Anda di halaman 1dari 155

SISTEM KEUANGAN

NEGARA

1
Pengertian Keuangan Negara
Keuangan negara adalah ilmu yang mempelajari
penerimaan negara dan pengeluaran negara beserta
dengan seluruh akibatnya.
Keuangan negara adalah mencakup seluruh kegiatan
yang berkaitan dengan objeknya yang meliputi semua
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang.
semua hak dan kewajiban negara mulai dari perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggungjawabannya.

2
PERAN PEMERINTAH DALAM
PEREKONOMIAN

3
Ilmu Ekonomi Positif

Kebijakan Pemerintah

4
5
Melakukan pengeluaran dan harus ada
penerimaan sebagai sumber dana

6
Sistem Perekonomian

Sistem Kapitalis
Kebebasan individu yang mutlak tidak membenarkan pengaturan ekonomi oleh
pemerintah kecuali dalam hal yang tidak dapat diatur sendiri (bidang pertahanan
nasional, keadilan soosial, pekerjaan umum).

Sistem Sosialis
Penghapusan kebebasan individu, pengaturan kehidupan ekonomi harus
dipegang oleh pemerintah sebagai yang mewakili para individu.

7
Sistem Perekonomian
Kapitalisme
Kewajiban pemerintah
Kebutuhan barang publik
Perilaku rumah tangga pemerintah dalam
penyediaan barang publik
Fungsi pemerintah dalam perekonomian
Fungsi alokasi
Fungsi distribusi
Fungsi stabilisasi

8
Bagaimana dengan
sistem ekonomi
Indonesia?

9
Peran Pemerintah
Pemerintah perlu campur tangan dikarenakan adanya
kegagalan pasar:
1.Adanya barang kolektif (Barang Pubik)
2.Perbedaan antara biaya privat dan biaya sosial, serta antara
manfaat privat dan manfaat sosial
3.Adanya resiko yang sangat besar
4.Sifat monopoli dari suatu kegiatan
5.Adanya inflasi dan deflasi
6.Semakin berkembangnya perusahaan-perusahaan dan
pabrik-pabrik
7.Adanya distribusi pendapatan yang tidak merata
10
BARANG SWASTA,
EKSTERNALITAS &
KEGAGALAN PASAR

11
BARANG SWASTA

Barang yang
setelah produsen
memperoleh
kompensasi bagi
biaya produksinya,
memberikan
manfaat hanya
pada mereka yang
mendapatkannya
dan tidak bagi
orang lain
12
EKSTERNALITAS

13
KEGAGALAN PASAR

Mekanisme pasar yang dianut oleh sistem


kapitalis murni memiliki berbagai kelemahan
yang menyebabkan pemerintah perlu ikut campur
tangan dalam berbagai kegiatan ekonomi.

14
ADANYA BARANG KOLEKTIF/
BARANG PUBLIK

15
KEBUTUHAN BARANG PUBLIK

Barang publik merupakan barang, jasa, atau sistem


yang harus disiapkan oleh pemerintah dalam rangka
memberikan pelayanan kepada warga negaranya

Contoh barang publik:


infrastruktur, seperti jalan raya, jembatan, pelabuhan, dll
sistem pertahanan keamanan
sistem peradilan
dll

16
PERBEDAAN BIAYA/MANFAAT
PRIVAT DAN SOSIAL

17
RESIKO YANG BESAR

18
SIFAT MONOPOLI

19
ADANYA INFLASI & DEFLASI

20
BERKEMBANGNYA
PERUSAHAAN DAN PABRIK

21
DISTRIBUSI PENDAPATAN
YANG TIDAK MERATA

22
KEWAJIBAN PEMERINTAH

 Pemeliharaan Pertahanan dan Keamanan


 Agar warganegara dapat melakukan kegiatan usaha dengan tenang dan
nyaman

 Menegakkan Keadilan
 Agar setiap warga memiliki hak dan kewajiban yang sama

 Menyediakan prasarana Umum / Barang Publik


 Agar warga negara mendapat kemudahan-kemudahan dalam
menjalankan kegiatan usaha

23
KEBUTUHAN BARANG PUBLIK

 Pengadaan barang publik dapat dilakukan oleh pemerintah atau


perusahaan
 Sifat-sifat barang publik:
 Tidak eksklusif (non-excudable). Pemilik barang tidak bisa mencegah
seseorang untuk menggunakan barang tersebut. Pengguna barang tidak
bisa dipaksa untuk membayar. Misalnya Taman Monas, jalan raya,
masjid, dll
 Tidak ada persaingan (non-rival) dalam penggunaan barang publik.
Penggunaan barang publik oleh seseorang tidak menyebabkan kepuasan
orang lain untuk menggunakan barang tersebut menjadi berkurang.
Contoh: kepuasan seseorang yang menghirup udara segar di taman kota
tidak berkurang karena adanya orang lain yang melakukan hal yang
sama.

24
KEBUTUHAN BARANG PUBLIK
 Terdapat barang publik yang tidak eksklusif, tetapi kepuasan
penggunanya akan turun karena banyaknya pengguna pada
suatu waktu tertentu.
 Misalnya, karena banyaknya mobil yang menggunakan jalan raya
sehingga menjadi macet. Dalam hal ini, walaupun penggunanya tidak
dipungut bayaran, namun kepuasan pengguna menjadi berkurang.
 Sebaliknya, terdapat juga barang-barang publik yang eksklusif,
namun tidak ada persaingan bagi penggunanya.
 Misalnya penggunaan internet dan fasilitas telekomunikasi. Untuk
menggunakan barang tersebut tidak gratis, namun seorang pengguna
tidak terganggu kepuasannya karena adanya orang lain yang
menggunakan produk yang sama.

25
PERAN PEMERINTAH

26
FUNGSI PEMERINTAH DALAM
PEREKONOMIAN

Fungsi Alokasi

Fungsi Distribusi

Fungsi Stabilisasi

27
FUNGSI PEMERINTAH DALAM
PEREKONOMIAN
Fungsi Alokasi
Pada dasarnya sumber daya yang dimiliki suatu negara adalah
terbatas
Pemerintah harus menentukan seberapa besar dari sumber
daya yang dimiliki akan dipergunakan untuk memproduksi
barang-barang publik, dan seberapa besar akan digunakan
untuk memproduksi barang-barang individu
Pemerintah harus menentukan dari barang-barang publik yang
diperlukan warganya, seberapa besar harus disediakan oleh
pemerintah, dan seberapa besar yang dapat disediakan oleh
rumahtangga perusahaan

28
FUNGSI PEMERINTAH DALAM
PEREKONOMIAN
Fungsi Distribusi
Pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan agar alokasi
sumber daya ekonomi dilaksanakan secara efisien
Pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan agar
kekayaan terdistribusi secara baik dalam masyarakat,
misalnya melalui kebijakan:
 perpajakan
 subsidi
 pengentasan kemiskinan
 transfer penghasilan dari daerah kaya ke daerah miskin
 bantuan pendidikan
 bantuan kesehatan, dll

29
FUNGSI PEMERINTAH DALAM
PEREKONOMIAN
Fungsi Stabilisasi
Pada pemerintahan modern saat ini, hampir semua negara
menyerahkan roda perekonomiannya kepada pihak swasta /
perusahaan
Pemerintah lebih berperan sebagai stabilisator, untuk menjaga
agar perekonomian berjalan normal:
 Menjaga agar permasalahan yang terjadi pada satu sektor perekonomian
tidak merembet ke sektor lain
 Menjaga agar kondisi perekonomian kondusif:
 inflasiterkendali
 sistem keamanan terjamin
 kepastian hukum terjaga

30
Peran pemerintah dalam kegiatan ekonomi didasari oleh motif mencari
keuntungan sekaligus memenuhi kepentingan umum. Dorongan mencari
keuntungan ini tidak terlepas dari kebutuhan pemerintah untuk meningkatkan
penerimaan negara. Dengan kondisi penerimaan yang semakin baik,
pemerintah akan memiliki sumber dana untuk membiayai pengeluaran-
pengeluarannya.

31
PENGELUARAN PEMERINTAH

32
TEORI PENGELUARAN NEGARA

 Musgrave dan Rostow


 Perkembangan pengeluaran negara sejalan dengan tahap perkembangan
ekonomi dari suatu negara
 Pada tahap awal perkembangan ekonomi diperlukan pengeluaran negara yang
besar untuk investasi pemerintah, utamanya untuk menyediakan infrastruktur
seperti sarana jalan, kesehatan, pendidikan, dll
 Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap diperlukan
untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta sudah
mulai berkembang
 Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap
diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
misalnya peningkatan pendidikan, kesehatan, jaminan sosial dsb.

33
TEORI PENGELUARAN NEGARA

 Wagner
 Berdasarkan pengamatan dari negara-negara maju, disimpulkan bahwa
dalam perekonomian suatu negara, pengeluaran pemerintah akan
meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan perkapita negara
tersebut.
 Di negara-negara maju, kegagalan pasar bisa saja terjadi, menimpa
industri-industri tertentu dari negara tersebut. Kegagalan dari suatu
industri dapat saja merembet ke industri lain yang saling terkait. Di sini
diperlukan peran pemerintah untuk mengatur hubungan antara
masyarakat, industri, hukum, pendidikan, dll

34
TEORI PENGELUARAN NEGARA

 Peacock dan Wiseman


 Kebijakan pemerintah untuk menaikkan pengeluaran negara tidak disukai oleh
masyarakat, karena hal itu berarti masyarakat harus membayar pajak lebih besar
 Masyarakat mempunyai sikap toleran untuk membayar pajak sampai pada suatu
tingkat tertentu. Apabila pemerintah menetapkan jumlah pajak di atas batas
toleransi masyarakat, ada kecenderungan masyarakat untuk menghindar dari
kewajiban membayar pajak. Sikap ini mengakibatkan pemerintah tidak bisa
semena-mena menaikkan pajak yang harus dibayar masyarakat
 Dalam kondisi normal, dengan berkembangnya perekonomian suatu negara akan
semakin berkembang pula penerimaan negara tersebut, walaupun pemerintah
tidak menaikkan tarif pajak. Peningkatan penerimaan negara akan memicu
peningkatan pengeluaran dari negara tersebut.

35
Sebab Meningkatnya Pengeluaran
Pemerintah
Adanya perang dan pergolakan dalam masyarakat.
Kenaikan tingkat penghasilan dalam masyarakat
Adanya urbanisasi Perkembangan demokrasi
Pemborosan dan korupsi
Pembangunan ekonomi
Program kesejahteraan sosial
Perubahan iklim

36
KEWAJIBAN NEGARA DAN KAITANNYA

DENGAN PENGELUARAN NEGARA


 Kewajiban negara dalam rangka menjaga kelangsungan kedaulatan negara
(pemerintah) dan meningkatkan kemakmuran masyarakat, mencakup:
 mempersiapkan, memelihara, dan melaksanakan keamanan negara
 menyediakan dan memelihara fasilitas untuk kesejahteraan sosial dan
perlindungan sosial, termasuk
 fakir miskin
 jompo
 yatim piatu
 masyarakat miskin
 pengangguran
 menyediakan dan memelihara fasilitas kesehatan
 menyediakan dan memelihara fasilitas pendidikan
 Sebagai konsekuensi pelaksanaan kewajibannya, pemerintah perlu dana yang
memadai, dianggarkan melalui APBN/APBD, dan pada saatnya harus
dikeluarkan melalui Kas Negara/Kas Daerah

37
Efisiensi Dalam Pengeluaran Negara

1. Pemerintah terlalu berkuasa, peran swasta kecil


menyebabkan para individu dan badan usaha tidak dapat
melatih dirinya dalam menciptakan inisiatif secara
efektif.
2. Peran pemerintah terlalu sedikit, kegiatan swasta yang
lebih dominana akan menimbulkan penghasilan yang
38 tidak merata.
Kriteria Penilaian Kebijakan
Pemerinta
Menilai kebijakan pemerintah harus
didasarkan pada dampak dari kebijakan
tersebut. Untuk menilai btepat atau tidaknya
kebijakan pemerintah adalah kriteria:
1.Keadilan (equity)
2.Efisiensi ekonomis (economic efficiency)
3.Kebapakan (paternalisme)
4.Kebebasan perorangan (individual freedom)

39
Keadilan (equity)

Berarti bahwa kebijakkan pemerintah


haruslah mempunyai akibat yang tidak berat
sebelah.
Misalkan kebijakan perpajakan harus
diartikan bahwa bagi yang kurang mampu
akan mendapatkan subsidi sebaliknya
golongan kaya akan membayar pajak.

40
Efisiensi ekonomis (economic
efficiency)
Efficiency (Efisiensi) adalah perbandingan antara
input dan output, di mana input digunakan setepat
dan sebaik mungkin untuk memperoleh output yang
terbaik. Suatu organisasi dapat dikatakan efisien
apabila:
1.Menghasilkan otput yang lebih besar dengan
menggunakan input tertentu
2.Menghasilkan produksi yang lebih besar dari
penggunaan sumber daya
3.Mencapai hasil dengan biaya serendah mungkin
41
Secara sederhana efisiensi ekonomis, dapat dikatakan bahwa
efisiensi ekonomis ada jika kebijakan pemerintah itu lebih baik
memperhatikan pengaruh ekonomi terhadap kesejahteraan
masyarakat sejauh mungkin atau secara lebih hati-hati.

Pengertian efisiensi ekonomis ini dapat dipertegas yaitu kalau


suatu perekonomian itu sudah tidak mungkin lagi untuk
mengadakan alokasi sumber-sumber yang menyebabkan disatu
pihak akan lebih makmur danh pihak lain rugi.

Pada kenyataannya, efisiensi dan keadilan sering sekali tidak


dapat sejalan. Untuk mencapai efisiensi maka harus
mengorbankan keadilan, begitu pula sebaliknya

42
Kebapakan (paternalisme)
Yaitu kebijakan pemerintah untuk mengadakan
atau menyediakan barang-barang dan jasa yang
sebenarnya tidak dikehendaki oleh masyarakat.

Karenanya banyak orang mendukung kebijakan


pemerintah bukan karena kebijakan ini
memberikan kepada masyarakat apa yang mereka
butuhkan, tetapi karena mereka beranggapan
bahwa pemerintah lebih baik daripada masyarakat
itu sendiri.
43
Kebebasan perorangan (individual
freedom)
Pada umumnya orang memberi nilai tinggi
terhadap kebebasan perorangan maka dari itu
pembatasan yang ditetapkan perorangan harus
dibuat sekecil mumgkin.
Misalkan apabila pemeritah memungut pajak
untuk membiayai pengeluarannya maka hal ini
akan mengurangi kebebasan wajib pajak itu
membelanjakan sebagian dari pendapatanya
seperti yang di kehendaki.
44
Pedoman Kebijakan Pemerintah
Dengan besarnya peran pemerintah, maka diperlukan
suatu pedoman dalam aktivitas pemerintah agar hasilnya
lebih maksimal:
1.Ditentukan sasaran dari setiap pengeluaran atau dari
setiap kegiatan pemerintah baik.
2.Harus dibandingkan hasil-hasil yang mungkin
diperoleh dari kegiatan-kegiatan pemerintah dangan
seandainya kegiatan-kegiatan itu dilakukan oleh swasta.
3.Sebagai dasar pertimbangan dalam menjalankan
berbagai aktivitas pemerintah melalui APBN.

45
Kebijakan Subsidi
Subsidi adalah salah satu bentuk pengeluaran pemerintah, sehingga
menambah penghasilan mereka yang menerima subsidi.Beberapa
landasan pokok dalam penerapan subsidi antara lain:
Suatu bantuan yang bermanfaat yang diberikan oleh pemerintah
kepada kelompok-kelompok atau individu-individu yang biasanya
dalam bentuk cash payment atau potongan pajak.
Diberikan dengan maksud untuk mengurangi beberapa beban
dan fokus pada keuntungan atau manfaat bagi masyarakat.
Subsidi didapat dari pajak. Jadi, uang pajak yang dipungut oleh
pemerintah akan kembali lagi ke tangan masyarakat melalui
pemberian subsidi.

