Anda di halaman 1dari 17

ANTI KORUPSI

Judul : Kasus Korupsi PT Asabri

Oleh

Nama : Armawati

NIM : PBD22067

DOSEN PEMBIMBING : Dra. Hj. ROSMAWATI IBRAHIM,SST., MS., M.Kes

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga berhasil menyelesaikan Makalah ini yang Alhamdulillah tepat pada
waktunya. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan
baik. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengetahui tentang Anti
Korupsi.

Kami sadar sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, pasti
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, Kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi
di masa yang akan datang.

Akhir kata, Kami sampaikan terimakasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridohi segala
urusan kita, Amin.

Kendari, 17 Oktober 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB 1 ............................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................................. 3
A. Pengertian Korupsi............................................................................................................... 3
B. Factor Penyebab Serta Dampak Negative Korupsi .............................................................. 3
C. Hukuman Yang Diperoleh Dari Tindak Pidana Korupsi ..................................................... 5
D. Upaya Penaggunalangan Korupsi ........................................................................................ 8
E. Peran Serta Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Menanggulangi Korupsi ....................... 11
BAB III ......................................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................................................... 12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia salah satu negara di ASEAN dengan jumlah penduduk yang banyak
luas wilayah yang besar dengan berbagai kekayaan sumber daya alam yang melimpah
baik di darat maupun di laut. Akan tetapi pada kenyataannya negara Indonesia termasuk
salah satu negara termiskin di dunia sumber daya alam banyak dikuasai oleh pihak asing
serta golongan-golongan konglomerat. Negara yang seharusnya mengelola sumber daya
alam tersebut untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat pada kenyataannya kalah
dengan kepentingan segelintir orang dan kelompok. Para penyelenggara negara seakan-
akan sudah tidak berorientasi lagi untuk memajukan bangsa ini, mereka lebih
mengutamakan kepentingan kelompok mereka.
Tingginya angka korupsi ini di negeri ini menjadi masalah mendasar yang sudah
sangat korupsi sudah mendarah daging di negeri ini semua aspek kehidupan di berbagai
bidang apabila dicermati secara detail tidak akan terlepas dari tindakan korupsi. Korupsi
yang ada di Indonesia sudah merajalela dan mengalami perkembangan darimasa kemasa.
Bicara tentang korupsi seakan tiada habisnya, bagai jamur yang tumbuh dimusim hujan.
Itu terjadi karena adanya wewenang dan kekuasaan yang besar tanpa pertanggung
jawaban yang jelas. Untuk mendapatkan kekuasaan, para pejabat atau calon-calon pejabat
banyak yang melakukan korupsi dan berlomba-lomba menikmati harta Negaradengan
semaunya sendiri. Entah dari skala yang terkecil sampai skala yang terbesar
Lemahnya hukum di Indonesia yang kurang tegas menyebabkan para koruptor
tiadahenti melakukan tindakan korupsi. Demi mendapatkan kekuasaan yang di inginkan
para pejabat itu rela menyuap. Belum tuntas kasus A, bermunculan kasus B, kasus C
dansebagainya. Penyelesaian kasus yang lama dapat menyita waktu, tenaga dan biaya.
Korupsiseperti parasit dalam pemerintahan yang merusak moral para pejabat
Upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pemerintah
sampaisaat ini masih terus bergulir, walaupun berbagai strategi telah dilakukan, tetapi
perbuatankorupsi masih tetap saja merebak di berbagai sektor kehidupan. Beberapa
kalangan berpendapat bahwa terpuruknya perekonomian Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir ini,salah satu penyebabnya adalah korupsi yang telah merasuk ke seluruh lini
kehidupan yangdiibaratkan seperti jamur di musim penghujan, tidak saja di birokrasi atau
pemerintahantetapi juga sudah merambah ke korporasi termasuk BUMN.
Begitu membudayanya tindak pidana korupsi (tipikor) di Indonesia
membuatmasyarakat tidak sadar bahwa korban yang paling dirugikan sebenarnya adalah
rakyat. Yaknikita semua. Runtuhnya nilazi-nilai, macam macam norma, etika, moral,
budaya dan religi disuatu wilayah memang sangat berpengaruh pada perkembangan

