BAHASA INDONESIA
KEMELUT KORUPSI TIADA HENTI
DOSEN PENGAMPU
Drs jupritno, M.Si
Disusun Oleh :
Ari Baskara (1111800162)
Puji syukur kehadiratan Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah bahasa Indonesia tentang korupsi di Indonesia dan cara
menanggulanginya.
Fokus penulis pada makalah ini adalah pada korupsi tiada henti yang terjadi
di Indonesia, dalam makalah ini pula membahas kasus serta penanggulangan
korupsi di Indonesia serta siapa saja peran yang harus menanggulangi korupsi.
Undang-undang 31 Tahun 1999 membahas tindak pidana korupsi belumlah efektif
untuk menanggulangi masalah korupsi di negeri ini. Motif dan latar belakang
pelaku dalam melakukan suatu tindak korupsi sebagian besar adalah dilakukan
secara bersamaan dengan teman kerja dalam suatu pemerintahan ataupun politisi.
Dimana latar belakang dalam kasus ini lebih mengarah untuk memperkaya diri
sendiri dan orang lain. Penyelesaian kasus di Indonesia sudah bagus, dikarenakan
para jajaran lembaga berpartisipasi dalam penganganan kasus korupsi yang ada di
Indonesia. Masyarakat Indonesia dapat berkontribusi dalam hal menanggulangi
korupsi di Indonesia.
Makalah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi pembaca.
i
ABSTRAK
ii
denda 1 miliar dan pengembalian uang US$7,3 juta. Pada dasarnya penyelesaian
kasus korupsi di Indonesia memiliki cara penyelesaian yang berbeda-beda
berdasarkan tingkat korupsi itu seperti apa. bukan hanya Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) yang menyelesaikan kasus korupsi, melainkan beberapa jajaran
yang menangani seperti Polri, Kejaksaan, Pusat Pelaporan dan Analisis Tranksaksi
Keuangan (PPATK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Penanggulangan korupsi di Indonesia pada
dasarnya dengan cara memberantas korupsi. Dalam hal pemberantasan korupsi ini
diperlukan beberapa pihak untuk menanggulanginya, begitu pula dengan
masyarakat.
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………….….
Abstrak…………………………………………………………………………….
Daftar isi…………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kasus korupsi sepanjang 2017. Angka ini bertambah dibandingkan pada 2016
dengan total 482 kasus. Jumlah kerugian negara pun meningkat dengan angka
sebesar Rp 6,5 triliun dan suap Rp 211 miliar. Pada makalah ini penulis berfokus
pada masalah korupsi di Indonesia dimana mengacu pada Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak pidana Korupsi.
Penelitian ini termasuk baru karena penulis mengambil sudut pandang
mahasiswa terhadap kasus korupsi dan pemberantasannya. Berdasarkan latar
belakang di atas, maka penelitian ini mengambil judul “Kemelut Korupsi Tiada
Henti” berdasarkan Undang-Undang Pemberantasn Tindak Pidana Korupsi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut Indeks Persepsi Korupsi 2017 yang dilansir kompas.com
Indonesia masuk dalam jajaran negara korup di dunia dimana Indonesia menempati
peringkat 96 bersama Brasil. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling
ringan hingga yang paling berat. Korupsi di Indonesia sendiri bermacam-macam
bentuknya diantaranya penyuapan (bribery), penggelapan (embezzlement),
penipuan (fraud), pemerasan (extortion), pemihakan (favouritism), melanggar
hukum yang berlaku dan merugikan negara, serba kerahasiaan, meskipun dilakukan
secara kolektif atau korupsi berjamaah.
4
atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus juta rupiah)dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (2) Dalam hal tindak
pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan
tertentu pidana mati dapat dijatuhkan.” Seharusnya dalam hal hukuman harus
hukuman yang lebih berat. Walaupun tercantum pada pasal tersebut hukuman
mati, namum dalam pasal dan undang-undang ini tidak dijelaskan tentang
pidana mati dan tidak disebutkan spesifikasi berupa jumlah uang yang di
korupsi pada takaran. berapakah yang harus diberikan hukuman mati. Pada
penjelasan pidana mati yang terkandung pada pasal 2 ayat (2) harusnya
terpenuhi dahulu apa yang tertuang dalam pasal 2 ayat (1) sehingga
menimbulkan stigma bahwa penerapan pidana mati yang terkandung bersifat
tidak sungguh-sungguh. Terbukti pada kasus-kasus yang ada di Indonesia
belum ada penerapan pelaku Korupsi dikenai hukuman mati, padahal semakin
kesini pelaku korupsi semakin merajalela dan dana yang di korupsi semakin
tinggi, dan seharusnya ada tindakan dan hukuman yang lebih berat seperti
hukuman mati.
Berdasarkan beberapa hal yang dikemukakan, maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa penerapan pada pasal 2 ayat (2) mengenai hukuman pidana
mati terhadap pelaku korupsi saat ini belum dan tidak ada hasil yang optimal
dalam upaya pemberantasan korupsi dari segi regulasi UU itu sendiri. Oleh
sebab itu setidaknya pemerintah melakukan revisi pada UU sebab penjabaran
yang tertuang pada UU ini masih terdapat celah hukuman bagi pelaku korupsi,
dimana celah itu digunakan bagi oknum-oknum yang akan melakukan korupsi
selanjutnya. Contoh konkrit ketidakefektifan Undang-Undang tersebut yaitu
pada kasus korupsi ketua DPRD Bengkalis yang menggelapkan dana sebesar
Rp 31 M, dan hanya di beri kurungan 1,5 tahun bui.
5
2.2. MOTIF DAN LATAR BELAKANG PELAKU MELAKUKAN
KORUPSI
6
2.3. KASUS KORUPSI DI INDONESIA
7
Keuangan (PPATK), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) serta Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
8
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan pada makalah ini kasus korupsi di Indonesia
sangatlah merajalela, dimana oknum-oknum dibalik keterlibatan kasus
sebagian besar adalah pemerintah dan juga politisi.
1. Undang-undang 31 Tahun 1999 membahas tindak pidana korupsi
belumlah efektif untuk menanggulangi masalah korupsi di negeri ini.
2. Motif dan latar belakang pelaku dalam melakukan suatu tindak korupsi
sebagian besar adalah dilakukan secara bersamaan dengan teman kerja
dalam suatu pemerintahan ataupun politisi. Dimana latar belakang dalam
kasus ini lebih mengarah untuk memperkaya diri sendiri dan orang lain.
3. Penyelesaian kasus di Indonesia sudah bagus, dikarenakan para jajaran
lembaga berpartisipasi dalam penganganan kasus korupsi yang ada di
Indonesia
4. Masyarakat Indonesia dapat berkontribusi dalam hal menanggulangi
korupsi di Indonesia.
3.2. SARAN
1. Untuk menanggulangi masalah korupsi di negeri ini setidaknya Undang-
undang 31 Tahun 1999 diperbaiki kembali dalam tata hukuman dan lain
hal, agar pelaku korupsi dapat mendapatkan hukuman setimpal dengan apa
yang mereka perbuat
2. Akan lebih bagus penyelesaian kasus korupsi di Indonesia di habis
tuntaskan sampai ke akar-akarnya. Agar negera tidak terkena kerugian
yang besar lagi. Dengan memberikan informasi pada pihak yang berwajib
merupakan suatu tindakan awal untuk menanggulangi korupsi, Selain itu
masyarakat juga memiliki hak untuk menyampaikan saran dan pendapat
serta melaporkan dugaan tindak pidana korupsi.
9
DAFTAR PUSTAKA
http://PDFdigilib.unila.ac.id
http://www.kppu.go.id
https://www.kompasiana.com
https://m.liputan6.com/tag/korupsi-e-ktp//
https://antikorupsi.org
10
11