Anda di halaman 1dari 7

Fungsi pemerintah dalam ekonomi sektor publik itu berkaitan erat dengan kewenangan

pemerintah dalam penetapan kebijakan publik. Nah, kebijakan publik ini tujuannya
adalah untuk mensejahterakan masyarakat dengan penyediaan barang-barang
publik yang memang dibutuhkan oleh masyarakat.

Dalam hal ini, peran pemerintah terdiri dari tiga fungsi penting.
Yang pertama adalah fungsi alokasi kemudian fungsi distribusi,
dan yang terakhir adalah fungsi stabilisasi ekonomi.

Fungsi alokasi yaitu fungsi pemerintah untuk memenuhi kebutuhan publik. Dalam hal
ini banyak barang yang tidak bisa disediakan oleh pasar seperti misalkan barang publik
murni. Barang publik jika disediakan oleh pasar akan menyebabkan kegagalan pasar
karena sifatnya yang non excludable dan non rival. Nah, disinilah fungsi dan peran
pemerintah dalam mengalokasikan anggaran yang dimilikinya untuk menyediaka
barang-barang publik tersebut. Sebagai contoh penyediaan Jalan raya. Semua orang
perlu jalan raya untuk mobilitas dari satu tempat ke tempat lain, tapi jalan raya adalah
salah satu contoh barang publik yang sifatnya non excludable sehingga tidak bisa
mengecualikan orang untuk memanfaatkannya dan juga norival, sehingga setiap
pemanfaatan oleh seseorang tidak akan mengurangi manfaat yang akan diterima oleh
seorang lain.

Pemerintah perlu turun tangan untuk menyediakan jalan raya, sehingga kebutuhan
publik terkait dengan jalan raya bisa terpenuhi. Pemerintah juga harus mengalokasikan
anggaran yang dimilikinya agar bisa dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk
penyediaan barang-barang publik yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan untuk mengalokasikan prioritas dalam
penyediaan barang publik melalui pendekatan public choise.

Public choise adalah salah satu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana
pemerintah membuat keputusan yang terkait dengan kepentingan masyarakat atau
publik. Dasarnya adalah asumsi bahwa setiap orang digerakkan oleh kepentingan
pribadinya. Teori pilihan publik ini berusaha untuk mengkaji tindakan-tindakan yang
akan diambil oleh setiap aktor dalam pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan
publik baik itu dari sisi pemerintah dari sisi swasta, dari sisi masyarakat sebaga
pemilih dan juga aktor-aktor lain yang memiliki kepentingan dalam penyediaan barang
publik.
Musannan membagi teori pilihan publik atau public choice ini kedalam dua
pendekatan, yang pertama adalah pendekatan katalaksi, yaitu mencoba
memposisikan penawaran dan permintaan dalam bentuk konstalasi politik jadi
pemerintah dianggap sebagai produsen yang memberikan penawaran-penawaran
terhadap kira-kira badan publik apa ya yang akan disediakan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Di sisi lain, masyarakat atau voters khususnya pemilih ini dianggap
sebagai pembeli. Jadi, pembeli yang akan mempertimbangkan akan memilih barang
publik yang mana sesuai dengan kebutuhan mereka.

Dalam pendekatan katalaksi ini, diharapkan terjadi keseimbangan pasar yang membuat
suatu kebijakan publik terpilih berdasarkan dari permintaan dan kebutuhan masyarakat,
tapi juga disesuaikan dengan anggaran prevelensi dari pemerintah sebagai pemberi
penawaran.

Pendekatan yang kedua adalah homo economicus atau manusia sebagai makhluk
ekonomi. Dalam pendekatan ini manusia cenderung dilihat memaksimalkan manfaat
utilitas untuk dirinya karena dihadapkan pada kelangkaan sumber daya. Dalam pasar
politik tadi yang dijelaskan, politisi ini sebagai pelaku memaksimalkan kepuasan pribadi
yang dimotivasi oleh banyak faktor misalnya gaji, reputasinya sebagai anggota
dewan, kekuasaan ruang buat mengontrol demi birokrasi dan lain sebagainya.
Sementara, para pemilih atau voters ini akan mengontrol suara untuk mendapatkan
kebijakan yang mereka inginkan.

