DIBAWAKAN OLEH:
DR. ANDI CUDAI NUR, M.SI
1.1. Pendahuluan
Perekonomian di suatu negara berjalan karena didukung oleh para pelaku
ekonomi yang memiliki kekuatan tersendiri. Para pelaku ekonomi yang sering kita
ketahui adalah entitas Konsumen sebagai pemilik faktor-faktor produksi terutama
SDM, dan entitas Produsen sebagai pengguna faktor-faktor produksi milik
konsumen.
Tetapi ada satu entitas pelaku ekonomi yang memiliki ciri khas tersendiri
yaitu Pemerintah. Entitas Pemerintah bekerja melalui kekuatan regulasi dan
perangkat hukum yang memaksa (power to coerce) kepada pelaku usaha yang
lain, baik konsumen maupun produsen. Melalui perangkat regulasi dan hukum
yang dimiliki pemerintah, maka konsumen dan produsen mutlak mematuhi aturan
yang ditetapkan pemerintah dalam menjalankan kehidupn bermasyarakat,
khususnya kehidupan berekonomi.
Pemerintah atau negara berwenang mengatur penyediaan barang-barang
publik (public goods) maupun barang swasta (private goods) kepada masyarakat
melalui sebuah mekanisme monopoli kepada perusahaan negara tertentu atau
sebaliknya disediakan melalui mekanisme pasar (market mechanism) sesuai
dengan kondisi dan system perekonomian yang dianutnya.
Dalam bab ini akan dibahas secara khusus mengenai fungsi-fungsi
pemerintah dalam perekonomian, yaitu fungsi alokasi (allocation function), fungsi
distribusi (distribution function) dan fungsi stabilisasi (stabilitation function).
Disamping itu, akan dibahas pula mengenai kegagalan pemerintah (government
failure) yang tercipta akibat aktivitas yang tak terkendali yang dilakukan oleh
pemerintah sendiri, akibat ketidaksanggupan pemerintah mengantisipasi
perubahan perilaku konsumen dan produsen. Bahkan kegagalan pemerintah
adakalanya tercipta disebabkan oleh perilaku negatif (moral hazard) aparat
pemerintah itu sendiri dalam penyediaan barang-barang publik secara tidak
tranparan.
Yang diperlukan oleh masyarakat saat ini adalah penyediaan barang publik yang
berkualits. Oleh karena itu pemerintah atau swasta harus memerhatikan aspek
manfaat yang optimal (utilitas) dari apa yang mereka sediakan untuk kepentingan
masyarakat.
2.1. Pendahuluan
Pembahasan barang publik menarik untuk dicermati, baik dari sisi
karakteristik maupun problematika penyediaannya. Dalam teori ekonomi mikro
dijelaskan bahwa pengadaan barang publik tidak dapat dilakukan melalui
mekanisme pasar persaingan sempurna. Namun demikian secara teoritis,
penyediaan barang publik dapat efisien bila kita mengetahui permintaan dan
penawarannya.
Karakteristik barang publik yang unik yaitu dapat digunakan secara
bersama-sama tanpa menghilangkan manfaat (Non Rivalry) dan tidak diperlukan
prasyarat pengorbanan biaya (Non Exclusive) menjadikan komoditas ini mayoritas
disediakan oleh pemerintah atau negara. Sebagai contoh, jalan raya. Komoditas
ini dapat dinikmati oleh setiap orang yang melaluinya secara bersama-sama tanpa
menghilangkan manfaat (utility), dan tidak diperlukan pengorbanan biaya atau
gratis.
Namun dalam perjalanan waktu dan perubahan zaman, penyediaan barang
publik dewasa ini mulai melibatkan unsur swasta/perusahaan sebagai wujud
tanggungjawab sosial mereka kepada masayarakat dan pemerintah, atau yang ini
sering disebut dengan Corporate social Responsibility (CSR). Bahkan,
disebabakan oleh keterbatasan pendanaan pemerintah akibat rendahnya
penerimaan negara dari pajak (PNP), inisiatif swadaya masyarakat dalam
pendanaan penyediaan barang publik seperti pembangunan infrastruktur jalan
pemukiman di wilayah perkotaan atau pembangunan taman-taman oleh
masyarakat, merupakan fenomena tersendiri yang biasa dilakukan masyarakat
negara-negara maju.
