Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENYEBAB KORUPSI “

DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU TUGAS KELOMPOK

MATA KULIAH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Pengampu: Nasrul Wahyu Suryawan,M.Pd

Disusun Oleh:

1. Firman Hidayat ( 201907018)

2. Muhammad Khusairi ( 201907026 )

3. Sapety Amelya Putri ( 201907034 )

4. Septika Ayu Puji Lestari (201907035 )

5. Wike Ella Sari ( 201907044)

PRODRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

TAHUN AJARAN 2019/2020


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3

A.Latar Belakang...................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................3

C. Tujuan.................................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................5

1.Pengertian korupsi..............................................................................................................5

2.Penyebab terjadinya korupsi di Indonesia........................................................................6

3.Faktor penyebab terjadinya korupsi.................................................................................9

a.Faktor internal.........................................................................................................9

b.Faktor eksternal....................................................................................................10

BAB III REALITAS ATAU DINAMIKA YANG ADA DI INDONESIA......................11

BAB IV KESIMPULAN......................................................................................................12

1.Kesimpulan materi............................................................................................................12

2.Saran...................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Korupsi adalah tindak pidana yang merugikan banyak pihak. Penyebab adanya tindakan
korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam. Akan tetapi, secara umum dapatlah
dirumuskan, sesuai dengan pengertian korupsi diatas yaitu bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau orang lain secara tidak sah.

Banyak kasus korupsi yang sampai sekarang tidak diketahui ujung pangkalnya. Korupsi tidak
akan pernah bisa kita pisahkan dari apa yang dinamakan kekuasaan. Dimana ada kekuasaan,
pasti ada korupsi. Hal ini telah menjadi kodrat dari kekuasaan itu sendiri, yang menjadi “ pintu
masuk ” bagi terjadinya tindakan korupsi. Kekuasaan dan korupsi yang selalu berdampingan,
layaknya dua sisi mata uang, merupakan hakikat dari pernyataan yang disampaikan oleh Lord
Acton, dari Universitas Cambridge, “ Power tends to corrupt, and absolute power corrupt
absolutely ”.

Sesuai dengan definisinya, korupsi sebagai perilaku yang menyimpang merupakan suatu
tindakan yang melanggar aturan etis formal yang dilakukan oleh seorang dalam posisi otoritas
publik (penguasa). Korupsi cenderung dilakukan oleh orang yang memiliki kuasa atau
wewenang terhadap sesuatu. Apabila seorang tersebut tidak memiliki kuasa, kecil
kemungkinan dari dirinya untuk melakukan korupsi. Namun, merupakan suatu kemustahilan
bagi manusia yang tidak memiliki sebuah “ kekuasaan” untuk melakukan korupsi. Selain itu,
ciri paling utama dari korupsi adalah tindakan tersebut dilakukan untuk kepentingan dan
keuntungan pribadi semata dan merugikan pihak lain diluar dirinya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian korupsi?

2. Apa Penyebab terjadinya korupsi di Indonesia ?

3. Apa Faktor Internal dan eksternal dari korupsi ?

3
C. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah korupsi yang diberikan oleh dosen

2. Untuk mengetahui dan memahi penyebab terjadinya korupsi di indonesia

3. Untuk memberi pemahaman bagi pembaca

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian korupsi

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi
maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak
wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut:

a. perbuatan melawan hukum,

b. penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,

c. memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan

d. merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, tetapi bukan semuanya, adalah

a. memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),

b. penggelapan dalam jabatan,

c. pemerasan dalam jabatan,

d. ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan

e. menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk
keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh
dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang

5
diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti
penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam
hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk
membedakan antara korupsi dan kejahatan.

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap
korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat
namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

2. Penyebab terjadinya korupsi di Indonesia

Bagi Indonesia, Korupsi adalah penyakit kronis hampir tanpa obat, menyelusup disegala segi
kehidupan dan tampak sebagai pencitraan budaya buruk bangsa Indonesia. Secara sinis orang
bisa menyebut jati diri indonesia adalah perilaku korupsi. Pencitraan tersebut tidak sepenuhnya
salah, sebab dalam realitanya kompleksitas korupsi dirasakan bukan masalah hukum semata,
akan tetapi sesungguhnya merupakan pelanggaran atas hak-hak ekonomi dan sosial
masyarakat. Korupsi telah menimbulan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang besar.
Masyarakat tidak dapat menikmati pemerataan hasil pembagunan dan tidak menikmati hak
yang seharusnya diperoleh. Dan secara keseluruhan, korupsi telah memperlemah ketahanan
sosial dan ekonomi masyarakat indonesia.

