KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat campur tangan-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Artikel Ilmiah dengan judul
“Perilaku Para Pejabat Terkait Dengan Tindak Pidana Korupsi”
Adapun maksud daripada pembuatan Artikel Ilmiah ini adalah sebagai sumbangan
pemikiran bagi para penegak hukum dalam penyelesaian kasus-kasus Prospek Pengaturan
Pidana Masyarakat.
Penulisan Artikel Ilmiah ini tentu saja masih banyak kekurangan. Untuk itu demi
kesempurnaannya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya konstruktif.
Akhirnya, semoga Artikel Ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan pemberantasan korupsi.
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………………………….
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………….…………..
3.2 Saran…………………………………………………………………………………………………………………………..
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat
parah dan begitu mengakar dalam setiap sendi kehiduapan. Perkembangan praktek korupsi
dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan
negara maupun dari segi kualitas yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya sudah
meluas dalam seluruh aspek masyarakat
Meningkatnya tindak pindana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana
tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan
berbangsa dan bernegara pada umumya. Maraknya kasus tindak pindana korupsi di
Indonesia, tidak lagi mengenal batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya
pemangku jabatan dan kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi, baik
disektor publik maupun privat, tetapi tindak pindan korupsi sudah menjadi fenomena.
Penyelenggaraan negara yang bersih menjadi penting dan sangat diperlukan untuk
menghindari praktek-praktek korupsi yang tidak saja melibatkan pejabat bersangkutan,
tetapi juga oleh keluarga dan kroninya, yang apabila dibiarkan, maka rakyat Indonesia akan
berada dalam posisi yang sangat dirugikan. Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan
yang bukan saja dapat merugikan keuangan negara akan tetapi juga dapat menimbulkan
kerugian-kerugian pada perekonomian rakyat.
Perkembangan korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan
pemberantasannya masih sangat lamban. Sementara itu, penanganan tindak pindana
korupsi di Indonesia masih dihadapkan pada beberapa kondisi, yakni masih lemahnya upaya
penegakkan hukum tindak pindana korupsi, kualitas SDM aparat penegak hukum yang
masih rendah, lemahnya koordiansi penegakkan hukum tindak pindana korupsi, serta masih
sering terjadinya tindak pidana korupsi dalam penanganan kasus korupsi.
Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang luar biasa, karena dapat merusak
sendi-sendi kehidupan bernegara. Namun demikian, pada kenyataannya, penjatuhan
hukuman kepada pelakunya sangat ringan dibandingkan dengan ancaman pidananya,
sehingga menimbulkan anggapan bahwa meningkatnya kejahatan dikarenakan para Hakim
memberikan hukuman ringan atas pelaku koruptor. Selain itu, dalam praktek juga masih
terdapat hal-hal yang terbaikan, karena pada pertimbangan putusan Hakim yang tidak
secara jelas dan tegas membedakan nilai nominal kerugian negara yang hilang akibat
perbuatan terpidana. Maksudnya adalah bahwa hakim belum melakukan pembedaan atas
pengertian definisi mengenai unsur memperkaya dan/atau menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi pada setiap kasus pidana korupsi yang diputuskannya,
sehingga mengakibatkan penjatuhan hukuman menjadi tidak proporsional. Selama
Lembaga tersebut tidak memperhatikan akibat dan penjatuhan hukuman, maka akan sulit
untuk menumbuhkan kepercayaan warga masyarakat kepada pengadilan.
Indonesia memang sudah merdeka dari 75 tahun yang lalu. Tetapi, apakah definisi dari
kata merdeka dizaman sekarang? Dizaman yang penuh dengan keegoisan seperti saat ini. Dari
banyaknya penduduk di Indonesia, pelaku terbanyak yang melakukan korupsi adalah dari
golongan pejabat instansi negara. Dimanakah urat malu negara Indonesia? Mana janji pejabat
instansi negara yang berjanji akan mensejahterakan rakyatnya? Memakan hak rakyat. Apakah
yang dinamakan pejabat yang budiman? Sungguh negara yang penuh keegoisan.