2.2. Teori Barang Publik
Tidak semua barang dan jasa yang ada dapat disediakan oleh sektor
swasta. Barang publik adalah barang dan jasa yang tidak dapat disediakan oleh
sistem pasar disebut, dimana secara ekonomis pengecualian dapat dilaksanakan
akan tetapi biaya untuk mengecualikan segolongan masyarakat dari manfaat suatu
barang sangat besar dibandingkan dengan biayanya. Sedangkan barang swasta
adalah barang yang dapat disediakan melalui sistem pasar yaitu melalui transaksi
antara penjual dan pembeli serta tidak mempunyai sifat pengecualian.
Jadi, ada bidang yang harus dilakukan oleh pemerintah, karena masyarakat
secara individual tidak mau atau tidak mampu melaksanakannya. Oleh karena itu,
sejak berkumandangnya tuntutan liberalisasi ekonomi, ternyata dalam proses
selanjutnya menghendaki adanya peran pemerintah yang sesuai, bukannya semua
harus diserahkan pada pasar. Artinya, ekonomi harus dibagi dua, yaitu ekonomi
publik dan ekonomi pasar.
Sektor ekonomi publik dapat memberikan keuntungan dalam ekonomi,
misalnya program kesejahteraan yang menyangkut jaminan sosial yang beragam
macam seperti yang telah dilakukan oleh negara maju, maka pelaksanaan
langsung oleh pemerintah justru haruslah secara ekonomi akan memberikan
keuntungan lebih besar bagi masyarakat secara keseluruhan. Penggunaan bersama
dapat jauh lebih murah daripada penggunaan sendiri-sendiri. Hal ini didukung
oleh teori ekonomi publik dan teori kelab (theory of public goods dan club
theory). Inti masalah adalah berupa tidak ada atau sulit mengadakan hak
pemilikan pada barang atau pelayanan yang dihasilkan.
Soal Latihan
1. Apa yang Anda ketahui dengan barang publik (public goods) ? Berikan
contohnya !
3.1.Pendahuluan
Dalam perekonomian yang mengggunakan sistem pasar, harga barang dan
jasa, upah dan sebagainya ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Dalam
sistem perekonomian pasar yang sempurna, harga-harga merupakan data, yang
berarti tidak ada satu pihak pun, baik produsen maupun konsumen secara sendiri-
sendiri dapat memengaruhi harga. Hal ini disebabkan oleh karena dalam sistem
pasar persaingan sempurna, seorang pengusaha ataupun pembeli hanya
merupakan sebagian yang sangat kecil sehingga peranannya menjadi tidak berarti.
Bagi seorang konsumen, permintaan akan suatu barang dan jasa hanya
merupakan sebagian kecil dibandingkan dengan permintaan seluruh konsumen,
sehingga ia tidak dapat memengaruhi tingkat harga suatu barang dengan merubah
permintaan akan barang tersebut, walaupun konsumen secara berkelompok dapat
mempengaruhi tingkat harga.
pakaian pakaian
Konsumen A Konsumen B
Po P1
L
E
PB
E
PA KB3
KA3
KB2
KA2
M KB1
KA1
O Mo makanan O
MA MB Mmakanan
1
E3
Garis Konsumsi Harga
E1 I3
I2
I1
U = X. Y ………………………………… (3)
Dimana : U = tingkat kepuasan
X = makan bakso (mangkok per bulan)
Y = makan sate (porsi per bulan)
Untuk mencapai tingkat kepuasan 100 (U = 100), beberapa kombinasi
yang mungkin dicantumkan dalam Tabel 3.2 dibawah ini.
