Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KAPITA SELEKTA HUKUM TATA NEGARA


KONSEP OTONOMI DAERAH DAN ANALISI PRAKTEK
DOSEN PENGAMPU:
Burhanuddin,S.H.I,MH

Di Susun Oleh:
Kelompok 7
1. Harlin Agustin NIM: 106180223
2. Hekmi Yulita Sari NIM: 106180

PRODI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa syukur yang tiada terhingga atas kehadirat Allah SWT., Berkat Rahmat dan
Inayah-Nya jua lah, Alhamdulillah, akhirnya kami bisa menyelesaikan Makalah ini.Shalawat serta
salam tiada lupa pula terhaturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW., Beserta para
Keluarga, Sahabat, dan para pengikut-pengikut beliau hingga hari akhir nanti.Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah “Kapita Sellekta Hukum Tata Negarat”, yang
diasuh oleh Dosen kami”Bapak Burhanuddin’’dan dengan selesainya makalah ini, maka kami sebagai
penyusun mengucapkan banyak terima kasih khususnya kepada bapak Dosen Pengajar dalam
pembelajaran mata kuliah ini dan kepada teman-teman semua.Kami menyadari terdapat begitu banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Tetapi kami berharap makalah ini dapat diterima untuk
memenuhi tugas tersebut. Terakhir, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya kelompok 7
dan siapapun yang membacanya.

Jambi, Desember 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….         
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.            Latar belakang   ..........................................................           
1.2.            Rumusan masalah  ......................................................           
1.3.            Tujuan Penulisan...................................................... ..          
BAB II PEMBAHASAN
2.1.            Prinsip Negara Kesatuan............................................        
2.2.            Hubungan antar Lembaga Negara ............................. 
2.3. Konsep otonomi daerah menurut Undang-Undang Republik Indonesia        
BAB III PENUTUP
3.1.      Kesimpulan.......................................................            
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Otonomi secara harafiah bisa dikatakan sebagai daerah. Dalam bahasa


Yunani berasal dari kata autos artinya diri mereka sendiri dan namos artinya
hukum atau aturan.

Berdasarkan Undang-undang No 32 Tahun 2004, definisi otonomi daerah atau


desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
pusat kepada daerah otonomi. Untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pencapaian otonomi tidak hanya dalam pemberitahuan hukum, melainkan


juga kebutuhan globalisasi, yang diperkuat dengan memberi daerah
kewenangan yang lebih besar.
Terdapat beberapa tujuan pemberian otonomi daerah, di antaranya:

Distribusi regional yang merata dan adil


Peningkatan terhadap pelayanan masyarakat yang semakin baik
Adanya sebuah keadilan secara nasional
Adanya pengembangan dalam kehidupan demokratis
Menjaga hubungan yang harmonis antara pusat, daerah, dan antardaerah
terhadap integritas Republik Indonesia.
Mendorong pemberdayaan masyarakat
Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat dan
mengembangkan peran dan fungsi DPRD.
1.2.     Rumusan Masalah
1.       Bagaimanakah prinsip negara kesatuan?
2. Bagaimanakah asas-asas penyelenggaraan pemerintahan di daerah?
3. Bagaimanakah konsep otonomi daerah menurut UU Republik Indonesia?

1.3.     Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami prinsip negara kesatuan
2. Untuk memahami asas-asa penyelenggaraan pemerintahan di daearah
3.Untuk memahami konsep otonomi daerah menurut UU Republik Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Prinsip Negara Kesatuan


Konsepsi Negara kesatuan Republik Indonesia merupakan prinsip dasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Konsepsi tersebut di satu sisi mengukuhkan
keberadaan daerah sebagai bagian nasional, tetapi di sisi memberikan stimulan bagi
masyarakat daerah untuk mengartikulasikan semua kepentingannya, termasuk masalah
otonomi daerah dalam sistem hukum dan kebijakan nasional.Ini lah kemudian disebut sebagai
negara kesatuan yang didesentralisasikan. Penjelasan lebih lanjut mengenai negara kesatuan
yang didesentralisasikan tersebut dapat dilihat dari uraian yang dikemukakan oleh Zulfikar
Salahuddin, Al Chaidar dan Herdi Sahrasad dalam Ni‟matul Huda berikut ini: “Prinsip pada
negara kesatuan ialah bahwa yang memegang tampuk kekuasaan tertinggi atas segenap
urusan negara ialah pemerintah pusat tanpa adanya suatu delegasi atau pelimpahan kekuasaan
pada pemerintah daerah (local government). Dalam negara kesatuan terdapat asas bahwa
segenap urusan-urusan negara tidak dibagi antara pemerintah pusat (central government) dan
pemerintah lokal (local government) sehingga urusan-urusan negara dalam negara kesatuan
tetap merupakan suatu kebulatan (eenheid) dan pemegang tertinggi di negara itu ialah
pemerintah pusat.” Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa kekuasaan
yang sebenarnya tetap berada dalam genggaman pemerintah pusat dan tidak dibagi-bagi.
Dalam negara kesatuan, tanggungawab pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan pada dasarnya
tetap berada di tangan pemerintah pusat.

2.2. Asas-asas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah


Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak terlepas dari penyelenggaraan
pemerintahan pusat, karena pemerintahan daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan
pemerintahan negara.Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, termasuk asas-asas penyelenggaraan pemerintah daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan daerah.
Menurut Inu Kencana Safei, menyebutkan asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap
kebenaran, yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan. Dengan demikian yang
menjadi asas pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem pemerintahan seperti idiologi suatu
bangsa, falsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem pemerintahan.Begitu pula Talizi
dalam Inu Kencana Safiemenyebutkan pengertian asas-asas pemerintahan yang berlaku secara
umum sebagai berikut:
Secara umum dapat dikatakan bahwa asas-asas pemerintahan tercantum di dalam pedoman-
pedoman , peraturan-peraturan”.Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik pada
pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah, pemerintah harus berpedoman pada asas atau 21
prinsip umum penyelenggaraan pemerintahan, karena wilayah Negara Republik Indonesia sangat
luas serta penduduk beragam sehingga pemerintahan yang baik dilaksanakan secara seragam untuk
wilayah Negara Republik Indonesia. Tindakan pemerintah mengeluarkan keputusan tata usaha
negara yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat, asas-asas pemerintahan yang baik menjadi
suatu alasan gugatan. Asas-asas pemerintahan yang baik merupakan sendi dalam mewujudkan
pemerintah yang baik negara Indonesia berdasarkan atas hukum, oleh karena itu setiap tindakan
penyelenggraan pemerintahan berdasarkan atau mempedomani peraturan perundangan yang
berlaku atau segala tindakan pemerintah harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Prinsip
dari asas ini dalam rumusan peraturan yang diwujudkan dari cita-cita hukum (rechtssidee).
Penyelenggaraan pemerintahan didasarkan atas asas musyawarah kekeluargaan sebagai pedoman
yang berakibat saling bantu membantu, saling menghormati dan saling memberikan perlindungan
dalam melaksanakan kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Kedaulatan rakyat
mempedomani bahwa kekuasaan tertinggi berada pada rakyat yang tidak diganggu gugat oleh
siapapun.Kedaulatan rakyat merupakan pencerminan dari prinsip-prinsip demokrasi dalam
perwujudan kebebasan berpendapat, berbicara dan berpartisipasi dalam pemerintahan dan
sebagainya.Demokrasi agar tidak menimbulkan sikap arogan, anarkhis dan penyalahgunaan
wewenang diperlukan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hukum dalam
pelaksanaannya. Berdasarkan Pasal 57 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah propinsi dan kabupaten/kota terdiri
atas kepala daerah dan DPRD dibantu oleh perangkat daerah. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya penyelenggaraan pemerintahan berpedoman pada asas-asas penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang diatur pada Pasal 58 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah, yang terdiri atas :
1. Kepastian hukum
2. Tertib penyelenggara negara
3. Kepentingan umum
4. Keterbukaan
5. Proporsionalitas
6. Profesionalitas
7. Akuntabilitas
8. Efisiensi
9. Efektivitas
10. Keadilan.
Berdasarkan penjelasan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, dijelaskan bahwa asas umumpenyelenggaraan negara dalam ketentuan ini
sesuai dengan Undang- UndangNomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih
Pasal 58 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dari Kolusi,Korupsi,
dan Nepotisme (KKN), ditambah asas efisiensi dan efektivitas sebagaiberikut :
a. Asas kepastian hukum, adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalamsetiap kebijakan penyelenggara negara.
b. Asas tertib penyelenggaraan negara, adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian,
dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara.
c. Asas kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
d. Asas keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memproleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hakasasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
e. Asas proporsional, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hakdan kewajiban
penyelenggara negara.
f. Asas profesionalitas, adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode etik dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yangberlaku.
g. Asas akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Menurut pendapat Prajudi Atmosudirdja S, asas efisiensi adalah sasaran
wajib dikejar seoptimal mungkin dengan kehematan biaya dengan pencapaian produktivitas tinggi.
Sedangkan efektivitas adalah kegiatan harus mengenai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan
atau direncanakan.
Dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang dilakukan pada
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, ada tiga prinsip dasar dalam pelaksanaannya sebagai
berikut :
a) Transparansi
Transparansi adalah upaya untuk menciptakan kepercayaan antara pemerintah dengan warga
masyarakat melalui penyedian sarana informasi yang mudah diproleh masyarakat. Pemerintah
berinisiatif untuk mensosialisasikan berbagai kebijakan pemerintah kepada masyarakat baik
melalui media elektonik, cetak, dialog dengan publik, brosur, pamflet dan lain-lain. Sebagai tolak
ukur keberhasilan pemerintah melakukan transparansi, yakni adanya penambahan wawasan
masyarakat dan pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan, meningkat
partisipasi masyarakat dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, dan berkurangnya
pelanggaran hukum.
b) Partisipasi
Partisipasi masyarakat mendorong bagi setiap warga masyarakat untuk melaksanakan haknya
menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan, demi untuk kepentingan
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga proses pemerintahan dapat
berjalan sesuai dengan asas pemerintahan rakyat. Dengan demikian, maka pemerintah
menyediakan berbagai sarana dan prasarana untuk melakukan komunikasi bagi masyarakat
dalam menyalurkan partsipasi aktifnya.
c) Akuntabilitas
Pemerintah berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pemerintahan
secara periodik melalui badan perwakilan rakyat yang telah dipilih secara langsung, umum,
bebas, rahasia. Dalam tatanan pemerintah pusat, Presiden sebagai penanggungjawab
pemerintahan tingkat pusat menyampaikan bertanggungjawab pemerintahan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat. Sedangkan pada tatanan pemerintahan daerah, Gubernur sebagai kepala
daerah provinsi memberikan pertanggungjawaban pemerintahan kepada Presiden melalui
Menteri Dalam Negeri, dan memberikan keterangan pertanggungjawaban kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi. Bupati dan Walikota memberikan pertanggungjawaban
pemerintahan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur Provinsi, sedangkan kepada
DPRD Kabupaten/Kota hanya memberikan keterangan pertanggungjawaban. Walaupun
masyarakat telah terwakili dalam DPRDProvinsi maupun Kabupaten/Kota, sebagai negara
demokrasi, masyarakat tetap diberikan informasi pertanggungjawaban melalui berbagai sarana
komunikasi yang berada di daerah baik dengan media cetak, elektronik dan lain-lain.

