PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pemerintah adalah penyelenggaraan negara dalam rangka mencapai tujuan bersama. Tujuan
bersama adalah untuk meningkatkan kesejahtraan, pembangunan ekonomi daerah adalah suatu
proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk
menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi
dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya
dan dengan menggunakan sember daya yang ada harus mampu menaksirkan potensi sumber
daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.
Yang mana perekonomian harus ada tempat bertransaksi, salah satu tempat perekonomian
yaitu pasar. Sistem ekonomi pun sangat beragam, Sistem ekonomi sendiri dapat diartikan sebagai
susunan organisasi ekonomi yang mantap dan teratur. Maka peran penting pemerintahan dalam
memperhatikan ekonomi negara dalam berbagai hal seperti cara mengatur anggaran penerimaan
negara, kemudian kebijakan dalan mengatasi eksternalitas negatif, dan berbagai hal yang lain. \
Maka saya dalam makalah kali ini akan memaparkan beberapa bab, dimana materi makalah
tersebut saya mengutip dari berbagai sumber buku di Perpustakaaan STAIN Pekalongan, bsb
tersebut yaitu tentang peran pemerintah dalam ekonomi, barang dan pasar, jenis sistem ekonomi,
Anggaran Pendapatan pemerintah, Efisiensi Pasar dan Eksternalitas, kebijakan Publik untuk
mengatasi eksternalitas
BAB II
PEMBAHASAN
4[4]Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: RajaGrifindo Persada, 2008), hlm.
235.
Pasar yang kompetitif akan menghasilkan Private Goods secara efisien. Produsen dapat
memperoleh keuntungan dari menjual Private Goods tersebut karena orang-orang akan
membayar untuk memperoleh atau menikmatinya. Sedangkan untuk barang yang Non-
Excludable dan Non-Revalrous, produsen tidak dapat memperoleh keuntungan karena orang
tetap dapat menggunakan atau menikmati barang tersebut tanpa harus membayar.
Oleh karena itu Publik Goods akan lebih efisien bila diproduksi bukan oleh perusahaan
swasta, tetapi oleh pemerintah. Pemerintah dapat mengambil keuntungan dengan semakin
meningkatnya kualitas masyarakat di mana selanjutnya pemerintah dapat memperoleh dana dari
pajak yang disetorkan oleh masyarakat itu sendiri.6[6]
1. Distribusi
Kita telah membahas mengapa pemerintah harus memproduksi Public Goods dan mengapa
pemerintah mengenakan pajak pada masyarakat. Dalam masyarakat terdapat beragam jenis
manusia. Ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang terampil dan ada yang tidak terampil
sehingga secara alamiahnya terjadi kesenjangan. Untuk itulah diperlukan distribusi agar
kesenjangan ini dapat diperkecil.
2. Transfer Tunai Barang dan Jasa
Pemerintah dapat melakukan dua cara distribusi pendapatan yaitu:
a. Dengan melakukan transfer tunai. Hal ini dapat dilakukan melalui uang tunjangan/ uang transfer
b. Dengan memberikan bantuan secara langsung berupa barang kepada orang-orang yang
membutuhkan.
3. Kegagalan Pemerintah
Dari pembahasan sebelumnya kita mengetahui bahwa perusahaan swasta tidak dapat
menyediakan Public Goods secara efisisen, oleh karena itu Public Goods harus disediakan oleh
pemerintah. Dalam memproduksi Public Goods, pemerintah juga dapat menemui kegagalan
karena adanya:7[7]
8[8] Tulus T.H. Tambunan, Perekonomian Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hlm. 2.
untuk dicatat berkenaan dengan sistem ekonomi sosialis bahwa sistem ini bukanlah sistem
ekonomi yang tidak memandang penting peranan kapital.
Sistem ekonomi sosialis dapat dibagi dalam dua sub-sistem, yaitu sistem ekonomi sosialis dari
Maxis dan sistem ekonomi sosialisme demokrat. Sistem ekonomi Maxis/sistem ekonomi
komando, di mana seluruh unit ekonomi, baik sebagai produsen, konsumen maupun pekerja,
tidak diperkenankan untuk mengambil keputusan secara sendiri-sendiri yang menyimpang dari
komando otoritas tertinggi, yaitu partai.9[9]
3. Sistem Ekonomi Campuran
Sisteem ekonomi campuran adalah sistem yang mengandung beberapa elemen dari sistem
kapitalis dan sistem ekonomi sosialis. Sanusi menjelaskan bahwa dalam sistem ekonomi
campuran di mana kekuasaan serta kebebasan berjalan secara bersamaan walau dalam kadar
yang berbeda-beda. Ada sistem ekonomi campuran yang mendekati sistem kapitalis/liberalis
karena kadar kebebasan yang relatif besar atau persentase dari sistem kapitalisnya sangat besar.
Ada pula sistem ekonomi campuran yang mendekati sistem ekonomi sosial di mana peran
kekuasaan pemerintah relatif besar terutama dalam menjalankan berbagai kebijakan ekonomi,
moneter/fisikal, dan lain-lain...Didalam sistem ekonomi campuran adanya camput tangan
pemerintah terutama untuk mengendalikan kehidupan/pertumbuhan ekonomi, akan mencegah
adanya konsentrasi yang terlalu besar di tangan satu orang atau kelompok swasta, juga untuk
melakukan stabilisasi perekonomian, mengatur tata tertib serta membantu golongan ekonomi
lemah.10[10]
9[9] Ibid.,hlm. 3.
10[10] Ibid.,hlm. 5.
11[11] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islam, (Jakarta: RajaGrifindo Persada, 2008), hlm.
255-257.
Pemerintah dapat melakukan bisnis seperti perusahaan lainnya, misalnya dengan mendirikan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seperti halnya perusahaan lainya, dari perusahaan negara
ini diharapkan memberikan keuntungan yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber
pendapatan negara.
2. Pajak
Pengimpunan dana yang umum dilakukan adalah dengan cara menarik pajak dari
masyarakat. Pajak dikenakan dalam berbagai bentuk seperti pajak pendapatan, pajak penjualan,
pajak bumi dan bangunan, dan lain-lain. Pajak yang dikenakan kepada masyarakat tidak
dibedakan terhadap bentuk usahanya sehingga dapat menimbulkan ketidaksetabilan.
3. Meminjam Uang
Pemerintahan dapat meminjam uang dari masyarakat atau sumber-sumber yang lainya
dengan syarat yang harus dikembalikan dikemudian hari. masyrakat harus mengetahui dan
mendapat informasi yang bahwa dikemudian hari mereka harus membayar pajak yang lebih
besar untuk membayar utang yang dipinjam hari ini. Meminjam uang hanya bersifat sementara
dan tidak boleh dilakukan secara terus-menerus.
12[12] N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1 , (Jakarta: Erlangga, 2003),
hlm. 190.
1) Pertama, kita berpegan pada asumsi bahwa pasar bebas itu merupakan pasar persaingan
sempurna. Padahal dalam kenyataan sehari-hari, persaingan yang berlangsung di pasar sering
jauh dari sempurna. Disebagian pasar, ada pembeli atau penjual tunggal(atau sekelompok kecil
penjual/pembeli) yang sepenuhnya mengendalikan harga. Kemampuan suatu pihak dalam
menentukan harga inilah yang disebut dengan sebagai kuasa/kekeuatan pasar(market power).
Keberadaan kuasa pasar mengakibatkan sebuah pasar menjadi tidak efisien karena menjauhakan
harga dan kuantitas ideal dari penawaran dan permintaan ekuilibrium.
2) Kedua kita berasumsi bahwa hasil-hasil pasar hanya berkaitan dengan pembeli dan penjual
dipasar tersebut. Padahal dalam kenyataannya, keputusan-keputusan para pembeli dan penjual
kadang kala mempengaruhi orang-orang yang sama sekali tidak terlibat dalam interaksi pasar.
Polusi adalah contoh klasik hasil interaksi pasar yang memengaruhi semua pihak, termasuk
mereka yang tidak berpartisipasi di pasar. Dampak sampingan inilah yang lazim disebut sebagai
eksternalitas (externalities), bisa dikatakan bahwa eksternalitas Yaitu dampak dari tindakan
seseorang terhadap kesejahteraan orang lain, namun tidak membayar ataupun menerima
kompensasi/ imbalan atas pengaruh itu. Pengaruh terhadap orang lain itu disebut eksternalitas
negative jika bersifat merugikan. Sebaliknya, disebut eksternalitas positif jika bersifat
menguntungkan13[13]. Yang mana eksternalitas menyababkan kesejahteraan di suatu pasar
sesungguhnya tidak bisa bergantung semata-mata hanya berdasarkan penilaian pembeli atas
suatu barang/jasa dan hitungan biaya yang dipikul penjual. Karena para penjual dan pembeli
biasanya mengabaikan dampak-dampak sampingan tersebut dalam membuat keputusan apa dan
berapa banyak yang akan mereka konsumsi atau produksi, maka ekuilibrium yang tercipta
dipasar yang bersangkutan bisa jadi tidak akan efisien jiaka dilihat dari sudut pandang secara
keseluruhan.
Keberadaan suatu pasar dan eksternalitas merupakan dua fenomena yang menonjol yang
disebut sebagai kegagalan pasar (market failure) yakni ketidakmampuan sejumlah pasar yang
tidak diregulasi untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien. Ketika para pasar gagal,
adakalanya kebijakan publik dapat membantu memperbaiki situsasi, dan memperbaiki efisiensi
ekonomi. Para ahli mikroekonomi mencurahkan leboih banyak perhatian untuk mempelajari
13[13] N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Mikro (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hlm.
204.
gejala-gejala kegagalan pasar, dan jenis-jenis kebijakan yang paling tepat untuk
memperbaikinya.
Mesikpun pasar bisa saja dan memang seringkali gagal dalam mengalokasikan sumberdaya
efisien, kemampuan mekanisme tangan tidak nampak dari pasar bebas itu tetaplahg sangat
penting. Dibanyak pasar asusmi-asumsi yang kita pakai hadir secara utuh sehingga efisiensi
pasar pun tercipta. Disamping itu, analisis kita mengenai ilmu ekonomi kesejahteraan dan
efisinsi pasar berguna untuk memahami berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintahan.14[14]
14[14] N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1 , (Jakarta: Erlangga, 2003),
hlm. 191.
15[15] N. Gregory Mankiw, Pengantar Ekonomi Mikro (Jakarta: Salemba Empat, 2012), hlm.
214.
DAFTAR PUSTAKA
Mankiw, N. Gregory. 2003. Pengantar Ekonomi Edisi Kedua Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Mankiw, N. Gregory. 2012. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Salemba Empat.