Anda di halaman 1dari 5

SIFAT BARANG PUBLIK DAN IMPLIKASI PENGELOLAANNYA

SUB BAB :

 Pengertian barang publik


 Contoh barang publik
 Sifat – sifat barang publkc
 Penyediaan Barang Publik Oleh Pemerintah
 Fungsi pemerintah dengan penyediaan barang publik
 Kendala Penyediaan Barang Publik Oleh Pemerintah
 kondisi perubahan barang publik menjadi semi publik
 Masalah yang melekat pada barang publik
 Hal yang diperhatikan dalam penyediaan barang publik
 Kontribusi Pajak dalam penyediaan barang publik
 Isu barang publik

-Pengertian barang publik:

Dalam penggunaan biasa, istilah barang dan jasa publik digunakan untuk menggambarkan apa pun yang
disediakan pemerintah, mulai dari lampu jalan, pertahanan, hingga sistem pengadilan. barang publik
(public goods)juga merupakan suatu yang dibutuhkan semua orang tanpa perlu mengeluarkan biaya
dan barang publik juga dapat digunakan oleh semua orang tanpa perlu pembatas status sosial atau
kedudukan dan profesi apapun.

Contoh Barang Publik:

Lampu lalu lintas, papan marka jalan, Dan jembatan penyebrangan.

Adanya barang publik merupakan bukti kegagalan ekonomi di mana orang memberikan suara untuk
menentukan seberapa banyak barang publik disediakan pemerintah dibandingkan yang disediakan pasar
(Samuelson, 1986; Buchanann, 1968, 1999).

-Sifat-Sifat barang Publik:

A. Non Rival
Karakteristik barang non-rival adalah Suatu barang yang konsumsinya tidak harus
didapatkan dengan persaingan, namun bisa dikonsumsi oleh sejumlah orang secara
bersamaan, tanpa mengurangi jumlah yang tersedia untuk dikonsumsi oleh orang lain
atau berarti konsumsi satu individu tidak mengurangi manfaat bagi individu lain..
Contoh:
 Matahari terbenam yang indah adalah barang publik yang murni
B. Non-Eksklusif
Non-ekslusif berarti tidak mungkin untuk melarang satu individu untuk
memanfaatkan/mengkonsumsi suatu barang dan jasa. Sifat non-excludable barang
publik ini berarti bahwa apabila suatu barang publik tersedia, tidak ada yang dapat
menghalangi siapapun untuk memperoleh manfaat dari barang tersebut atau dengan
kata lain, setiap orang memiliki akses ke barang tersebut. lalu non eksklusif juga
mengandung arti bahwa orang tidak dapat membatasi manfaat atas barang tersebut
pada orang-orang yang sanggup membayar saja.

-Penyediaan Barang Publik Oleh Pemerintah

Walaupun barang publik tidak selalu diartikan sebagai barang yang diproduksi oleh Pemerintah, namun
pada awalnya karena sifat barang publik yang unik, ia menjadi tidak mungkin dialokasikan ke dalam
mekanisme pasar. Sebagai contoh sistem hukum, pertahanan nasional, pemerintahan, marka jalan,
lampu lalu lintas dan sebagainya.

Karena sifat barang publik yang unik inilah maka muncul dua alasan mengapa sebaiknya barang publik
penyediaannya dilakukan oleh Pemerintah, yang pertama yaitu tidak boleh ada unsur persaingan dalam
mendapatkan barang publik. Kemudian yang kedua adalah penghargaan masyarakat terhadap barang
publik.

-Fungsi pemerintah dalam kaitanya dengan penyediaan barang publik:

1. Fungsi Alokasi: yaitu memiliki keterkaitan erat dengan penyediaan dan


pelayanan barang-barang publik yang peruntukannya secara komunal dan tidak
dapat dimiliki secara individu.
2. Fungsi Distribusi: yaitu memiliki keterkaitan erat dengan pemerataan
kesejahteraan masyrakat dalam arti proporsional tetap menjadi perhatian
dalam rangka mendorong tercapainya pertumbuhan yang optimal.
3. Fungsi Stabilisasi: memiliki keterkaitan erat dengan fungsi mengatur variabel
ekonomi makro dengan sasaran untuk mencapai stabilitas ekonomi secara
nasional.

