanggal 9 Oktober 1940 di
Liverpool, Inggris dari pasangan Julia Stanley dan Alfred “Alf ”
Lennon. John dibesarkan oleh bibinya yng bernama Mimi Smith
dan pamannya yang bernama George Smith. John banyak
mengalami kejadian tragis semasa hidupnya. Kesuksesan The
Beatles membawa John pada kepopularitasan yang mengakibatkan
John mengkonsumsi obat-obatan dan bermain perempuan.
Pernikahannya dengan Chyntia Powell pada tahun 1962
menghasilkan seorang anak yang bernama Julian pada tahun 1963.
Chyntia dan John bercerai pada tahun 1967. Pada tahun 1966 John
bertemu Yoko Ono dan tiga tahun setelahnya mereka menikah.
Setelah berehnti dengan The Beatles, John bersama Yoko mengejar
solo karir memproduksi lagu bertajuk “imagine” dan “happy
Xmas”. Pernikahannya dengan Yoko menghasilkan anak bernama
Sean Taro Lennon pada tahun 1975. John lalu vakum dari industry
musiknya selama empat tahun untuk membesarkan anak nya. Pada
tanggal 8 Desember tahun 1980, John Lennon dibunuh oleh Mark
David Chapman di depan gedung apartemennya di Dakota.
John yang dikenal sangat berpengaruh pada masanya
ternyata memiliki masa yang sangat kelam. Dimulai dari kekerasan
yang dilakukannya pada anak dari pernikahan pertamanya bersama
Chyntia Powell. John sebenarnnya tidak menginginkan anak dari
pernikahannya. John juga melakukan kekerasan dengan

34
membenturkan kepala istrinya kedinding. John yang termakan oleh
kepopularitasan nya banyak mengkonsumsi obat-obatan dan
bermain wanita. John juga pernah mematahkan tulang rusuk
temannya karena dituduh homoseksul. John juga seringkali
berselingkuh dari istrinya dan akhirirnya bercerai karena terpesona
oleh Yoko Ono yang kala itu akan menjadi istri keduanya. John
tetap banyak melakukan kekerasan. Dia diagnose menderita bipolar
dan menjadi disleksia.
Dibalik semua itu ternyata John Lennon memiliki masa
kecil yang tidak bahagia. Dimulai dari perceraian orang tuanya,
didikan yang keras dari sang bibi, masa remaja yang dipenuhi
dengan kasus kenakalan disekolah seperti membaca majalah
pornografi, dan kala itu John juga menyaksikan kematian ibunya
ditabrak mobil polisi. John juga kehilangan figur seorang ayah.

35
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku


manusia merupakan hasil dari segala pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya. Perilaku manusia terdiri dari
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, sifat-
sifat umum dan khusus perilaku manusia, bentuk-bentuk perubahan
perilaku, dan macam-macam perilaku manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terdiri Faktor
Personal, dan Faktor Situsional. Sifat-sifat umumnya terdiri dari
pengamatan, perhatian, tanggap, fantasi, ingatan, berfikir, motif.
Bentuk-bentuk perilakunya yaitu, perbahan alamiah, perubahan
terencana, kesediaan untuk berubah. Begitu juga macam-macam
perilakunya yaitu perilaku refleks dan perilaku refleks bersyarat.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa manusia itu
unik dan berbeda, dari perbedaan itu pula yang menyebabkan
adanya interaksi sosial diantara manusia.Teori-teori diatas juga
menunjukkan pada kita bahwa perilaku itu didorong dan
diarahkanketujuan. Mereka juga menunjukkan pada kita bahwa
perilaku yang ingin mencapai tujuan cenderung untuk
menetap.Terkadang manusia merasa nyaman dengan perbedan
tetapi ada juga yang tidak merasa nyamandalam perbedaan yang
ada dikarenakan lingkungan tempat manusia tersebut.

36
3.2 SARAN

Sebagai seorang mahasiswa, khususnya mahasiswa fakultas


keperawatan kita harus mengetahui dengan pasti segala bentuk prilaku maupun
psikologis keperawatan; dan makalah ini merupakan salah satu bagian pembelajaran
yang sesuai.

37
DAFTAR PUSTAKA

Walgito, bimo.2010.Pengantar Psikologi


Umum.Yogyakarta.CV.Andi Offset.
Widayatun, Tri Rusmi.1999.Ilmu Perilaku.Jakarta.CV.Sagung Seto.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/110/jtptunimus-gdl-
afipkhoiru-5471-3-babii.pdf diakses pada tanggal 11 Agustus 2019,
Jam 22.03

38

Anda mungkin juga menyukai