Tabel 3.2 Nilai kepuasan dari makan bakso dan makan sate
makan bakso makan sate
(mangkok per bulan) (porsi per bulan) nilai kepuasan
25 kali 4 porsi 100
20 kali 5 porsi 100
10 kali 10 porsi 100
5 kali 20 porsi 100
4 kali 25 porsi 100
Makan bakso
25
20
10
U=X.Y
5
U = 100
5 10 20 25 Makan sate
Soal Latihan
4.1 Pendahuluan
Salah satu permasalahan perekonomian yang menonjol saat ini adalah
biaya yang harus dikeluarkan oleh individu atau rumahtangga akibat aktivitas
individu atau produksi orang lain. Pencemaran lingkungan yang mengakibatkan
seseorang atau masyarakat terganggu kesehatannya, sementara mereka tidak
mendapatkan biaya pengganti atau kompensasi kesehatan merupakan salah satu
bentuk kegagalan mekanimse pasar sebagai alat alokasi sumberdaya ekonomi
yang efisien.
1
Konsumen Konsumen
3 2
Produsen Produsen
4
S1
S2
Q1 Q2 Kuantitas
E
Dp
PtPt Subsidi yang dinikmati rakyat
Indonesia dan pihak asing
Pp (MNC)
F
Pk
Ds Dc
5.1. Pendahuluan
Berdasarkan Ketentuan Umum Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, terdapat beberapa
pengertian pokok sebagai berikut :
1. Monopoli yaitu penguasaan atas produksi dan/atau pemasaran
barang dan/atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha.
2. Praktek Monopoli yaitu pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu
atau lebih pelaku usaha yang mengakibatkan dikuasaianya produksi dan/atu
pemasaran atas barang dan/atau jasa tertentu sehingga menimbulkan
persaingan usaha tidak sehat dan dapat merugikan kepentingan umum.
3. Persaingan Usaha Tidak Sehat adalah persaingan antar pelaku
usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang
dan/atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum
atau menghambat persaingan usaha.
4. Pelaku usaha diartikan setiap orang perorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian,
menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi.
5.2. Definisi Monopoli
Suatu industri dikatakan berstruktur monopoli bila hanya ada satu
produsen atau penjual tanpa pesaing langsung, baik nyata maupun potensial.
Output yang dihasilkan tidak mempunyai subtitusi. Perusahaan tidak memiliki
pesaing karena adanya hambatan bagi perusahaan lain untuk memasuki industri
yang bersangkutan.
Faktor-faktor penyebab terbentuknya monopoli :
1. Hambatan teknis
Ketidakmampuan bersaing secara teknis menyebabkan perusahaan lain
sulit bersaing dengan perusahaan yang sudah ada. Keunggulan secara
teknis ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Perusahaan memiliki kemampuan dan atau pengetahuan khusus
sehingga dapat berproduksi secara efisien.
2. Tingginya tingkat efisiensi yang memungkinkan perusahaan monopoli
mempunyai kurva biaya (MC dan AC) yang menurun.
3. Perusahaan memiliki kemampuan kontrol sumber faktor produksi baik
berupa sumber daya alam, sumber daya manusia maupun lokasi
produksi.
Perusahaan-perusahaan yang mempunyai kekuatan monopoli karena
kemampuan teknis disebut perusahaan monopolis alamiah.
2. Hambatan legalitas
1. Undang-undang
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan perusahaan-
perusahaan yang tidak efisien tetapi memiliki daya monopoli. Hal ini
dmungkinkan karena adanya hak monopoli, misalnya BUMN di
Indonesia memiliki daya monopoli karena undang-undang.
2. Hak khusus
Hak khusus tidak hanya diberikan oleh pemerintah, tetapi juga kepada
perusahaan lainnya. Di Indonesia beberapa bentuk konkritnya adalah
agen tunggal, importer tunggal, lisensi dan bisnis wara laba
(frenchise).
3. Hak paten atau hak cipta
Hak paten atau hak cipta adalah monopoli berdasarkan hokum karena
pengetahuan – kemampuan khusus yang menciptakan daya monopoli
secara teknik. Misalnya : orang yang mempunyai kemampuan menulis
yang baik, memiliki hak monopoi atas bukunya bila mengurus hak
cipta.
Era reformasi di Indonesia yang terjadi pada tahun 1998 ditandai dengan
jatuhnya rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto membawa
perubahan yang lebih maju bagi kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat
Indonesia, baik dalam hubungannya dengan sesama warga negara Indonesia
maupun kehidupan berbangsa dengan masyarakat internasional. Dalam konteks
industri tepung terigu, pemerintah secara ekonomi maupun politik banyak
melakukan perubahan untuk mecapai keadilan dan perlindungan bagi pengusaha
dan masyarakat yang lebih baik.