1. Kurangnya Gaji Atau Pendapatan Pegawai Negeri Dibandingkan Dengan Kebutuhan


Yang Makin Hari Makin Meningkat.

Mengenai masalah kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri sipil di Indonesia telah
dikupas oleh B. Sodarsono yang menyatakan antara lain :

“ Pada umumnya orang menghubung-hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab yang paling
gampang dihubungkan misalnya kurangnya gaji-gaji pejabat-pejabat, buruknya ekonomi,
mental pejabat yang kurang baik administrasi dan management yang kacau serta berliku-liku
dan sebagainya”

6
Namun demikian, kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memang faktor yang paling
menonjol dalam arti merata dan meluasnya korupsi di indonesia.

2. Kebutuhan Yang Kurang Memadai

Kebutuhan yang mendesak seperti kebutuhan keluarga, kebutuhan untuk membayar hutang,
kebutuhan untuk membayar pengobatan yang mahal karena istri atau anak, kebutuhan untuk
membiayai sekolah anaknya, kebutuhan untuk mengawinkan anaknya, kebutuhan dimasa
pensiun merupakan bentuk dorongan seorang pegawai untuk berbuat korupsi. Kebutuhan-
kebutuhan yang mendesak tersebut akan mendorong seseorang untuk melakukan korupsi
bilamana kesempatan untuk melakukannya ada.

3. Penghasilan Yang Kurang Memadai

Penghasilan pegawai negeri seharusnya dapat memenuhi kebutuhan hidup pegawai tersebut
beserta keluarganya secara wajar. Apabila ternyata penghasilan sebagai pegawai negeri tidak
dapat menutup kebutuhan hidupnya secara wajar, misalnya hanya cukup untuk hidup wajar
selama sepuluh hari dalam sebulan, maka mau tidak mau pegawai negeri tersebut harus
mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Usaha untuk mencari
tambahan penghasilan tersebut tentu sudah merupakan bentuk korupsi. Misalnya menyewakan
sarana dinas, menggelapkan peralatan kantor, perjalan dinias fiktif, mengadakan kegiatan yang
tidak perlu dengan biaya yang tidak wajar. Hal seperti itu akan parah apabila mendapatkan
kesempatan untuk melakukan korupsi terhadap sumber daya yang besar yang dimiliki
organisasinya.

4. Malas Atau Tidak Mau Untuk Bekerja Keras

Kemungkinan lain, orang yang melakukan korupsi adalah orang yang segera mendapatkan
sesuatu secara banyak atau hanya dalam waktu singkat, tetapi malas untuk bekerja keras dan
meningkatkan penghasilannya. Kalau ada kesempatan untuk mudah untuk mendapatkan
penghasilan yang besar tanpa usaha yang setimpal mengapa mengapa tidak dimanfaatkan.
Akan timbul dipikiran orang tersebut, berapa tahun saya harus banting tulang untuk
memperoleh pengasilan sebesar itu ? Apakah mungkin saya dapat mengumpulan kekayaan
seperti itu dengan gaji dari pekerjaan yang sekarang ? Lebih baik saya korupsi dengan menjual

7
temuan-temuan pemeriksa, dua tiga kali memeriksa bisa punya mobil bagus dan mewah serta
punya rumah mewah. Asik! Tanpa kerja keras dan sekolah lagi saya jadi kaya.

5. Kelemahan Sistem Pengendalian managemen

Pada organisasi dimana pengendalian menagemennya lemah akan lebih banyak pegawai yang
melakukan korupsi dibanding pada organisasi yang pengendalian managemnnya kuat. Seorang
pegawai yang mengetahui bahwa sistem pengendalian managemen pada organisasi dimana dia
bekerja lemah, maka akan timbul kesempatan atau peluang baginya untuk korupsi.

6. Sanksi Yang Tidak Setimpal Dengan Hail Korupsi

Tidak redanya perbuatan korupsi, kualitas dan kuantitasnya selalu meningkat dari tahun ke
tahun dan menjalar keseluruh bidang penyelenggaraan negara tidak saja di lingkungan
eksekutif, yudikatif, dan belakang telah merasuki legislatif, dan partai politik dikarenakan
calon koruptor dan masyarakat melihat sanksi-sanksi yang dijatuhkan kepada para pelaku
korupsi sangat ringan atau tidak setimpal dengan tindakan yang dilakukannya. Sehingga orang
yang tadinya tidak korupsi atau terlibat dalam skala kecil akan berupaya untuk bisa melakukan
korupsi yang lebih besar lagi.

