Anda di halaman 1dari 11

DAMPAK KORUPSI TERHADAP BIROKRASI

PEMERINTAHAN
TUGAS PENDIDIKAN DAN BUDAYA ANTI KORUPSI

Oleh :
Kelompok 5
D-IV Keperawatan tingkat 1

Putu Yeni Yunitasari


Dewa Gede Sastra Ananta Wijaya
Ni Putu Erna Libya
Ni Kadek Dian Inlam Sari
Made Wahyu Riantini

(P07120214004)
(P07120214005)
(P07120214014)
(P07120214018)
(P07120214024)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang
Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Dampak
Birokrasi Pemerintahan mata kuliah Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi di
Politeknik Kesehatan Denpasar.
Penyusunan makalah ini berkat bantuan dan motivasi berbagai pihak.
Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan yang telah membantu.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan
makalah ini.
Om Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, 9 Maret 2015

Penulis
DAFTAR ISI

Cover........................................................................................................................1

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
1

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penulisan

Manfaat Penulisan

Metode Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
1 Pengertian Birokrasi................................................................................6
2 Fungsi Birokrasi .....................................................................................7
3 Dampak Korupsi terhadap pemerintahan ...............................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 25
3.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Korupsi merupakan suatu tindakan yang dapat merugikan Negara .Banyak


dampak negative yang disebabkan oleh korupsi. Salah satunya Dempak
Ekonomi ,Indonesia saat ini sangat dirugikan dalam hal keuangan dari tindakan
korupsi para petinggi-petinggi Negara karena sistem hokum di Indonesia yang
kurang tegas diterapkannya.
Kondisi birokrasi di Indonesia menyalahgunaan wewenang, kolusi, korupsi
dan nepotisme. Birokrasi dijadikan alat status quo mengkooptasi masyarakat guna
mempertahankan dan memperluas kekuasaan monolitik. Birokrasi Orde Baru
dijadikan secara struktural untuk mendukung pemenangan partai politik
pemerintah. Padahal birokrasi diperlukan sebagai aktor public services yang netral
dan adil, dalam beberapa kasus menjadi penghambat dan sumber masalah
berkembangnya keadilan dan demokrasi, terjadi diskriminasi dan penyalahgunaan
fasilitas, program dan dana negara.
Reformasi
pembusukan

merupakan
politik,

langkah-langkah

termasuk

buruknya

perbaikan

kinerja

terhadap

birokrasi.

proses

Berdasarkan

pemaparan tersebut kami selaku kelompok lima akan membahas mengenai pokok
bahasan Dampak Ekonomi Reformasi Birokrasi.

Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Pengetian Birokrasi ?
1.2.2 Apa Fungsi Birokrasi?
1.2.3 Bagaimana dampak korupsi terhadap Demokrasi Pemerintahan ?
3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mampu memahami dan menjelaskan Pengertian Birokrasi
1.3.2 Mampu memahami dan menjelaskan Fungsi Birokrasi

1.3.3 Mampu memahami dan menjelaskan dampak korupsi terhadap


4

Demokrasi Pemerintahan
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini Mahasiswa dan pembaca memperoleh

pengetahuan tambahan mengenai pokok bahasan Dampak Birokrasi Pemerintahan


dalam mata kuliah Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi.
5

Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini Kami menggunakan metode penulisan yaitu

penelusuran IT. Pada metode penelusuran IT, kami mencari tambahan refrensi
pada internet untuk melengkapi data-data yang telah kami peroleh pada literature.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Birokrasi


Secara etimologi Birokrasi berasal dari istilah buralist yang dikembangkan
oleh Reiheer von Stein pada 1821, kemudian menjadi bureaucracy yang akhirakhir ini ditandai dengan cara-cara kerja yang rasional, impersoal dan leglistik
(Thoha, 1995 dalam Hariyoso, 2002). Birokrasi menurut Evers dalam Zauhar
(1996) dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu:
Birokrasi dipandang sebagai rasionalisme prosedur pemerintahan dan aparat
administrasi publik. Makna ini adalah sejalan dengan ide Weber tentang birokrasi,
dan oleh Evers dinamakan Birokrasi Weber (BW). Birokrasi dipandang sebagai
bentuk organisasi yang membengkak dan jumlah pegawai yang besar. Konsep
inilah yang sering disebut Parkinson Law.
Birokrasi dipandang sebagai perluasan kekuasaan pemerintah dengan
maksud mengontrol kegiatan masyarakat. Oleh Evers (dalam Zauhar) disebut
Orwelisasi. Dengan demikian maka Istilah Birokrasi dalam masyarakat dimaknai
secara diametral (bertentangan satu sama lain yang tidak mungkin mencapai titik
temu):
1

Secara Positif: Birokrasi sebagai alat yang efisien dan efektif untuk
mencapai tujuan tertentu. Dengan adanya alat yang efisien dan efektif
ini maka tujuan suatu organisasi (privat maupun publik) lebih mudah
tercapai.

Secara

Negatif:

Birokrasi

sebagai

alat

untuk

memperoleh,

mempertahankan dan melaksanakan kekuasaan. Birokrasi adalah


sesuatu yang penuh dengan kekakuan (inflexibility) dan kemandegan
struktural (structural static), tatacara yang berlebihan (ritualism) dan
penyimpangan sasaran (pervesion goals), sifat pengabaian (alienation)
serta otomatis (automatism) dan menutup diri terhadap perbedaan
pendapat (constrain of dissent). Birokrasi seperti ini menurut Marx
bersifat parasitik dan eksploitatif.
2.2 Fungsi Birokrasi
Menurut Tjokrowinoto, sebagaimana dikutip oleh Tamin, menyatakan ada 4
(empat) fungsi birokrasi:
a

Fungsi instrumental, yaitu menjabarkan perundang-undangan dan


kebijaksanaan

publik

dalam

kegiatan-kegiatan

rutin

untuk

memproduksi jasa, pelayanan, komoditi, atau mewujudkan situasi


b

tertentu.
Fungsi politik, yaitu memberi input berupa saran informasi, visi, dan

profesionalisme untuk mempengaruhi sosok kebijaksanaan.


Fungsi katalis public interest, yaitu mengartikulasikan aspirasi dan
kepentingan publik dan mengintegrasikan atau menginkorporasikannya

di dalam kebijaksanaan dan keputusan pemerintah.


Fungsi Entrepreneurial, yaitu memberi inspirasi bagi kegiatan-kegiatan
inovahf dan non rutine, mengaktifkan sumber-sumber potensial yang
ideal, dan menciptakan resource-mix yang optimal untuk mencapai
tujuan.

Dalam pelaksanaannya kinerja birokrasi pemerintah tersebut diperlukan


organisasi pemerintah yang solid dan kinerja tinggi. Demikian juga termasuk
aparatur negaranya masing-masing mau tidak mau harus mampu berlari dengan
lompatan berkecepatan tinggi secara terukur, rasional dan realitis dalam
keseluruhan kreatifitas dan inovasinya.

2.3 Dampak Korupsi terhadap Demokrasi Pemerintahan


2.3.1. Pelayanan publik menjadi tidak efisien
Korupsi pada birokrasi level bawah jumlahnya banyak tetapi nilai tidak
begitu besar, tetapi sangat terasa karena

langsung menyangkut masyarakat

termasuk masyarakat kecil yang memerlukan pelayanan sama. Kegiatan korupsi


ditubuh birokrasi sudah menjalar kesemua jenjang/level birokrasi apalagi yang
berhubungan langsung dengan pelayanan kepada masyarakat dan perijinan,
sehingga pelayanan masyarakat menjadi tidak efisien. Seluruh pelayanan public
dilakukan secara berbelit-belit dan diulur-ulur agar mendapat celah dalam
melakukan tindak korupsi. Masyarakat pun merasa frsutasi dan memilih untuk
membayar lebih (menyuap) agar mendapat pelayanan terdepan. Hal tersebut tentu
sangat merugikan masyarakat yang seharusnya mendapatkan pelayanan yang
sesuai tanpa membayar ekstra. Contohnya adalah masalah administrasi. penyakit
administrasi di sini adalah segala bentuk korupsi, penyalahgunaan jabatan,
penyelewengan kekuasaan, ketidak adilan pelayanan publik, atau berbelit-belitnya
pelayanan dalam birokrasi yang semua itu disebabkan oleh kepentingankepentingan pribadi aparatur maupun ketidak mampuan mereka dalam mengelola
administrasi publik. Penyakit adminsitarsi terdapat dalam setiap interaksi antara

birokrasi dengan masyarakat umum, sejak jenjang paling atas sampai dengan
jenjang paling bawah. Praktek korupsi dalam jajaran birokrasi dan pejabatan
negara bervariasi dan tergantung levelnya. Kegiatan-kegiatan yang rawan korupsi
diantaranya:
1