-Kendala Dalam Penyediaan Barang Publik Oleh Pemerintah


Kendala utama penyediaan barang publik oleh negara adalah masalah efisensi dan akuntabilitas.
Penyediaan barang publik oleh negara yang tidak efisien menjadi legitimasi masuknya pihak swasta
untuk ikut serta dalam penyediaannya. Keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh pemerintah sering
menjadi masalah dalam penyediaan barang publik. Keterbatasan ini menyebabkan pemerintah tidak
mampu menyediakan barang publik secara optimal sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat
(Spackman, 2002).

-Beberapa kondisi perubahan barang publik menjadi semi publik dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu, eksternalitas, kewajiban negara, dan peran swasta diuraikan berikut:

1. Faktor eksternalitas
Faktor eksternalitas adalah dampak yang bernilai (positif atau negatif) yang dihasilkan dan
tindakan (apakah terkait dengan produksi atau konsumsi) yang memengaruhi seseorang yang
tidak sepenuhnya menyetujuinya melalui partisipasi dalam perubahan harga di pasar.
2. Kewajiban negara
Pemerintah berkewajiban menyediakan barang publik (Anomaly, 2013; Ozdemir, Johnson, &
Whittington, 2016). Penyediaan barang publik semestinya “murni” dan harus dikelola oleh
negara dan digunakan untuk kesejahteraan masyarakat. Berbagai pertimbangan juga mendasari
kenapa barang publik juga dikelola oleh swasta. Beberapa alasan misalnya, kegagalan pasar akan
memengaruhi setiap kebijakan pemerintah.
3. Peran swasta
Membangun sebuah negara tidak hanya dibebankan pada negara tapi sektor swasta juga
memberikan kontribusi signifikan ikut serta dalam membangun sebuah Negara (Wentworth &
Makokera, 2015). (Peston, 1972) berargumentasi, goods and services are not provided simply by
households and firms, but also by government,tidak berlebihan pernyataan ini dapat
menggambarkan pelayanan dan barang bukan hanya dilakukan atau disediakan pemerintah
tetapi juga dilakukan oleh pihak swasta. Keterlibatan swasta bukanlah sesuatu yang gratis,
sektor swasta akan mencari keuntungan. Pelayanan prima, tata kelola yang baik, transparansi,
inovasi merupakan refleksi dari kegiatan swasta.

-Masalah yang sering melekat pada barang publik antara lain:


1. barang publik tidak akan pernah menguntungkan bagi negara, karena biaya produksi maka barang
tersebut harus bernilai tambah buat negara dengan beberapa asumsi dan diperoleh secara umum
namun harus di bayar;
2. konsep ekonomi yang selalu mencari keuntungan memaksa barang publik (public goods) tidak lagi
dapat diperoleh secara gratis; dan
3. bagaimana pemerintah bisa memutuskan barang tersebut bisa gratis, ketika penghasilan negara masih
mengandalkan pada sektor pajak yang dipungut.

-Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan barang publik


1. penyediaan barang publik hendaknya disedikan atas permintaan publik guna mengatasi masalah
yang ditimbulkan akibat aktivitas pasar atau yang dikenal dengan istilah kegagalan pasar (market
failure).
2. ada konteks pelaksanaan desentralisasi, Pemerintah Daerah diharapkan mampu meningkatkan
kapabilitasnya dalam hal membaca situasi masalah publik yang disebabkan kegagalan pasar
khususnya eksteralitas negatif yang sering kali membebani masyarakat. Peningkatan kapailitas
ini dimungkinkan melalui upaya pro-aktif pemerintah untuk mengatasi dampak buruk
eksternalitas yang dirasakan oleh masyarakat.
3. upaya untuk mengatasi dampak buruk eksternalitas oleh Pemerintah Daerah hendaknya tidak
hanya bertumpu pada penerbitan regulasi melainkan pula ketepatan pemerintah dalam
merancang agar pihak ketiga yang dirugikan dapat memperoleh kompensasi yang tepat.
Permasalahannya pemberian kompensasi yang tepat ini bergantung pada pengetahuan serta
informasi yang dimiliki oleh pemerintah atas penyebab dan akibat yang ditimbulkan dari
kegagalan pasar.