7. Lemahnya Penegakan Hukum

Lemahnya penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana korupsi mencankup beberapa
aspek pertama, bisa tidak adanya tindakan hukum sama sekali terhadap pelaku korupsi
dikarenakan pelaku adalah atasan dari penegak hukum atau bawahan dari penegak hukum yang
menjadi penyokong utama yang membiayai operasional kegiatan si penegak hukum, atau si
penegak hukum telah menerima bagian dari hasil korupsi si pelaku adalah kolega dari
pempinan instansi penegak hukum. Kedua, tindakan ada tetapi penanganan di ulur-ulur dan
sanksi diperingan. Ketiga, tidak dilakukan pemindahan sama sekali karena si pelaku mendapat
beking dari jajaran tertentu atau tindak pidana korupsinya bermotif kepentingan untuk
kelompok tertentu atau partai tertentu.

8. Ajaran-Ajaran Agama Kurang Diterapkan Secara Benar

8
Secara umum, masyarakat di Indonesia adalah masyarakat yang beragama dimana ajaran-
ajaran dari setiap agama yang diakui kebenarannya di Indonesia dapat dipastikan melarang
perbuatan-perbuatan korupsi. Pada pelaku korupsi secara umum adalah orang-orang yang juga
beragama. Mereka memahami ajaran-ajaran agama yang dianutnya melarang tetapi mereka
tidak peduli dan terus saja melakukan korupsi demi mendapatkan segalanya.

9. Kurang Atau Tidak Adanya Pengendalian

Korupsi yang terjadi tidak terjadi dengan sendirinya tetapi telah direncanakan jauh-jauh
sebelumnya, yaitu sejak proses perencanaan kegiatan dan anggaran. Dalam tahap perencanaan
inisiator korupsi sudah bisa melihat apakah ada pengendalian atau pengawasan untuk
pencegahan korupsi pada tahap perencanaan, apabila sebaliknya pihak-pihak inisiator
berinisiatif untuk merancang korupsi. Apabila tidak ada pengawasan dan pengendalian pada
tahap perencanaan, maka niat yang terselubung tersebut dibulatkan untuk dijadikan perbuatan
korupsi dengan menuangkannya kedalam rekayasa perhitungan-perhitungan hasil kedalam
dokumen perencanan untuk bisa dilaksanakan dengan melibatkan pihak pengawasan dan
pengendalian dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

3. Faktor penyebab terjadinya korupsi

1. Faktor internal

a). Sifat Tamak

Sifat tamak merupakan sifat yang dimiliki manusia, disetiap harinya pasti manusia
menginginkan kebutuhan yang lebih, dan selalu kurang akan sesuatu yang didapatkan.
Akhirnya, munculah sifat tamak ini didalam diri seseorang untuk memiliki sesuatu yang lebih
dengan cara korupsi.

b). Gaya hidup konsumtif

Gaya hidup konsumtif ini dirasakan oleh manusia-manusia di dunia, dimana manusia pasti
memiliki kebutuhan tersebut harus mengnsumsi kebutuhan tersebut, dengan perilaku tersebut
tidak bisa di imbangi dengan pendapat yang diperoleh yang akhirnya terjadilah tindak korupsi

9
2. Faktor eksternal

a). Faktor politik

Faktor politik ini adalah salah satu faktor eksternal dalam adanya tindak korupsi. Didalam
sbuah politik akan ada terjadinya suatu persaingan dalam mendapatkan kekuasaan lebih tinggi,
dengan berbagai cara mereka lakukan untuk menduduki posisi tersebut. Akhirnya, munculah
tindak korupsi atau suap menyuap dalam mendapatkan kekuasaan.

b). Faktor hukum

Faktor hukum ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak korupsi. Dapat kita
ketahui dinegara kita sendiri bahwa hukum sekarang tumpul keatas dan lancip kebawah.
Dihukum sendiri banyak kelemahan dalam mengatasi suatu masalah. Sudah terbukti bahwa
banyak praktek-praktek suap menyuap lembaga hukum terjadi dalam mengatasi suatu masalah.
Sehingga dalam hal ini tersebut dapat dilihat bahwa praktek korupsi sangatlah mungkin terjadi
karena banyaknya kelemahan dalam sebuah hukum yang mendiskriminasu sebuah masalah.

c). Faktor ekonomi

Sangat jelas faktor ekonomi ini sebagai penyebab terjadinya tindak korupsi. Manusia hidup
pasti memerlukan kebutuhan apalagi dengan kebutuhan ekonomi ini sangatlah di pentingkan
bagi manusia. Bhakan, pemimpin ataupun penguasa berkempatan jika mereka memiliki
kekayaan mereka. Di kasus lain banyak pegawai yang gajinya tidak sesuai dengan apa yang
dikerjakannya yang akhirnya ketika ada peluang, mereka di dorong untuk melakukan korupsi.