1
tipikor.Bahkan sering kali perilaku kita mengarah ke korup tanpa kita mengerti bahwa
tindakan tersebut masuk dalamdelik pidana korupsi. Keterbatasan pemahaman mengenai
korupsi telah membentuk image bahwa korupsi di negara kita sulit untuk dicegah ataupun
diberantas. dan kita selalu beranggapan bahwa masalah korupsi adalah tanggung jawab
pemerintah. pernyataan seperti itu adalah salah besar. Justru masyarakat seharusnya
berperan penting ketika kita semua mauturut serta terlibat dalam upaya pencegahan dan
pemberantasannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan korupsi?


2. Apa saja factor penyebab serta dampak negative korupsi?
3. Apa hukuman yang diperoleh dari tindak pidana korupsi?
4. Bagaimana upaya penaggunalangan korupsi?
5. Bagaimana peran serta masyarakat dan pemerintah dalam menanggulangi korupsi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami pengertian korupsi.


2. Untuk memahami factor penyebab serta dampak negative korupsi.
3. Untuk memahami hukuman yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.
4. Untuk memahami upaya penaggunalangan korupsi.
5. Untuk memahami peran serta masyarakat dan pemerintah dalam menanggulangi
korupsi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus yang kemudian
dikatakan bahwa corruptio berasal dari bahasa Latin yang lebih tua, yaitu corrumpere.
Secara harfiah, korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, dan penyimpangan dari kesucian. Menurut Ibnu Santoso dalam
buku Memburu Tikus-tikus Otonom, korupsi adalahsebuah tindakan yang salah serta
merugikan baik orang lain maupun negara. Dari segi semantik, kata korupsi berasal dari
bahasa inggris „Corrupt‟, dari perpaduan dua kata dalam bahasa latin yaitu Com yang
berarti bersama-sama dan Rumpere yang berarti pecah atau jebol.a
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatanresmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan
korupsidalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam
bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan,
sampaidengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsiadalah
kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura
bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
Korupsi dalam perspektif hukum secara gamblang telah dimuat dalam 13 pasal
dalam undang-undang Nomor 31 tahun 1999 Jo undang-undang nomor 20 tahun 2001
tentang pemberantasan korupsi. Dari pasal-pasal tersebut dirumuskan dalam 30 bentuk
jenis tindak pidana korupsi, pasal ini menerangkan secara rinci mengenai perbuatan yang
bisa dikenakan pidana mati pidana penjara dan pidana denda karena korupsi.

B. Factor Penyebab Serta Dampak Negative Korupsi

Kondisi yang menjadi faktor-faktor terjadinya korupsi di Indonesia diantaranya


1. Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab
langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan
demokratik
2. Kurangnya transparasi di pengambilan keputusan pemerintah
3. Kampanye kampanye politik yang mahal dengan pengeluaran lebih besar dari
pendanaan politik yang normal
4. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar
5. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan teman lama
6. Lemahnya ketertiban hukum
7. Lemahnya profesi hukum
8. Kurangnya kebiasaan berpendapat atau kebebasan media massa

3
9. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil
Sedangkan beberapa dampak yang ditimbulkan oleh korupsi sendiri antara lain
1. Demokrasi
Korupsi menunjukkan tantangan serius terhadap pembangunan di dalam
dunia politik korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik
dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di
badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan
kebijaksanaan: korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum: dan
korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidakseimbangan dalam
pelayanan masyarakat
2. Ekonomi
Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi
kualitas pelayanan pemerintah titik korupsi juga mempersulit pembangunan
ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidakefesinan yang tinggi titik dalam
sektor private korupsi mengingatkan ongkos Niaga karena kerugian dari
pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi dengan pejabat dan risiko
pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan
bahwa korupsi mengurangi ongkos dengan mempermudah di birokrasi, konsensus
yang muncul baru berkesimpulan bahwa ketersediaan sogokan menyebabkan
pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan hambatan baru di mana korupsi
menyebabkan inflasi ongkos Niaga korupsi juga menghancurkan lapangan
perniagaan titik perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan
sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien.
Korupsi menimbulkan distorsi di dalam sektor publik dengan mengalihkan
investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan upah
tersedia lebih banyak titik pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek
masyarakat untuk menyembunyikan praktik korupsi, yang akhirnya menghasilkan
lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur: dan
menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah
3. Kesejahteraan umat negara
Korupsi politis ada di banyak negara, memberikan ancaman besar bagi
warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan pemerintah sering
menguntungkan pemberi Sogo, bukannya rakyat luas. 1 contoh lagi adalah
bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar,
namun merugikan perusahaan-perusahaan kecil. Politikus politikus probisnis ini
hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan
sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka

4
C. Hukuman Yang Diperoleh Dari Tindak Pidana Korupsi

Sesuai dengan definisinya, korupsi sebagai prilaku yang menyimpang merupakan


suatu tindakan yang melanggar aturan etis formal yang dilakukan oleh seseorang dalam
posisi penguasa. Korupsi cenderung dilakukan oleh orang yang memiliki kuasa atau
wewenangterhadap sesuatu. Apabila seseorang tersebut tidak memiliki kuasa, kecil
kemungkinan bagidirinya untuk melakukan korupsi. Namun, merupakan suatu
kemustahilan bagi manusia yang tidak memiliki sebuah „kekuasaan‟. Selain itu, ciri
paling utama dari korupsi adalah tindakan tersebut dilakukan untuk kepentingan dan
keuntungan pribadi semata dan merugikan pihaklain di luar dirinya. Contoh Kasus
Soeharto Bekas presiden Soeharto diduga melakukan tindak korupsi di tujuh yayasan
(Dakab, Amal Bakti Muslim Pancasila, Supersemar, DanaSejahtera Mandiri, Gotong
Royong, dan Trikora) Rp 1,4 triliun.
Melihat konteks kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia, korupsi kelas
kakap,merupakan korupsi serius yang merugikan negara dan masyarakat banyak. Korupsi
yangdimaksud ini juga tidak lepas dari masalah kekuasaan. Para pejabat publik telah
dengansengaja menyalahgunakan wewenangnya untuk melakukan tindakan melanggar
hukum untukkepentingan pribadi. Seorang pejabat publik yang memegang kekuasaan
secara otomatismemiliki daya untuk mempengaruhi kebijakan yang akan dikeluarkan.
Sesuai dengan sifatdari kekuasan politik itu, yaitu mengendalikan tingkah laku
masyarakat yang secara koersif(memaksa) agar supaya masyarakat mau untuk tunduk
kepada negara. Dalam hal ini, setiapkebijaksanaan yang diberlakukan sebenarnya
merupakan sebuah ketentuan atau aturan yangsesuai dengan tujuan-tujuan para sang
penguasa sendiri. Dari sini lah peluang untukterjadinya tindakan korupsi besar
sekali.Dengan demikian dampak dari korupsi korupsi mempersulitdemokrasidan tata
pemerintahan yang baik, dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di
pemilihanumum dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di
pembentukankebijaksanaan, korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban
hukum, dan korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam
pelayanan masyarakat. Secaraumum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari
pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat
atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi.Pada saat yang bersamaan, korupsi
mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasiseperti kepercayaan dan
toleransI.
Oleh sebab itu korupsi masih banyak terjadi dikarenakan memiliki banyak
celahantara lain korporatisme. Korporatisme, dalam khasanah literature ekonomi-politik,
seringdibandingkan dengan praktek politik di mana pemerintah atau penguasa
berinteraksi secaratertutup (idak diketahui oleh masyarakat) dengan sektor swasta besar
(pengusaha kelaskakap). Dalam ketertutupan tersebut, transaksi ekonomi mapun politik
terjadi hanya untukkepentingan segelintir kelompok kepentingan (interest group) yang
terlibat di dalamnya.Biasanya transaksi politik maupun eknomi yang seperti ini terjadi

5
secara informal dalamtatanan hukum yang kabur atau tatanan hukum yang memihak
kepentingan kelompok keciltersebut. Adanya persengkongkolan seperti ini membuka
peluang besar bagi hukum untukdipermainkan (mafia hukum) sehingga hukum seorah-
olah telah dipegang oleh tangan-tangantertentu.Upaya pemberantasan korupsi telah mulai
direalisasikan dalam kerangka yuridis padamasa pemerintahan Habibie dengan keluarnya
UU No. 31 Tahun 1999 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang
menggantikan UU No. 3 Tahun 1971 tentangPemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Alasan pergantian Undang-Undang Korupsi dari UU No. 3 Tahun 1971 menjadi UU No.
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak PidanaKorupsi dapat dilihat dalam diktum
UU No. 31 Tahun 1999.
Maka dari itu pemerintah sudah membuat undang-undang pidana tentang korupsi,
dan undang-undang tentang tindak pidana korupsi sudah 4 (empat) kali mengalami
perubahan.Adapun peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang korupsi,
1. Undang-undang nomor 24 Tahun 1960 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi,
2. Undang-undang nomor 3 Tahun 1971 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi
3. Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi,4)
4. Undang-undang nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang
pemberantasan tindak pidana korupsi.Maka dari itu pasal untuk pidana kurungan bagi
para pelaku korupsi adalah sebagai berikut:

Pasal 28
Barangsiapa melakukan tindak pidana korupsi yang dimaksud Pasal 1 ayat (1) sub a, b, c,
d, edan ayat (2) Undang-undang ini, dihukum dengan hukuman penjara seumur hidup
atau penjaraselama-lamanya 20 tahun dan/ atau denda setinggi-tingginya 3 0 (tiga puluh)
juta rupiah. Selain dari pada itu dapat dijatuhkan juga hukuman tambahan tersebut dapat
Pasal 34sub a, b, dan c Undang-undang ini.
Pasal 29
Barang siapa dengan sengaja menghalangi, mempersulit, secara langsung tidak langsung
penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan dimuka Pengadilan terhadap terdakwa maupun
parasaksi dalam perkara korupsi diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya 12
tahundan/atau denda setinggi-tingginya 5 (lima)juta rupiah.
Pasal 30
Barang siapa yang menurut Pasal 6, 7, 8, 9, 18, 20, 21, dan 22 Undang-undang ini
wajibmemberi keterangan dengan sengaja tidak member keterangan atau memberi
keterangan yangtidak benar, diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya 12 tahun
dan/atau dendasetinggitingginya 5 (lima) juta rupiah.

6
Pasal 31
saksi yang tidak memenuhi ketentuan termaksud Pasal 10 dan 19 Undang-undang
inidiancam dengan hukuman penjara selama-lamanya 3 tahun dan/atau denda setinggi-
tingginya2 (dua) juta rupiah.
Pasal 32
Pelanggaran Pasal 220, 231, 421,422, 429 dan Pasal 430 K.U.H.P. dalamperkara
korupsidiancam dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 (enam) tahundan/atau denda
setinggi-tingginya 4 (empat)juta rupiah.
Pasal 33
Perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman yang tersebut dalam Pasal 28
sampaidengan Pasal 32 Undang-undang ini adalah kejahatan.
Pasal 34
Selain ketentuan-ketentuan Pidana yang dimaksud dalam K.U.H.P. maka sebagai
hukumantambahan adalah:a. perampasan barang-barang tetap maupun tak tetap yang
berujud dan yang tak berujud,dengan mana atau mengenai mana tindak pidana itu
dilakukan atau yang seluruhnya atausebagian diperolehnya dengan tindak pidana korupsi
itu, begitu pula harga lawan barang- barang yang menggantikan barang-barang itu, baik
apakah barang-barang atau harga lawanitu kepunyaan si terhukum ataupun bukan; b.
Perampasan barang-barang tetap maupun tak tetap yang berujud dan tak
berujudyangtermaksud perusahaan si terhukum, dimana tindak pidana korupsi itu
dilakukan begitu pula harga lawan barang-barang yang menggantikan barang-barang itu,
baik apakah barang- barang atau harga lawan itu kepunyaan si terhukum ataupun
bukan,akan tetapi tindak pidananya bersangkutan dengan barang-barang yang dapat
dirampas menurut ketentuantersebut sub a pasal ini.c. Pembayaran uang pengganti yang
jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan harta- benda yang diperoleh dari korupsi.
Pasal 35
(1) Perampasan barang-barang bukan kepunyaan si terhukum tidak dijatuhkan, apabila
hak-hak pihak ketiga dengan iktikad baik akan terganggu.
(2) Jika didalam putusan perampasan barang-barang itu termasuk juga barang-barang
pihakketiga yang mempunyai iktikad baik, maka mereka ini dapat
mengajukansuratkeberatan terhadap perampasan barangbarangnya kepada Pengadilan
yangbersangkutan,dalam waktu tiga bulan setelah pengumuman Hakim.Dari kasus diatas
masalah korupsi sudah di atur oleh undang-undang Negara Indonesia. Namun kasus
korupsi tidak ada habisnya. Jadi sebaiknya untuk para jaksa sebaiknya dengantegas dan
cepat dalam menuntaskan kasus tindak pidana korupsi. Dengan adanya pasal-
pasaltentang pidana korupsi lebih bisa untuk membuat politik yang jujur dan terbuka
keapadarakyat sehingga dapat mengurai penyebab korupsi.