46
beberapa macam subsidi:
Price distorting subsidies
merupakan bantuan pemerintah kepada masyarakat
dalam bentuk pengurangan harga di bawah harga pasar
sehingga menstimulus masyarakat untuk meningkatkan
konsumsi atau pembelian komoditi tersebut. Harga yang
dibayarkan lebih rendah dari harga pasar, dan pemerintah
yang menanggung atau membayar selisih harga tersebut.
Contoh dari subsidi ini antara lain : potongan harga/tarif
listrik, potongan harga untuk sewa rumah, potongan
harga pupuk, beras miskin, biaya sekolah (BOS),
potongan harga BBM.
47
Cash grant
merupakan bantuan pemerintah kepada masyarakat dalam
dengan memberikan sejumlah uang tunai dan alokasi
konsumsi akan uang tersebut diserahkan sepenuhnya oleh
masyarakat.
Contohnya: bantuan tunai langsung. Kelonggaran atau
potongan pajak.
subsidi itu diberlakukan hanya jika keuntungan
(manfaat) yang diperoleh lebih besar daripada
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pemberian
subsidi. Meskipun subsidi ada untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat, mereka mengakibatkan
pajak yang lebih tinggi atau peningkatan harga
untuk barang-barang konsumen.
48
MACAM-MACAM PENGELUARAN
NEGARA

• Menurut Sifat
– Pengeluaran Investasi
– Pengeluaran Penciptaan Lapangan Kerja
– Pengeluaran Kesejahteraan Rakyat
– Pengeluaran Penghematan Masa Depat
– Pengeluaran Yang Tidak Produktif

• Menurut Organisasi
– Pemerintah Pusat
– Pemerintah Propinsi
– Pemerintah Kabupaten/Kota
49
PENGELUARAN PEMERINTAH
PUSAT

Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi:


 Pengeluaran untuk Belanja
 Belanja Pemerintah Pusat
 Belanja Pegawai
 Belanja Barang
 Belanja Modal
 Pembayaran Bunga Utang
 Subsidi
 Belanja Hibah
 Bantuan Sosial
 Belanja Lain-lain
 Dana yang dialokasikan ke Daerah
 Dana Perimbangan
 Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

50
PENGELUARAN PEMERINTAH
PUSAT

Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi:

 Pengeluaran untuk Pembiayaan


 Pengeluaran untuk Obligasi Pemerintah
 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
 Pembiayaan lain-lain

51
PENGELUARAN PEMERINTAH
PROPINSI

Dalam APBD Propinsi, pengeluaran negara dibedakan menjadi:


 Pengeluaran untuk Belanja
 Belanja Operasi, yang terdiri dari
 Belanja Pegawai
 Belanja Barang dan jasa
 Belanja Pemeliharaan
 Belanja perjalanan Dinas
 Belanja Pinjaman
 Belanja Subsidi
 Belanja Hibah
 Belanja Bantuan Sosial
 Belanja Operasi Lainnya
 Belanja Modal, terdiri dari:
 Belanja Aset Tetap
 Belanja aset lain-lain
 Belanja tak tersangka

52
PENGELUARAN PEMERINTAH
PROPINSI

Dalam APBD Propinsi, pengeluaran negara dibedakan menjadi:

 Bagi hasil pendapatan ke kabupaten/kota/desa, terdiri dari


 Bagi hasil pajak ke Kabupaten/Kota
 Bagi hasil retribusi ke Kabupaten/Kota
 Bagi hasil pendapatan lainnya ke Kabupaten/Kota

 Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari


 Pembayaran Pokok Pinjaman
 Penyertaan modal pemerintah
 Belanja investasi Permanen
 Pemberian pinjaman jangka panjang

53
PENGELUARAN PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA

Dalam APBD Kabupaten/Kota, pengeluaran negara dibedakan menjadi:


 Pengeluaran untuk Belanja
 Belanja Operasi, yang terdiri dari
 Belanja Pegawai
 Belanja Barang dan jasa
 Belanja Pemeliharaan
 Belanja perjalanan Dinas
 Belanja Pinjaman
 Belanja Subsidi
 Belanja Hibah
 Belanja Bantuan Sosial
 Belanja Operasi Lainnya
 Belanja Modal, terdiri dari:
 Belanja Aset Tetap
 Belanja aset lain-lain
 Belanja tak tersangka

54
PENGELUARAN PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA

Dalam APBD Kabupaten/Kota, pengeluaran negara dibedakan menjadi:

 Bagi hasil pendapatan ke desa/kelurahan, terdiri dari


 Bagi hasil pajak ke Desa/Kelurahan
 Bagi hasil retribusi ke Desa/Kelurahan
 Bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa/Kelurahan

 Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari


 Pembayaran Pokok Pinjaman
 Penyertaan modal pemerintah
 Pemberian pinjaman kepada BUMD/BUMN/Pemerintah Pusat/Kepala Daerah otonom
Lainnya

55
JENIS-JENIS PENGELUARAN NEGARA
MENURUT SIFATNYA
 PENGELUARAN INVESTASI
 Pengeluaran yang ditujukan untuk menambah kekuatan dan ketahanan ekonomi di
masa datang
 Misalnya, pengeluaran untuk pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, satelit,
peningkatan kapasitas SDM, dll

 PENGELUARAN PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA


 Pengeluaran untuk menciptakan lapangan kerja, serta memicu peningkatan
kegiatan perekonomian masyarakat

 PENGELUARAN KESEJAHTERAAN RAKYAT


 Pengeluaran yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kesejahteraan
masyarakat, atau pengeluaran yang dan membuat masyarakat menjadi bergembira
 Misalnya pengeluaran untuk pembangunan tempat rekreasi, subsidi, bantuan
langsung tunai, bantuan korban bencana, dll

56
JENIS-JENIS PENGELUARAN NEGARA
MENURUT SIFATNYA

 PENGELUARAN PENGHEMATAN MASA DEPAN


 Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat langsung bagi negara,
namun bila dikeluarkan saat ini akan mengurangi pengeluaran
pemerintah yang lebih besar di masa yang akan datang
 Pengeluaran untuk kesehatan dan pendidikan masyarakat,
pengeluaran untuk anak-anak yatim, dll

 PENGELUARAN YANG TIDAK PRODUKTIF


 Pengeluaran yang tidak memberikan manfaat secara langsung
kepada masyarakat, namun diperlukan oleh pemerintah
 Misalnya pengeluaran untuk biaya perang

57
PENGELUARAN NEGARA DAN PENGARUHNYA
TERHADAP PEREKONOMIAN

Ada beberapa sektor perekonomian yang umumnya


terpengaruh oleh besar atau kecilnya pengeluaran
negara, antara lain
Sektor produksi
Sektor distribusi
Sektor konsumsi masyarakat
Sektor keseimbangan perekonomian

58
PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP
SEKTOR PRODUKSI

 Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung


berpengaruh terhadap sektor produksi barang dan jasa
 Dilihat secara agregat pengeluaran negara merupakan faktor
produksi (money), melengkapi faktor-faktor produksi yang lain
(man, machine, material, method, management)
 Pengeluaran pemerintah untuk pengadaan barang dan jasa akan
berpengaruh secara langsung terhadap produksi barang dan jasa
yang dibutuhkan pemerintah.
 Pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan akan
berpengaruh secara tidak langsung terhadap perekonomian, karena
pendidikan akan menghasilkan SDM yang lebih berkualitas.
Dengan SDM yang berkualitas produksi akan meningkat.

59
PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP
SEKTOR DISTRIBUSI
 Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh
terhadap sektor distribusi barang dan jasa
 Misalnya, subsidi yang diberikan oleh masyarakat menyebabkan
masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati barang/jasa yang
dibutuhkan, misalnya subsidi listrik, pupuk, BBM, dll
 Pengeluaran pemerintah untuk biaya pendidikan SD-SLTA membuat
masyarakat kurang mampu dapat menikmati pendidikan yang lebih baik
(paling tidak sampai tingkat SLTA). Dengan pendidikan yang lebih baik,
diharapkan masyarakat tersebut dapat meningkatkan taraf hidupnya di
masa yang akan datang
 Apabila pemerintah tidak mengeluarkan dana untuk keperluan tersebut,
maka distribusi pendapatan, barang, dan jasa akan berbeda. Hanya
masyarakat mampu saja yang akan menikmati tingkat kehidupan yang
lebih baik, sementara masyarakat kurang mampu tidak memperoleh
kesempatan untuk meningkatkan tara hidupnya.

60
PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP
SEKTOR KONSUMSI MASYARAKAT

 Pengeluaran negara secara langsung atau tidak langsung berpengaruh


terhadap sektor konsumsi masyarakat atas barang dan jasa
 Dengan adanya pengeluaran pemerintah untuk subsidi, tidak hanya
menyebabkan masyarakat yang kurang mampu dapat menikmati suatu
barang/jasa, namun juga menyebabkan masyarakat yang sudah mampu
akan mengkonsumsi produk/jasa lebih banyak lagi
 Kebijakan pengurangan subsidi, misalnya BBM, akan menyebabkan
harga BBM naik, dan kenaikan harga BBM akan menyebabkan konsumsi
masyarakat terhadap BBM turun

61
PENGARUH PENGELUARAN NEGARA TERHADAP
SEKTOR KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN

• Untuk mencapai target-target peningkatan PDB, pemerintah


dapat mengatur alokasi dan tingkat pengeluaran negara.
• Misalnya dengan mengatur tingkat pengeluaran negara yang
tinggi (untuk sektor-sektor tertentu), pemerintah dapat
mengatur tingkat employment (menuju full employment)
• Apabila target penerimaan tidak memadai untuk membiayai
pengeluaran tersebut, pemerintah dapat membiayainya
dengan pola defisit anggaran

62
Kasus 1: Penyediaan Barang Publik yang
Telah Dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota

Identifikasi barang-barang publik yang ada


dilingkungan pemerintah Kabupaten/Kota di mana
anda tinggal
Identifikasi siapakah penyedia barang-barang publik
tersebut, apakah pemerintah atau swasta
(perusahaan/individu)
Menurut anda apakah penyediaan barang-barang
publik tersebut sudah tepat (efisien bagi pemerintah)?
Jelaskan mengapa demikian?

63
Kasus 2: Penyediaan Barang Publik yang
Belum Dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota

 Identifikasi barang-barang publik yang seharusnya ada


dilingkungan pemerintah Kabupaten/Kota di mana anda tinggal,
namun barang publik tersebut saat ini belum tersedia
 Menurut anda, siapakah sebaiknya menyediakan barang-barang
publik tersebut, apakah pemerintah atau swasta
(perusahaan/individu)
 Kendala-kendala apakah yang dihadapi sehingga penyediaan
barang-barang publik tersebut sampai saat ini belum terealisasi?

64
PENERIMAAN
NEGARA

65 65
PENERIMAAN NEGARA
Penerimaan Negara baik dari dalam maupun luar negeri
sangat penting bagi keberhasilan proses pembangunan
nasional, karena penerimaan negara adalah untuk
menutupi pengeluaran rutin pemerintah.

66
66
Penerimaan Negara

Negara memerlukan dana yang cukup untuk membiayai


pengeluarannya, baik yang sifatnya rutin maupun
pembangunan.

Menurut UU Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan


negara, penerimaan negara/pendapatan negara adalah
semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan
perpajakan, penerimaan negara bukan pajak,serta
penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri.

67
Penerimaan Perpajakan

Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri


dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.
1.Pajak dalam negeri adalah semua penerimaan negara yang
berasal dari pajak penghasilan,pajak pertambahan nilai barang
dan jasa,pajak penjualan atas barang mewah,pajak bumi dan
bangunan bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan,cukai,dan pajak lainnya.
2.Pajak perdagangan internasional adalah semua penerimaan
negara yang berasal dari bea masuk dan pajak/pungutan
ekspor. hingga saat ini struktur pendapatan negara masih
didominasi oleh penerimaan perpajakan,teruttama penerimaan
68
pajak dalam negeri dari sektor nonmigas.
Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP)

Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) adalah semua


penerimaan yang diterima oleh negara dalam bentuk
penerimaan dari sumber daya alam, bagian pemerintah
atas laba badan usaha milik negara, serta penerimaan
negara bukan pajak lainnya.

PNBP masih didomiinasi oleh penerimaan sumber daya alam


(SDA), khususnya yang berasal dari penerimaan minyak
bumi dan gas alam (migas), yang sangat dipengaruhi oleh
perkembangan nilai tukar rupiah, harga minyak mentah,dan
69tingkat lifting minyak.
Penerimaan Hibah

Penerimaan hibah adalah semua penerimaan negara


yang berasal dari sumbangan swasta dalam negeri serta
sumbangan lembaga swasta dan pemerintah luar
negeri.

Penerimaan hibah yang dicatat didalam APBN


merupakan suumbangan atau donasi (grant) dari
negara-negara asing, lemaga/badan nasional, serta
perorangan yang tidak ada kewajiban untuk membayar

70
Sumber-sumber Penerimaan Negara

Sumber penerimaan negara secara umum berasal dari :


1.Pajak
2.Retribusi
3.Keuntungan dari Perusahaan-perusahaan Negara.
•Denda dan Sita
1.Pencetakan Uang
2.Pinjaman
3.Sumbangan Dan Hibah
•Hak-hak Waris Atas Harta Peninggalan Terlantar
1.Penyelenggaraan Undian Berhadiah
71
71
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA

• Pajak
– Pajak merupakan pungutan yang dilakukan oleh
pemerintah (pusat/daerah) terhadap wajib pajak
tertentu berdasarkan undang-undang
(pemungutannya dapat dipaksakan) tanpa ada
imbalan langsung bagi pembayarnya.
– Contoh: pajak kendaraan bermotor, pajak penjualan
barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan lain
sebagainya.

72
72
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA

• Retribusi
– Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan
oleh pemerintah (pusat/daerah) berdasarkan
undang-undang (pemungutannya dapat
dipaksakan) di mana pemerintah memberikan
imbalan langsung bagi pembayarnya.

– Contoh, pelayanan medis di rumah sakit milik


pemerintah, pelayanaan perpakiran oleh
pemerintah, pembayaran uang sekolah,
perizinan dll

73
73
Fungsi pajak
1.Fungsi angaran, Sumber penerimaan negara
2.Fungsi Regulasi, Sebagai alat untuk mengatur
kegiatan produsen maupun konsumen
3.Fungsi Stabilitas, menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga
inflasi dapat dikendalikan
4.Fungsu Redistribusi Pendapatan, digunakan
untuk membiayai semua kepentingan umum

74
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA

• Keuntungan dari Perusahaan-perusahaan


Negara.
BUMN/BUMD
– Sebagai pemilik BUMN, pemerintah pusat
berhak memperoleh bagian laba yang diperoleh
BUMN.

– Demikian pula dengan BUMD, pemerintah


daerah sebagai pemilik BUMD berhak
memperoleh bagian laba BUMD.
75
75
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA

• Denda dan Sita


– Pemerintah berhak memungut denda atau
menyita asset milik masyarakat, apabila
masyarakat (individu/kelompok/organisasi)
diketahui telah melanggar peraturan
pemerintah
– Misalnya: denda pelanggaran lalulintas, denda
ketentuan peraturan perpajakan, penyitaan
barang-barang illegal, penyitaan jaminan atas
hutang yang tidak tertagih, dll

76
76
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA

• Pencetakan Uang
– Pencetakan uang umumnya dilakukan pemerintah
dalam rangka menutup defisit anggaran, apabila tidak
ada alternatif lain yang dapat ditempuh pemerintah.
– Penentuan besarnya jumlah uang yang dicetak harus
dilakukan dengan cermat, agar pencetakan uang tidak
menimbulkan inflasi

77
77
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA

• Pinjaman
– Pinjaman pemerintah merupakan sumber penerimaan
negara, yang dilakukan apabila terjadi defisit
anggaran.
– Pinjaman pemerintah dikemudian hari akan menjadi
beban pemerintah, karena pinjaman tersebut harus
dibayar kembali, berikut dengan bunganya.
– Pinjaman dapat diperoleh dari dalam maupun luar
negeri
– Sumber pinjaman bisa berasal pemerintah, institusi
perbankan, institusi non bank, maupun individu
78
78
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA

• SumbanganDan Hibah
– Sumbangan dan hibah dapat diperoleh pemerintah dari
individu, institusi, atau pemerintah
– Sumbangan dan hibah dapat diperoleh dari dalam maupun
luar negeri
– Tidak ada kewajiban pemerintah untuk mengembalikan
sumbangan, hadiah, atau hibah.
– Sumbangan dan hibah bukan penerimaan pemerintah yang
dapat dipastikan perolehannya. Tergantung kerelaan dari
pihak yang memberi sumbangan, hadiah, atau hibah

79
79
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA

Hak-hak Waris Atas Harta Peninggalan Terlantar

Jika terhadap suatu warisan atau harta peninggalan lain, tidak ada
orang datang yang menyatakan dirinya berhak atas harta
tersebut, atau jika semua ahli waris menolak warisan yang
bersangkutan, maka di Indonesia (menurut pasal 1126 KUHPer
harta peninggalan ini dianggap terlantar, dan Balai Harta
Peninggalan wajib mengurus dan mengumumkannya. Dan jika
setelah lewat waktu tiga tahun masih juga belum ada ahli waris
yang muncul, maka BHP tadi wajib menyelesaikan urusannya;
dalam hal masih ada kelebihan, harta benda dan kekayaan ini
menjadi milik negara (KUHPer pasal 1129)
80
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA

• Penyelenggaraan Undian Berhadiah


– Pemerintah dapat menyelenggarakan undian
berhadiah dengan menunjuk suatu institusi tertentu
sebagai penyelenggara
– Jumlah yang diterima pemerintah adalah selisih dari
penerimaan uang undian dikurangi dengan biaya
operasi dan besarnya hadiah yang dibagikan.
– Banyak negara menyelenggarakan undian berhadiah,
seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang,
Jerman, Indonesia (pernah).

81
81
Distribusi Beban Negara

Dalam menentukan sumber keuangan negara, harus ditentuan


juga prinsip-prinsip yang harus ditempuh untuk
mendistribusikan beban keuangan negara kepada para anggota
masyarakat.

Beban negara yag didistribusikan kepada masyarakat melalui


pajak:
1

82
Beban Negara ynag Didistribusikan Kepada Masyarakat
Melalui Pajak

Menurut Adam Smith ada beberapa prinsip bagi pengenaan


pajak yang baik (Smith’s Canons):
1.Prinsip Keadilan (equity)
2.Prinsip Kepastian (certainty)
3.Prinsip Kecocokan/Kelayakan (convenience)
4.Prinsip Ekonomi (economy)

83
Beban Negara ynag Didistribusikan Kepada Masyarakat
Melalui Pajak

Menurut Adam Smith ada beberapa prinsip bagi pengenaan


pajak yang baik (Smith’s Canons):
1.Prinsip Keadilan (equity)
2.Prinsip Kepastian (certainty)
3.Prinsip Kecocokan/Kelayakan (convenience)
4.Prinsip Ekonomi (economy)

84
JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA

• Berdasarkan institusi yang menanganinya,


penerimaan negara dibedakan menjadi:
– Penerimaan Pemerintah Pusat
– Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi
– Penerimaan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota

85
85
JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA

• Penerimaan Pemerintah Pusat


– Penerimaan Pembiayaan
• Pinjaman sektor Perbankan
• Pinjaman luar negeri
• Penjualan Obligasi Pemerintah
• Privatisasi BUMN
• Penjualan aset pemerintah
– Penerimaan Negara dan Hibah
• Penerimaan Dalam Negeri
– Penerimaan perpajakan
– Penerimaan bukan pajak (PNBP)
– Bagian laba BUMN
86
– Lain-lain penerimaan yang sah
86
JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA

• Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi


– Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari:
• Pajak Daerah
• Retribusi Daerah
• Bagian laba BUMD
• PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari pendapatan hibah,
pendapatan dana darurat, dan lain-lain pendapatan.
– Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari:
• Bagian daerah dari PBB dan BPHTB
• Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Perseorangan/Pribadi
• Bagian daerah dari Sumber daya alam
• Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum
• Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus

87
87
JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA

• Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi


– Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari:
• Pinjaman dari Pemerintah Pusat
• Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya
• Pinjaman dari BUMN/BUMD
• Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank
• Pinjaman dari Luar Negeri
• Penjualan Aset Daerah
• Penerbitan Obligasi Daerah

88
88
JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA

• Penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota


– Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari:
• Pajak Daerah
• Retribusi Daerah
• Bagian laba BUMD
• PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari pendapatan hibah,
pendapatan dana darurat, dan lain-lain pendapatan.
– Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari:
• Bagian daerah dari PBB dan BPHTB
• Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib Pajak
Perseorangan/Pribadi
• Bagian daerah dari Sumber daya alam
• Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum
• Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus

89
89
JENIS-JENIS PENERIMAAN NEGARA

• Penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota


– Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari:
• Pinjaman dari Pemerintah Pusat
• Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya
• Pinjaman dari BUMN/BUMD
• Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank
• Pinjaman dari Luar Negeri
• Penjualan Aset Daerah
• Penerbitan Obligasi Daerah

90
90
PENGELOLAAN ANGGARAN
Pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan
oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai
tujuan bernegara, sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, yaitu:
Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
Memajukan kesejahteraan umum.
Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ikut serta mewujudkan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan,perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

91
Dalam pengelolaan keuangan negara, fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian di bidang keuangan
harus dilakukan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan
92
pembangunan nasional.
Fungsi Perencanaan (Planning)
Fungsi Perencanaan (Planning) bisa ditelaah dalam UU 25/2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasioal (SPPN)
ASAS DAN TUJUAN
1.RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
2.TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL
3.PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA (RPJP,
RPJM, RP Tahunan)
4.PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN
RENCANA

93
Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara merupakan reformasi system
keuangan negara yang meliputi :
Reformasi penyusunan dan penetapan
anggaran
Reformasi pelaksanaan dan
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
Reformasi pengawasan anggaran (audit)

94
Pokok-pokok Isi antara lain meliputi :
•Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara
•Penyusunan dan Penetapan APBN
•Penyusunan dan Penetapan APBD
•Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Bank Sentral, Pemerintah Daerah/Lembaga Asing
•Hubungan Keuangan Antara Pemerintah dan
Perusahaan Negara/Daerah/Swasta Serta Badan
Pengelola Dana Masyarakat
•Pelaksanaan APBN dan APBD
•Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD
•Ketentuan Pidana, Sanksi Administrasi dan Ganti Rugi

95
Fungsi Pengarahan (Actuating)
Actuating : UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara
Dasar Pemikiran:
1.Pengertian, Ruang Lingkup, dan Asas Umum Perbendaharaan
Negara
2.Pejabat Perbendaharaan Negara
3.Penerapan kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di
lingkungan pemerintahan
4.Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran
5.Penyelesaian Kerugian Negara
6.Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

96
Fungsi Pengendalian (Controlling)
Controlling : UndangUndang Nomor 15 Tahun 2005 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
1.Pengertian pemeriksaan dan pemeriksa;
2.Lingkup pemeriksaan;
3.Standar pemeriksaan;
4.Kebebasan dan kemandirian dalam pelaksanaan pemeriksaan;
5.Akses pemeriksa terhadap informasi;
6.Kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian intern;
7.Hasil pemeriksaan dan tindak lanjut;
8.Pengenaan ganti kerugian negara;
9.Sanksi pidana

97
REFORMASI PENGELOLAAN
ANGGARAN
Agar fungsi perencanaan dan pengawasan dapat berjalan
dengan baik, maka sistem anggaran dan pencatatan atas
penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan
cermat dan sistematis.
Sistem perencanaan anggaran negara pada saat ini telah
mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan
dinamika manajemen sektor publik dan tuntutan yang
muncul di masyarakat, yaitu sistem penganggaran
dengan pendekatan New Public Management (NPM).

