PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam perekonomian modern, peranan pemerintah dapat dipilah dan ditelaah menjadi empat
macam kelompok peran, yaitu :
Peran alokatif, yakni peranan pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi
yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi.
Peran stabilisatif, yakni peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan
memulihkannya jika berada dalam keadaan disequilibrium.
Setiap orang atau masyarakat selalu mempunyai prefensi tertentu terhadap barang-
barang atau jasa yang ingin dikonsumsi atau hendak diproduksinya. Barang ekonomi
berdasarkan perutukannya, dapat dibedakan menjadi barang pribadi dan barang sosial.
Barang pribadi adalah barang yang dapat dimiliki atau dinikmati secara pribadi, oleh
perorangan atau sekelompok orang, mempunyai harga yang jelas dan diperoleh melalui
proses transaksi jual-beli. Barang sosial adalah barang yang mengandung sifat-sifat
sebaliknya, tidak dapat dimiliki oleh pribadi dan tidak dinikmati secara pribadi. Contoh
2
barang atau jasa sosial misalnya adalah jalan umum, jembatan, pertahanan, dan keamanan
negeri. Barang-barang semacam ini tidak menarik bagi masyarakat atau kalangan swasta
untuk memproduksi atau menyediakannya karena tidak bisa dijual dan biaya awal yang
cukup tinggi.Pemerintah harus turun tangan sendiri untuk menyediakan barang atau jasa
social.
Biasanya ditangani oleh instansi teknis pemerintah seperti departemen atau lembaga
nondepartemen atau melalui perusahaan negara. Atau pengadaannya dipercayakan kepada
perusahaan swasta, namun biasanya pemerintah harus memberi subsidi untuk itu. Barang
barang tadi begitu tersedia, pada umumnya dapatdinikmati oleh setiap orang secara Cuma
Cuma tanpa harus membayar. Pemerintah sendiri sebagai pemasok tidak dapat menjualnya,
hanya bisa memungut retribusi atau iuran kepada yang menggunakan atau menikmati.
Akibat sampingan (side effects) dalam kegiatan ekonomi yang dimaksud dapat bersifat
positif, sehingga turut dinikmati oleh masyarakat yang tidak terlibat dalam pengadaannya.
Atau bersifat negatif, sehingga secara tidak sengaja terpaksa harus ditanggung oleh
masyarakat. Akibat-akibat sampingan (dampak positif dan dampak negatif) demikian dikenal
dengan istilah eksternalitas.
Pemilikan sumber daya dan kesempatan ekonomi di setiap negeri seringnya tidak
setara. Tanpa kesenjangan “anugrah awal” pun (initial endowment, maksudnya kesenjangan
kepemilikan sumber daya dan kesempatan) ketimpangan penikmatan atau pembagian hasil
dapat terjadi. Oleh karena itu, ketidakmerataan dalam bentuk apapun, haruslah dikurangi
atau ditiadakan. Kesenjangan pemilikan sumber daya dan kesempatan ekonomi akan
cenderung mengkosentrasikan kekuatan atau kekuasaan ekonomi di tangan pihak tertentu
(lapisan masyarakat, wilayah, sektor) tertentu.
Peran distribusi pemerintah dapat ditempuh dengan baik melalui jalur penerimaan
maupun jalur pengeluarannya. Di sisi penerimaan pemerintah mengenakan pajak dan
3
memungut sumber-sumber pendapatan lainnya untuk kemudian didistribusikan secara adil-
proporsional. Dengan pola serupa pemerintah membelanjakan pengeluarannya.
Tidak berdayanya pihak swasta mengatasi sejumlah masalah yang timbul, bahkan
kadang-kadang tidak mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri. Masalah yang secara
objektif kalangan swasta tidak berdaya mengatasi misalnya adalah jika perekonomian negeri
dilanda inflasi, resesi, atau serbuan barang-barang impor. Sedangkan contoh objektif dimana
pihak swasta tidak mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri misalnya dalam kasus
tingginya tingkat suku bunga perbankan, atau perang harga akibat politik dumping yang
dilakukan oleh perusahaan tertentu dalam suatu industri. Campur tangan pemerintah berperan
strategis untuk memecahkan permasahan-permasalahan seperti itu, agar perekonomian
kembali stabil.
Argumentasi bahwa pemerintah harus berperan sebagai dinamisator didukung pula oleh
sebuah premis yang dicanangkan dan dikampanyekan sendiri. Karena pemerintah yang
merencanakan dan memodali pembangunan, maka mereka merasa paling bertanggung jawab
atas pelaksanaannya.
4
berlebihan dalam meyakini kemampuannya sebagai dinamisator, maka yang berkembang
berkat kebijaksanaannya boleh jadi hanya tebatas pada lembaga-lembaga di jajarannya
(instansi teknis dan perusahaan-perusahaan negara). Di lain pihak, dinamika lembaga-
lembaga masyarakat dan perusahaan swasta justru terpasung.
Menurut Adolph Wagner tehadap negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang
pada abad ke-19 menunjukkan bahwa aktivitas pemerintah dalam perekonomian cenderung
semakin meningkat. Ekonom Jerman ini mengukur dari perbandingan pengeluaran
pemerintah terhadap produk nasional. Kemudian oleh Ribard A. Musgrave dinamakan
“hukum pengeluaran pemerintah yang selalu meningkat”(law of growing public
expenditures).
Menurut Wagner ada lima hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah selalu
meningkat. Kelima penyebab tersebut meliputi tuntutan peningkatan perlindungan, keamanan
dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat, urbanisasi yang mengiringi
pertumbuhan ekonomi, perkembangan demokrasi, dan ketidakefisienan birokrasi yang
mengiringi perkembangan pemerintah.
5
meningkat. Tahap besarnya peranan pemerintah adalah karena pada tahap ini banyak terjadi
kegagalan pasar yang ditimbulkan oleh perkembangan ekonomi itu sendiri. Banyak terjadi
kasus eksternalitas negatif, misalnya pencemaran lingkungan, yang menuntut pemerintah
untuk turun tangan mengatasinya.
Dalam suatu proses pembangunan, menurut Musgrave, rasio investasi total terhadap
pendapatan nasional semakin besar, tapi rasio investasi pemerintah terhadap pendapatan
nasional akan mengecil. Rostow berpendapat bahwa pada tahap lanjut pembangunan terjadi
peralihan aktivitas pemerintah, dari penyediaan prasarana ekonomi ke pengeluaran –
pengeluaran untuk layanan sosial seperti kesehatan dan pendidikan.
Jika pada saat terjadinya gangguan sosial dalam perekonomian timbul efek
penggantian, maka sesudah gangguan berakhir timbul pula sebuah efek lain yang disebut efek
inspeksi (inspection effect). Postulat efek ini menyatakan, gangguan sosial menumbuhkan
kesadaran masyarakat akan adanya hal-hal yang perlu ditangani oleh pemerintah sesudah
redanya gangguan sosial tersebut. Kesadaran semacam itu menggugah kesediaan masyarakat
6
untuk membayar pajak lebih besar pula. Yang dimaksud dengan analisis dialektika
penerimaan-pengeluaran pemerintah. Dalam bahasa grafik, perkembangan pengeluaran
pemerintah bukanlah berpola kurva mulus berlereng positif sebagaimana tersirat pada
pendapat Rostow-Mugrave, melainkan berlereng positif dengan bentuk patah-patah seperti
tangga
Pengeluaran pemerintah dapat pulam ditelaah secara sektoral, baik pengeluaran rutin
maupun pengeluaran pembangunan. Persektoran versi APBN ini berkembang dari satu Pelita
ke Pelita berikutnya seiring dengan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Semasa Pelita I , APBN hanya mengenal 13 sektor. Jumlah ini berkembang menjadi 17 sektor
7
pada Pelita II. Kemudian bertambah lagi menjadi 18 sektor semasa Pelita III hingga Pelita V.
Sejak Rapelita VI, klasifikasi bidang kehidupan di dalam RAPBN terdiri atas 20sektor dan 47
subsektor.
Dalam sistem neraca keuangan pemerintah pusat dikenal tiga macam neraca, yaitu
neraca produksi, neraca penerimaan dan pengeluaran, serta neraca modal. Ketiga neraca ini
disusun oleh Biro Pusat Statistik berdsarkan angka-angka realisasi APBN.
1 .Neraca Produksi
Biaya-biaya yang dikeluaran pemerintah dalam penyediaan jasa masyarakat terdiri dari
belanja barang, belanja pegawai, penyusutan, serta pajak tidak langsung. Adapun yang
dimaksud dengan produksi ialah produksi yang dikonsumsi sendiri, pendapatan dari hasil
penjualan barang-barang yang diproduksi, dan jasa yang diberikan.
8
Produksi berupa barang
Pajak tak langsung
Secara lebih spesifik, yang diartikan dengan belanja barang ialah pengeluaran
pemerintah untuk pembelian barang-barang yang tidak tahan lama, yang habis dipakai dalam
proses produksi. Pengeluaran pemerintah untuk belanja barang meliputi pembelian alat-alat
tulis, barang cetakan, dan alat-alat rumah tangga, sewa gudang dan kantor, biaya pengepakan,
pengiriman dan penyimpangan barang, biaya rapat, biaya penerimaan tamu, biaya listrik,
telepon, teleks, faksimil, dan air, biaya pemeliharaan gedung dan kantor, biaya pemeliharaan
kendaraan dan inventaris kantor, biaya perjalanan dinas, bunga dan cicilan utang dalam
negeri, yang sebagian besar berupa pembayaran atas tunggakan berbagai rekening instansi
pemerintah, serta pengeluararan rutin lainnya.
Belanja pegawai mencakup unsur-unsur upah dan gaji, baik dalam bentuk uang
maupun dalam bentuk barang, iuran untuk dana jaminan sosial, iuran dana pensiun dan
berbagai macam asuransi. Penyusutan barang modal adalah penyisihan sebagian pendapatan
yang akan digunakan untuk pembelian barang modal baru. Pajak tak langsung yang
dimaksudkan di dalam neraca produksi adalah yang dibayarkan oleh pemerintah, jika ada,
jadi bukan pajak tak langsung yang diterima oleh pemerintah.
Sisi produksi terdiri atas produksi yang dikonsumsi sendiri, peneriman dari jasa, dan
produksi berupa barang. Yang dimaksud dengan produksi berupa barang ialah penjualan dari
barang-baryang akan digunakan untuk pembelian barang modal baru. Pajak tak langsung
yang dimaksudkan di dalam neraca produksi adalah yang dibayarkan oleh pemerintah, jika
ada, jadi bukan pajak tak langsung yang diterima oleh pemerintah.
Penerimaan jasa terdiri atas penerimaan sumbangan pendidikan yang diterima oleh
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi negeri, penerimaan dari rumah sakit pemerintah,
penerimaan dari penjualan karcis lembaga-lembaga, serta objek-objek wisata yang dikelola
pemerintah, dan penerimaan dari jasa-jasa tenaga kerja dan pekerjaan. Produksi yang
dikonsumsi sendiri merupakan penyeimbang. Nilainya diperoleh dengan cara mengurangkan
jumlah sisi biaya dengan jumlah penerimaan dari jasa dan produksi berupa barang.
Laba bersih dalam neraca ini maksudnya keuntungan dari perusahaan milik instansi
pemerintah tapi bukan BUMN yang pembukuannya tidak dapat dipisahkan dari instansi yang
bersngkutan, misalnya unit atau seksi percetakan dari suatu departemen. Penerimaan
kekayaan (Property Income yang diterima) adalah penerimaan yang berasal dari kekayaan
milik pemerintah, bersumber dari tiga hal yaitu bunga, laba saham, serta sewa tanah, dan
royalti.
Pajak tak langsung adalah pajak yang dipungut pemerintah melalui konsumen
berkenaan dengan barang/jasa yang diproduksi, dijual, dikirim, atau digunakan. Adapun
pajak langsung ialah pajak yang dipungut berkenaan dengan pendapatan bersih seseorang
atau sebuah perusahaan. Pungutan dan denda meliputi penerimaan yang berhubungan dengan
10
jasa yang diberikan atau fasilitas yang disediakan oleh pemerintah untuk kepentingan
masyarakat.
3. Neraca Modal
Perubahan stok terdiri atas stok berbagai macam barang yang akan dipakai, sedang
dalam proses pengerjaan, dan barang-barang yang sudah jadi namun belum dijual atau terjual.
Pembentukan modal tetap bruto adalah pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang
modal dikurangi penjualan barang-barang modal bekas.
11
Transfer modal
Dalam publikasi BPS yan terbit sementara ini, nilai untuk pembelian tanah dan
pembelian barang modal adi indrawi tergabung dalam ayat pembentukan modal tetap bruto.
Transfer modal yang dicatat dalam neraca modal adalah transfer modal yang oleh ihak
penerima/ mengurangi penerimaan lancarnya. Transfer modal berlangsung antar tingkatan
pemerintahan, antara pemerintah dengan pihak swasta dalam negeri. Serta antara pemerintah
dengan pihak lur negeri.
Ada beberapa hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah meningkat dari tahun ke
tahun. Menurut Sadono Sukirno (1984), besarnya pengeluaran pemerintah tergantung kepada
faktor-faktor yang bersifat ekonomi maupun yang bersifat sosial dan politik.
Merupakan faktor yang menyedot anggaran pengeluaran pemerintah yang terbesar, seperti
memperkuat pertahanan dan keamanan, bantuan-bantuan sosial, bantuan musibah bencana
alam, menjaga kestabilan politik dan lain-lainnya.Sedangkan menurut Brownlee et.al (1960),
12
menyebutkan bahwa faktor yang menyebabkan kenaikan dalam pengeluaran pemerintah itu
ada 4 (empat) alasan yaitu:
1. Suatu kenaikan didalam “general level of price”, disini dimaksudkan kalau tidak
terjadi perubahan dari jumlah barang-barang serta jasa-jasa dan kalau transfer payment yang
dilakukan pemerintah diduga akan menyebabkan kenaikan harga pada umumnya.
4. Peperangan dan keamanan, ini adalah faktor yang sangat penting dalam melindungi
masyarakat dan negara terhadap serangan-serangan baik yang datangnya dari dalam maupun
dari luar. Biaya-biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk membeli peralatan barang,
pembayaran untuk para veteran, membayar hutang-hutang perang, biaya pengobatan, dll
adalah bagian terbesar dari pengeluaran anggaran ini.
13
1 .Terjadinya keseimbangan politik
pada umumnya dan adanya efisiensi dan resources yang dipakai masyarakat. Setiap
pengeluaran pemerintah akan mempengaruhi harga barang-barang dan jasa-jasa yang berlaku
di pasar bebas sehingga akan mempengaruhi tingkat efisiensi di dalam pengelolaan sumber-
sumber yang digunakan masyarakat.
3. Pendistribusian pendapatan
14
BAB III
STUDI KASUS
JAKARTA, BeritAnda - Belanja Pegawai dan barang dalam APBN 2012 harus dipangkas.
Usulan itu disampaikan oleh pakar ekonomi-politik sekaligus Rektor Universitas Paramadina
Jakarta Anis Baswedan dalam diskusi terbatas yang diselenggarakan oleh Serikat Mahasiswa
(SEMA) dengan tema ‘Membongkar Mekanisme Penganggaran dan Keberpihakan APBN:
Upaya Menelisik, Kenapa BBM Dipaksa Naik’. Acara tersebut diselenggarakan di kampus
Univ Paramadina Jakarta, Selasa (3/4/2012).
Menurut Anis Baswedan pengeluaran APBN terbesar adalah pada belanja pegawai dan
belanja rutin barang dalam setahun. Kenaikan belanja pegawai terjadi sejak 2006 sebesar Rp
73 Trilyun. “Dalam APBN 2012, tingginya belanja pegawai daripada subsidi BBM,
sementara dana bansos tetap menunjukan rakyatlah yang sebenarnya mensubsidi
pemerintah,” ungkapnya. Untuk itu, Anis mengatakan, alokasi anggaran belanja barang dan
belanja pegawai harusnya dipangkas dan dialihkan untuk subsidi dan bantuan sosial (bansos).
“Sedangkan untuk belanja barang seharusnya cukup Rp50 trilyun bukan Rp188 trilyun,”
tuturnya. Anis menandaskan, kemudian ketika terjadi kenaikan harga minyak dunia, meski
tidak dipungkiri bahwa tidak ada yang bisa mengontrol harga minyak dunia, tapi setidaknya
kita siap menghadapi, dan Pemerintah juga harusnya mampu menjadi buffer (bemper) bagi
rakyat dengan menyediakan subsidi, sebab rakyatlah yang paling menerima dampaknya.
"Untuk belanja barang seharusnya Rp 50 Trilyun cukup, tapi kenapa sekarang jadi Rp 188
Trilyun? Sedangkan perubahan dana bansos dari Rp 40,71 Trilyun menjadi Rp 47,76 Trilyun.
Di tahun 2012 belanja pegawai lebih tinggi daripada subsidi BBM, sementara dana bansos
tetap. Ini menunjukan rakyatlah yang mensubsidi pemerintah. Anggaran untuk belanja
barang dan belanja pegawai harusnya di 'cut' untuk subsidi dan bansos," jelas Anis.
Sementara itu pakar ekonomi, Tedy Teguh mengatakan, penyusunan budget harus sesuai
dengan UU no. 24/2005 tentang rencana pembangunan nasional yang diawali dengan
musrenbang (musyawarah rencana pembangunan), kemudian rencana strategis kementrian
dan lembaga yang setiap tahunnya disusun menjadi rencana kerja tahunan yang nantinya
diterjemahkan kedalam RAPBN yang disampaikan oleh presiden tiap tanggal 17 Agustus
untuk kemudian dibahas DPR untuk disahkan. Tedy juga menambahkan bahwa Kewenangan
15
DPR untuk mengurusi/mencek RAPBN hingga sedetil-detilnya justru memunculkan celah
baru, yakni KKN dalam penunjukan vendor proyek atau anggaran fiktif yang dibuat di
Banggar. Polemik BBM tidak hanya masalah UU dan politik tapi juga ada kaitannya dengan
budgeting APBN, korupsi, dan planing. "Kewenangan untuk mengurusi dan mengecek
RAPBN hingga ke hal yang sekecil-kecilnya oleh DPR sebenarnya justru membuat ribet dan
membuka peluang terjadinya korupsi dalam praktek proyek dilapangan. DPR bisa ikut
menentukan penggunaan/pembelanjaan barang bahkan termasuk menunjuk vendor yang
diinginkannya," ujar Tedy. Menanggapi maraknya penangkapan mahasiswa yang dilakukan
oleh aparat Polisi dalam aksi unjukrasa menolak kenaikan harga BBM menjelang rapat
paripurna RI kemarin, menurut Anis Baswedan menambahkan, keberpihakan mahasiswa bisa
jadi salah secara kebangsaan, namun tidak bisa dipersalahkan secara moal. “Saya sudah
mengingatkan para mahasiswa agar jangan terlibat partisan parpol karena mahasiswa harus
meyakini jalan yang diambil dan sikap itu yang harus dijaga," ujarnya. Anis menjelaskan,
seorang aktivis yang berdemonstrasi tidak seharusnya ditangkap, tapi jika dalam aksi
demonstrasi itu juga dilakukan/terjadi pengrusakan terhadap fasilitas negara, maka siapapun