2.3. Konsep Otonomi Daerah menurut Undang-Undang Republik Indonesia


Otonomi daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Otonomi yang nyata maksudnya pemberian otonomi kepada
daerah berdasarkan faktor-faktor perhitungan tindakan dan kebijaksanaan yang benar-benar
menjamin daerah yang bersangkutan secara nyata dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Sedangkan, bertanggung jawab maksudnya pemberian otonomi itu benar-benar sejalan
dengan tujuannya yaitu melancarkan pembangunan yang tersebar dipelosok negara dan
daerah serta dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah. Pelaksanaan otonomi
daerah yang menitikberatkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan
adanya penyerahan sejumlah kewenangan (urusan) dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah
Daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi ini
memerlukan banyak faktor pendukung. Salah satu faktor pendukung yang secara signifikan
menentukan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah kemampuan daerah untuk
membiayai pelaksanaan kekuasaan/kewenangan yang dimilikinya.

Otonomi adalah kebebasan untuk membuat keputusan sendiri dengan tetap menghormati
perundang-undangan.Otonomi adalah wewenang untuk menyelenggarakan pemerintahan
sendiri dengan mematuhi aturan Undang- undang, selain itu otonomi dapat diterjemahkan
sebagai berikut:
a. kepentingan sekelompok penduduk yang berdiam dalam suatu lingkungan wilayah tertentu
yang mencakup mengatur, mengurus, dan mengendalikan, dan mengembangkan berbagai hal
yang perlu bagi kehidupan pendudu.
b. Komponen utama pengertian otonomi, yaitu komponen wewenang dan menetapkan dan
melaksanakan kebijakan sebagai komponen yang mengacu pada konsep pemerintahan yang
diperoleh dari pemerintahan pusat melalui desentralisasi wewenang dan wewenang tersebut
merupakan wewenang formal dan komponen kemandirian sebagai komponen yang mengacu
pada kata oleh dari dan untuk rakyat yang bisa dilihat dari kemandirian daerah tersebut dari
sisi pendapatan yang dihasilkan baik dari pendapatan asli daerahnya (PAD) Yang relatif besar
di bandingkan bentuk dana alokasi umum (DAK) serta dana yang lain.
Dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa
prinsip otonomi yang dianut adalah:
1. Otonomi luas Otonomi luas adalah keluasan daerah untuk menyelenggarakan fungsi
pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan kecuali kewenangan
di dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal dan
agama. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memeberikan
pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan
pada peningkatan kesejahteraan. Selain itu terdapat kewenangan bidang lainnya yang
meliputi:
a. Kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara
makro.
b. Dana perimbangan Keuangan.
c. Sistem administrasi negara dan lembaga perekonomian negara
d. Pembinaan dan pemeberdayaan sumber daya manusia.
e. Pendayagunaan Sumber daya alam serta teknologi yang strategis.
f. Konservasi dan standarisasi nasional.
2. Otonomi Nyata Otonomi nyata adalah keluasan daerah untuk menyelenggarakan
kewenangan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban pemerintah dibidang tertentu yang
secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembangan didaerah yang
berpotensi dengan khas. Bidang yang wajib dilaksanakan oleh daerah kabupaten dan kota,
meliputi Pekerjaan Umum, Kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan,
industri dan 14 perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi dan
tenaga kerja. Sementara itu, otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam
penyelenggaraanya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemeberian
otonomi yang pada dasarnya utnuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat yang merupakan tujuan utama dari tujuan nasional.
3. Otonomi yang Bertanggung Jawab Adalah perwujudan pertanggungjawaban sebagai
konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan
kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam mencapai pemberian otonomi daerah,
Sementara itu, otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi yang dalam
penyelenggaraanya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemeberian
otonomi yang pada dasarnya utnuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat yang merupakan tujuan utama dari tujuan nasional. yang berupa:
a. Peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik.
b. Pengembangan hidup demokrasi.
c. Keadilan dan pemerataan pembangunan.
d. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dalam rangka menuju NKRI.
4. Keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya Artinya mampu membangun
kerjasama anata daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah
ketimpangan antar daerah, hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus
mampu menjamin hubungan 15 yang serasi antar daerah dengan pemerintah, artinya harus
mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah negara dan tetap tegaknya negara
republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan negara. Adapun, pengertian otonomi
daerah menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yaitu hak,
kewenangan dan kewajiban daerah otonom utnik mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”. Atau otonomi daerah juga dapat diartikan sebagai hak penduduk yang tinggal
dalam suatu daerah sebagai satu kesatuan masyarakat hukum yang mengatur, mengurus,
mengendalikan, mengembangkan, urusannya sendiri sesuai dengan aspirasi masyarakat
setempat dengan tetap menghormati peraturan perundangan yang berlaku.
Otonomi Daerah Daerah otonom menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, daerah otonom selanjutnya disebut daerah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dan system negara kestuan republic Indonesia. Sedangkan Menurut PP
No.72 Tahun 2005 tentang Desa, Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan olehpemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuandengan prinsip otonomi 16 seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun1945. Pengertian otonomi daerah sering disalahgunakan atau dipertukarkan
penggunaanya dengan istilah desentralisasi, secara singkat pengertian desentralisasi
mengandung pengertian adanya pemebentukan daerah otonom dan atau penyerahan
wewenang tertentu kepada (daerah yang di bentuk) oleh pemerintah pusat.Sementara itu,
otonomi daerah adalah pemerintahan oleh, dari, dan untuk rakyat dibagian wilayah nasional
suatu negara melalui lembaga pemerinatahan yang secra formal baerada di luar
pemeriantahan pusat.
BAB III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan

Konsepsi Negara kesatuan Republik Indonesia merupakan prinsip dasar dalam


penyelenggaraan pemerintahan daerah. Konsepsi tersebut di satu sisi
mengukuhkan keberadaan daerah sebagai bagian nasional, tetapi di sisi
memberikan stimulan bagi masyarakat daerah untuk mengartikulasikan semua
kepentingannya, termasuk masalah otonomi daerah dalam sistem hukum dan
kebijakan nasional.Ini lah kemudian disebut sebagai negara kesatuan yang
didesentralisasikan.

asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan


pemerintahan daerah, termasuk asas-asas penyelenggaraan pemerintah daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pemerintahan
daerah.
Menurut Inu Kencana Safei, menyebutkan asas adalah dasar, pedoman atau
sesuatu yang dianggap kebenaran, yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip
yang menjadi pegangan. Dengan demikian yang menjadi asas pemerintahan
adalah dasar dari suatu sistem pemerintahan seperti idiologi suatu bangsa,
falsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem pemerintahan.

Berdasarkan penjelasan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah, dijelaskan bahwa asas umumpenyelenggaraan negara
dalam ketentuan ini sesuai dengan Undang- UndangNomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih Pasal 58 Undang- Undang Nomor
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dari Kolusi,Korupsi, dan
Nepotisme (KKN), ditambah asas efisiensi dan efektivitas.

Otonomi Daerah Daerah otonom menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah, daerah otonom selanjutnya disebut daerah kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dan system
negara kestuan republic Indonesia. Sedangkan Menurut PP No.72 Tahun 2005
tentang Desa, Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan olehpemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan
tugas pembantuandengan prinsip otonomi 16 seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun1945.
Daftar pustaka
http://tugaskuliah-ilham.blogspot.com
http://blogperawat-ditha.blogspot.com
http://hukum.kompasiana.com

Anda mungkin juga menyukai