98
Sistem Penganggaran Dengan Pendekatan New
Public Management (NPM).
Model NPM berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi
pada kinerja, bukan pada kebijakan.
Perubahan manajemen sektor publik yang cukup drastis dari sistem
manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarkis
menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel dan lebih
mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan
kecil dan sederhana, tetapi perubahan besar yang telah mengubah
peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara
pemerintah dan masyarakat.
Penggunaan paradigma baru tersebut menimbulkan beberapa
konsekuensi pada pemerintah, diantaranya adalah tuntutan untuk
melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetisi
tender.
99
Perubahan Pendekatan Anggaran
Negara
Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai
dengan munculnya era New Public Management telah
mendorong upaya di berbagai negara untuk
mengembangkan pendekatan yang lebih sistematis dalam
perencanaan anggaran negara. Seiring dengan
perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik
penganggaran sektor publik, antara lain yaitu:
1.Teknik Anggaran Kinerja (Performance Budgeting)
2.Zero Based Budgeting (ZBB)
3.Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS)

100
Teknik Anggaran Kinerja
(Performance Budgeting)
 mengutamakan mekanisme penentuan prioritas tujuan serta
pendekatan yang sistematik dan rasional dalam proses
pengambilan keputusan.
 anggaran kinerja dilengkapi dengan teknik analisis antara biaya
dan manfaat.
 dalam penyusunan anggaran dimulai dengan perumusan
program dan penyusunan struktur organisasi pemerintah yang
sesuai dengan program tersebut.
 penentuan unit kerja yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
program, serta penentuan indikator kinerja yang digunakan
sebagai tolok ukur dalam mencapai tujuan program yang telah
ditetapkan.
101
Zero Based Budgeting ( ZBB )
Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep ZBB dapat
menghilangkan kelemahan pada konsep incrementalism dan line
item karena anggaran diasumsikan mulai dari nol (zero base).
Penyusunan anggaran yang bersifat incremental mendasarkan
besarnya realisasi anggaran tahun ini untuk menetapkan
anggaran tahun depan, yaitu dengan menyesuaikan tingkat
inflasi atau jumlah penduduk.
ZBB tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun
anggaran tahun ini, namun didasarkan pada kebutuhan saat ini.
Dengan ZBB, seolah-olah proses anggaran dimulai dari hal-hal
yang baru sama sekali. Item anggaran yang sudah tidak relevan
dan tidak mendukung pencapaian tujuan organisasi dapat hilang
dari struktur anggaran, atau mungkin juga muncul item baru.

102
Planning, Programming, and
Budgeting System (PPBS)
PPBS berdasarkan program, yaitu pengelompokan
aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.
PPBS adalah salah satu model penganggaran yang
ditujukan untuk membantu manajemen pemerintah dalam
membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih
baik. Hal tersebut disebabkan sumber daya yang dimiliki
pemerintah sangat terbatas jumlahnya, sedangkan tuntutan
masyarakat tidak terbatas jumlahnya. Dalam keadaan
tersebut pemerintah dihadapkan pada pilihan alternatif
keputusan yang memberikan manfaat paling besar dalam
pencapaian tujuan bernegara secara keseluruhan.

103
PENGURUSAN KEUANGAN
NEGARA
Pengelolaan keuangan negara secara teknis dilaksanakan
melalui dua pengurusan, yaitu:
1.pengurusan umum/administrasi yang mengandung
unsur penguasaan. Pengurusan umum erat hubungannya
dengan penyelenggaraan tugas pemerintah di segala
bidang dan tindakannya dapat membawa akibat
pengeluaran dan/atau menimbulkan penerimaan negara.
2.Pengurusan khusus yang mengandung unsur kewajiban
melaksanakan perintah-perintah yang datangnya dari
pengurusan umum.

104
Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan umum
pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan. Dalam pelaksanaannya, kekuasaan presiden tersebut
tidak dilaksanakan sendiri oleh presiden, melainkan:
1.Dikuasakan kepada menteri keuangan, selaku pengelola fiskal dan
wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang
dipisahkan;
2.Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga negara dan
lembaga pemerintah non kementerian negara, selaku pengguna
anggaran/ pengguna barang kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya; dan
3.Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintahan daerah sebagai perwujudan pelaksanaan asas
desentralisasi, untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
105
Pelimpahan kekuasaan tersebut tidak termasuk
kewenangan di bidang moneter, yang meliputi antara
lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang
pelaksanaannya diatur dengan undang-undang. Untuk
mencapai kestabilan nilai rupiah, tugas menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran dilakukan oleh
bank sentral.

106
Tugas
Kewenangan presiden terhadap pengelolaan keuangan
negara yang dilimpahkan kepada Menteri/Pimpinan
Lembaga, meliputi kewenangan yang bersifat umum dan
kewenangan yang bersifat khusus.
Jelaskan tentang kewenangan yang bersifat umum
yang timbul dari pengurusan umum, dan kewenangan
yang bersifat khusus yang timbul dari pengurusan
khusus.

107
KEKUASAAN ATAS
PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA

 PENDELEGASIAN KEKUASAAN
 PENGURUSAN ADMINISTRATIF PA/KPA (COO)
 PENGURUSAN PERBENDAHARAAN NEGARA (CFO)

108
LATAR BELAKANG REFORMASI
PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA

 Pengelolaan keuangan negara selama ini digunakan ketentuan perundang-undangan


masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang berlaku berdasarkan Aturan
Peralihan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu :
a. Indische Comptabiliteitswet yang lebih dikenal dengan nama ICW Stbl 1925 No. 448
selanjutnya diubah dan diundangkan dalam Lembaran Negara 1954 Nomor 6, 1955 Nomor
49, dan terakhir Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968, yang ditetapkan pertama kali pada tahun
1864 dan mulai berlaku pada tahun 1867,
b. Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 No. 419 jo. Stbl.1936 No. 445 dan
c. Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl. 1933 No. 381.
d. dalam pelaksanaan pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan negara digunakan Instructie
en verdere bepalingen voor de Algemeene Rekenkamer (IAR) Stbl. 1933 No. 320.
 Peraturan perundang-undangan tersebut tidak dapat mengakomodasikan berbagai
perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan pengelolaan
keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia, sehingga secara materiil sebagian
dari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dimaksud tidak lagi dilaksanakan .
Kelemahan perundang-undangan dalam bidang keuangan negara menjadi salah
satu penyebab terjadinya beberapa bentuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan
negara.
109
Reformasi Keuangan Negara
 Peraturan perundang-undangan di atas tidak dapat mengakomodasikan
berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan negara dan
pengelolaan keuangan pemerintahan negara Republik Indonesia, sehingga
secara materiil sebagian dari ketentuan dalam peraturan perundang-undangan
dimaksud tidak lagi dilaksanakan. Kelemahan perundang-undangan dalam
bidang keuangan negara menjadi salah satu penyebab terjadinya beberapa
bentuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara.
 Dalam upaya menghilangkan penyimpangan tersebut dan mewujudkan sistem
pengelolaan fiskal yang berkesinambungan (sustainable) sesuai dengan aturan
pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar dan asas-asas
umum yang berlaku secara universal dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara diperlukan suatu undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan
negara.

110
PARADIGMA LAMA PENGURUSAN KEUANGAN
NEGARA

PRESIDEN

OTORISATOR ORDONATOR BENDAHARAWAN

Pengurusan Pengurusan Perbendaharaan


Administratif
1. Presiden adalah pemegang Kekuasaan Keuangan Negara tertinggi
2. Kekuasaan didelegasikan kepada Otorisator (Menteri/Pimpimpinan Lembaga), yaitu pejabat yang
melakukan tindakan (otorisasi) yang dapat membebani APBN
3. Kekuasaan didelegasikan pula kepada Menteri Keuangan selaku Ordonator yang memiliki
wewenang ordonancering atau menguji tagihan dan membebankan kepada APBN, serta selaku
Bendaharawan Umum Negara
111
Otorisator adalah pejabat yang memperoleh
pelimpahan wewenang untuk mengambil tindakan-
tindakan yang mengakibatkan adanya penerimaan
dan/atau pengeluaran negara.
Ordonator adalah pejabat yang berwenang untuk
melakukan pengujian dan pembebanan tagihan yang
diajukan kepada kementerian negara/lembaga
sehubungan dengan tindakan otorisator, serta
memerintahkan pembayaran dan/atau menagih
penerimaan yang timbul sebagai akibat pelaksanaan
anggaran.
112
KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN
KEUANGAN NEGARA PASCA REFORMASI

 Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang


kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai
bagian dari kekuasaan pemerintahan.
 Kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara
sebagaimana dimaksud dalam ayat ini
meliputi kewenangan yang bersifat umum dan
kewenangan yang bersifat khusus.

113
Kewenangan Umum dan Khusus
Penglolaan Keuangan Negara
1. Kewenangan yang bersifat umum meliputi penetapan arah,
kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam pengelolaan
APBN, antara lain penetapan pedoman pelaksanaan dan
pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan
rencana kerja kementerian negara/lembaga, penetapan gaji dan
tunjangan, serta pedoman pengelolaan Penerimaan Negara.
2. Kewenangan yang bersifat khusus meliputi
keputusan/kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan
APBN, antara lain keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan
APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana
perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara.