Pelayanan yang bersifat administratif, surat-surat pengantar atau


rekomendasi seperti untuk pengurusan KTP/KK, Akta Kelahiran, Kartu
Kuning, SKCK (dulu Kelakuan Baik), rekomendasi ijin rame-rame,
keterangan tanah dan mutasi tanah, Serifikasi Tanah dan sebagainya.
Bahkan dibeberapa daerah Kepala Desa menentukan besaran tertentu/M2
untuk jatah Kepala Desa setiap terjadi mutasi tanah di Desanya diluar

biaya saksi PPAT.


Pelayanan perijinan seperti Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Tanda
Daftar Perusahaan (TDP), Surat Keterangan Domisili Usaha, Rencana
Penggunaan Lahan (RPL) dan Rencana Tapak (site plan), Analisa Dampak
Lingkungan/UKLUPL, Ijin Lokasi/Pembebasan Tanah, Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB), Ijin Lingkungan (HO), Ijin Pengunaan Air Bawah Tanah

(Sumur Pompa Dalam) dan sebagainya.


Bantuan-bantuan langsung kepada masyarakat baik untuk sarana maupun
prasarana,

rumah

ibadah,

bantuan

kepada

lembaga-lembaga

kemasyarakatan (bansos). Lebih diarahkan kepada kelompok-kelompok


yang mempunyai hubungan tertentu terutama berkaitan dengan sosial
politik.

2.3.2. Pelayanan publik yang mengecewakan dan terabaikan

Banyak aparat birokrasi melakukan korupsi. Salah satunya adalah korupsi


waktu yang merugikan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan. Aparat
pelayanan yang ideal seharusnya tidak memiliki kegiatan atau pekerjaan lain
seperti pekerjaan sambilan di luar pekerjaan kantor yang dapat mengganggu
tugas-tugas penyelenggaraan pelayanan. Kinerja pelayanan aparat birokrasi akan
dapat maksimal apabila bila semua waktu dan konsentrasi aparat benar-benar
tercurah untuk melayani masyarakat pengguna jasa.
Kondisi pelayanan yang ideal di atas dalam realitasnya sangat sulit untuk
diwujudkan dalam birokrasi. Ketidakelasan pembagian wewenang, inkonsistensi
pembagian kerja, serta sikap pimpinan kantor yang sewenang-wenang
memberikan tugas kepada aparat bawahan tanpa memperhitungkan aspek sifat
pekerjaan, urgensi pekerjaan, dan dampak pemberian tugas terhadap kualitas
pemberian pelayanan kepada masyarakat. Hal-hal tersebut merupakan beberapa
fakta penyebab sulitnya aparat birokrasi berkonsentrasi secara penuh pada tugastugas pelayanan masyarakat. Aparat birokrasi seringkali meninggalkan tugas
pelayanan dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk tugas-tugas lain di luar
tugas pelayanan.
Kondisi tersebut membuat pelayanan kepada masyarakat menjadi terganggu.
Masih seringnya aparat birokrasi meninggalkan tugas-tugas pelayanan kepada
masyarakat, erat kaitannya dengan adanya tugas-tugas tambahan yang dibebankan
oleh pimpinan kepada aparat pada tingkat bawah yang menjalankan tugas
pelayanan langsung kepada masyarakat. Hal tersebut sangat sering menimpa

10

aparat birokrasi di tingkat desa, kelurahan, atau kecamatan yang merupakan


tingkatan pemerintahan terendah yang langsung berhadapan dengan masyarakat.

2.3.2. APBN menurun, hutang Negara meningkat


Akibat dari adanya korupsi pada birokrasi pemerintahan, banyak pejabatpejabat yang melakukan tindak korupsi. Akibat dari itu, hutang-hutang negara pun
meningkat. Banyak terjadinya kesenjangan ekonomi.

2.3.4. Menghambat Investasi dalam/luar negeri

11

Anda mungkin juga menyukai