Anda di halaman 1dari 10

KARYA TULIS ILMIAH

TENTANG
TINDAKAN PIDANA KORUPSI

DIBUAT OLEH
NAMA : Timotius Ivan
KELAS : XI - IPS 2
SEKOLAH SMAN 1 KONGBENG
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi umat-Nya.Alhamdulilaah
Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan Judul

“TINDAKAN PIDANA KORUPSI”,

karena terbatasnya ilmu yang dimiliki oleh penulis maka Makalah ini jauh dari sempurna untuk itu saran
dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah turut
membantu dalam penyusunan Makalah ini. Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan
kepada kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin

Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat khususnya bagi pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................

BAB 1 PENDAHULUANA

A. Latar Belakang.........................................................................

B. Permasalahan ..........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Makna Tindak Pidana Korupsi................................................

B. Korupsi dan Politik Hukum Ekonomi.......................................

C.Korupsi dan Desentralisasi.......................................................

D.Memberantas Korupsi Demi Pembangunan Ekonomi...........

BAB III KESIMPULAN.............................................................................

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Perundang-undangan merupakan wujud dari politik hukum institusi Negara dirancang dan
disahkan sebagai Undang-Undang pemberantasan tindak pidana korupsi.Tebah pilih. Begitu kira-kira
pendapat beberapa praktisi dan pengamat hukum terdapat gerak pemerintah dalam menangani kasus
korupsi Akhir-akhir ini.Para pejabat Negara menjadikan kasus korupsi dijadikan senjata ampuh dalam
pidatonya, bicara seolah ia bersih, anti korupsi. Masyarakat melalui LSM dan Ormas pun tidak mau
kalah, mengambil manfaat dari kampanye anti korupsi di Indonesia.Lemahnya hukum di Indonesia
dijadikan senjata ampuh para koruptor untuk menghindar dari tuntutan. Kasus korupsi mantan Presiden
Suharto, contoh kasus korupsi yang yang tak kunjung memperoleh titik penyelesaian. Padahal
penyelesaian kasus-kasus korupsi Soehartodan kroninya, dana BLBI dan kasus-kasus korupsi besar
lainnya akan mampu mentimulus program pembangunan ekonomi di Indonesia.

B.Permasalahan

1.Bagaimana korupsi mempengaruhi pembangunan ekonomi di Indonesia?

2.Strategi apa yang dapat dilakukan untuk meminimalisir praktek korupsi tersebut?

3.Bagaimana Mutiplier effec bagu efesiensi dan efektifitas pembangunan ekonomi diIndonesia?

BAB II

PEMBAHASAN

A.Makna Tindak Pidana Korupsi


Jeremy Pope dalam bukunya Confronting: The Elemen of National Integrity System,menjelaskan bahwa
korupsi merupakan permasalahan global yang harus menjadi keprihatianan semua orang. Praktik
korupsi biasanya sejajar dengan konsep pemerintah antotaliter, dictator yang meletakakan kekuasaan di
tangan segelintir orang. Namun, tidak berarti dalam system social politik yang demokratis tidak ada
korupsi bahkan bisa lebih parah berarti dalam system social politiknya teleransi bahkan memberikan
ruang terhadap praktek korupsi tumbuh subur. Korupsi juga tindakan pelanggran hak asasi manusia,
lanjut Pope.Menurut Dleter Frish, mantan Direktur Jendral Pembangunan Eropa. Korupsi merupakan
tindakan memperbesar biaya untuk barang dan jasa, memperbesar utang suatu Negara, dan
menurunkan standar kualitas suatu barang. Biasanya proyek pembangunan dipilih karena alasan
keterlibatan modal besar, bukan pada urgensi kepentingan public, korupsi selalumenyebabkan situasi
social ekonomi tak pasti (uncertenly). Ketidakpastian ini tidak asimetris informasi dalam kegiatan
ekonomi dan bisnis. Sector swasta sering melihat ini sebagai resiko terbesar yang harus ditanggung
dalam menjalankan bisnis, sulit diprediksi berapa Return ofinvestment (ROI) yang dapat diperoleh
karena biaya yang harus dikeluarkan akibat praktek korupsi juga sulit diprediksi, Akhiar Salmi dalam
makalahnya menjelaskan bahwa korupsi merupakan perbuatan buruk, seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok dan sebagainya.Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999
tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari korupsi, Kolusi dan Nepotisme, pasal 1
menjelaskan bahwa tidak pidana korupsi sebagaimana Maksud dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia mendefenisikan korupsi sebagai salah satu tindak pidana.Mubaryanto,
Penggiat Ekonomi Pancasila, dalam artikelnya menjelaskan tentang korupsi bahwa, salah satu masalah
besar berkaitan dengan keadilan adalah korupsi, yang kini kita lunakan menjadi “KKN”. Perubahan nama
dari korupsi menjadi KKN ini barang kali beralasan karena praktek korusi korupsi memang terkait
koneksi dan nepotisme. Tetapi tidakdapat disangkal bahwa dampak “penggantian ” ini tidak baik karena
KKN ternyata dengan kata tersebut praktek korupsi lebih mudah diteleransi dibandingakan dengan
penggunaan katakorupsi secara gambling dan jelas, tanpa tambahan kolusi dan nepotisme.

B.Korupsi dan Politik Hukum Ekonomi

Korupsi merupakan permasalan mendesak yang harus diatasi, agar tercapai pertumbuhandengan geliat
ekonomi yang sehat. Berbagai catatan tentang korupsi yang setiap haridiberitakan oleh media masa baik
cetak maupun elektronik, tergambar adanya peningkatandan pengembangan model-model
korupsi.Dimensi politik hukum yang merupakan “kebijakan pemberlakuan” atau “anactment policy”,
merupakan kebijakan pemberlakuan sangat dominant di Negara berkembang, pengusaha tepatnya,
untuk hal yang bersifat negatif atau positif. Dan konsep perundang-undangan dengan dimensi seperti ini
dominant terjadi di Indonesia, yang justru membuka pintu bagi masuknya praktek korupsi melalui
kelemahan perundang-undangan.Fakta yang terjadi menunjukan bahwa Negara-negara industri tidak
dapat lagi menggulur Negara-negara berkembang soal praktik korupsi, karena melalui korusilah system
ekonomisocial rusak, baik Negara maju dan berkembang. Bahkan dalam buku “The Confession
ofEconomic Hit Man” John Pakin mempertegas peran besar Negara adidaya seperti Amerikaserikat
melalui lembaga donor seperti IMF, Bank Dunia dan perusahaan Multinasionalterperangkap dalam
hutang luar Negeri yang luar biasa besar, seluruhnya dikorup oleh pengusaha Indonesia saat ini.
Demokrasi dan metamorfosis Korupsi pergeseran sistem,melalui tumbangnya kekuasaan Icon orde baru,
Soeharto, membawa berkah bagi tumbuhnyakehidupan demokrasi di Indonesia. Reformasi, begitu
banyak orang menyebutperubahantersebut. Namun sayangnya reformasi harus dibayar mahal oleh
Indonesia melalui rontoknyafondasi ekonomi yang memang“Budle gum” yang setiap saat siap meledak
itu. Kemunafikan(Hipocrassy) menjadi senjata ampuh untuk membodohi rakyat. Namun, apa mau
ditanyarakyat tak pernah sadar, dan terbuai oleh lembut lagu dan kata tertata rapi dari hipocrasi
yanglahir dari mulu para pelanjut cita-cita dan karakter orde baru. Dulu korupsi tertralisasi di pusat
kekuasaan, seiring otonomi dan desentralisasi daerah yang diikuti oleh desentralisasi pengelolaan
kekuangan daerah, korupsi mengalami pemerataan dan pertumbuhan yangsignefikan. Disharmonisasi
politik ekonomi social, grafik pertumbuhan jumlah rakyat terus naik karena korupsi.