Dari hasil survey yang dilakukan oleh badan independen dari 146 negara`Indonesia
tercatat sebagai negara ke-5 sebagai negara terkorup di dunia tahun 2013. Korupsi telah
merajalela di Indonesia., mana kesadaran diri? Prestasi yang dapat memancing pengaruh
negatif dari negara lain. Tidak hanya respon negatif dari negara luar, Indonesia mendapat
respon negatif dari rakyatnya sendiri. Sudah banyak hal yang dilakukan untuk mengatasi
korupsi di negeri ini, adanya Lembaga komisi pemberantasan korupsi (KPK), Lembaga
Mahkamah Konstitusi , dimana ketua dari mahkamah konstitusi sendiri terkait kasus korupsi.
Jadi jangan heran jika Lembaga ini disebut Lembaga legisla-thieves, executhieves, dan judika-
thieves. Dimana kata thieves dalam ejaan inggris artinya para pencuri. Hal ini menunjukkan
bahwa sifat pesimisme masyarakat terhadap Lembaga penegak hukum sudah tidak
terbantahkan lagi.
Dari banyaknya kasus korupsi di Indoensia , seharusnya kita sebgai Mahasiswa Generasi
penerus haruslah memberantas korupsi yang menggila saat ini. Tanamkanlah sifat anti korupsi
saat ini. Korupsi adalah sumber malapetaka bagi kita semua. Kita semakin terbelenggu dengan
kemuskinan dan kesengsaraan. Maka dari itu ayo jadilah generasi penerus yang jujur. “Save our
mation, save our generation, save KPK and save Indonesia”
DUKUNGAN
Dalam upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diperlukan Integritas dan Moral
para Apararat Penegak Hukum dan Penyelenggara Negara serta dukungan dari
masyarakat dalam merubah pola pikir dan budaya anti korupsi guna menanamkan dan
menumbuhkembangkan nilai-nilai anti korupsi di lingkungan masyarakat karena
Pemberantasan Korupsi tidak tergantung pada fungsi penindakan (represif) saja akan
tetapi juga mengedepankan aspek pencegahan (preventif) melalu Tim Pengawal
Pengaman Pemerintahan dan Pembangunan (TP4D) Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat.
Dalam pernyataan bersama Ketua Panitia KPK Agus Rahardjo, Ketua Umum Pengurus
Pusat Komisariat Jurusan Alumni Teknik Sipil ITS Sutopo Kristanto menyampaikan empat
pernyataan sikap mereka.
1. Mereka menolak segala bentuk dan tindakan upaya memperlemah Lembaga
KPK.
2. Mendukung penuh komitmen Presiden RI terhadap penguatan KPK dalam
menjalankan tugas pencegahan dan penindakan korupsi.
3. Mendukung KPK untuk selalu independen, profesional, dan selalu dapat
bersinergi dengan instansi lainnya, yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi, dalam melaksanakan tugas pencegahan dan penindakan
korupsi.
4. Alumni ITS mengajak seluruh komponen masyarakat untuk memberikan
dukungan moral kepada KPK dalam menjalankan tugas konstitusionalnya.
Mereka berpandangan bahwa korupsi sangat menggerogoti mental, moral dan
kepribadian bangsa Indonesia. Hal tersebut bertentangan dengan falsafah hidup
bangsa Indonesia, Pancasila, dan mengkhianati perjuangan dan cita-cita
kemerdekaan bangsa.
