Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
pemerintah adalah penyelenggaraan negara dalam rangka mencapai tujuan bersama. Tujuan
bersama adalah untuk meningkatkan kesejahtraan, pembangunan ekonomi daerah adalah suatu
proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk
menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi
dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya
dan dengan menggunakan sember daya yang ada harus mampu menaksirkan potensi sumber
daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.
Yang mana perekonomian harus ada tempat bertransaksi, salah satu tempat perekonomian
yaitu pasar. Sistem ekonomi pun sangat beragam, Sistem ekonomi sendiri dapat diartikan sebagai
susunan organisasi ekonomi yang mantap dan teratur. Maka peran penting pemerintahan dalam
memperhatikan ekonomi negara dalam berbagai hal seperti cara mengatur anggaran penerimaan
negara, kemudian kebijakan dalan mengatasi eksternalitas negatif, dan berbagai hal yang lain. \
Maka saya dalam makalah kali ini akan memaparkan beberapa bab, dimana materi makalah
tersebut saya mengutip dari berbagai sumber buku di Perpustakaaan STAIN Pekalongan, bsb
tersebut yaitu tentang peran pemerintah dalam ekonomi, barang dan pasar, jenis sistem ekonomi,
Anggaran Pendapatan pemerintah, Efisiensi Pasar dan Eksternalitas, kebijakan Publik untuk
mengatasi eksternalitas

B.       Rumusan Masalah


1)   Bagaiamana peran pemerintah dalam ekonomi?
2)   Bagaimana barang dan pasar?
3)   Bagaimana jenis sistem ekonomi?
4)   Bagaimana Anggaran Pendapatan pemerintah?
5)   Bagaimana Efisiensi Pasar dan Eksternalitas?
6)   Bagaimana kebijakan Publik untuk mengatasi eksternalitas?
C.      Tujuan Penulisan
1)   Mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam ekonomi
2)   Mengetahui barang dan pasar
3)   Mengetahui jenis sistem ekonomi.
4)   Mengetahui Anggaran Pendapatan pemerintah.
5)   Mengetahui Efisiensi dan Pasar Eksternalitas.
6)   Mengetahui kebijakan publik untuk mengatasi eksternalitas.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Peran pemerintah dalam ekonomi


Seperti disinggung di muka pemerintah adalah penyelenggaraan negara dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Tujuan bersama adalah untuk meningkatkan kesejahtraan. Untuk
menyejahtrakan masyarakat diperlukan aneka barang dan jasa yang dapat memenuhi berbagai
kebutuhan, disamping terjadinya lapangan pekerjaan yang memadai bagi masyarakat sebagai
sumber nafkah untuk mendapatkan pengahasilan guna membeli barang dan jasa yang
dibutuhkannya. Untuk mencapai kedua hal tersebut, diperlukan peningkatan aktivitas ekonomi
masyarakat. Peningkatan aktivitas ekonomi memerlukan investasi baik oleh negara yang
dilakukan oleh pemerintah, maupun oleh swasta yang dilakukan oleh masyarakat. Oleh karena
itu, maka peran penting pemerintah di bidang ekonomi adalah bagaimana meendorong
penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat, serta pembukaan
lapangan pekerjaan sebagai sumber nafkah bagi masyarakat.1[1]
a)      Terajaminnya penyediaan barang dan jasa untuk masyarakat
Berbagai kebutuhan masyarakat dapat dikelompokan pada dua kelompok besar, yaitu
kebutuhan berbentuk barang, seperti makanan dan minuman, pakaian, rumah, kendaraan, dan
sebagainya, serta kebutuhan berbentuk jasa, seperti penawaran kesehatan, perlindungan
keamaanan dan sebagainya. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan di atas diperlukan beraneka
ragam barang dan jasa, yang pengadaannya memerlukan berbagai tahap dan proses. Tahap awal
dari pengadaan barang dan jasa, yang dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan masyarakat di
masa mendatang, adalah melakukan melakukan investasi saat ini. Tanpa ada investasi saat ini
sulit membayangkan kebutuhan barang dan jasa untuk kelangsungan kehidupan di masa datang
dapat terpenuhi. Pada hakikatnya setiap pemerintaha berfungsi mewakili negara dalam mencapai
tujuannya. Misi utama dari dibentuknya suatu pemerintahan adalah menjalankan fungsi dan
tugas negara. Pemerintahan sebagai penyelenggara negara bertugas melayani kebutuhan dan
melindungi kepentingan masyarakat (publik).2[2]

b)      Tersedianya lapangan pekerjaan sebagai sumber nafkah bagi masyarakat.