114
Pasal 4 UUD

Pasal 23 UUD ayat (1) – (3)


(amandemen)

Pasal 6 UU No 17 Tahun 2003


PENDELEGASIAN KEKUASAAN ATAS
PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
PRESIDEN
PEMEGANG KEKUASAAN
PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA

DIKUASAKAN

GUBERNUR/BUPATI/
MENTERI MENTERI/
WALI KOTA SELAKU
KEUANGAN PIM. LEMBAGA
KEPALA PEMDA
SELAKU KEPALA PEMDA
SELAKU PENGELOLA SELAKU PENGGUNA UNTUK MENGELOLA
FISKAL DAN WAKIL ANGGARAN/ KEUANGAN DAERAH
PEMERINTAH PENGGUNA BARANG DAN MEWAKILI
DALAM KEPEMILIKAN KEMENTRIAN NEGARA/ PEMDA DALAM
KEKAYAAN NEGARA LEMBAGA YANG KEPEMILIKAN KEKAYAAN
YANG DIPISAHKAN DIPIMPINNYA DAERAH
YANG DIPISAHKAN

TIDAK TERMASUK KEWENANGAN DI BIDANG MONETER, YANG


MELIPUTI ANTARA LAIN MENGELUARKAN DAN MENGEDARKAN
UANG, YANG DIATUR DENGAN UNDANG-UNDANG
116
Pendelegasian Kekuasaan atas Pengelolaan
Keuangan Negara
 Kekuasaan tersebut :
Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan
Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang
dipisahkan.
Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang kementrian negara/lembaga yang
dipimpinnya
Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintahan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam
kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan
 Pendelegasian kekuasaan di atas tidak temasuk kewenangan di bidang moneter
yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang yang diatur dengan
undang-undang
117
PENGELOLAAN
FISKAL

Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-


fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka
ekonomi makro, penganggaran, administrasi
perpajakan, administrasi kepabeanan,
perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.

118
Tujuan Penggunaan Kekuasaan
Pengelolaan Keuangan Negara
 Kuasaan atas pengelolaan keuangan negara digunakan
untuk mencapai tujuan bernegara
 Dalam rangka menyelenggarakan fungsi pemerintahan
untuk mencapai tujuan di atas setiap tahun disusun
APBN/APBN

119
TUGAS MENTERI KEUANGAN
(CFO)

a. Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan


APBN
b. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
c. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan
d. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah
ditetapkan dengan UU.
e. Melaksanakan fungsi bendahara umum negara
f. Menyusun laporan keuangan yang merupakan
pertanggungjawaban
g. Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan
fiskal berdasarkan ketentuan Undang-Undang
120
TUGAS MENTERI/PIMPINAN
LEMBAGA
 Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran.
 Melaksanakan anggaran kementrian negara yang dipimpinnya.
 Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan
menyetorkannya ke Kas Negara
 Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab
kementrian negara/lembaga yang dipimpinnya
 Mengelola barang milik negara yang menjadi tanggung jawab
kementrian negara/lembaga yang dipimpinnya
 Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementrian
negara/lembaga yang dipimpinnya.

121
Bendahara Pengeluaran
1. Meneliti kelengkapan/persyaratan tagihan
2. Menguji kebenaran perhitungan tagihan
3. Menguji ketersediaan dana
4. Menolak tagihan apabila tidak memenuhi
persyaratan 1 s/d 3 diatas
5. Bertanggungjawab secara pribadi atas pelaksanaan
pembayaran

122
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN
APBN
Penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) merupakan tahap awal dari suatu
siklus anggaran. Jangka waktu/masa siklus anggaran lebih
panjang dari pada jangka waktu/masa tahun anggaran.
Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai 1 Januari
sampai dengan 31 Desember tahun yang bersangkutan.
Siklus anggaran lebih dari satu tahun, yaitu jangka waktu
berputarnya anggaran yang dimulai dari saat penyusunan
RAPBN sampai dengan saat Perhitungan Anggaran Negara
(PAN) disahkan menjadi Undang-Undang PAN.

123
SIKLUS ANGGARAN NEGARA DI
INDONESIA

PENYUSUNAN PENETAPAN

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN

PENGAWASAN
Tahapan Siklus Anggaran
Secara garis besar, tahap-tahap siklus
anggaran dapat digambarkan sebagai berikut:
1.penyusunan RAPBN oleh pemerintah;
2.penyampaian RAPBN kepada
DPR/Penetapannya;
3.pelaksanaan APBN oleh pemerintah;
4.pengawasan pelaksanaan APBN oleh BPK;
5.pertanggungjawaban/Laporan Keuangan.

125
ASPEK YURIDIS

KEWENANGAN

MATERI

HUBUNGAN HUKUM
LEMBAGA YANG
TERLIBAT

D
DPR PEMERINTAH BPK
P
D
Pendelegasian Kewenangan dalam
Pelaksanaan APBN
PRESIDEN
(SELAKU CHIEF EXECUTIVE OFFICER)

MENTERI TEKNIS MENTERI KEUANGAN


(SELAKU COO) (SELAKU CFO)

KEPALA KANTOR KEPALA KPPN


(SELAKU KUASA COO) (SELAKU KUASA CFO)

Pendelegasian kewenangan pelaksanaan program

Pendelegasian kewenangan perbendaharaan

*Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara


128
KEDUDUKAN RAKYAT DALAM PAHAM
KEDAULATAN RAKYAT

RAKYAT
YANG BERDAULAT

RAKYAT
YANG DIPERINTAH
WUJUD RAKYAT
YANG BERDAULAT

DPR
Makna Tata Kelola Keuangan Negara

RAKYAT HAK BUDGET ANGGARAN


OTORISASI
NEGARA

PARLEMEN PEMERINTAH
KEDAULATAN

PERTANGGUNGJAWABAN
ANGGARAN NEGARA
Hal Keuangan Penyusunan APBN

1
mengajukan
[Pasal 23 (2)]

RAPBN

Presiden DPR memberi


pertimbangan DPD
[Pasal 23 (2)]

TIDAK

3 4b
4a
membahas Pemerintah Pemerintah
4
bersama menjalankan menjalankan
[Pasal 20 (2)] persetujuan YA

RAPBN APBN
APBN
Tahun lalu
[Pasal 23 (3)]
KARAKTERISTIK HUKUM UU APBN
 BENTUK LUAR:
 UU:
 KEDAULATAN RAKYAT
 OTORISASI
 KEHARUSAN UNTUK DIPERTANGGUNGJAWABKAN
 PERTANGGUNGJAWABAN DALAM BENTUK UU
 JIKA TIDAK DISETUJUI HARUS MENGGUNAKAN UU SEBELUMNYA
 TIDAK MUNGKIN ADA PERPU
 LANDASAN HUKUM: PASAL 23 UUD:
 FUNGSI ANGGARAN
 HAK BUDGET
 PENYUSUNAN & PENGAJUAN:
 KEWENANGAN PENYUSUNAN PADA PEMERINTAH
 TIDAK ADA KEWENANGAN UNTUK USUL INISIATIF
 DIAJUKAN LANGSUNG OLEH PRESIDEN
 WAKTU PENGAJUAN TERTENTU
 MATERI MUATAN:
 HANYA MENGIKAT PEMERINTAH:
 TIDAK MENGIKAT MASYARAKAT
 TIDAK DAPAT DIAJUKAN KE MK
 MASA LAKU:
 TERTENTU
 PERUBAHAN DALAM MASA TERTENTU
PERBANDINGAN KEPENTINGAN
DPR DAN PEMERINTAH
DPR PEMERINTAH
1. Pemegang kedaulatan anggaran 1. Pemegang kekuasaan penyelenggaraan
negara, restriktif terhadap pemerintahan, restriktif terhadap
kepentingan masyarakat yang lebih kepentingan pemerintah dalam
luas. menjalankan kekuasaan.

2. Konsesi maksimum untuk menjamin 2. Optimalisasi biaya untuk menjamin


kepentingan publik. tujuan dan kepentingan pemerintahan.

3. Memaksimalkan kewajiban 3. Memaksimalkan kewajiban warga


pemerintah terhadap warga masyarakat terhadap negara melalui
masyarakat melalui pembiayaan yang pajak, dan pengurangan insentif yang
berdampak manfaat kepada publik. berdampak buruk terhadap penerimaan
negara.

4. Menekankan pembiayaan 4. Menekankan pembiayaan


pembangunan yang berdampak pada pembangunan yang berdimensi
pemenuhan kebutuhan pokok kewajiban negara, khususnya dalam
masyarakat, khususnya dalam hal pengembalian pinjaman luar negeri dan
pendidikan, kesehatan, dan pangan. utangnya, dan kegiatan yang
mendorong sektor riil.
DEFINISI UU APBN:

“suatu daftar atau pernyataan terperinci mengenai


penerimaan dan pengeluaran negara yang ditetapkan
oleh pemerintah untuk masa jangka waktu tertentu
yang harus mendapatkan persetujuan parlemen sebagai
esensi kedaulatan rakyat di dalam anggaran.”
HAKIKAT UU APBN
MERUPAKAN GAGASAN KONSTRUKSI
KEBIJAKAN ANGGARAN NEGARA SEBAGAI
STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL YANG
BERDAMPAK PADA KESEJAHTERAAN RAKYAT
TUJUAN PENYUSUNAN APBN
menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber
daya yang tersedia,
mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai
kebijakan pemerintah,
mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan
anggaran secara baik.
FUNGSI PENGANGGARAN
APBN
 memberikan arah kebijakan perekonomian dan
menggambarkan secara tegas penggunaan sumber
daya yang dimiliki masyarakat
 untuk mencapai keseimbangan ekonomi makro
dalam perekonomian
 merupakan sarana sekaligus pengendali untuk
mengurangi ketimpangan dan kesenjangan dalam
berbagai hal di suatu negara.
TUJUAN PENGANGGARAN
(Richard Goode)

Merupakan penjabaran kerangka kerja dari


kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
merupakan alat implementasi dari kebijaksanaan,
sebagai alat manajemen dan alat kontrol administrasi.
merupakan alat kontrol hukum.
merupakan sumber informasi bagi masyarakat luas
mengenai kegiatan yang telah dilakukan, keputusan
yang diambil, dan gambaran yang akan datang
mengenai kegiatan pembangunan.
KARAKTERISTIK APBN
1. Peran Dasar Pemerintah
2. Bersentuhan dengan kepentingan Publik
3. Berorientasi kepada pelayanan publik
4. Melalui mekanisme APBN
5. Regulasi Pemerintah
6. Pengumpulan Dana Masyarakat
7. Alokasi dan Redistribusi Pendapatan
APBN YANG DISETUJUI DPR TERINCI
SAMPAI DENGAN UNIT ORGANISASI,
FUNGSI, PROGRAM, KEGIATAN DAN JENIS
BELANJA

APABILA DPR TIDAK MENYETUJUI RUU


APBN, PEMERINTAH DAPAT MELAKUKAN
PENGELUARAN SETINGGI-TINGGINYA
SEBESAR ANGKA APBN TAHUN ANGGARAN
SEBELUMNYA

PELAKSANAAN TAHUN ANGGARAN BARU


APBN: 1 Januari – 31 Desember
FILOSOFI
PENGAWASAN/PEMERIKSAAN

OBJEKTIF

Lembaga pengawasan/pemeriksaan berada pada


posisi yang sejajar dengan lembaga yang
diperiksa
KEWENANGAN BPK
 SEBELUM PERUBAHAN UUD
Pasal 23 ayat (5): untuk memeriksa tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan,
yang peraturannya ditetapkan dengan UU. Hasil pemeriksaan
itu diberitahukan kepada DPR.

 SETELAH PERUBAHAN UUD


Pasal 23E ayat (1): untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa
Keuangan yang bebas dan mandiri.
Pasal 23E ayat (2): hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan
kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai dengan kewenangannya.
Laporan pelaksanaan APBN (1)
1. Laporan semester I, berisi laporan realisasi &
prognosis untuk 6 bulan berikut

Jika terjadi perubahan keadaan diajukan prosesnya


setelah laporan semester I diterima. Dan selesai
sebelum tahun anggaran berakhir.
Laporan pelaksanaan APBN (2)
2. Laporan pertanggungjawaban, berisi:
 laporan realisasi APBN;
 neraca;
 laporan arus kas;
 catatan atas laporan keuangan;
 laporan keuangan perusahaan negara & badan
lainnya;
 prestasi kerja setiap kementrian negara/lembaga;
ALUR PERTANGGUNGJAWABAN
APBN (horisontal)
Pemerintah (RUU PAN)
 disampaikan untuk diperiksa & ditanggapi.
 Jika dalam waktu 2 bulan tidak ada tanggapan, maka dianggap
menyetujui
BPK
disampaikan kembali
Pemerintah
disampaikan untuk dimintakan persetujuan dimulai dari saat
penyusunan RAPBN
sampai dengan saat
Perhitungan Anggaran
Negara (PAN) disahkan
menjadi Undang-Undang
D P R  UU PAN PAN
Pertanggungjawaban Keuangan Negara
 Pertanggungjawaban keuangan negara sebagai
upaya konkrit mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara

 Pertanggungjawaban disampaikan secara tepat


waktu dan disusun mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum.
PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN

 Presiden menyampaikan rancangan undang-undang


tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada
DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh
Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan setelah tahun anggaran berakhir.
 Laporan Keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi
Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri
dengan laporan keuangan perusahaan negara dan
badan lainnya.
Bentuk dan Isi Laporan Pertanggungjawaban

 Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan


APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan
standar akuntansi pemerintahan.
 Standar akuntansi pemerintahan disusun oleh suatu komite
standar yang independen dan ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan
OPINI BPK
Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
Wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Tidak wajar (adversed opinion)
Tidak menyatakan pendapat (disclaimer of opinion)
Wajar tanpa pengecualian
(unqualified opinion)
Jika laporan keuangan diberikan opini jenis ini, artinya
auditor meyakini berdasarkan bukti-bukti audit yang
dikumpulkan, perusahaan/pemerintah dianggap telah
menyelenggarakan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dengan baik, dan kalaupun ada kesalahan,
kesalahannya dianggap tidak material dan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengambilan
keputusan.

151
Wajar dengan pengecualian
(qualified opinion)
Opini Wajar dengan pengecualian (WDP) adalah opini
audit yang diterbitkan jika sebagian besar informasi
dalam laporan keuangan bebas dari salah saji material,
kecuali untuk rekening atau item tertentu yang menjadi
pengecualian. Sebagian akuntan memberikan julukan
little adverse (ketidakwajaran yang kecil) terhadap
opini jenis ini, untuk menunjukan adanya
ketidakwajaran dalam item tertentu, namun demikian
ketidakwajaran tersebut tidak mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.

152
Tidak wajar (adversed opinion)
Opini tidak wajar adalah opini audit yang diterbitkan
jika laporan keuangan mengandung salah saji material,
atau dengan kata lain laporan keuangan tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Jika laporan
keuangan mendapatkan opini jenis ini, berarti auditor
meyakini laporan keuangan perusahaan/pemerintah
diragukan kebenarannya, sehingga bisa menyesatkan
pengguna laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan.

153
Tidak menyatakan pendapat
(disclaimer of opinion)
Opini tidak menyatakan pendapat (TMP) oleh sebagian
akuntan dianggap bukanlah sebuah opini, dengan
asumsi jika auditor menolak memberikan pendapat
artinya tidak ada opini yang diberikan. Opini jenis ini
diberikan jika auditor itidak bisa meyakini apakah
laporan keuangan wajar atau tidak. Opini ini bisa
diterbitkan jika auditor menganggap ada ruang lingkup
audit yang dibatasi oleh perusahaan/pemerintah yang
diaudit, misalnya karena auditor tidak bisa memperoleh
bukti-bukti yang dibutuhkan untuk bisa menyimpulkan
dan menyatakan laporan sudah disajikan dengan wajar.

154
DASAR PEMBERIAN OPINI
Opini BPK merupakan pernyataan profesional pemeriksa
mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan
dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat
kriteria yakni
Kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan
Kecukupan pengungkapan (adequate disclosures)
Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
Efektivitas sistem pengendalian intern

Anda mungkin juga menyukai