Dalam kehidupan demokrasi di Indonesia praktek korupsi makin mudah ditemukandiberbagai bidang
kehidupan. Pertama, karena melemahnya nilai-nilai sosial., kepentingan pribadi menjadi pilihan utama
dibandingkan kepentingan umum, serta kepemilikan bendasecara individual menjadi etika pribadi yang
melandasi prilaku sosial sebagaian besar orang.Kedua, tidak ada transparansi dan tanggung gugat sistem
integritas public. Biro prlayanan public justru digunakan oleh pejabat public untuk mengejar ambisi
politik pribadi, semata-mata demi promosi jabatan dan kenaikan pangkat. Sementara kualitas dan
kuantitas pelayanan public, bukan prioritas dan orientasi yang utama. Dan kedua alasan ini menyeruakdi
Indonesia, justru memfasilitasi korupsi. Mubaryanto menjelaskan, kunci dari pemecahanmasalah korupsi
adalah keberpihakan pemerintah pada keadilan. Korupsi harus dianggapmenghambat pewujudan
keadilan sosial, pembangunan sosial, dan pembangunan moral. Jikasekarang korupsi telah menghinggapi
anggota-anggota legislative di pusat dan di daerah, bahayanya harus dianggap jauh lebih parah karena
mereka (anggota DPR/DPRD) adalahwakil rakyat. Jika wakil-wakil rakyat sudah “berjamaah” dalam
berkorupsi maka tindakan ini jelas tidak mewakili aspirasi rakyat, jika sejak krisis multidimensi yang
berasal dari krimon1997/1998 ada anjuran serius agar pemerintah berpihak pada ekonomi rakyat (dan
tidak padakonglomerat), dalam bentuk program-program pemberdayaan ekonomi rakyat, maka ini
berarti harus ada keadilan politik.Keadilan ekonomi dan keadilan social sejauh ini tidak terwujud di
Indonesia karenatidak kembangkannya keadilan politik. Keadilan politik adalah aturan main berpolitik
yangadil, atau menghasilkan keadilan bagi seluruh warga Negara. Kita menghimbau para filosofdan
ilmuan-ilmuan social, untuk bekerja keras dan berpikir secara empiric indktif yaitu selalumenggunakan
data-data empiric dalam berargumentasi, tidak hanya berpikir secara teoritissaj, lebih-lebih dengan
selalu mengacu pada teori-teori berat. Dengan berpikir empirickesimpulan-kesimpulan pemikiran yang
dihasilkan akan langsung bermanfaat bagimasyarakat dan para pengambil kebijakan masa sekarang.
Misalnya, adilkah orang-orangkaya kita hidup mewah ketika pada saat yang sama masih sangat banyak
warga bangsa yangharus mengemis sekedar untuk makan. Negara kaya atau miskin sama saja, apabila
tidak adaitikad baik untuk memberantas praktek korup maka akan selalu mendestruksi
perekonomiandalam jangka pendek maupun panjang. Banyak bukti yang menunjukan bahwa
skandalekonomi dan korupsi sering terjadi dibanyak Negara kaya dan makmur dan juga terjadi dari
kebejatan moral para cleptocrasy di Negara-negara miskin dan berkembang sepertiIndonesia.
Pembangunan ekonomi sering dijadikan asalan untuk mengendalikan sumber dyaalam kepada
perusahaan multinasional dan negar adi daya yang Didalamnya telah terkemas praktik korupsi untuk
menumpuk pundik-pundi harta bagi kepentingan politik dan pribadimaupun Kelompoknya.
C.Korupsi dan Desentralisasi

Desentralisasi atau otonomi daerah merupakan perubahan paling mencolok Setelahreformasi