Keberhasilan suatu pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,
sangat ditentukan oleh kemampunnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Maka
dari itu pemerintahan seyogianya perlu memikirkan kesejahtraan rakyat secara keseluruan,
melalui penciptaan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya.
1[1] Henry Faizal Noor, Ekonomi Manajerial, (Jakarta: Rajawali Pres, 2011), hlm. 429.

2[2] Ibid.,hlm. 430.


Tugas pemerintahan di bidang ekonomi adalah meningkatkan dan melindungi
kesejahtraan masyarakat secara berkelanjutan, yang diindikasikan oleh peningkatan Pendapatan
Asli Masyarakat (PAM) dan Peningkatan Asli Negara melalui pengelolaan sumber daya
ekonomi nasional yang tergambar dalam APBN, khusunya pada bagian penerimaan negara yang
bukan dari utang.3[3] Sedangkan tugas di luar ekonomi adalah meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pelayanan kepada masyarakat, sekaligus peningkatan kesejahtraan masyarakat.

B.  Barang dan Pasar


Jika kita menelaah teori ekonomi konvensional, kebijakan fiscal itu dibuat karena terjadinya
kegagalan mekanisme pasar. Apabila kegagalan mekanisme pasar ini terus terjadi, maka akan
terjadi distorsi atau gangguan terhadap penawaran dan permintaan yang kemudian dapat
mengganggu keseimbangan dari permintaan agregatif (AS) dan penawaran agregatif (AD) pada
perekonomian tersebut.4[4]
Untuk lebih jelasnya, kita awali dengan membahas jenis barang terlebih dahulu. Ilmu
Ekonomi memebedakan barang berdasarkan jenis sifatnya yaitu:

a.       Private Goods:


Private Good adalah barang yang dapat diproduksi (ditawarkan) secara lebih efisien oleh
perusahaan swasta dalam sebuah pasar.
b.      Public Goods:
Public Goods adalah barang yang cenderung tidak dapat diproduksi (ditawarkan) secara efisien
dalam jumlah sedikit oleh perusahaan swasta sehingga penawarannya kebanyakan dilakukan
oleh pemerintah. Public Goods ini sendiri dapat dikelompokkan dalam dua bagian yaitu:5[5]
1.      Non-Excludable Goods
Non-Excludable Goods adalah barang yang orang memerlukannya dimana orang lain tidak dapat
dilarang untuk ikut menggunakan atau menikmatinya.

3[3] Ibid.,hlm. 431.

4[4]Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: RajaGrifindo Persada, 2008), hlm.
235.

5[5] Ibid.,hlm. 236.


2.      Non-Revalrous Goods
Non-Revalrous Goods adalah barang yang banyak orang dapat menggunakan atau menikmatinya
sekaligus tanpa mengganggu kesenangan orang lain yang telah terlebih dahulu menikmatinya.

Pasar yang kompetitif akan menghasilkan Private Goods secara efisien. Produsen dapat
memperoleh keuntungan dari menjual Private Goods tersebut karena orang-orang akan
membayar untuk memperoleh atau menikmatinya. Sedangkan untuk barang yang Non-
Excludable dan Non-Revalrous, produsen tidak dapat memperoleh keuntungan karena orang
tetap dapat menggunakan atau menikmati barang tersebut tanpa harus membayar.
Oleh karena itu Publik Goods akan lebih efisien bila diproduksi bukan oleh perusahaan
swasta, tetapi oleh pemerintah. Pemerintah dapat mengambil keuntungan dengan semakin
meningkatnya kualitas masyarakat di mana selanjutnya pemerintah dapat memperoleh dana dari
pajak yang disetorkan oleh masyarakat itu sendiri.6[6]
1.      Distribusi
Kita telah membahas mengapa pemerintah harus memproduksi Public Goods dan mengapa
pemerintah mengenakan pajak pada masyarakat. Dalam masyarakat terdapat beragam jenis
manusia. Ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang terampil dan ada yang tidak terampil
sehingga secara alamiahnya terjadi kesenjangan. Untuk itulah diperlukan distribusi agar
kesenjangan ini dapat diperkecil.
2.      Transfer Tunai Barang dan Jasa
Pemerintah dapat melakukan dua cara distribusi pendapatan yaitu:
a.      Dengan melakukan transfer tunai. Hal ini dapat dilakukan melalui uang tunjangan/ uang transfer
b.      Dengan memberikan bantuan secara langsung berupa barang kepada orang-orang yang
membutuhkan.
3.      Kegagalan Pemerintah
Dari pembahasan sebelumnya kita mengetahui bahwa perusahaan swasta tidak dapat
menyediakan Public Goods secara efisisen, oleh karena itu Public Goods harus disediakan oleh
pemerintah. Dalam memproduksi Public Goods, pemerintah juga dapat menemui kegagalan
karena adanya:7[7]