Jadi, kalau dilihat dalam konteks ekonomi, supplier atau penawar itu adalah para politisi,
partai politik, birokrat dan juga pemerintah. Sedangkan, dari sisi permintaan, para
peminta atau demander itu adalah para pemilih dan alat yang ditransaksikan itu berupa
suara. Sedangkan, barang atau komoditas yang ditransaksikan itu adalah barang-
barang publik baik itu dalam bentuk fisik maupun kebijakan publik yang memang
dibutuhkan untuk dijalankan dalam suatu negara.

Fungsi distribusi. Fungsi ini berkaitan dengan peran pemerintah dalam pemerataan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mengurangi
ketimpangan antara Masyarakat khususnya ketimpangan kesejahteraan, dimana
caranya adalah dengan mendistribusikan kembali pendapatan yang sudah diperoleh
oleh orang yang lebih kaya kepada orang yang lebih miskin atau lebih membutuhkan.
Misalnya dengan pendekatan pajak. Pajak adalah salah satu cara untuk menarik
kembali pendapatan yang diperoleh oleh orang-orang kaya atau yang lebih makmur
terkait dengan luxury yang mereka peroleh. Misalkan pajak mobil atau kendaraan
bermotor, kemudian juga pajak rumah yang terntu pajak rumah din kawasan elit dengan
di kawasan kumuh akan berbeda base nya. Kemudian juga pajak-pajak lainnya.

Di sisi lain ketika pajak sudah dikumpulkan anggarannya bisa digunakan untuk
melakukan program-program pengentasan kemiskinan, seperti misalkan untuk subsidi
bagi masyarakat kecil, untuk memberikan juga cash transfer bagi kebutuhan mereka
atau mungkin juga pendekatan-pendekatan lain, seperti misalkan program kesehatan
atau program jaring pengaman sosial.

Terdapat beberapa jenis-jenis pajak yang mengacu kepada tiga


pembagian utama.

Jenis pajak yang pertama adalah pajak progresif yaitu pajak yang persentasenya naik
ketika objek pajak bertambah, contohnya adalah seperti pajak kendaraan bermotor.
Semakin banyak yang dimiliki, maka semakin besar persentase pajaknya untuk
kendaraan bermotor kedua maupun selanjutnya.

Yang kedua adalah pajak regresif, yaitu pajak yang jumlahnya tetap meskipun besaran
objek pajaknya berubah. Contohnya adalah materai 10.000, misalkan berapapun
besaran objek pajaknya besaran harga materai tetap
sama Rp10.000.

Yang ketiga adalah pajak proporsional, yaitu pajak yang persentasenya konstan
meskipun objek pajak berubah contohnya misalkan PPN 10% berapapun besar yang
kalian keluarkan untuk membayar makanan di restoran besaran
pajak nya tetap 10%

Jenis Jenis subsidi :

Jenis yang pertama adalah subsidi produksi, yaitu subsidi untuk menaikkan produksi
dengan bantuan untuk beberapa bagian produksi

Subsidi yang kedua adalah konsumsi yang diberikan untuk mempengaruhi perilaku
konsumen atau pemenuhan kebutuhan konsumsi. Jadi, subsidinya diberikan untuk
melakukan konsumsi
Subsidi yang ketiga adalah subsidi ekspor yaitu dengan mengurangi biaya distribusi
namun tetap menjaga harga tinggi. Jadi distribusi subsidinya diberikan dalam bentuk
subsidi ongkos kirim.

ada juga subsidi tenaga kerja. Jadi subsidi ini diberikan bagi perusahaan untuk
mempekerjakan lebih banyak pegawai. Dalam hal ini biasanya diberikan dalam bentuk
subsidi untuk support gaji maupun support kebutuhan kebutuhan tenaga kerja.

ada subsidi pajak. Dalam hal ini, subsidi pajak digunakan untuk meningkatkan
produktivitas dan kesempatan dengan penundaan pajak. Jadi mendorong agar aktivitas
ekonomi terus berlanjut

Pemberian subsidi terkait dengan fungsi distribusi tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah, tapi bisa dilakukan juga oleh pihak-pihak lain, seperti misalkan perusahaan
maupun individu. Dalam hal ini, target utamanya adalah penyetaraan
kesejahteraan dan juga untuk mengurangi ketimpangan pendapatan.