7
D. Upaya Penaggunalangan Korupsi

Perbuatan Korupsi tidak bisa dibiarkan berjalan begitu saja dan seakan menjadi
sebuah fenomena di negeri ini, kalau suatu negara ingin mencapai tujuannya, karena
kalau dibiarkan secara terus menerus, maka akan terbiasa dan menjadi subur dan seakan-
akan perbuatan korupsi itu sah-sah saja dan akan menimbulkan sikap mental pejabat yang
selalu mencari jalan pintas yang mudah dan menghalalkan segala cara (the end justifies
the means). Untuk itu, korupsi perlu ditanggulangi secara tuntas dan bertanggung jawab.

Disini ada beberapa upaya atau jalan untuk Penanggulangan Korupsi yang
ditawarkan para ahli yang masing-masing memandang dari berbagai segi dan pandangan.
Caiden (dalam Soerjono, 1980) memberikan langkah-langkah dalam menanggulangi
korupsi adalah sebagai berikut. Membenarkan transaksi yang dulunya dilarang dengan
menentukan sejumlah pembayaran tertentu.

a. Membuat struktur yang baru yang mendasarkan bagaimana keputusan itu dibuat.
b. Melakukan perubahan atau perombakan organisasi yang dapat mempermudah
masalah pengawasan atau monitoring dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi
(perputaran) penugasan, wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi
yang saling bersaing, dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang
secara jelas diketemukan untuk mengurangi kesempatan korupsi.
c. Bagaimana dorongan untuk korupsi dapat dikurangi ? dengan jalan meningkatkan
ancaman dengan sanksi yang berat.
d. Korupsi adalah masalah nilai. Nampaknya tidak mungkin keseluruhan korupsi
dibatasi, tetapi memang harus ditekan sekecil mungkin, agar beban korupsi
organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada sesuatu
pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan dan
dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi.
Cara yang diperkenalkan oleh Caiden di atas membenarkan (legalized) tindakan
yang semula dikategorikan kedalam korupsi menjadi tindakan yang legal dengan adanya
pungutan resmi. Di lain pihak, celah-celah yang membuka jalan untuk kesempatan
korupsi harus segera ditutup, begitu halnya dengan struktur atau susunan organisasi
haruslah membantu kearah pencegahan korupsi, misalnya tanggung jawab pimpinan
dalam pelaksanaan pengawasan melekat, dengan tidak lupa meningkatkan ancaman
hukuman kepada pelaku pelakunya dengan sanksi yang berat sehingga timbul efek jera
bagi pelaku.
Selanjutnya, Myrdal (dalam Lubis, 1987) memberi saran penanggulangan Korupsi
yaitu agar pengaturan dan prosedur untuk keputusan-keputusan administratif yang
menyangkut orang perorangan dan perusahaan lebih disederhanakan dan dipertegas,
pengadaan pengawasan yang lebih keras, kebijaksanaan pribadi dalam menjalankan
kekuasaan hendaknya dikurangi sejauh mungkin, gaji pegawai yang rendah harus
ditingkatkan dan kedudukan sosial ekonominya diperbaiki, lebih terjamin, satuan-satuan