6[6] Ibid.,hlm. 237.

7[7] Ibid.,hlm. 238.


a.       Inefisiensi dalam proses produksi
b.      Buruk atau kurangnya informasi.

C.  Jenis Sistem Ekonomi


Sistem ekonomi dapat diartikan sebagai susunan organisasi ekonomi yang mantap dan teratur.
Sistem-sistem ekonomi dibagi menjadi tiga,yaitu :8[8]
1.      Sistem Ekonomi Kapitalis
Menurut Sanusi, sistem ekonomi kapitalis adalah suatu sistem ekonomi di mana kekayaan
yang produktif terutama dimiliki secara pribadi dan produksi terutama dilakukan untuk dijual.
Adapun tujuan pemilikan secara pribadi ialah untuk memperoleh suatu keuntungan/laba yang
cukup besar dan hasil menggunakan kekayaan yang produktif. Jelas sekali bahwa motif mencari
keuntungan/laba, bersama-sama dengan lembaga warisan dipupuk oleh hukum perjanjian sebagai
mesin kapitalisme yang besar.
Ciri sistem ekonomi kapitalis yaitu sebagai berikut :
a.    Hak milik pribadi.
b.    Kebebasan berusaha dan kebebasan memilih.
c.    Motif kepentingan diri sendiri.
d.   Persaingan.
e.    Harga ditentukan oleh mekanisme pasar.
f.     Peranan terbatas pemerintah.
Dalam ekonomi kapitalis ada tiga watak:
1.    Eksploitasi (pemanfaat sumber daya alam dan manusia secara maksimal)
2.    Akumulasi (penumpukan/pengumpulan modal)
3.    Ekspansi (perluasan sumber daya alam dan manusia)

2.      Sistem Ekonomi Sosialis


Sistem ekonomi sosialis adalah kebalikan dari sistem ekonomi kapitalis. Bagi kalangan
sosialis, pasar justru harus dikendalikan melalui perencanaan terpusat. Adanya distorsi dalam
mekanisme pasar, menyebabkannya tidak mungkin bekerja secara efisien. Oleh karena itu,
pemerintah atau negara harus turut aktif bermain dalam perekonomian. Satu hal yang penting

8[8] Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hlm. 2.
untuk dicatat berkenaan dengan sistem ekonomi sosialis bahwa sistem ini bukanlah sistem
ekonomi yang tidak memandang penting peranan kapital.
Sistem ekonomi sosialis dapat dibagi dalam dua sub-sistem, yaitu sistem ekonomi sosialis dari
Maxis dan sistem ekonomi sosialisme demokrat. Sistem ekonomi Maxis/sistem ekonomi
komando, di mana seluruh unit ekonomi, baik sebagai produsen, konsumen maupun pekerja,
tidak diperkenankan untuk mengambil keputusan secara sendiri-sendiri yang menyimpang dari
komando otoritas tertinggi, yaitu partai.9[9]
3.      Sistem Ekonomi Campuran
Sisteem ekonomi campuran adalah sistem yang mengandung beberapa elemen dari sistem
kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Sanusi menjelaskan bahwa dalam sistem ekonomi
campuran di mana kekuasaan serta kebebasan berjalan secara bersamaan walau dalam kadar
yang berbeda-beda. Ada sistem ekonomi campuran yang mendekati sistem kapitalis/liberalis
karena kadar kebebasan yang relatif besar atau persentase dari sistem kapitalisnya sangat besar.
Ada pula sistem ekonomi campuran yang mendekati sistem ekonomi sosial di mana peran
kekuasaan pemerintah relatif besar terutama dalam menjalankan berbagai kebijakan ekonomi,
moneter/fisikal, dan lain-lain...Didalam sistem ekonomi campuran adanya camput tangan
pemerintah terutama untuk mengendalikan kehidupan/pertumbuhan ekonomi, akan mencegah
adanya konsentrasi yang terlalu besar di tangan satu orang atau kelompok swasta, juga untuk
melakukan stabilisasi perekonomian, mengatur tata tertib serta membantu golongan ekonomi
lemah.10[10]