-Kontribusi Pajak dalam penyediaan barang publik

Berdasarkan UU Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) Nomor 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat (1),
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Artinya, pendapatan negara yang sebagian besar berasal dari penerimaan perpajakan ini akan
digunakan untuk belanja negara bagi sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Indonesia.
APBN 2018, salah satu alokasi dana dari belanja negara adalah untuk anggaran infrastruktur,
yaitu sebesar Rp410,7 triliun. Dari tahun ke tahun, terlihat bahwa pemerintah berupaya
meningkatkan pembangunan dan pemerataan infrastruktur dengan melakukan pembangunan
dan perbaikan jalan, perbaikan konektivitas infromasi dan telekomunikasi, penyediaan dan
peningkatan kualitas perumahan masyarakat berpenghasilan rendah, dan lain-lain sesuai
dengan sasaran dan target pemerintah. Infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah tersebut
dapat diklasifikasikan sebagai barang privat dan barang publik. Selain berbentuk infrastruktur,
barang publik juga dapat berupa pertahanan dan keamanan negara. Dalam APBN 2018, sebesar
107,8 Triliun dana APBN digunakan untuk modernisasi Alutsista melalui pengadaan/
penggantian 50 unit kendaraan tempur, pengembangan fasilitas dan sarana prasarana matra
laut melalui pembangunan pos pengamanan perbatasan sebanyak 3 dermaga, dan modernisasi
command center Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas). Pengembangan
pertahanan dan keamanan diharapkan mampu meningkatkan perlindungan kepada segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta mempertahankan persatuan dan
kesatuan Republik Indonesia.

-Isu barang publik


Masalah Pedestrian sebagai Pelayanan Barang Publik
Fasilitas pedestrian merupakan pelayanan publik yang tergolong pelayanan barang publik. Hal
ini merujuk Pasal 5 ayat (3) huruf a UU 25/2009 tentang Pelayanan Publik yang menyatakan
bahwa pelayanan barang publik meliputi pengadaan dan penyaluran barang publik yang
dilakukan oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya bersuber dari APBN
dan/atau APBD. Dengan demikian, ketersediaan fasilitas pedestrian menjadi kewajiban
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah selaku Penyelenggara Pelayanan Publik dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Pada faktanya kita seringkali menemukan pedestrian yang rusak atau tidak tersedia sama sekali,
ditempati PKL, dijadikan tempat parkir, dilintasi pengendara, dan kejanggalan lainnya. Kondisi
ini menyiratkan pentingnya mengedukasi publik mengenai kedudukan fasilitas pedestrian dilihat
dari sudut pandang pelayanan publik.
Permasalahan-permasalahan tersebut memerlukan solusi dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah
dengan mengambil langkah-langkah nyata untuk peningkatan pelayanan pedestrian. Sebagai
salah satu langkah nyata, Pemerintah hendaknya memasukan penyediaan prasarana dan sarana
pejalan kaki sebagai bagian dari target capaian nasional di bidang infrastruktur, dengan didukung
anggaran yang memadai. Hal ini juga akan mendorong Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam menetapkan target yang sama dalam Rencana Pembangunan Daerah-nya.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah juga harus mulai membuka ruang yang cukup bagi
partisipasi masyarakat dan pihak swasta dalam merencanakan, menyediakan, dan memanfaatkan
fasilitas pedestrian sebagai suatu pelayanan barang publik.

Anda mungkin juga menyukai