1
Dalam Pasal 35 UU No. 5 Tahun 1999, secara terperinci dijelaskan seluruh tugas KPPU.
3. Melakukan penyelidikan dan/atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan
praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan
oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha yang ditemukan oleh Komisi
sebagai hasil dari penelitiannya.
4. Menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha
yang melanggar ketentuan undang-undang ini.
5. Penegakan Hukum
Berdasarkan laporan setiap orang yang mengetahui telah terjadinya
pelanggaran terhadap undang-undang, atau pihak yang dirugikan sebagai akibat
terjadinya pelanggaran Undang-Undang No. 5 tahun 1999 ini, KPPU wajib
melakukan pemeriksaan pendahuluan, dan dalam waktu selambat-lambatnya 30
(tigapuluh) hari setelah menerima laporan, KPPU wajib menetapkan perlu atau
2
Definisi Posisi dominan seperti yang tercantum dalam Ketentuan Umum adalah keadaan
dimana pelaku usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan
pangsa pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya di pasar
bersangkutan dalam kaitan dengan kemampuan keuangan, kemampuan akses pada pasokan atau penjualan,
serta kemampuan untuk menyesuaikan pasokan atau permintaan barang atau jasa.
tidaknya dilakukan pemeriksaan lanjutan. Dalam pemeriksaan lanjutan, KPPU
wajib melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang dilaporkan.
KPPU dapat melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha apabila ada
dugaan pelanggaran undang-undang ini walaupun tanpa adanya laporan. Pelaku
usaha dan atau pihak lain yng diperiksa wajib menyerahkan alat bukti yang
diperlukan dalam penyelidikan dan/atau pemeriksaan. Alat-alat bukti pemeriksaan
KPPU dapat berupa:
1. Keterangan saksi;
2. Keterangan saksi;
3. Surat dan/atau dokumen;
4. Petunjuk;
5. Keterangan pelaku usaha.
6. Ketentuan Lain
Bentuk pengecualian dari ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usah Tidak sehat adalah
monopoli dan/atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan/atau
pemasaran barang dan/atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta
cabang-cabang produksi yang penting bagi negara. Oleh karena itu, kegiatan yang
termasuk dalam pengadaan barang-barang publik (public goods) diatur dalam
undang-undang dan diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
dan/atau lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah.
Disamping itu terdapat pengecualian dari ketentaun undang-undang ini,
diantaranya adalah:
1. Perbuatan dan/atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2. Perjanjian yang berkaitan dengan hak atas kekayaan intelektual seperti
lisensi, paten, merek dagang, hak cipta, desain produk industri, rangkaian
elektronik terpadu, dan rahasia dagang, serta perjanjian yang berkaitan
dengan waralaba.
3. Perjanjian penetapan standar teknis produk barang dan/jasa yang tidak
mengekang dan/atau menghalangi persaingan.
4. Perjanjian kerjasama penelitian untuk peningkatan atau perbaikan standar
hidup masyarakat.
5. Perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Republik
Indonesia.
6. Perjanjian dan/atau perbuatan yang bertujuan untuk ekspor yang tidak
mengganggu kebutuhan dan/atau pasokan pasar dalam negeri.
7. Pelaku usaha yang tergolong dalam usaha kecil.
8. Kegiatan usaha koperasi yang secara khusus bertujuan untuk melayani
anggotanya.
Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat ?
2. Mengapa praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dapat
mengganggu perekonomian suatu negara?
3. Lembaga apa yang menangani kasus-kasus persaingan usaha tidak sehat di
Indonesia ?
4. Jelaskan nama dasar hukum/undang-undang yang mengatur kebijakan
persaingan usaha di Indonesia !
5. Mengapa BUMN menjadi sebuah entitas lembaga usaha yang boleh
memonopoli penyediaan barang atau jasa di Indonesia ? Jelaskan
BAB VI
ANALISIS ANGGARAN BIROKRASI DAN EFISIENSI
Harga;Biaya
P C
F A
P2 LRAC=LRMC
B
G
D
0
Jumlah barang yang
Q1 Q2 Q3 dihasilkan
MR
Departemen
Salah satu faktor yang dapat menjaga kestabilan perekonoian suatu negara adalah
kebijakan fiskal yang dirancang pemerintah, yang mampu mendorong perekonomian
tumbuh secara stabil.