8
pengamanan termasuk polisi harus diperkuat, hukum pidana dan hukum atas pejabat-
pejabat yang korupsi dapat lebih cepat diambil. Orang-orang yang menyogok pejabat-
pejabat harus ditindak pula jangan sampai ada istilah dinegeri ini Humum seperti mata
pisau, tajam kebawah tumpul keatas, artinya bila yang berbuat rakyat kecil maka seakan-
akan hukum berdirik dengan tegak dan sebaliknya yang berbuat pejabat tinggi hukum
seakan tidak berdaya .
Persoalan korupsi beraneka ragam cara melihatnya, oleh karena itu cara
pengkajiannya pun bermacam-macam pula. Korupsi tidak cukup ditinjau dari segi
deduktif saja, melainkan perlu ditinaju dari segi induktifnya yaitu mulai melihat masalah
praktisnya (practical problems), juga harus dilihat apa yang menyebabkan timbulnya
perbuatan korupsi.
Kartono (1983) menyarankan penanggulangan perbuatan korupsi adalah sebagai
berikut :
1. Adanya kesadaran rakyat untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan
partisipasi politik dan kontrol sosial, dengan tidak bersifat acuh tak acuh.
2. Menanamkan aspirasi nasional yang positif, yaitu mengutamakan kepentingan
nasional diatas kepentingan pribadi atau golongan.
3. Para pemimpin dan pejabat memberikan teladan mulai dari diri sendiri , memberantas
dan menindak korupsi .
4. Adanya sanksi yang tegas dan kekuatan untuk menindak, memberantas dan
menghukum tindakan korupsi.
5. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pemerintah, melalui penyederhanaan
jumlah departemen, beserta jawatan dibawahnya.
6. Adanya sistem penerimaan pegawai yang berdasarkan “achievement” dan
bukan berdasarkan sistem “ascription”.
7. Adanya kebutuhan pegawai negeri yang non-politik demi kelancaran
administrasi pemerintah tidak seperti sekarang yang pegawai negeri seringkali ikut
menjadi Tim sukses bagi pasangan tertentu sehingga suatu saat jika pasangan yang
diusungnya terpilih makai pegawai negeri tersebut mendapat tempat yang
diinginkannya, kasus semacam ini tidak boleh dinegeri ini karena pegawai negeri
sebagai aparatur pemerintah harus netral.
8. Menciptakan aparatur pemerintah yang jujur dan berwibawa.
9. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis
tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.
10. Herregistrasi (pencatatan ulang) terhadap kekayaan perorangan yang mencolok
dengan pengenaan pajak yang tinggi.
Marmosudjono (Kompas, 1989) mengatakan bahwa dalam menanggulangi
korupsi, perlu sanksi malu bagi para Koruptor yaitu dengan menayangkan wajah para
koruptor di televisi seperti yang pernah disiarkan oleh Statsiun Tv bebrapa bulan yang