D.  Angaran Pendapatan Pemerintah


Dalam setruktur Anggaraan Pendapatan Belanja Negara (APBN) terdapat beberapa cara
untuk menghimpun dana guna menjalankan pemerintah , antara lain:11[11]
1.      Melakukan bisnis

9[9] Ibid.,hlm. 3.

10[10] Ibid.,hlm. 5.

11[11] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: RajaGrifindo Persada, 2008), hlm.
255-257.
Pemerintah dapat melakukan bisnis seperti perusahaan lainnya, misalnya dengan mendirikan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seperti halnya perusahaan lainya, dari perusahaan negara
ini diharapkan memberikan keuntungan yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber
pendapatan negara.
2.      Pajak
Pengimpunan dana yang umum dilakukan adalah dengan cara menarik pajak dari
masyarakat. Pajak dikenakan dalam berbagai bentuk seperti pajak pendapatan, pajak penjualan,
pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain. Pajak yang dikenakan kepada masyarakat tidak
dibedakan terhadap bentuk usahanya sehingga dapat menimbulkan ketidaksetabilan.
3.      Meminjam Uang
Pemerintahan dapat meminjam uang dari masyarakat atau sumber-sumber yang lainya
dengan syarat yang harus dikembalikan dikemudian hari. masyrakat harus mengetahui dan
mendapat informasi yang bahwa dikemudian hari mereka harus membayar pajak yang lebih
besar untuk membayar utang yang dipinjam hari ini. Meminjam uang hanya bersifat sementara
dan tidak boleh dilakukan secara terus-menerus.

E.  Efisiensi Pasar dan Eksternalitas


Bab ini memperkenalkan dau perangkat analisis dasar dari ilmu ekonomi kesejahtraan-
surplus konsumen dan surplus produsen- serta menjelaskan penerapanya guna mengevaluasi
efisiensi pasar bebas. Dalam bab ini dijelaskan pula bahwa kekuatan penawaran dan pemerintah
dalam mengalokasikan sumber daya secara efisien. Itu berarti meskipun setiap penjual dan
pembeli di pasar hanya mengejar kesejahtraan masing-masing, interaksi mereka secara
keseluruhan dibimbing oleh mekanisme dengan tidak nampak, sedemikian rupa sehingga
mengarah pada suatu ekuilibrium yang memaksimalkan keuntunggan total bagi setiap penjual
dan pembeli .12[12]
Namun, ada suatu hal yang perlu dicermati. Kesimpulan kita bahwa efisien didasarkan pada
sejumlah asumsi tentang bagaimana pasar bekerja. Jika asumsi-asumsi tersebut tidak terwujud,
maka dengan sendirinya kesimpulan kita tidak berlaku.
Berikut dua asumsi paling penting yang melandasi kita mengenai efisiensi pasar tersebut:

12[12] N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1 , (Jakarta: Erlangga, 2003),
hlm. 190.
1)      Pertama, kita berpegan pada asumsi bahwa pasar bebas itu merupakan pasar persaingan
sempurna. Padahal dalam kenyataan sehari-hari, persaingan yang berlangsung di pasar sering
jauh dari sempurna. Disebagian pasar, ada pembeli atau penjual tunggal(atau sekelompok kecil
penjual/pembeli) yang sepenuhnya mengendalikan harga. Kemampuan suatu pihak dalam
menentukan harga inilah yang disebut dengan sebagai kuasa/kekeuatan pasar(market power).
Keberadaan kuasa pasar mengakibatkan sebuah pasar menjadi tidak efisien karena menjauhakan
harga dan kuantitas ideal dari penawaran dan permintaan ekuilibrium.
2)      Kedua kita berasumsi bahwa hasil-hasil pasar hanya berkaitan dengan pembeli dan penjual
dipasar tersebut. Padahal dalam kenyataannya, keputusan-keputusan para pembeli dan penjual
kadang kala mempengaruhi orang-orang yang sama sekali tidak terlibat dalam interaksi pasar.
Polusi adalah contoh klasik hasil interaksi pasar yang memengaruhi semua pihak, termasuk
mereka yang tidak berpartisipasi di pasar. Dampak sampingan inilah yang lazim disebut sebagai
eksternalitas (externalities), bisa dikatakan bahwa eksternalitas Yaitu dampak dari tindakan
seseorang terhadap kesejahteraan orang lain, namun tidak membayar ataupun menerima
kompensasi/ imbalan atas pengaruh itu. Pengaruh terhadap orang lain itu disebut eksternalitas
negative jika bersifat merugikan. Sebaliknya, disebut eksternalitas positif jika bersifat
menguntungkan13[13]. Yang mana eksternalitas menyababkan kesejahteraan di suatu pasar
sesungguhnya tidak bisa bergantung semata-mata hanya berdasarkan penilaian pembeli atas
suatu barang/jasa dan hitungan biaya yang dipikul penjual. Karena para penjual dan pembeli
biasanya mengabaikan dampak-dampak sampingan tersebut dalam membuat keputusan apa dan
berapa banyak yang akan mereka konsumsi atau produksi, maka ekuilibrium yang tercipta
dipasar yang bersangkutan bisa jadi tidak akan efisien jiaka dilihat dari sudut pandang secara
keseluruhan.
Keberadaan suatu pasar dan eksternalitas merupakan dua fenomena yang menonjol yang
disebut sebagai kegagalan pasar (market failure) yakni ketidakmampuan sejumlah pasar yang
tidak diregulasi untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien. Ketika para pasar gagal,
adakalanya kebijakan publik dapat membantu memperbaiki situsasi, dan memperbaiki efisiensi
ekonomi. Para ahli mikroekonomi mencurahkan leboih banyak perhatian untuk mempelajari

13[13] N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Mikro (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hlm.
204.
gejala-gejala kegagalan pasar, dan jenis-jenis kebijakan yang paling tepat untuk
memperbaikinya.
Mesikpun pasar bisa saja dan memang seringkali gagal dalam mengalokasikan sumberdaya
efisien, kemampuan mekanisme tangan tidak nampak dari pasar bebas itu tetaplahg sangat
penting. Dibanyak pasar asusmi-asumsi yang kita pakai hadir secara utuh sehingga efisiensi
pasar pun tercipta. Disamping itu, analisis kita mengenai ilmu ekonomi kesejahteraan dan
efisinsi pasar berguna untuk memahami berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintahan.14[14]

F.   Kebijakan Publik untuk Mengatasi Eksternalitas


Apabila kebijakan eksternalitas menyebabkan pasar mengalokasikan sumber daya secara tidak
efisien, pemerintah dapat merespons dengan dua cara. Kebijakan pemerintah dan kendali
mengatur perilaku secara langsung. Kebijakan pasar memberikan insentif agar pengambil
keputusan swasta memutuskan untuk mengatasi sendiri persoalanya. 15[15]
Pemerintah dapat mengatasi eksternalitas dengan memastikan bahwa perilaku tertentu wajib
dilaksanakan atau dilarang. Sebagai contoh, membuang bahan kimia beracun ke sumber air
merupakan kejahatan. Dalam kasus ini, biaya ekstrnal bagi masyarakat jauh lebih besar dari pada
manfaat bagi pembuang bahan kimia itu. Pemerintah pun menerapkan kebijakan perintah dan
kendali yang melarang tindakan ini sepenuhnya.
Dalam merespons eksternalitas, pemerintah dapat tidak mengatur perilaku, tetapi menerapkan
kebijakan berbasis pasar untuk menyelaraskan insentif swasta dengan efisiensi sosial. Sebagai
contoh, seperti kita lihat, pemerintah dapat menginternalisasi eksternalitas dengan menarik pajak
atas kegiatan-kegiatan yang memiliki eksternalitas negatif dan menyubsidi kegiatan-kegiatan
yang memiliki eksternalitas positif. Pajak yang dikenakan untuk memperbaiki pengaruh
eksternalitas negatif disebut dengan pajak Pigovian (pigovian taxes).16[16]

14[14] N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1 , (Jakarta: Erlangga, 2003),
hlm. 191.

15[15] N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Mikro (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hlm.
214.