6.2.1. Pajak
Secara hukum, pajak dapat didefinisikan sebagai iuran wajib kepada
pemerintah yang bersifat memaksa dan legal (berdasarkan undang-undang),
sehingga pemerintah mempunyai kekuatan hokum (misalnya denda atau kurungan
penjara) untuk menindak wajib pajak yang tidak memenuhi kewajibannya. Pajak
dipungut untuk menjalankan roda pemerintahan.
Secara ekonomi, pajak dapat didefinisikan sebagai pemindahan sumber
daya yang ada di sector rumah tangga dan perusahaan (dunia usaha) ke sector
pemerintah melalui mekanisme pemungutan tanpa wajib memberi balas jasa
secara langsung. Jika pungutan pemerintah sifatnya member balas jasa secara
langsung, maka pungutan tersebut disebut retribusi.
Dari definisinya, pajak yang nilainya positif akan menyebabkan
pendapatan riil makin rendah atau harga barang makin mahal. Tetapi jika nilainya
negative (subsidi), pajak akan meningkatkan pendapatan riil atau menyebabkan
harga output atau input menjadi lebih murah.
Ada beberapa pengklasifikasian pajak yang umumnya digunakan, yaitu:
1. Pajak Obyektif
Pajak obyektif adalah pajak yang dikenakan berdasarkan aktivitas ekonomi
para wajib pajak. Misalnya pajak pertambahan nilai (PPN) dikenakan kepada
mereka yang membeli barang dan jasa kena pajak.
2. Pajak Subyektif
Pajak Subyektif adalah pajak yang dipungut dengan melihat kemampuan
wajib pajak. Indicator yang digunakan adalah pendapatan, bila pendapatan (lebih
tepatnya pendapatan kena pajak) makin besar maka beban pajak juga semakin
besar. Tetapi bila pendapatan seseorang masih di bawah pendapatan tidak kena
pajak (PTKP), orang tersebut tidak perlu membayar pajak pendapatan atau pajak
penghasilan (PPh).
3. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang beban pajaknya tidak dapat digeser
kepada wajib pajak yang lainnya (no tax incidence). Jadi pembayar pajak
langsung adalah pembayar pajak terakhir (last tax payer). Karena pajak langsung
mempunyai banyak kesamaan dengan pajak subyektif, umumnya pajak langsung
adalah pajak subyektif. Contoh pajak langsung di Indonesia adalah pajak
penghasilan (PPh) serta pajak bumi dan bangunan (PBB).
2. Pajak Persentase
Pada pajak persentase, beban pajak ditetapkan berdasarkan persentase
tertentu dari pengenaan pajak. Notasi untuk persentase adalah t (huruf kecil).
Pajak persentase dapat dibedakan menjadi pajak proporsional, progresif dan
regresif.
Pajak proporsional, tarif persentasenya tetap. Misal, pajak penghasilan
dikatakan proporsional bila berapapun besarnya penghasilan, tarif pajaknya tetap
20%.
Pajak progresif, tarifnya makin tinggi bila dasar pengenaan pajaknya
makin tinggi. Pajak penghasilan dikatakan progresif bila tarifnya makin tinggi
pada saat pendapatan meningkat. Berdasarkan UU No. 17/2000 penerapan pajak
penghasilan dapat digolongkan sebagai berikut.
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Tarif Pajak
≤ Rp 25 juta per tahun 5%
Rp 25 juta – Rp 50 juta per tahun 10%
Rp 50 juta – Rp 100 juta per tahun 15%
Rp 100 juta – Rp 200 juta per tahun 25%
≥ Rp 200 juta per tahun 35%
Pajak regresif adalah kebalikan dari pajak progresif, dimana tarif pajak justru
makin rendah pada saat penghasilan meningkat.
7.2. Politik Anggaran
Politik anggaran dapat dibedakan menjadi anggaran tidak berimbang dan
anggaran berimbang bila dilihat dari perbandingan nilai penerimaan (T) dan
pengeluaran (G). hasil yang dicapai dari kebijakan fiscal merupakan interaksi dari
dampak pajak dan pengeluaran pemerintah terhadap output keseimbangan.
Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap perubahan pendapatan keseimbangan
adalah:
ΔY =
ΔY =
ΔY karena ΔG =
ΔY karena ΔT =
ΔY = + -
= -
Karena penyebutnya sama, yaitu (1 - b), maka pengaruhnya dapat ditulis sebagai:
ΔY =
ΔY =
= ΔT +
= ΔT +
ΔY =
2. Anggaran Surplus
Kebalikan dari anggaran defisit, dalam anggaran surplus pemerintah
merencanakan penerimaan lebih besar dari pengeluaran (T > G). atau dapat juga
dikatakan pemerintah menempuh anggaran surplus bila ΔG < ΔT, dimana ΔG dan
ΔT ≥ 0. Politik anggaran surplus diidentikan dengan kebijakan fiscal kontraktif
dan dilakukan bila perekonomian sedang dalam tahap ekspansi dan terus
memanas (overheating). Melalui anggaran surplus pemerintah mengerem
pengeluarannya untuk menurunkan tekanan permintaan atau mengurangi daya beli
dengan menaikkan pajak. Pengaruh anggaran surplus terhadap output
keseimbangan adalah kebalikan dari pengaruh anggaran defisit.
3. Anggaran Berimbang
Pemerintah dikatakan menempuh politik anggaran berimbang bila
pengeluaran direncanakan akan sama dengan penerimaan (G = T atau ΔG = ΔT).
Dua hal utama yang ingin ditempuh oleh pemerintah bila menerapkan politik
anggaran berimbang adalah peningkatan disiplin dan kepastian anggaran.
Karena ΔG = ΔT, maka pengaruh anggaran terhadap keseimbangan
ekonomi adalah:
ΔY karena ΔG =
ΔY karena ΔT =
ΔY = - , atau
= -
= . ΔT
= 1 . ΔT, atau
ΔY = 1 . ΔG, berarti
ΔY = ΔG = ΔT
Sehingga dapat dikatakan efek multiplier anggaran berimbang adalah sama
dengan satu (balance budget multiplier).
7.3. Reformasi Manajemen Keuangan Negara
Untuk mengakomodasi berbagai perkembangan dalam sistem
kelembagaan negara, pengelolaan keuangan negara, dan mewujudkan sistem
pengelolaan fiskal yang berkesinambungan, pemerintah telah mengeluarkan
Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang keuangan negara. Undang-Undang
tersebut menetapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan negara sebagai dasar
manajemen keuangan pemerintahan. Prinsip-prinsip tersebut sekaligus
memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah yang telah
dimuat dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan Undang-Undang No. 25
tahun 1999 yang mengatur kewenangan dan sistem perimbangan keuangan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pendekatan yang digunakan dalam merumskan keuangan negara adalah
dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan
keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan
pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa
uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dari sisi subyek yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh
obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki oleh negara, daan atau dikuasai
oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan
lainnya yangada kaintannya dengan keuangan negara.
Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan
yang berkaitan dengan pengenalan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggung
jawaban. Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan,
dan hubungan hukum yang berkaitan dengan kepemilikan dan/atau penguasaan
obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
negara. Bidang pengeloalaan keuangan negara demikian luas dapat
dikelompokkan dalam sub-bidang fiskal, sub-bidang pengelolaan moneter, sub-
bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam
penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggaraakan
secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok
yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar. Sesuai dengan amanat Pasal
23C UUD 1945, undang-undang tentang keuangan negara perlu menjabarkan
aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD tersebut ke dalam asas-asas
umum yang meliputi baik asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas
spesialitas. Selain itu juga sebagai cerminan best practice dalam pengelolaan
keuangan negara yang baik, juga menerapkan:
• Akuntabilitas berorientasi pada hasil
• Profesionalitas
• Proporsionalitas
• Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara
• Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan
mandiri
Presiden selaku kepala pemerintahan memegang pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kewenangan tersebut
meliputi kewenangan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Untuk
membantu presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan yang dimaksud,
sebagian dari kekuasaan tersebut dikuasakan kepada menteri keuangan selaku
pengelola fiskal dan wakil pemerintahan dalam kepemilikan kekayaan yang
dipisahkan serta kepada menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna
anggaran/pengguna barang kementrian lembaga yang dipimpinnya.
Sub-bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan
kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi
perpajakan, administrasi kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.
Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara sebagian kekuasaan presiden tersebut diserahkan kepada
gubernur/bupati/walikota selaku pengelola keuangan daerah. Demikian pula untuk
mencapai kestabilan nilai tukar rupiah tugas menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
dilakukan oleh Bank Sentral.
Pengaturan secara jelas kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara
merupakan prinsip pokok dalam pengelolaan keuangan negara yang transparan
dan akuntabel. Penerapan prinsip ini diyakini berpengaruh besar bagi upaya
pencapaian tujuan bernegara, hal ini dikarenakan manifestasi pengelolaan
keuangan negara dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan adalah disusun dan
dilaksanakannya APBN dan APBD setiap tahunnya.
C
C2=80+0,8Y
100
0
Y
Gambar 7.1. Dampak Pajak pendapatan nominal terhadap perilaku konsumsi
Jika pajak penghasilan yang dikenakan adalah pajak proporsional (t), maka
pendapatan disposable menjadi:
Yd = Y – tY = Y(1 – t)
Akibatnya fungsi konsumsi berubah menjadi:
C = C0 + bYd = C0 + b{Y(1-t)}
= C0 + bY – btY = C0 + (b – bt)Y
Ternyata pajak proporsional menyebabkan MPC menjadi (b – bt) atau
lebih kecil sebesar bt, sedangkan konsumsi autonomous tetap.
Contoh:
Fungsi konsumsi awal C1=100+0,8Yd, bila pajak pendapatan 25%, maka
Yd=(1-t)Y
Fungsi konsumsi yang baru menjadi:
C2 = 100 + 0,8(1-0,25)Y
= 100 + 0,8(0,75)Y
= 100 + 0,6Y
Pajak proporsional telah menyebabkan MPC berubah menjadi 0,6 atau 0,2 lebih
kecil dari MPC sebelum ada pajak proporsional. Perubahan MPC dapat dijelaskan
dalam gambar berikut.
C
Pajak pendapatan 25 %
Mengubah MPC
Dari 0,8 menjadi 0,6
0 Y
2. Fasilitas diskonto
Tingkat bunga diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan
pemerintah atas bank-bank umum yang meminjam ke bank sentral. Dalam
kondisi tertentu, bank-bank mengalami kekurangan uang, sehingga mereka
harus meminjam kepada bank sentral. Kebutuhan ini dapat dimanfaatkan oleh
pemerintah untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar.
Bila pemerintah ingin menambah jumlah uang beredar, maka
pemerintah menurunkan tingkat bunga pinjaman (tingkat diskonto). Dengan
tingkat bunga pinjaman yang lebih murah, maka keinginan bank-bank untuk
meminjam uang dari bank sentral menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang
beredar bertambah.
3. Rasio cadangan wajib
Penetapan rasio cadangan wajib juga dapat mengubah jumlah uang
beredar. Jika rasio cadangan wajib diperbesar, maka kemampuan bank
memberikan kredit akan lebih kecil disbanding sebelumnya. Misalnya, jika
rasio cadangan wajib mulanya hanya 10%, maka untuk setiap unit deposito
yang diterima, perbankan dapat mengalirkan pinjaman sebesar 90% dari
deposito yang diterima perbankan. Dengan demikian angka multiplier uang
dari sistem perbankan adalah 10.
Bila rasio cadangan wajib diperbesar menjadi 20%, maka untuk setiap
unit deposito yang diterima, perbankan dapat mengalirkan kredit sebesar
80%. Angka multiplier uang dari sistem perbankan menurun menjadi 5,
dengan demikian jumlah uang beredar di masyarakat akan berkurang.
Sebaliknya yang terjadi bila pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib.
Sebab penurunan rasio tersebut akan memperbesar angka multiplikasi uang,
yang berarti akan meningkatkan jumlah uang beredar.
Untuk pertama kalinya sejak Pakto 1988, Bank Indonesia menggunakan
rasio cadangan wajib guna mengerem pertumbuhan besar-besaran moneter
yang masih tinggi, yaitu dengan menetapkan rasio menjadi 3% pada Februari
1996. Sejak April 1997 besarnya rasio cadangan wajib adalah 5%.
4. Imbauan Moral
Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan atau
mengendalikan jumlah uang beredar. Misalnya Gubernur Bank Indonesia
dapat member saran agar perbankan berhati-hati dengan kreditnya atau
membatasi keinginannya meminjam uang dari Bank Sentral.
Fiskal ekspansif
ΔY= ΔG/(1-b)
Fiskal kontraktif
ΔY= ΔG/(1-
b)
LM1
r1
r0 Moneter ekspansif
IS1
IS0
Y
0
Y Y2 Y1
Yo
Yo IS6
Yo
IS5
Yo
Yo
IS4
IS3
IS1 IS2
Y
Yo Y1 Y2 Y4 Yo
Soal Latihan
Reformasi dan Penguatan institusi keuangan negara mutlak dilakukan sebagai upaya
pengamanan sumber-sumber kuangan negara dan sebagai wujud tanggungjawab
terhadap masyarakat.
Presiden
Kepala Pemerintahan
Peningkatan disiplin anggaran dalam rangka efisiensi APBN tidak cukup dengan
mengurangi tingkat kebocoran anggaran, tetapi harus diikuti dengan penegakkan hukum
yang tegas terhadap oknum pejabat pemerintah yang terbukti melakukan KKN.
Sistem keterwakilan lembaga legislatif yang dilakukan secara langsung dewasa ini, akan
benar-benar menjadi alat refresentasi kepentingan publik, apabila masyarakat secara
cerdas dan teliti memilih wakilnya yang benar-benar amanah dan profesional , bukan
didasari oleh pertimbangan emosional sesaat.
Pada tabel dapat dilihat bahwa Adil memberikan nilai 60 untuk proyek
polisi, nilai 40 untuk pembangunan dam, dan karena sama sekali tidak menyukai
proyek pembuatan jalan maka ia memberikan nilai nol untuk proyek tersebut.
Sebaliknya Bei tidak begitu suka akan proyek polisi dan dam, tetapi ia menyukai
proyek jalan sehingga ia member nilai 90 untuk proyek tersebut. Surya menyukai
ketiga proyek tersebut sehingga mengalokasikan nilai yang hampir sama untuk
ketiga proyek tersebut. Hasil keseluruhan menunjukkan bahwa proyek jalan
mendapat nilai tertinggi yang berarti merupakan proyek yang paling disukai oleh
ketiga orang tersebut walaupun program tersebut merupakan pilihan pertama dari
satu orang saja (Bei).
Dalam hal pemungutan suara berdasarkan pilihan titik, maka setiap
pemilih akan dapat memenangkan proyek yang disukainya dengan menggunakan
strategi. Misalnya, Surya menyukai proyek pembuatan dam. Apabila ia
menggunakan strategi dengan memperkirakan secara tepat nilai yang diberikan
oleh Adil dan Bei untuk setiap pilihan, maka Surya dapat mengalokasikan semua
nilainya pada suatu pilihan proyek sehingga hasilnya sesuai dengan preferensinya.
Dengan menganggap Adil dan Bei tidak mengubah penilaiannya, maka hasil
akhirnya akan menjadi seperti dalam tabel dibawah ini.
Tabel 10.2. Strategi Surya Untuk Memenangkan Pilihannya
Pilihan
Polisi Dam Jalan
Adil 60 40 0
Bei 6 4 90
Surya 10 90 0
Hasil 76 134 90
Departemen Ilmu Ekonomi, FEM IPB. Modul MK. Ekonomi Umum. Edisi ke 4
(Bahan UTS). IPB Bogor. 2004.
Rahardja, P. dan Manurung, M.. Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar Edisi
Kedua. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI,. 1999.
Rosen, H. S.. Public Finance, Fifth Edition. Singapore: Mc. Graw-Hill Book.
1999.
Simarmata, DJ. A.. Analisa Proyek Publik dan Pemerataan. Jakarta: Lembaga
Penerbit FEUI. 1993