9
lalu karena menurutnya masuk penjara tidak dianggap sebagai hal yang memalukan lagi
malah banyak penjara yang seperti Hotel dengan fasilitas yang serba lengkap.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa upaya
penanggulangan korupsi adalah :
a. Preventif.
a) Membangun dan menyebarkan etos pejabat dan pegawai baik di instansi
pemerintah maupun swasta tentang pemisahan yang jelas dan tajam antara milik
pribadi atau golongan dan milik perusahaan atau milik Negara.
b) Mengusahakan perbaikan penghasilan (pendapatan/gaji) bagi pejabat dan
pegawai negeri sesuai dengan kemajuan ekonomi dan kemajuan swasta, agar
pejabat dan pegawai saling menegakan wibawa dan integritas jabatannya dan
tidak terbawa oleh godaan dan kesempatan yang diberikan oleh wewenangnya.
c) Menumbuh kembangakan kebanggaan-kebanggaan dan atribut kehormatan diri
setiap jabatan dan pekerjaan. Kebijakan pejabat dan pegawai bukanlah bahwa
mereka kaya raya dan melimpah, akan tetapi mereka terhormat karena jasa
pelayanannya kepada masyarakat dan bangsa.
d) Bahwa teladan atau contoh dan pelaku pimpinan dan atasan lebih efektif dalam
memasyarakatkan pandangan, penilaian dan kebijakan.
e) Menumbuh kembangkan pemahaman dan kebudayaan politik yang terbuka untuk
kontrol, koreksi dan peringatan, sebab wewenang dan kekuasaan itu cenderung
disalahgunakan apabila mental para pejabat tidak kuat dan apabila didukung oleh
kesempatan melakukan tindakan korupsi.
f) Hal yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana menumbuh kembangankan
“sense of belongingness” dikalangan pejabat dan pegawai, sehingga mereka
merasa perusahaan tersebut adalah milik sendiri dan tidak perlu korupsi, dan
selalu berusaha berbuat yang terbaik.
b. Represif
Usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang telah diidentifikasi
dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah. Sehingga para pelakunya
dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Upaya
represif dalam mencegah tindak pidana korupsi adalah: Penguatan kapasitas badan
atau komisi anti korupsi. Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman
koruptor besar dengan efek jera. Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang
diprioritaskan untuk diberantas. Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik. Meneliti
dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam sistem peradilan pidana
secara terus menerus. Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak
korupsi secara terpadu. Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta
analisisnya. Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas penyidik
tindak pidana korupsi dengan penyidik umum, penyidik pegawai negeri sipil atau
PPNS, dan penuntut umum.

10
c. Detektif
Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya
kasus-kasus korupsi dengan cepat, tepat, dan biaya murah. Sehingga dapat segera
ditindaklanjuti. Berikut upaya detektif pencegahan korupsi: Perbaikan sistem dan
tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat. Pemberlakuan kewajiban pelaporan
transaksi keuangan tertentu. Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi
publik. Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di
kancah internasional. Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional
Pemerintah ata APFP dalam mendeteksi tindak pidana korupsi.

E. Peran Serta Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Menanggulangi Korupsi

Partisipasi dan dukungan dari masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengawali


upaya-upaya pemerintah melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dan aparat
hukum lain. KPK yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi untuk mengatasi,
menanggulangi, dan memberan-tas korupsi, merupakan komisi independen yang
diharapkan mampu menjadi “martir” bagi para pelaku tindak KKN.
Adapun agenda KPK adalah sebagai berikut :
1) Membangun kultur yang mendukung pemberantasan korupsi.
2) Mendorong pemerintah melakukan reformasi public sector dengan mewujudkan good
governance.
3) Membangun kepercayaan masyarakat.
4) Mewujudkan keberhasilan penindakan terhadap pelaku korupsi besar.
5) Memacu aparat hukum lain untuk memberantas korupsi.

Peran serta mayarakat dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia :

Bentuk – bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana


korupsi menurut UU No. 31 tahun 1999 antara lain adalah SBB :

1) Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak pidana
korupsi
2) Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada penegak hokum
3) Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kpada penegak
hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi
4) Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan kepada
penegak hukum waktu paling lama 30 hari
5) Hak untuk memperoleh perlindungan hokum
6) Penghargaan pemerintah kepada mayarakat

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi dalam perspektif hukum secara gamblang telah dimuat dalam 13 pasal
dalam undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo undang-undang nomor 20 tahun 2001
tentang pemberantasan korupsi. Dari pasal-pasal tersebut dirumuskan dalam 30
bentuk jenis tindak pidana korupsi, pasal ini menerangkan secara rinci mengenai
perbuatan yang bisa dikenakan pidana mati pidana penjara dan pidana denda karena
korupsi.
Kondisi yang menjadi faktor-faktor terjadinya korupsi di indonesia diantaranya
konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab
langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan
demokratik, kurangnya transparasi di pengambilan keputusan pemerintah, kampanye
kampanye politik yang mahal dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan politik
yang normal, proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar, lingkungan
tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan teman lama, lemahnya
ketertiban hokum, lemahnya profesi hukum , kurangnya kebiasaan berpendapat atau
kebebasan media massa, gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil. upaya
penanggulangan korupsi terdapat tiga hal yaitu prefentif, repsesif dan detektif

B. Saran
Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa ini Sudah Selayaknya lebih peka dan
peduli akan kondisi bangsa dan negara titik pendidikan anti korupsi yang didapat dari
bangku perkuliahan harusnya dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari
apabila sudah mengenali dan memahami korupsi, alangkah baiknya kita dapat
mencegahnya mulai dari diri kita sendiri kemudian setelah itu baru mencegah orang
lain

12
contoh kasus korupsi PT Asabri

Mejelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada Pengadilan Negeri (PN)
Jakarta Pusat memvonis Teddy Tjokrosapoetro, terdakwa kasus korupsi di PT Asuransi Sosial
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri), terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana Korupsi dan pencucian uang. Direktur Utama PT Rimo International
Lestari itu dihukum 12 tahun penjara Putusan majelis hakim sebagaimana dakwaan kesatu dan
dakwaan kedua primair. “Menjatuhkan pidana terdakwa tersebut dengan pidana penjara 12 tahun
dan denda Rp 1 miliar dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan
pidana kurungan selama satu tahun,” ujar hakim ketua IG Eko Purwanto dalam persidangan di
pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Rabu (3/8/2022). Teddy dinilai terbukti bersalah melakukan
tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut sebagaimana dakwaan primer Pasal 2
Ayat (1) atau Pasal 3 Jo Pasal 18 Undang-undang (UU) Nomor 31 Tahun penjara 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu, Teddy juga dinilai terbukti secara sah dan
meyakinkan telah melanggar Pasal 3 UU Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) sebagai dakwaan kedua primer.
“Menjatuhkan pidana tambahan untuk membayar uang pengganti kepada negara sebesar Rp
20.832.107.126,” papar hakim.

Adapun vonis terhadap Teddy lebih rendah dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU)
pada Kejaksaan Agung (Kejagung) yang menuntut 18 tahun penjara dan denda Rp 5 miliar. Baca
juga: Korupsi Asabri, Saksi Sebut Teddy Tjokrosaputro Transaksi Saham lewat Anak Buah
Teddy didakwa telah memperkaya diri sendiri senilai Rp 6 triliun. Ia bersama kakaknya, Benny
Tjokrosaputro diduga berperan menjadi pengelola investasi dari dana PT Asabri periode 2012-
2019. “Terdakwa telah memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi di antaranya
memperkaya Teddy Tjokrosapoetro, Benny Tjokrosaputro, dan Jimmy Sutopo,” papar jaksa
dalam persidangan di Tipikor Selasa (15/3/2022). "Yang merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara atas pengelolaan investasi saham dan reksadana PT Asabri," ucap jaksa
Tindakan Teddy bersama kakaknya disebut jaksa merugikan keuangan negara Rp 22,7 triliun.
Jaksa menyebutkan, ada kerugian pada reksadana Manager Investasi PT Asia Raya Kapital dan
PT Maybak Asset Management. “Yang pengelolaannya dikendalikan Benny Tjokrosaputro
dengan portofolio saham Rimo, Nusa dan Posa yang diakibatkan oleh perbuatan terdakwa Teddy
Tjokrosapoetro bersama Benny Tjokrosaputro dan afiliasinya dengan total perolehan saham
Rimo, Nusa dan Posa senilai Rp 594 miliar,” tutur jaksa. Dapatkan update berita pilihan dan
breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com
News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus
install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://putrawangi.livejournal.com/853.html
https://4tmaj4.wordpress.com/2012/04/10/hukuman-korupsi/
http://j2ng.blogspot.nl/2013/02/makalah-upaya-pemberantasan-korupsi-di.html
http://andicvantastic.blogspot.nl/2015/08/makalah-pendidikan-anti-korupsi-dan.html
http://www.kompasiana.com/depina/upaya-menanggulangi-korupsi-di-
indonesia_5852bd67b07e61292f17f5f5
https://krirhmn.blogspot.co.id/2014/06/peran-pemerintah-dalam-memberantas.html
http://guruppkn.com/penyebab-korupsi-dan-cara-mengatasinya

14

Anda mungkin juga menyukai