16[16] Ibid.,hlm. 215.


Dalam memahami kebijakan publik untuk mengatasi eksternalitas, lebih jelasnya sebaiknya
kita memahami keterangan-keterangan sebagai berikut:
         Apabila suatu transaksi antara penjual dan pembeli mempengaruhi suatu pihak ketiga secara
langsung, pengaruh ini disebut dengan eksternalitas. Eksternalitas negatif, misalnya polusi,
menyebabkan jumlah optimum secara sosial di masyarakat lebih kecil daripada jumlah
keseimbangan. Eksternalitas positif, misalnya imbas/limpahan teknologi, menyebabkan jumlah
optimum secara sosial di masyarakat lebih besar daripada jumlah keseimbangan.
         Pihak-pihak yang terpengaruh dengan eksternalitas terkadang dapat mengatasi persoalan secara
pribadi (privately). Sebagai contoh, apabila suatu usaha menimbulkan eksternalitas bagi usaha
lain, keduanya dapat menginternalisasi eksternalitas itu dengan cara melakukan merger. Cara
lain, pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengatasi persoalan itu dengan menegosiasikan
kontrak. Menurut Teorema Coase, jika tidak dapat melakukan penawaran tanpa biaya, kita selalu
dapat mencapai kesepakatan yang memungkinkan sumber daya dialokasikan secara efisien.
Namu di banyak kasus, kesepakatan sulit dicapai oleh pihak-pihak yang berkepentingan sehingga
teorema Coase tidak berlaku.
         Apabila pihak-pihak swasta tidak dapat mengatasi persoalan eksternalitas seperti polusi secara
memadai, pemerintahan sering campur tangan. Terkadang, pemerintah mencegah kegiatan yang
tidak efisien di masyarakat dengan meregulasi perilaku. Terkadang pula, pemerintah
menginternalisasi eksternalitas mengunakan pajak pigovian (pajak yang diberlakukan untuk
memperbaiki dampak-dampak dari eksternaslitas negatif). Kebijakan publik lain adalah
penerbitan izin. Sebagai contoh, pemerintah dapat melindungi lingkungan dengan menerbitka
izin polusi dalam jumlah terbatas. Hasil akhirnya adalah kebijakan itu hampir sama kekuatannya
terhadap para pelaku polusi dengan pajak Pigovian.17[17]

17[17] Ibid.,hlm. 223.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah kita menelaah dan menjumpai beberapa materi diatas, bahwa kita pahami bahwa
muka pemerintah adalah penyelenggaraan negara dalam rangka mencapai tujuan bersama.
Tujuan bersama adalah untuk meningkatkan kesejahtraan. Salah satu kesejahtraan di bidang
ekonomi di suatu negara misalnya, terajaminnya penyediaan barang dan jasa untuk masyarakat,
dan tersedianya lapangan pekerjaan sebagai sumber nafkah bagi masyarakat. Dari sistem
ekonomi yang diterapkan di berbagai belahan negara di muka bumi ini ada tiga sistem ekonomi
yang digunakan yaitu sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis, dan sistem ekonomi
campuran. Dalam suatu negara ada Anggaraan Pendapatan Belanja Negara yang mana anggaran
pendapatan negara tersebut bisa didapat dari melakukan bisnis, pajak, atau meminjam uang.
Dengan adanya kegiatan ekonomi menyebabkan ada dampak kepada pihak yang mendapatkan
imbas yang biasa dinamakan eksternalitas, yang mana eksternalitas itu bisa berdampak positif
atau negatif. Maka apabila eksternalitas negatif maka pemerintah harus berperan serta mengatasi
eksternalitas negatif tersebut. Jadi perekonomian negara harus dikembangkan sehingga bisa
tercapai suatu kesejahtaraa untuk masyarakat dalam suatu negara.
B. Saran
Dari makalah yang telah penulis buat, mungkin terdapat kesalahan dan kekurangan baik itu
dari penulisan atau dari kata-katanya, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca, agar dapat memberikan motivasi atau nasihat guna memperbaiki makalah ini nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Karim, Adiwarman A. 2008. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: RajaGrifindo Persada.

Mankiw, N. Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Mankiw, N. Gregory. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat.

Noor, Henry Faizal. 2011. Ekonomi Manajerial. Jakarta: Rajawali Pres.

Tambunan, Tulus T.H. 2012. Perekonomian Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai