Anda di halaman 1dari 13

BAB I

1. Untuk mendanai pembangunan nasional, dibutuhkan dana yang sangat


besar melalui APBN. Pendanaan tersebut berasal dari Pendapatan Negara dan
Hibah, serta Penerimaan Pembiayaan. Selama ini, Penerimaan Perpajakan
masih mendominasi Pendapatan Negara dan Hibah yaitu di atas 77
persen, PNBP sekitar 20 persen dan sisanya Pendapatan Hibah.
Ketergantungan APBN terhadap Penerimaan Perpajakan sangat tinggi. Oleh
sebab itu, Pemerintah terus berupaya meningkatkan PNBP, dan puncaknya
pada tahun 2018, PNBP mencapai Rp409,3 triliun. Untuk percepatan
pembangunan nasional dan mengurangi pinjaman, dibutuhkan peningkatan
PNBP yang signifikan terutama dari aset Pemerintah.

- Rumah Tangga Konsumen


Merupakan sekelompok orang atau badan yang melakukan kegiatan
konsumsi. Secara umum, rumah tangga konsumen berperan menyediakan
faktor-faktor produksi (sumber daya manusia, modal, tanah, atau lahan)
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga produsen.
Setelah itu, rumah tangga konsumen akan mendapat balas jasa berupa upah,
bunga modal, laba usaha, dan sewa dari rumah tangga produsen. Balas jasa
yang didapat akan digunakan untuk menanggung beban pajak yang diberikan
oleh pemerintah.

- Rumah tangga pemerintah

berperan untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan perekonomian dengan


merumuskan kebijakan ekonomi. Ada beberapa kebijakan ekonomi yang
ditetapkan pemerintah, yakni
a. Kebijakan fiskal, yaitu terkait pendapatan dan pengeluaran negara.
b. Kebijakan moneter, mengatur jumlah yang beredar dalam upaya
mengendalikan laju inflasi.
c. Kebijakan ekonomi internasional, yakni terkait perdagangan dan kerja
sama ekonomi antarnegara.
Selain menentukan kebijakan, rumah tangga pemerintah juga mengawasi
kegiatan ekonomi yang dilakukan rumah tangga konsumen dan produsen.
Tujuannya, agar rumah tangga produsen dan konsumen melakukan kegiatan
ekonomi secara wajar sehingga tidak merugikan pihak lain.

2. Negara berkembang umumnya memiliki permasalahan ekonomi seperti


tingkat inflasi yang tinggi serta pertumbuhan perekonomian yang lambat.
Inflasi merupakan indikator perekonomian yang penting, laju
pertumbuhannya selalu diupayakan rendah dan stabil agar supaya tidak
menimbulkan penyakit makro ekonomi yang nantinya akan memberikan
dampak ketidakstabilan dalam perekonomian negara tersebut.

3. Perlunya peran dan fungsi pemerintah dalam perekonomian, yaitu sebagai


berikut:

• Pembangunan ekonomi dibanyak negara umumnya terjadi akibat intervensi


pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung. Intervensi
pemerintah diperlukan dalam perekonomian untuk mengurangi dari
kegagalan pasar (market failure) seperti kekakuan harga monopoli dan
dampak negatif kegiatan usaha swasta contohnya pencemaran lingkungan.

• Mekanisme pasar tidak dapat berfungsi tanpa keberadaan aturan yang


dibuat pemerintah. Aturan ini memberikan landasan bagi penerapan aturan
main, termasuk pemberian sanksi bagi pelaku ekonomi yang melanggarnya.
Peranan pemerintah menjadi lebih penting karena mekanisme pasar saja tidak
dapat menyelesaikan semua persoalan ekonomi. Untuk menjamin efisiensi,
pemerataan dan stabilitas ekonomi, peran dan fungsi pemerintah mutlak
diperlukan dalam perekonomian sebagai pengendali mekanisme pasar.

4. Faktor kegagalan pasar Amiruddin Idris dalam bukunya Ekonomi Publik


(2018), mengatakan terdapat beberapa faktor kegagalan pasar, yaitu:

Adanya barang publik Barang publik memberikan manfaat kolektif pada


anggota masyarakat. Sehingga, sebagian besar kasus orang tidak bisa dicegah
untuk turut serta menerima manfaatnya, Biasanya, perusahaan swasta tidak
merasa mendapat keuntungan dengan memproduksi barang publik. Maka,
kebutuhan akan brang publik adalah sumber lain inefisiensi. Segmentasi
Pasar: Definisi dan Jenisnya Contohnya sistem saluran pembuangan,
penerangan jalan, taman umum, dan lainnya. Barang-barang tersebut dapat
menciptkan kegagalan pasar, karena beberapa orang membayar untuk
memperoleh manfaatnya, sedangkan ada beberapa pihak yang tidak. Meski
tidak membayar untuk barang bersama tersebut, mereka masih mendapatkan
manfaat yang sama. Monopoli alamiah Ada beberapa jenis barang yang
hanya diproduksi oleh satu produsen saja. Meski pemerintah sudah
menghapuskan monopoli satu industri, persaingan antara produsen akan terus
menyebabkan monopoli. Perusahaan yang menguasai pasar, jika mereka
mengubah output maka kuantitas penawaran di pasar juga akan berubah.
Kekuatan ini membuat mereka bisa menetapkan harga yang lebih tinggi dari
harga ekuilibrium. Baca juga: Pasar: Pengertian, Fungsi, Ciri-ciri dan
Jenisnya Di sini peran pemerintah untuk mewujudkan keseimbangan pasar.
Campur tangan pemerintah dapat dengan cara memproduksi barang tersebut
oleh pemerintah sendiri atau menyerahkan kepada pihak swasta. Dengan
menyerahkan kepada pihak swasta, maka pemerintah memberikan ganti rugi
atau subsidi. Sehingga produsen swasta tidak menderita rugi. Adanya
kegagalan informasi Informasi pasar diperlukan untuk menyeimbangkan
permintaan dan penawaran. Jika salah satu pihak (pemerintah atau pelaku
pasar) memberikan informasi yang tidak tepat, maka keuntungan yang diraih
tidak akan maksimal. Selain itu, informasi pasar juga dibutuhkan masyarakat
untuk menbgetahui harga terkini suatu produk. Jika informasi yang diberikan
kurang tepat, maka pembeli harus membayar lebih mahal. Sedangkan untuk
produsen, kegagalan informasi membuat mereka menjual barang dengan
harga rendah dari harga pasar.

5. Kegagalan pemerintah dalam menyediakan barang public antara lain


disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Campur tangan pemerintah kadang-kadang menimbulkan dampak yang


tidak diperkirakan terlebih dahulu. Misalnya, kebijakan pemerintah dalam
mengatur tata niaga cengkeh agar penghasilan petani cengkeh naik ternyata
membawa dampak permintaan tembakau menurun sehingga pendapatan
petani tembakau juga turun.

2. Campur tangan pemerintah memerlukan biaya yang tidak murah, oleh


karena itu campur tangan pemerintah harus dipertimbangkan manfaat dan
biayanya secara cermat agar tidak lebih besar daripada biaya masyarakat
tanpa adanya campur tangan pemerintah.

3. Adanya kegagalan dalam pelaksanaan program pemerintah. Pelaksanaan


program pemerintah mememerlukan tender, dan sistem yang kompleks, serta
rentan dengan praktek-raktek persaingan usaha tidak sehat (unfair
competition)

4. Perilaku pemegang kebijakan pemerintah yang bersifat mengejar


keuntungan pribadi atau rent seeking behaviour.
BAB II

1. apakah hukum tersebut berlaku untuk kondisi Indonesia sekarang,


menurut saya sendiri hukum Adolph Wagner ini belum bisa berlaku
untuk kondisi di Indonesia saat ini.Kenapa, dilihat dari kriteria
penilaian kebijakan pemerintah baik atau buruk yang di buat oleh
pemerintah yaitu salah satuya Paternalistic, dimana kebijakan Negara
harus mampu memenuhi semua kebutuhan masyarakat, baik barang
maupun jasa, terutama kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan
papan.Dan yang kita lihat sekarang ketercapaian hasil kebijakan
pemerintah belum menunjukkan tingkat kepuasan kebutuhan
masyarakat dan pencapaian kebijakan pemerintah belum dapat
memecahkan masalah dan keluhan yangdirasakan oleh masyarakat
Indonesia terutama masyarakat golongan bawah atau kurang mampu.
2. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal merupakan salah satu instrumen
dari kebijakan makro ekonomi. Kebijakan makro ekonomi tersebut
adalah kebijakan yang bertujuan untuk mencapai output yang tinggi
dengan laju pertumbuhan yang cepat, kesempatan kerja yang tinggi,
stabilitas harga, serta keseimbangan dalam neraca pembayaran.
Apabila dibandingkan dengan kebijakan moneter, Keynes lebih
mengandalkan kebijakan fiskal untuk mencapai sasaran-sasaran
pembangunan.

Jumlah Penduduk Penduduk adalah orang-orang yang berada di


dalam suatu wilayah yang terkait oleh atura-aturan yang berlaku dan
saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus. Dalam
sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati
wilayah geografi dan ruang tertentu.