Fungsi stabilisasi ekonomi

Fungsi pemerintah terkait dengan stabilisasi ekonomi adalah terkait dengan Bagaimana
menjaga agar perputaran roda tetap stabil tidak perlu terlalu cepat dan tidak perlu terlalu
lambat.

Fungsi stabilisasi ini berkaitan dengan tujuan dan cara pemerintah dalam mengeliminasi
fluktuasi bisnis dan dampaknya terhadap perekonomian, khususnya dampak-dampak
negatif, sehingga roda perekonomian tetap stabil dan berada di jalurnya.

Seperti kita ketahui sistem ekonomi merupakan sistem yang berkaitan antara satu
sektor dengan sektor yang lainnya. Dalam hal ini, stabilisasi ekonomi juga menjaga agar
persoalan atau permasalahan yang mungkin terjadi di satu sektor atau dua sektor itu
tidak akan berpengaruh terlalu signifikan terhadap sektor-sektor lain, baik itu yang
berhubungan secara langsung maupun tidak.

Jadi, jangan sampai permasalahan yang muncul itu menyebabkan efek domino. Misal
permasalahan dalam hal sektor pertanian itu sebisa mungkin diselesaikan, agar tidak
berdampak terhadap sektor lain yang membutuhkan pertanian sebagai bahan baku,
misal penyediaan frozen food dan lain sebagainya.
Kebijakan pemerintah dalam upaya untuk menjaga stabilitas
ekonomi :

Kebijakan fiskal yaitu kebijakan untuk mengatur pengeluaran dan pemasukan negara.
Dalam hal ini kebijakan sangat berkaitan erat dengan pajak.

Kebijakan moneter yaitu kebijakan ia mengatur nilai rupiah dengan pengelolaan uang
maupun suku bunga yang berkaitan. Dalam kebijakan moneter ini ada Bank Indonesia.

Kebijakan ekonomi internasional. Jadi Pemerintah perlu mengambil keputusan-


keputusan terkait dengan intervensi kebijakan internasional khususnya dalam hal
perekonomian maupun politik internasional.

Kebijakan pendapatan. Kebijakan ini diambil untuk mengelola pendapatan yang


diperoleh oleh masyarakat.

Pemerintah juga mempunyai fungsi utama sebagai regulator. Dalam hal ini,
pemerintah membuat peraturan yang dapat menjamin pengamanan terhadap hak-hak
individu. Jadi, fungsi sebagai regulator ini meliputi pembuatan kebijakan yang ditetapkan
sebagai dasar penentuan keputusan terkait hukum yang berlaku dimasyarakat.
Contohnya adalah bagaimana menjamin upah layak bagi karyawan perusahaan,
kemudian juga memberikan jaminan bagi hak kepemilikan tanah, termasuk juga
perlindungan terhadap lingkungan, seperti misalkan membatasi polusi, limbah yaitu
dengan memberikan kewajiban bagi pabrik memasang Ipal, atau juga mungkin bisa
melakukan disinsentif berupa pajak yang tinggi, bahkan mungkin termasuk kebijakan
plastik berbahaya di minimarket yang sempat diterapkan beberapa saat yang lalu

Tapi sebenarnya sebagai regulator juga tidak hanya membatasi kemungkinan -


kemungkin negatif yg akan terjadi, tapi juga bisa memberikan stimulus untuk mendorong
pertumbuhan perekonomian, misalkan dengan memberikan insentif atau kemudahan -
kemudahan berusaha bagi para investor untuk menanamkan modal dan
mengembangkan usahanya di Indonesia. Dalam hal ini, pemerintah sudah menerapkan
UU Cipta kerja atau kita kenal dengan omnibus slow sebagai salah satu upaya untuk
mendorong hal tersebut.
Intervensi pemerintah dalam perekonomian

Kita ambil beberapa contoh dunia ilmu makroekonomi modern intervensi pemerintah
sangat tergantung pada kondisi masing-masing negara tidak terdapat teori yang secara
khusus digunakan untuk memutuskan sejauh apa intervensi pemerintah dalam sistem
perekonomian.