harus dipidanakan. "Jika Polisi kemarin langsung menangkap para aktivis yang melakukan
pengrusakan adalah wajar karena jika mereka pikir harus ditangkap, ya ditangkap saat itu
juga tanpa perlu surat penangkapan terlebih dulu. Ibaratnya kalau kita melihat ada kejahatan
yang terjadi didepan mata pada saat itu juga, apa kita harus pulang terlebih dulu untuk
membuat surat penangkapan lalu kembali lagi ketempat tadi untuk menangkap si Penjahat
dengan memperlihatkan surat penangkapan kepadanya? Yang ada orang yang seharusnya
mau ditangkap sudah kabur duluan", ujar Anis. Ketika orang-orang mengatakan aksi-aksi
Ketika orang-orang mengatakan aksi-aksi mahasiswa menolak kenaikan harga BBM kemarin
adalah aksi anarkhis yang berbau kekerasan, tapi Anis lebih memilih untuk mengatakannya
sebagai aksi 'fandalisme' yaitu aksi yang bersifat merusak dalam hal ini ada sekelompok
masyarakat yang berusaha melakukan pengrusakan. Eskalasi pada isu kenaikan harga BBM
sudah mulai memuncak tapi seharusnya bisa untuk dikendalikan. "Penangkapan yang terjadi
didepan mata saat kejahatan/aksi pidana berlangsung adalah hal yang sangat wajar.
Seharusnya aksi jangan 'violence',” ujar Anis seraya mengatakan, saya sudah ingatkan kepara
mahasiswa agar jangan terlibat partisan parpol.
16
SOLUSI UNTUK PENGELUARAN APBN
kebijakan di sisi pembiayaan dalam negeri tersebut akan ditempuh antara lain dengan:
a. Mengamankan pinjaman luar negeri yang telah disepakati dan rencana penyerapan
pinjaman luar negeri, baik pinjaman program maupun pinjaman proyek
b. Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri yang sudah jatuh tempo.
17
Kebijakan dari Sisi Pengeluaran:
1. Mengurangi subsidi
Yaitu bantuan yang diambil dari anggaran negara untuk pengeluaran yang sifatnya membantu
konsumen untuk mengatasi tingginya harga yang tidak terjangkau oleh mereka agar tercipta
kestabilan politik dan sosial lainnya, misalnya subsidi pupuk, subsidi bahan bakar minyak
(BBM), subsidi listrik, dan lain sebagainya.
Penghematan pada pengeluaran rutin dilakukan oleh departemen teknis, misalnya untuk
pengeluaran listrik, telepon, alat tulis, perjalanan dinas, rapat-rapat, seminar, dan sebagainya
tanpa mengurangi kinerja dari departemen teknis yang bersangkutan.
18
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN :
Dalam perekonomian modern, peranan pemerintah dapat dipilah dan ditelaah menjadi empat
macam kelompok peran, yaitu :
Dalam sistem neraca keuangan pemerintah pusat dikenal tiga macam neraca, yaitu neraca
produksi, neraca penerimaandan pengeluaran, serta neraca modal. Ketiga neraca ini disusun
oleh Biro Pusat Statistik berdsarkan angka-angka realisasi APBN.
Ada beberapa hal yang menyebabkan pengeluaran pemerintah meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut Sadono Sukirno (1984), besarnya pengeluaran pemerintah tergantung kepada faktor-
faktor yang bersifat ekonomi maupun yang bersifat social dan politik.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Marzuki. 1989. Ilmu Keuangan Negara (Publik Finance). Jakarta: FKIP Universitas
Syiah Kuala.
20