Ditengah terjadinya wabah Covid-19 dukungan untuk kebijakan hukuman mati bagi
siapa saja yang memanfaatkan anggaran penanganan dana wabah Covid-19 terus
mengalir. Hukuman mati layak diwacanakan untuk pencegahan korupsi dalam situasi
tertentu seperti saat bangsa ini diguncang masalah wabah Corona. Negara
beerkewajiban menerapkan hukuman maksimal pada orang-orang yang mencederai
kebaikan bersama agar orang lain tidak mengikuti cotnoh buruknya. Hanya dengan
cara ini negara melindungi rakyat mendapatkan hak hidup dan keadilan. Peran Ketua
KPK sangat dibutuhkan untuk berdiri di garda depan untuk memonitor, memangkas
kendali korupsi, memenjarakan dan menuntut mati para bandit korupsi atas nama
negara. Indonesia sangat butuh daya dorong lewat pemimpin semacam ini untuk
menjadi bangsa besar. Dalam pasal 2 ayat 1 menyebut : “Setiap orang yang secara
melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp 200 juta dan
paling banyak Rp 1 miliar.” Sedangkan pasal 2 ayat 2 tertulis “Dalam hal tindak
pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam aya (1) dilakukan dalam keadaan
tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.” Lebih lanjut dalam penjelasan mengenai
pasal 2 ayat (2), diterangkan bahwa “keadaan tertentu” dalam ketentuan ini
dimaksudkan sebagai pemberatan bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak
pidana tersebut dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan
undang-undang yang berlaku, pada waktu terjadi bencana alam nasional, sebagai
pengungalangan tindak pidana korupsi, atau pada waktu negara dalam keadaan
krisis ekonomi dan moneter.
SANGGAHAN
Hukuman mati mungkin bisa jadi alternatif untuk mengatasi korupsi yang begitu
parah di Indonesia. Ada aktivis yang berpendapat, para koruptor kelas kakap sudah
sepatutnya dihukum mati. Namun, para aktivi HAM menolak hukuman mati terhadap
koruptor. Menurut Teten Masduki, Koordinator Indonesia Corruption Watch (ICW),
mendukung hukuman mati bagi para koruptor. Dimata Teten, tindak korupsi merupakan
kejahatan luar biasa terhadap kekerasan dan Hak Asasi Manusia (HAM). Alasannya,
kekerasan dan pelanggaran HAM memiliki sifat yang sama dengan korupsi: meluas dan
sistematis. Pelanggaran HAM di berbagai tempat meninggalkan dampak meluas dan
jejak yang sistematis. Begitu pula, para koruptor dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia
(BLBI) telah menghancurkan perekonomian negara. Akhirnya, masyarakat yang tidak
menikmati malah ikut menanggung derita. Teten berpendapat, para koruptor yang
harus dihukum mati adalah para koruptor yang ‘merampok’ uang negara miliaran rupiah
seperti kasus dana BLBI. Jadi, bukan kelas teri, seperti karyawan yang mencuri
dikantornya. Karena banyak megakoruptor yang merugikan negara ratusan miliar rupiah
akhirnya divonis bebas. Contohnya, para terdakwa kasus Bank Bali (Djoko Tjandra,
Pande Lubis, Syahril Sabirin), BLBI Bank Modern (Samadikun Hartono), Dana BPUI
(Sudjino Timan). Para koruptor tersebut tetap bisa bergentanyangan bebas, lepas dari
jerat hukum.
Namun, para aktivis di bidang penegakan HAM menentang hukuman mati,
termasuk terhadap para koruptor kakap sekalipun. Mereka berpendapat bahwa
hukuman mati bertentangan dengan HAM, UUD 1945, dan Pancasila. Asmara Nababan,
Direktur Eksekutif Demos mengusulkan agar hukuman mati dicabut. Alasannya,
penghapusan hukuman mati sudah menjadi gerakan internasional. Konvenan
Internasional Hak-hak Sipil dan Politik pada 1966 yang berlaku sejak 1976, antara lain
menyebutkan larangan hukuman mati dan memberikan hak untuk hidup. Hingga 9
Desember 2002, tercatat telah 149 negara melakukan ratifikasi terhadap konvenan ini.
Khusus terhadap penghapusan hukuman mati, 49 negara telah pula melakukan
ratifikasi/akesi terhadap Second Optional Protocol of ICCPR (1990) Aiming of The
Abolition of Death Penalty.
Selain itu, hukuman mati dinilai bertentangan dengan Pancasila sila kedua,
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Selain itu, hukuman mati juga tidak taat dengan
Pasal 28A dan 28 I UUD 1945 bahwa hak untuk hidup, tidak bisa dikurangi dengan
alasan apapun. Menurut Asmara, ancaman hukuman mati lebih banyak kepada alasan
pembalasan dendam kepada penjahat yang telah membunuh dengan sadis. Namun,
hukuman mati tidak akan memberikan efek jera kepada para pelaku tindak pidana
lainnya.
Asmara juga tidak setuju jika para koruptor dihukum mati karena belum terbukti,
negara yang menerapkan hukuman mati, paling sedikit korupsinya. Tidak ada itu
korelasinya. Korelasinya adalah pada pengawasan dan pertanggungjawban. Bhatara
Ibnu Reza, penelitian Imparsial, sependapat dengan Asmara bahwa tidak ada korelasi
langsung antara hukuman mati dengan efek jera bagi para koruptor. Ia mencontohkan,
Negeri China. Bahwa setiap tahun, 50 hingga 60 orang dihukum mati di China. Tapi
buktinya, China tetap masuk sebagai negara yang masuk sepuluh besar paling korupsi di
dunia.
Sejak 1999, China memang mengkampanyekan pemberantasan kasus-kasus tindak
pidana korupsi. Pada akhir 2000, China telah membongkar jaringan penyelundupan dan
korupsi yang melibatkan 100 pejabat China di Propinsi Fujian, China Tenggara. Sebanyak
84 orang di antaranya terbukti bersalah dan 11 orang dihukum mati. Pada 9 maret 2001
nasib buruk menimpa Hu Changqing yang dieksekusi mati hanya 24 jam setelah
permohonan kasasinyaa ditolak oleh MA. Wakil Gubernur Propinsi Jiangxi ini dihukum
mati setelah terbukti bersalah menerima suap senilai AS$660.000 serta sogokan
property senilai AS$200.000.
Hukuman mati yang dijatuhkan kepada Hu Changqing kemudian dijadikan semacam
shock therapy oleh pemimpin-pemimpin China. Pemberantasan korupsi adalah urusan
hidup dan mati partai. Dan itu telah menjadi semboyan bagi mereka yang terus
didengung-dengungkan pemimpin-pemimpin China, terutama PM Zhu Rongji, yang di
China dikenal sebagai salah satu “Mr Clean”
Tampaknya Indonesia belum akan menerapkan hukuman mati bagi para koruptor.
Selain komitmen pemerintah yang rendah dalam penegakan hukum, aparat penegak
hukum juga masih setengah hati dalam menindak para koruptor. Belum lagi, masih ada
beberapa kalangan yang menolak adanya hukuman mati. Munarman dari YLBHI atau
Munir dari Imparsial termasuk yang menolak hukuman mati. Bahkan, mengusulkan lebih
baik Pemerintah mengefektifkan Lembaga grasi sebagai alat untuk menolak penerapan
pidana mati.
Presiden Joko Widodo pun, menyanggah pernyataan Prabowo Subianto di forum
internasional, yang menyebut korupsi di Indonesia ibarat penyakit kanker stadium 4.
Menurut Jokowi, capaian indeks persepsi korupsi Indonesia, jauh membaik. Presiden
meminta pihak yang berkomentar harus berdasarkan data. Presiden juga berjanji, terus
memperbaiki system pencegahan dan pemberantasan korupsi.
SARAN
a. Bagi KPK
1) Optimalisasi prinsip kehati-hatian dalam melakukan penetapan Tersangka
melalui Penyelidik KPK memberikan laporan hasil penyelidikan secara utuh
kepada Pimpnan KPK.