d). Faktor organisasi

Faktor organisasi ini adalah faktor eksternal dari penyebab terjadinya faktor korupsi. Disuatu
tempat pasrti ada sebuah organisasi yang terjadi dalam organisai ini adalah kelemahan struktur
organisasi, aturan-aturan yang dinyatakan kurang baik kemudian, kurang adanya ketegasan
dalam diri seorang pemimpin. Didalam suatu struktur organisasi akan terjadi suatu tindak
korupsi jika didalam struktur tersebut belum adanya kejujuran dan kesadaran diri dari setiap
pengurus maupun anggota.

10
BAB III

REALITAS ATAU DINAMIKA YANG ADA DI INDONESIA

CONTOH KASUS

Kasus E-KTP

Kasus pengadaan E-KTP menjadi salah satu kasus korupsi yang paling fenomenal. Kasus yang
menyeret Mantan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto ini telah bergulir sejak 2011
dengan total kerugian negara mencapai Rp 2,3 triliun.

Setidaknya ada sekitar 280 saksi yang telah diperiksa KPK atas kasus ini dan hingga kini ada 8
orang yang telah ditetapkan sebagai tersangka.

Mereka adalah pengusaha Made Oka Masagung, Keponakan Setya Novanto yakni Irvanto
Hendra Pambudi, Mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Dirjen
Dukcapil Kemendagri Sugiharto, Mantan Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kemendagri Irman, pengusaha Andi Narogong, Mantan Ketua Umum Golkar Setya Novanto,
Anggota DPR Markus Nari, dan Direktur PT Quadra Solution Anang Sugiana Sudiharjo.

Dikutip:https://nasional.tempo.co/read/1041781/begini-kronologi-kasus-setya-novanto/full?view=ok
(diakses pada hari senin tanggal 20 april pada pukul 12.25)

Komentar dari kasus di atas

Akibat dari banyaknya penduduk yang belum mempunyai e-ktp hanya ktp selembaran yg sulit
dibawa kemanapun banyak waktu terbuang utk bolak-balik datang ke catatan sipil, serta sulit
nya mencari sekolah atau kerja apabila E-ktp di korupsi dan di jadikan lembaran ktp sementara
yang mempunyai batas waktu sangat singkat

11
BAB IV

KESIMPULAN

1. Kesimpulan materi

Potensi terjadinya Fraud layanan kesehatan sudah semakin nampak di Indonesia namun
belum diiringi dengan sistem pengendalian yang mumpuni.Perlu upaya-upaya sistematis
untuk mencegah berkembangnya kejadian ini.Kerjasama berbagai pihak sangat diperlukan
dalam upaya pemberantasan Fraud layanan kesehatan dapat berdampak baik.Upaya-upaya
pengendalian Fraud hendaknya dapat berjalan dalam siklus yang tidak terpotong-
potong.Upaya-upaya pengendalian Fraud yang sudah dilakukan dan dampaknya terhadap
penyelamatan uang negara hendaknya dapat didokumentasikan dalam bentuk laporan
berkala sehingga dapat diketahui publik.

2. Saran
Korupsi di Indonesia harus segera di berantas, karena jika tidak diberantas budaya korupsi
akan terus berjalan dan imbasnya tidak ada kesejahteraan bagi rakyat – rakyat kecil di
Indonesia. Indonesia harus memiliki prinsip dan nilai – nilai keadilan, kebijaksanaan yang
harus dipegang teguh oleh para pemimpin bangsa dan lebih mempertegas hukuman bagi
pelaku korupsi agar lebih memberikan efek jera bagi pelaku korupsi.
Disarankan pemerintah harus bersikap lebih menghargai rakyat saat berada dibawah
berjanji akan membawa kepemerintahan yang lebih baik agar korupsi di Indonesia tidak
terus berkembang.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/zurul_98/57ee2a6ab37e61951464bfe4/faktorfaktor-penyebab-
korups (diakses pada hari senin tanggal 20 april 2020 pada pukul 11.23)

https://aclc.kpk.go.id/materi/berpikir-kritis-terhadap-korupsi/infografis/teori-teori-penyebab-
korupsi (diakses pada hari senin tanggal 20 april 2010 pada pukul 11.25)

https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi (di akses pada hari senin tanggal 20 april 2020 pada
pukul 11.45)

https://nasional.tempo.co/read/1041781/begini-kronologi-kasus-setya-novanto/full?view=ok
(diakses pada hari senin tanggal 20 april pada pukul 12.25)

13

Anda mungkin juga menyukai