digulirkan. Desentralisasi di Indonesia banyak pengamat ekonomi merupakankasus Pelaksanaan
desentralisasi terbesar di dunia, sehingga Pelaksanaan desentralisasi diIndonesia menjadi kasus menarik
bagi studi banyak ekonomi dan pengamat politik dunia.Kompleksitas permasalahan muncul
kepermukaan, yang paling mencolok adalahterkuangnya sebagian kasus-kasus korupsi para birokrat
daerah dan anggota legislativedaerah. Hal ini merupakan fakta bahwa praktek korupsi telah mengakar
dalam kehidupansocial politik ekonomi di Indonesia. Pemerintah daerah menjadi salah satu motor
pendobrak pembangunan ekonomi. Namun juga sering membuat makin parahnya high cost economy
diIndonesia, karena munculnya penguatan-penguatan yang lahir melalui Perda (pendapandaerah) yang
dibuat dalam rangka meningkatkan PAD (pendapatan daerah) yang membukaruang-ruang korupsi baru
di daerah. Mereka tidak sadar, karena praktek itulah, inpestormenahan diri untuk masuk daerahnya dan
memilih daerah yang memiliki potensi biayarendah dengan akibat itu semua kemiskinan meningkat
karena Lapangan pekerjaanmenyempip dan pembangunan ekonomi pembangunan di daerah terhambat
boro-boromemacu PAD. Terdapat bobot yang menentukan daya saing infestasi daerah. Pertama,
factorkelembagaan. Kedua, factor inpraskruktur, ketiga, fakor social politik. Keempat, factorekonomi
daerah. Kelima, factor ketenaga kerjaan hasil penelitian komite pemantauanPelaksanaan otonomi
daerah (KPPOD) menjelaskan pada tahun 2002 faktor kelembagaandalam hal ini pemerintah daerah
sebagai factor penghamabat terbesar bagi inpestasi hal ini berarti birokrasi menjadi penghambat utama
bagi infestasi yang menyebabkan munculnyaHaighcost economy yang beratri praktek korupsi yang
melalui pungutan-pungutan liar yang berarati liar dan dana pelican marah pada awal Pelaksanaan
desentralisasi atau otonomidaerah terserbut. Dan jelas ini emnhambat tumbuhnya kesempatan Kerja
dan pengurangankemiskinan di daerah karena korupsi di birokrasi daerah. Namun, pada tahun 2005
faktor penghambat utama tersebut berubah. Kondisi social politik dominant menjadi hambatan
bagitumbuhnya di daerah.Pada 2005 banyak daerah banyak melalukan pemilihan Kepala daerah (Pilkada
secaralangsung yang menyebabkan instabilitasi politik di daerah yang membuat enggan parainspector
untuk menanam modalnya di daerah. Dalam situasi politik ini, inspector localmemilih modalnya kepada
ekspestasi politik dengan membantu pendanaan kampanye calon-calon Kepala daerah tertentu dengan
harapan akan memperoleh kemenagan dan memperoleh proyek pembangunan di daerah sebagai
imbalannya. Kondisi seperti ini tidak akanmenstimulus pembangunan ekonomi. Justru hanya akan
meperbesar pengeluaran pemerintah(Goverenment expenditure) karena para inspector hanya
mengerjakan prokyek-proyek pemerintah tanpa menciptakan aut put baru di luar pengeluaran
pemerintah (biaya aparatur Negara) bahkan akan berdampak pada inspestasi pengeluaran pemerintah
karena untukmeningkatkan PAD-nya mau-tidak mau pemerintah harus mengenjot pemdapatan dari
pajakdan retrevusi melalui berbagai Perda (peraturan daerah) yang menciptakan ruang bagi praktek
korupsi. Titik tolak pemerintah daerah untuk memperoleh PAD yang tinggi inilahyang menjadi yang
menjadi penyebab munculnya haigh cost economy yang melahirkanekonomi tersebut akan di dukung
oleh birokrasi yang njelimet.Seharusnya titik tolak daerah adalah pembangunan ekonomi daerah dengan
menarikinfestasi daerah yang sebesar-besarnya dengan merampingkan birokrasi dan memperpendek
jalur serta jangka Waktu pengurusan Dokumen usaha serta membersihkan birokrasi dari prektek
korupsi. Peneingkatan PAD (pendapatan asli daerah), pengurangan jumlah pengurangan jumlah
penganguran dan kemiskinan pasti mengikuti.

D.Memberantas Korupsi Demi Pembangunan Ekonomi

Selain menghambat pertumbuhan ekonomi, korupsi juga menghamabt pengembangansystem


pemerintahan demokratis. Korusi Memupuk tradisi perbuatan yang menguntungkandiri sendiri atau
Kelompok, yang mengesampingkan kepentingan public. Dengan begitukorupsi menutup rapat-rapat
kesempatan rakyat lemah menikmati pembangunan ekonomidan kualitas hidup yang lebih baik.
Pendekatan yang paling ampuh dalam melawan korupsidi Indonesia. Pertama, mulai dari meningkatkan
standar tata pemerintahan melalui konstruksiintegritas nasional. Tata pemerintahan modern
mengedepankan system tanggung gugat dalamtatanan seperti ini harus muncul pers yang bebas dengan
batas-batas undang-undang, yang juga harus mendukung terciptanya tata pemerintah dan masyarakat
yang bebas dari korupsi.Demikian pula dengan pengadilan. Pengadilan merupakan bagian dari tata
pemerintahan,yudikatip tidak lagi menjadi hamba penguasa. Namun memiliki ruang kebebasan
menegakankedaulkatan hukum dan peraturan dengan Demikian akan terbentuk lingkaran perbaikan
yangmemungkin seluruh pihak untuk melalukan pengawasan, dan pihak lain diawasi. Namun,konsep ini
sangat mudah dituliskan atau dikatakan dari pada dilaksanakan. Setidaknyadibutuhkan waktui yang
cukup lama untuk membangun pilar-pilar. Bangunan integritasnasional yang melakukan tugas-tugas
yang efektif dan berhasil menjadikan tindakan korupsisebagai prilaku beresiko yang sangat tinggi dengan
hati yang sedikit.Kedua, hal yang paling sulit dan punda mental dari semua perlawanan terhadap
korupsiadalah bagaimana membangun kemauan politik (political will). Kemauan politik yangdimaksud
bukan sekedar kemauan para politis dan orang-orang yang berkecimbung dalamranah politik. Namun,
ada yang lebih penting sekedar itu semua. Yakni,

kemauan politikyang termanisfestasikan dalam bentuk keberanian yang didukung oleh kecerdasan
sasialmasyarakat sipil atau warga Negara dari berbagai elemen atau sastra social. Sehingga jabatan
politik tidak lagi digunakan secara mudah untuk memperkaya diri, namun sebagai tanggung jawabuntuk
mengelola dan bertanggung jawab untuk merumuskan gerakan mencapaikehidupan berbangsa dan
bernegara yang baik.Dalam tatanan pemerintahan yang demokratis, para politis dan pejabat Negara
tergantungdengan suara masyarakat sipil. Artinya kecerdasan social politik dari masyarakat sipil-lahyang
memaksa para politisi dan pejabat Negara untuk menahan diri dari praktek korupsi.Masyarakat sipil
yang cerdas secara social politik akan memilih pimpinan (politis) dan pejabat Negara yang memiliki
integritas diri yang mampu menahan diri dari korupsi danmerancang kebijakan kearah pembangunan
ekonomi yang lebih baik. Melalui masyarakatsipil yang cerdas secara social politik pula pilar-pilar
peradilan dan media massa dapat diawasi sehingga membentuk integritas nasional yang alergi korupsi.
Ketika kontrusi integritas Nasional berdiri kokoh dengan payung kecerdasar social politik masyarakat
sipil, maka pembangunan ekonomi dapat distimulus dengan efektif. Masyarakat sipil akan mendorong
pemerintah untuk menciptakan ruang pembangunan ekonomi yang potensial
BAB III

Penutup

A.Kesimpulan

Merangkai kata untuk perubahan memang mudah. Namun, melaksankan rangkaian katadalam bentuk
gerakan terkadang sulit. Dibutuhkan kecerdasan dan keberanian untukmendobrak dan merobohkan
pilar-pilar korupsi yang menjadi penghambat utama lambatnya pembangunan ekonomi dan paripurna di
Indonesia. Korupsi yang telah terlalu lama wabahyang tidak pernah tepat Sasaran ibarat “yang sakit
Kepala, kok yang di obati tangan”.

Pemberantasan korupsi seakan hanya menjadi komoditas politik, bahan retorika ampuhmenarik simpati.
Oleh sebab itu dibutuhkan kecerdasan masyarakat sipil untuk mengawasidan membuat keputusan
politik mencegah makin mewabahnya penyakit kotor korupsi diIndonesia. Tidak mudah memang.

B.Daftar Pustaka

Harian Kompas, 13 Juni 2006,

Gramedia Hikmahanto Juwana, Paper 2006, “Politik Hukum UU Bidang Ekonomi di Indonesia” MPKP,
FE,UI.
Mobaryanto, artikel, “Keberpihakan dan Keadilan”, Jurnal Ekonomi Rakyat, UGM, 2004.

Jeremy Pope, “Confronting Corruption: The Element Of National Integrity System”. Transparency
International, 2000.

Robet A Simanjuntak, “Implementasi Desentralisasi Fiskal: Problem, Prospek, dan Kebijakan”. LPEM UI,
2003.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan KeuanganKeuangan


pusat dan daerah.

Anda mungkin juga menyukai