2) Dilakukan konfrontasi bukti permulaan yang cukup Tersangka sebelum
melakukan penetapan Tersangka tindak pidana korupsi.
b. Bagi Hakim Praperadilan
1) Tidak menolak memeriksa bukti permulaan yang digunakan sebagai dasar
penetapan Tersangka tindak pidana korupsi.
2) Memeriksa kualitas alat bukti dan relevansi alat bukti dengan orang yang
dipersangkakan.
c. Bagi Mahkamah Agung
1) Membentuk PERMA yang mengatur beracaranya praperadilan pada
keabsahan penetapan tersangka.
2) Melakukan eksaminasi secara berkala.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KORUPSI
Korupsi atau rasuah (Bahasa latin: corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik
politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara
tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada
mereka untuk mendapatkan keutungan yang sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut:
Bagian c
Menurut saya tanda mata yang diberikan kepada guru oleh orang tua murid bukanlah
perilaku koruptif ataupu peristiwa korupsi melainkan merupakan sikap tanda
terimakasih orang tua kepada guru yang sudah berjasa mengajar dan mendidik anaknya.
Dan hal ini sangat wajar untuk dilakukan oleh setiap orang tua murid untuk mebalas jasa
para guru.
Bagian c
Menurut saya ini adalah perilaku koruptif karena pelanggar tidak ingin dikenakan
sanksi atau proses persidangan sehingga ia memberikan uang pelicin untuk
menghindari hal tersebut. Ini merupakan tindakan yang tidak bermoral karena setiap
pelanggar harus mempertanggungjawabkan ketika telah melanggar ketentuan-
ketentuan yang telah berlaku tanpa adanya kasus suap-menyuap, dan tindakan polisi
juga sangat tidak etis seharusnya polisi tidak mengambil keuntungan, karena polisi
harus menegakkan keadilan dan memberikan sanksi terhadap siapa saja yang
melanggar aturan tanpa menerima uang damai.
BAB IV
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Tindak pidana korupsi di Indonesia semakin banyak terjadi dan memberikan dampak bagi
rakyat. Rakyat harus menanggung akibat dari tindak pidana korupsi. Korupsi bisa diartikan
sebagai bentuk penyimpangan ketidakjujuran berupa pemberian sogokan, upeti, terjadinya
pertentangan kepentingan kelalaian dan pemborosan yang memerlukan rencana dan strategi
yang akan memberikan keuntungan kepada pelakunya, problematika korupsi merupakan
problem nilai yang harus diberantas oleh semua pihak, problematika korupsi yang sudah
mengakar, membudaya serta sudah menjadi pola pikir, dan mental. Dan salah satu cara untuk
melakukan pencegahan mental korupsi sejak dini adalah lewat jalur Pendidikan.
3.2 SARAN
Hukuman mati bukanlah jalan satu-satunya untuk memberantas korupsi yang marak terjadi
di Indonesia. Salah satu metode yang dapat dilakukan yaitu Pemiskinan koruptor bisa dilakukan
karena dianggap sebagai terobosan baru dalam menindak kasus tindak pidana korupsi. Konsep
pemiskinan koruptor dapat dijalankan dengan perampasan asset hasil tnidak pidana korupsi
dan penggantian kerugian yang ditimbulkan akibat tindak pidana korupsi. Konsep pemikiran
koruptor ini dinilai mampu memberikan efek jera sekaligus sebagai bentuk mengurangi tindak
pidana korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
https://nasional.kompas.com/read/2017/07/19/15334811/alumni-its-beri-dukungan-terhadap-kpk
https://halosemarang.id/dukungan-mengalir-untuk-wacana-hukuman-mati-bagi-koruptor-dana-
bencana-wabah-covid-19
https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol7486/hukuman-mati-bagi-koruptor-/
https://www.kompas.tv/article/36805/presiden-jangan-ada-yang-bilang-korupsi-kita-stadium-4
https://danielakhyari.wordpress.com/2017/04/10/alur-cerita-korupsi-di-indonesia/