Inflasi Inflasi adalah kecendrungan dari harga harga untuk naik secara
umum dan terusmenerus dalam kurun waktu tertentu. Diartikan juga
sebagai naiknya terus menerus tingkat harga pada suatu perekonomian
akibat kenaikan permintaan agregat/penurunan penawaran. Indeks
harga konsumen adalah ukuran tingkat harga sebagai indikator inflasi.
IHK dihitung setiap bulan berdasar perkembangan harga barang dan
jasa yang dikonsumsi rumah tangga seluruh ibu kota propinsi di
Indonesia (D. Soebagiyo dan E. H. Prasetyawati, 2002)

3. 1. Adanya partisipasi masyarakat (public participation).


Pembuatan kebijakan bertalian dengan semua masalah bertalian tidak
dapat diamati sendirian oleh pemerintah. Mereka tidak mempunyai
kemampuan untuk memutuskan semua isu (masalah) yang timbul.
Partisipasi masyarakat disini menjadi amat penting berwujud
pemberian saran, kritik,pemikiran bagi pemerintah (pembuat
kebijakan) untuk bersama-sama memikirkan alternatif-alternatif guna
mendapatkan cara-cara terbaik pemecahan masalah dengan
menetapkan kebijakan tertentu

2. Adanya kerangka kerja policy (policy framework). Kerangka


kerja kebijakan (policy) disini adalah batas kajian yang
mengkonstruksi semua faktor potensial yang perlu dipertimbangkan
oleh pemerintah/dalam proses pembuatan kebijakan pemerintahan.

3. Adanya strategi-strategi policy (policy strategy). Studi


kebijakan pada masa-masa terakhir ini mulai banyak memperhatikan/
memperhitungkan sifat kompleks dan saling ketergantungannya
beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan pemerintah. 4. Adanya
kejelasan tentang kepentingan masyarakat (public interst). Semua
persoalan yang hidup dan tumbuh dalam masyarakat belum tentu
mencerminkan kepentingan-kepentingan masyarakat pada umumnya.
Ada kalahnya persoalan-persoalan itu merupakan pencerminan dari
kepentingan masyarakat, kalau mempunyai pengaruh yang luas dan
diangkat kepermukaan pentas oleh masyarakat.

5. Adanya pelembagaan lebih lanjut dan kemampuan kebijakan


pemerintahan. Suatu kebijakan pemerintahan supaya dapat diterapkan
secara lebih baik sangat ditentukan oleh adanya pendirian lembaga
riset mengenal kebijakan negara/ pemerintahan yang bersifat
independen.
4. Pertama, efektivitas. Pada kegiatan evaluasi, penekanan
kriteria ini terletak pada ketercapaian hasil. Apakah hasil yang
diinginkan dari adanya suatu kebijakan sudah tercapai.

Kedua, kemerataan atau ekuitas. Kriteria ini menganalisis


apakah biaya dan manfaat telah didistribusikan secara merata
kepada kelompok masyarakat, khususmya kelompok-kelompok
sasaran dan penerima manfaat.

5. Subsidi memang diyakini bakal mendorong kenaikan daya beli,


yang diharapkan mendorong masyarakat lebih banyak dalam
mengkonsumsi barang/jasa daripada sebelumnya. Namun, dampak
negatifnya adalah ketepatan sasaran baik penerima subsidi. Apakah
subsidi pada barang yang di konsumsi atau pada orang (dalam bentuk
BLT) yang ujungnya memiliki dampak yang hampir sama. Oleh
karena itu, kualitas dan kuantitas data penerima subsidi sangatlah
krusial. Selama pandemi, dimana BLT dibagikan, masih kita temukan
kasus pemberian subsidi yang tidak tepat. Pengalaman negara lain,
subsidi dalam bentuk BLT diberikan langsung pada masyarakat
melalui perbankan. Hal ini bisa dilakukan karena semua penduduk
sudah memiliki akun perbankan, sehingga tidak kesulitan untuk
mengetahui kondisi keuangan masyarakat. Subsidi Tepat Sasaran dan
Tepat Guna Di balik sisi positif dan negatif pemberian subsidi,
pemerintah perlu merancang sistem yang efektif dan efisien agar
subsidi mampu dialokasikan dengan tepat sasaran dan tepat guna
BAB III

1.

Contoh lain dari pengaruh suatu proyek adalah tidak terjadi perubahan
produksi tanpa adanya proyek. Misalnya saja di lokasi transmigrasi, di mana
tanpa adanya proyek transmigrasi maka daerah tersebut tidak akan
berkembang. Pada contoh ini produksi tanpa proyek akan sama dengan
produksi sebelum bisnis
2. Dalam melakukan analisis manfaat-biaya yang harus diperhatikan adalah melakukan
hal-hal berikut: (i) Identifying relevant impacts, Melakukan identifikasi hal-hal mana
yang relevan terkena dampak dari kebijakan. Misal: keluasan wilayah,
orang-orang/pihak-pihak.  Pihak-pihak mana yang paling berkepentingan dengan
Kebijakan, (ii) Monetizing impacts,   Mengukur sejauhmana biaya-biaya yang
dikeluarkan memberikan kompensasi yang wajar dengan hasil yang diperolehnya.
(iia) Valuing inputs: Mengukur sejauhmana biaya-biaya yang dikeluarkan memberikan
kompensasi yang wajar dengan hasil yang diperolehnya. (iib) Valuing Outcomes;
menilai sejauhmana hasil yang didapatkan melalui pendekatan opportunity
cost atau survey willingness to pay.  (iic) Oportunity cost: Pemilihan sejumlah
sumberdaya yang paling efisien, yang diukur melalui penilaian sejauhmana sumberdaya
itu telah mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk digunakan untuk menghasilkan
hal lain, (iii) Discounting for time and Risk, Menghitung perkiraan nilai hari ini dari
biaya dan manfaat yang akan diperoleh pada masa yang akan datang. Faktor diskonto
didasarkan pada asumsi bahwa nilai uang pada masa yang akan datang pada arus biaya
dan manfaat tidak sama pada setiap tahunnya. (iv) Choosing Among Polices, Memilih
kebijakan yang mendatangkan manfaat (net benefits) yang paling memenuhi criteria
yang ditetapkan.

3. Benefit Cost Ratio atau B/C Ratio merupakan suatu ukuran perbandingan antara
pendapatan dengan Total Biaya Produksi sebuah proyek usaha. Dimana “B”
adalah benefit atau keuntungan, sementara “C” adalah cost atau biaya.

- NPV adalah rasio perbedaan antara nilai sekarang dari arus kas masuk dan nilai
sekarang dari arus kas keluar selama periode waktu tertentu. Nilai NPV dapat
digunakan untuk memperhitungkan nilai uang dan membandingkan alternatif
investasi serupa. Jika nilai NPV positif, maka investasi sebaiknya dilakukan.
Metode ini dianggap sebagai metode penilaian investasi yang paling baik. Pasalnya,
investor dapat menghitung nilai arus investasi masa depan di masa sekarang. Namun,
kelemahannya, segala sesuatu di masa depan yang diperhitungkan hanyalah asumsi
yang tidak bisa dipastikan.
4. INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)

Metode ini untuk membuat peringkat usulan investasi dengan menggunakan tingkat
pengembalian atas investasi yang dihitung dengan mencari tingkat diskonto yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas masuk proyek yang diharapkan terhadap nilai 
sekarang biaya proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang membuat NPV sama
dengan nol.
- Pada umumnya pengambilan keputusan investasi berdasarkan NPV dan IRR
akan memberikan hasil yang sama, artinya “apabila suatu usulan investasi dinilai
layak berdasarkan NPV, maka usulan investasi tersebut juga dinilai layak
berdasarkan IRR”.
Namun demikian, menurut kalangan akademisi, NPV dianggap lebih unggul
dibandingkan IRR, karena NPV dapat mengatasi fenomena multiple IRR dan conflict
ranking projects, sedangkan IRR tidak dapat mengatasi fenomena tersebut.  Meskipun
demikian, NPV juga memiliki kelemahan, yaitu NPV tidak memiliki safety margin
(sedangkan IRR memiliki safety margin) dan NPV kalah populer dibandingkan dengan
IRR (para investor pada umumnya lebih tertarik menggunakan IRR, karena IRR dapat
segera dibandingkan dengan cost of capital).
5.
Menurut pendapat saya hal 3 tersebut juga berlaku pada negara. Tergantung negara
tersebut mempunyai dana atau ketahanan fiskal yang memadai, di mana negara yang
mempunyai ketahanan dana yang kuat cenderung akan menjadi Risk taker(investor
agresif) contoh nya negara Qatar yang mengeluarkan dana USD229 miliar atau setara
Rp3.598,96 triliun (kurs Rp15.716) untuk piala dunia. Di mana mereka berharap dengan
investasi besar tersebut bisa berdampak pada pariwisata Qatar dan bisa memberikan
rasa aman kepada para investor negara lain untuk berinvestasi di Qatar.

Anda mungkin juga menyukai