Berdasarkan praktek yang ada secara umum, intervensi pemerintah dapat


diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu pertama sebagai regulator dan
supervisor dan yang kedua sebagai penyedia dan pengelola. Khusus untuk
penyedia dan pengelola dibagi lagi menjadi dua fungsi yang pertama adalah sebagai
penyedia layanan dan barang publik serta penyedia kebutuhan masyarakat yang tidak
dapat dipenuhi oleh pasar.

Intervensi pemerintah sebagai penyedia dan pengelola sangat tergantung dengan


kondisi pasar. Apabila pasar sudah efektif, maka intervensi pemerintah cenderung
rendah. Pada umumnya pemerintah hanya akan memposisikan dirinya sebagai
regulator dan supervisor sementara untuk penyediaannya kepada pasar atau sektor
privat. Namun, apabila pasar belum efektif, misal masih ada game antara permintaan
masyarakat dan supplynya atau misalkan terjadinya kegagalan pasar, maka mau tidak
mau pemerintah harus masuk sebagai market player, baik turun langsung, maupun
melalui institusi yang dibentuk seperti misalkan melalui BUMN.

Efektif tidaknya suatu pasar pun akan berubah seiring dengan perkembangan ekonomi
maka tingkat intervensi pemerintah juga harus adaptif.

Habits choise theory merupakan upaya untuk mengaplikasikan apa yang dipahami
terkait perilaku masyarakat dalam pasar ke dalam keputusan terkait dengan
kebutuhan publik. Nah, kritik yang terjadi adalah adanya perbedaan antara bayangan
mengenai bagaimana pemerintah bekerja dan bagaimana sebenarnya pemerintah
bekerja.

Sebab kegagalan pemerintah dalam fungsi alokasi :

Yang pertama adalah tidak ada antisipasi dari kebijakan yang telah diambil. Contohnya
adalah kemarin program bantuan sembako yang tidak tepat sasaran. Bagaimana upaya
untuk menyelesaikan persoalan tersebut diwaktu yang sangat mendesak kemudian juga
ada contohnya terkait dengan penyerapan anggaran Kementerian Kesehatan yang
sangat kecil untuk penanganan COVID 19. Sampai saat ini, tidak ada penjelasan yang
lebih rinci mengenai upaya-upaya yang akan dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
untuk mengoptimalisasi penyerapan anggaran yang telah diberikan dalam penanganan

Yang kedua adalah terkadang pemerintah terbatas dalam pengendalian kebijakan.


Contohnya masih dalam kasus bantuan sembako, yaitu banyak laporan mengenai
ketidaktepatan sasaran. Jadi, orang-orang yang sebenarnya masih mampu bahkan
mungkin masih bisa punya tabungan itu yang mendapatkan sembako, sedangkan
masyarakat yang benar-benar membutuhkan yang kehilangan pekerjaan, yang tidak
ada sumber penghasilan lain, bahkan untuk makan juga sulit itu, justru tidak
mendapatkan bantuan sembako terkait dengan dampak COVID 19.

Yang ketiga adalah kebijakan tidak dapat dilaksanakan atau birokrasinya tidak mampu.
Jadi, terkadang kebijakan yang telah diputuskan di level pusat atau di level atas itu
ketika dijalankan secara teknis di level bawah, tidak berjalan sebagaimana mestinya
karena mungkin sumber daya manusianya tidak lampu atau mungkin anggaran untuk
pelaksanaannya juga tidak sesuai

Yang terakhir atau yang keempat adalah adanya pemberian pelayanan hanya kepada
kelompok tertentu. Jadi, ini yang bertentangan dengan kepentingan publik. Kaitannya ini
sebenarnya dengan ketimpangan. Jadi, kalau sumberdaya berpusat di kelompok
tertentu mereka dapat menggunakannya untuk kepentingannya sendiri, dimana
misalkan untuk memperkaya diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai