Individu
Dosen Pengampu :
Bendriwati Maharmi, ST. MT
INDRA
NIM. 141123025
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Tugas makalah ini Mengenai
pembahasan Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan semua pihak.
Pekanbaru, Mei 2015
Penulis,
Indra
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................
PEMBAHASAN...........................................................................
BAB II
PENUTUP.....................................................................................
13
3.1 Kesimpulan..............................................................................
13
3.2 Saran.........................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagaisuatu
proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh
dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibatsejak dari
perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantaradua faktor
tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya.Indonesia merupakan
salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber
daya alamnya. Tetapi ironisnya, negaratercinta ini dibandingkan dengan negara
lain di kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan
termasuk negara yang miskin.Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah
rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari
segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan
kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat
penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi.Korupsi di Indonesia
dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit social) yang sangat
berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara
yang sangat besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya
perampasan dan pengurasankeuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh
kalangan anggotalegislatif dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
Kata korupsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti
penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya
untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Perbuatan korupsi selalu mengandung
unsur penyelewengan atau dis-honest (ketidakjujuran). Sesuai dengan UndangUndang Nomor 28Tahun 1999 tentang Penyelewengan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dise-butkan bahwa korupsi adalah
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan per-aturan perundangundangan yang mengatur tentang pidana korupsi.
2.2 Gambaran Umum Korupsi di Indonesia
Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an
bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui
Undang-Undang Nomor 24 Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya
Operasi Budhi dan Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang dipimpin langsung oleh Jaksa
Agung, belum membuahkan hasil nyata.
Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan
Operasi Tertibyang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban (Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi
semakin
canggih
dan
rumit
sehingga
Undang-Undang
tersebut
gagal
&
Undang-Undang
Nomor
28
Tahun
1999
tentang
untuk mendapatkan bukti adanya suatu tindak pidana korupsi, dan keputusan
untuk melakukannya bukanlah keputusan yang mudah.
2.4 Usaha KPK Dalam Mengatasi Korupsi
KPK berusaha melaksanakan tugas yang diamanahkan oleh undangundang dengan semaksimal mungkin memanfaatkan kewenangan yang ada.
Karena itu Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik akan kami cermati
sebagai salah satu aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan.
Dalam penjelasan umum Undang-Undang tentang KPK disebutkan
bahwa : ..Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi
masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat
digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar
biasa.
Dari keinginan rakyat yang diterjemahkan dalam undang-undang yang
menyatakan bahwa korupsi merupakan kejahatan luar biasa, seharusnya
membawa implikasi pada penanganan korupsi dengan cara-cara yang luar biasa
pula sekalipun tetap dalam koridor aturan hukum yang berlaku.
Terkait dengan kontroversi penyadapan dalam penindakan korupsi kita
dapat mengambil penyadapan atas kasus terorisme sebagai pembanding. POLRI
telah lama melakukan penyadapan untuk kasus terorisme dan tidak pernah ada
yang mempermasalahkannya. Besar kemungkinan karena kita sudah memahami
bahaya terorisme. Hal ini menjadi tantangan bagi KPK untuk lebih giat
menyampaikan betapa seriusnya implikasi dari korupsi ini. Betapa besar ongkos
sosial korupsi yang harus dibayar seluruh rakyat Indonesia. Ketika seorang
Penyelenggara Negara menerima suap, uang suap itu masih bisa berperan dalam
memutar roda perekonomian negara, sebagian bisa digunakan untuk membantu
orang lain, atau bahkan disumbangkan ke lembaga keagamaan. Namun yang
selama ini kurang kita sadari kerusakan sudah terjadi, ketika seseorang
dibiarkan melanggar aturan yang ditetapkan dengan tujuan-tujuan tertentu karena
dia telah menyuap, entah itu membabat hutan, memasukkan barang ilegal,
menjual obat palsu, atau ribuan jenis lain pelanggaran yang pada akhirnya akan
bermuara pada kesengsaraan rakyat Indonesia.
2.5 Persepsi Masyarakat tentang Korupsi
Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi
dan memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang
paling menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin
meluasnya praktik-praktik korupsi oleh beberapa oknum pejabat lokal, maupun
nasional.
Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan
emosi dan demonstrasi. Tema yang sering diangkat adalah penguasa yang korup
dan derita rakyat. Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk
bertindak tegas kepada para korup-tor. Hal ini cukup berhasil terutama saat
gerakan reformasi tahun 1998. Mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif
dan koruptif para pejabat. Oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam
usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerin-tahan secara
menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata.
pemerintah
melakukan
reformasi
public
sector
dengan
10
1. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov
Rusia milik Pemda NAD (2004).
2. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga
melekukan pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
3. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda
DKI Jakarta (2004).
1. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan
keuang-an negara Rp 10 milyar lebih (2004).
2. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement
3.
4.
5.
6.
11
12
Dari teori yang telah kami sajikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau
perusahaaan) dan sebagainya untuk keuntungan pribadi atau orang lain serta
selalu mengandung unsur penyelewengan atau dishonest (ketidakjujuran).
2. Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an
bahkan sangat mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Korupsi di Indonesia
semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara mengalami krisis politik, sosial,
kepemimpinan dan kepercayaan yang pada akhirnya menjadi krisis
multidimensi.
3. Rakyat kecil umumnya bersikap apatis dan acuh tak acuh. Kelompok
mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan
demonstrasi.
4. Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia ialah selalu muncul
kelom-pok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di
antara mereka yang tidak mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan
kepentingan pri-badinya dengan dalih kepentingan rakyat.
5. Peran serta pemerintah dalam pemberantasan korupsi ditunjukkan dengan
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat hukum lain. KPK yang
ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi, menanggulangi dan
memberantas korupsi.
6. Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dlam memberantas tindak korupsi
di Indonesia, antara lain :upaya pencegahan (preventif), upaya penindakan
(kuratif), upaya edukasi masyarakat/mahasiswa dan upaya edukasi LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat).
3.2 Saran
13
Perlu dikaji lebih dalam lagi tentang teori upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia agar mendapat informasi yang lebih akurat.
Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.
14
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Drs. MM. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Erlangga
Komisi Pemberantasan Korupsi (2008), Survei Persepsi Masyarakat Terhadap
KPK dan Korupsi Tahun 2008.
Transparency International (2008), Transparency International 2008 Corruption
Perceptions Index Immediate Release.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
Mauro, Paolo (1995), Corruption and Growth, The Quarterly Journal of
Economics, August 1995.
Campos, Edgardo and Pradhan, Sanjay (1999), The impact of corruption on
investment: predictability matters.
Wei, Shang-Jin; Smarzynska, Beata (2000), Corruption and the Composition of
Foreign Direct Investment: firm-level evidence, World Bank Working
Paper No. 2360.
Kaufmann, Daniel, Aart Kraay, and Pablo Zoido-Lobaton (1999), Governance
Matters, World Bank Policy Research Working Paper No. 2196.
15