Anda di halaman 1dari 54

REKONSTRUKSI HUKUM PARTISIPASI

MASYARAKATDALAM PEMBERIAN IZIN LINGKUNGAN


PASCA UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA BERBASIS
KEPASTIAN HUKUM

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Hukum

OLEH:

DIRAWATI
NIM : 10302100001

PROGRAM DOKTOR (S3) ILMU HUKUM (PDIH)


FAKULTASHUKUM
UNIVERSITASISLAMSULTANAGUNG (UNISSULA)
SEMARANG
2022
REKONSTRUKSI HUKUM PARTISIPASI MASYARAKATDALAM
PEMBERIAN IZIN LINGKUNGAN PASCA UNDANG-UNDANG
CIPTA KERJA BERBASIS KEPASTIAN HUKUM

OLEH:

DIRAWATI
NIM : 10302100001

DISERTASI

Untuk Memperoleh Gelar Doktor Dalam Ilmu Hukum


Pada Universitas Sultan Agung
(UNISULLA)

Dipertahankan pada tanggal..................


Universitas Sultan Agung (UNISULLA)

PROGRAM DOKTOR (S3) ILMU HUKUM (PDIH)


FAKULTASHUKUM
UNIVERSITASISLAMSULTANAGUNG (UNISSULA)
SEMARANG
2022
REKONSTRUKSI HUKUM PARTISIPASI MASYARAKATDALAM
PEMBERIAN IZIN LINGKUNGAN PASCA UNDANG-UNDANG
CIPTA KERJA BERBASIS KEPASTIAN HUKUM

OLEH:

DIRAWATI
NIM :
10302100001

DISERTASI

Telah disetujui untuk memenuhi salah satu syarat ujian


Proposal/kelayakan/tertutup guna memperoleh gelar doktor dalam ilmu hukum.

Semarang....................................

PROMOTOR CO-PROMOTOR

Jum Sum

Mengetahui
Ketua Program Doktor Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Sultan Agung

Ma
NIDN.19760304200604 2 001
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, disertasi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan

gelar akademik (sarjana, magister,dan/atau doktor), baik di fakultas Hukum Universitas

Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang maupun diperguruan tinggi yang lain.

2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, dan penelitin saya sendiri, tanpa bantuan pihak

lain, kecuali arahan Tim Pembimbing/Tim Promotor dan masukan Tim penelaah/Tim

Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai

acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengaarang dan dicantumkan dalam daftar

pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya apabila dikemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima

sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta

sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Semarang,

Yang membuat pernyataan,


Materai Rp 6.000,00

(.......................................)

NIM .........................
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Identifikasih Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah ....
1. Identifikasih Masalah ..................................................................
2. Pembatasan Masalah.....................................................................
3. Rumusan Masalah h......................................................................
4.

BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................


A. R.....................................................................................................................
2.1.1....................................................................................................................
2.1.2 ...................................................................................................................
2.1.3 ...................................................................................................................
2.1.4 ...................................................................................................................
2.1.5 ...................................................................................................................
2.1.6 ...................................................................................................................
2.1.7 ...................................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN............................................................................


3.1 Lokasi Penelitian..........................................................................................
3.2 Objek Dan Subjek Penelitian........................................................................
3.3 Jenis Dan Sumber Data.................................................................................
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................................
3.5 Analisis Data................................................................................................
3.6 Desain Operasional Penelitian.............................................................
3.7 Konseptualisasi....................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kehadiran Undang-undang Cipta Kerja, yang menyederhanakan lebih 70

aturandi negeri ini untuk kemudahan berinvestasi dengan alasan agar

mendorongpenciptaan lapangan kerja. Bermacam Undang-undang (UU)pun diubah,

termasuklah UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH).

Dalam analisis isi draf Rancangan Undang-undang ini sejak awal, sampai sidang

paripurna dan berseliweran berbagai versi draf muncul kekhawatiran besar terjadi

pelemahan terhadap perlindungan lingkungan hidup.

Pada awal bulan Oktober 2020 yang lalu, Pemerintah dan Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) mengesahkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta

Kerja (UUCiptaker), walaupun masih mendapat kritikan dari masyarakat.Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 2020 tersebut menghapus dan/atau mengubah serta

menggabungkan beberapaundang-undangyang berlaku kedalamsatu undang-undang.

Yang dikenal dalam istilah sistem umnisbus law.

Pasal-pasal kontroversial bermunculan, termasuk isu lingkungan hidup.

Menurut masyarakat dan para aktivis yang selama ini peduli denganmasalah

lingkungan hidup, Undang-Undang Ciptakerja tidak ramah lingkungan dan


tidakmenjamin kelestarian alam.

Terdapat 39 Poin Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5059).

UU Cipta Kerja menghapus, mengubah, dan menetapkan aturan baru terkait

perizinan berusaha yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH). Ini dilakukan dalam

rangka memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk memperoleh persetujuan

lingkungan. Beberapa poin yang diubah antara lain sebagai berikut :

IzinlingkunganPasal40UUPPLH

(1) Izin lingkungan merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha

dan/atau kegiatan.

(2) Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan

dibatalkan.

(3) Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan,

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib memperbarui izin

lingkungan

Pasal 40 ini dalam UU Cipta Kerja dihapus


1. Pelibatan penyusunan Amdal

Pada Undang-undang Cipta Kerja penyusunan dokumen Amdal hanya

melibatkan masyarakat yang terdampak. Sementara, pada UU PPLH

sebelumnya dilibatkan juga pemerhati lingkungan. Pasal 26 UU PPLH :

(1) Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 disusun

oleh pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.

(2) Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip

pemberian informasi yang transparan dan lengkap serta diberitahukan

sebelum kegiatan dilaksanakan.

(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. yang terkena dampak;

b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau

c. yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses amdal.

(4) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan

keberatan terhadap dokumen amdal.

Sedangkan dalam Undang-undang Cipta Kerja, diubah :

(1) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 disusun oleh

pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.


(2) Penyusunan dokumen Amdal dilakukan dengan melibatkan masyarakat

yang terkena dampak langsung terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai proses pelibatan masyarakat

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan pemerintah.

3. Tanggungjawab Limbah B3

Pada pasal 88 UU Cipta Kerja dihapus bagian bertanggung jawab mutlak

atas kerugian terjadi tanpa pembuktian unsur kesalahan.

.Yang semula Pasal 88 UUPPLH : Setiap orang yang tindakannya,

usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau

mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap

lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi

tanpa perlu pembuktian unsur kesalahan.

Dalam UU Cipta KerjaPasal 88 diubah : Setiap orang yang tindakannya,

usahanya, dan/atau kegiatannya menggunakan B3, menghasilkan dan/atau

mengelola limbah B3, dan/atau yang menimbulkan ancaman serius terhadap

lingkungan hidup bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi dari

usaha dan/atau kegiatannya


4.Pembekuan atau Pencabutan Izin lingkungan

Pasal yang mengatur soal pembekuan dan pencabutan izin lingkungan,

Pasal 79 UUPPLH :

Pengenaan sanksi administratif berupa pembekuan atau pencabutan izin

lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) huruf c dan

huruf d dilakukan apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

tidak melaksanakan paksaan pemerintah.

Pasal 79 ini dihapus di UU Cipta Kerja.

Salah satu yang menjadi sorotan a rencana penelitian ini dalah mengenai

Pemberiaan izin lingkungan. Dalam Undang-Undang No.11 Tahun 2020 Tentang

Cipta Kerja, adalah dihapusnya Pasal 40 UUPPLH mengenai kewajiban izin

lingkungan.Dalam UU Ciptaker, izin lingkungan tidak diatur secara tegas. Namun,

untuk mendapatkan izin berusaha, pemohon harus mendapatkan keputusan mengenai

kelayakan lingkungan.1 Izin Lingkungan dalam UU PPLH diubah nomenklatur dan

substansinya menjadi persetujuan lingkungan dalam UU Ciptaker. Pasal 22 angka 35

Undang-Undang Ciptaker mendefinisikan Persetujuan Lingkungan adalah Keputusan

1
Pasal 24 angka 5 UU No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja : Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) digunakan sebagai persyaratan penerbitan Perizinan Berusaha, atau
persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
Kelayakan Lingkungan Hidup 2
atau pernyataan Kesanggupan Pengelolaan

Lingkungan Hidup yang telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah.

Perubahan-perubahan dalam UU Ciptaker yang mengubah ketentuan UU

PPLH terutama izin lingkungan dianggap oleh masyarakat dan sejumlah pegiat

lingkungan sebagai pelemahan yang mengancam kelestarian alam, apalagi analisis

dampak lingkungan hanya untuk proyek berisiko tinggi, sedangkan dasar untuk

menentukan proyek berisiko rendah3 atau tinggi belum ada ketentuan pengaturannya

sampai sekarang.

Perubahan mendasar perizinan yang dicanangkan melalui UU ini adalah

perombakan paradigma perizinan di Indonesia, utamanya perizinan berusaha.

Perubahan tersebut dari model berbasis izin biasa (license approach) menjadi

perizinan berbasis resiko (risk-based licensing). Tujuannya untuk menyederhanakan

perizinan berusaha di Indonesia.4 Ini berarti standar resiko diserahkan kepada pelaku

kegiatan usaha, yang tentunya setiap pelaku usaha memiliki intrepretasi berbeda

2
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup adalah keputusan yang menyatakan kelayakan lingkungan hidup
dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal (Penjelasan Pasal 22
angka 3 UU Ciptaker)
3
Pasal Pasal 35 UU No.11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja :
1.Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat
(4) wajib membuat surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang
diintegrasikan ke dalam Nomor Induk Berusaha.
2.Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap
kegiatan yang termasuk dalam kategori berisiko rendah.
4
https://www.mongabay.co.id/2020/10/10/model-perizinan-berbasis-resiko-yang-penuh-resiko-dalam-uu-
cipta-kerja/. Akses tgl 1 Oktober 2022
terhadap basis resiko berusaha yang dimaksud.

Beberapa contoh terkaitpenerapan perizinan berbasis resiko dari negara lain. 5Penerapan

Perizinan Berbasis Risiko ditekankan pada perizinan berusaha. Ketentuan ini diatur dalam

Pasal 6 – 12 UU Cipta Kerja. Perizinan berbasis risiko dilakukan berdasarkan penetapan

tingkat resiko kegiatan usaha meliputi kegiatan usaha berisiko rendah, menengah, dan

tinggi.Kategori Rendah, hanya memerlukan Nomor Izin Berusaha (NIB) saja sebagai

legalitas pelaksanaan izin berusaha. Kategori menengah, memerlukan NIB dan Sertifikat

Standar.Sedangkan terhadap Kategori Tinggi barulah memerlukan NIB dan izin.

5
Inggris menerapkan model ini dengan menyertakan sebuah risk assessment terhadap suatu
usaha. Hal ini dinyatakan oleh Philip Hampton dalam laporannya pada tahun 2005 yang
berjudul Reducing Administrative Burdens: effective inspection and enforcement. Untuk
menilai dan melakukan asesmen tersebut, terdapat lembaga The Financial Services
Authority nantinya melakukan sebuah inspeksi (on-site visits) terhadap kegiatan usaha.

Lain cerita, Australia menerapkan risk-based licensing oleh Environment Protection


Authority (EPA) terhadap resiko lingkungan.EPA mengeluarkan sebuah licensing
guidelines yang menentukan tingkat resiko beserta rekomendasi penggunaan izinnya.

Namun, EPA juga menerapkan beberapa standard conditions yang wajib dipenuhi bagi
semua pemegang izin, salah satunya adalah laporan tahunan dari pemegang izin jika
terdapat insiden yang mengancam lingkungan.

Terdapat dua kondisi yang ditentukan, yakni kewajiban untuk memenuhi standard
conditions dan dilaksanakan assessment lanjutan terkait risiko terhadap lingkungan.
Pemberian izin berusaha kini menjadi kewenangan pemerintah pusat.

Pemerintah daerah tidak dapat lagi mengeluarkan rekomendasi izin apapun. Hal ini

tercantum dalam Pasal 24 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020

Tentang Cipta kerja6 disebutkan bahwa analisis mengenai dampak lingkungan atau

Amdal menjadi dasar uji kelayakan lingkungan hidup oleh tim dari lembaga uji

kelayakan pemerintah pusat.7 Meskipun Pada Pasal 24 ayat 4-5 Undang-undang cipta

Kerja.8

Perubahan poin mendasar pada UU No. 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, diantaranya dicabutnya terminologi “izin

lingkungan” berimplikasi pada berubahnya posisi AMDAL dalam proses perizinan

berusaha dimana AMDAL bukan lagi sebagai hal yang wajib untuk memutuskan

kelayakan izin usaha akan tetapi hanya menjadi pertimbangan saja.9Ironisnya lagi,
6
Pasal 24 ayat (1) Dokumen Amdal merupakan dasar uji kelayakan lingkungan hidup untuk
rencana usaha dan/atau kegiatan. Ayat (2) Uji kelayakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim uji kelayakan lingkungan hidup yang dibentuk
oleh lembaga uji kelayakan lingkungan hidup Pemerintah Pusat.

7
https://katadata.co.id/sortatobing/ekonomi-hijau/5f7c3f0e25cc1/bahaya-pasal-pasal-omnibus-law-uu-
ciptaker-yang-ancam-lingkungan-hidup.diakses 7 desember 2020
.
8
Pasal 24 ayat (4) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah menetapkan Keputusan
Kelayakan Lingkungan Hidup berdasarkan hasil uji kelayakan lingkungan hidup. Ayat (5)
Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (4) digunakan
sebagai persyaratan penerbitan Perizinan Berusaha, atau persetujuan Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah

9
Pasal 22 UU Cipta Kerja yang mengubah pasal 1 UU no 32/2009 tentang Pelindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
wajib AMDAL hanya diberlakukan pada kriteria usaha yang proses dan kegiatannya

berdampak penting terhadap lingkungan hidup, sosial, ekonomi dan budaya.10

Konsekuensinya, semakin maraknya izin pendirian usaha yang tidak perlu melakukan

wajib AMDAL menimbulkan dampak lingkungan yang semakin tak terkendali. Dari

hal ini pemerintah terlihat sama sekali tidak mengindahkan pertimbangan lingkungan

dalam kegiatan pembangunan.

Peneliti dalam menganalisis pemberian izin lingkungan, terdapat beberapa

contoh kasus terkait praktek kegiatan usaha yang tidak memiliki izin lingkungan

tetapi tetap dapat melakukan kegiatan usaha, antara lain

1. Kegiatan Penambangan batuan, melakukan penambangan didalam

kawasan hutan tanpa perizinan berusaha dari pemerintah pusat

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1) huruf a Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2013 Tentang pencegahan dan Pemberantasan Perusakan

Hutan Jo.Pasal 37 angka 5 ke Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.

2. kasus dengan Putusan Nomor 38/Pid.B/LH/2019/PN.Mhs. yang mana pada

posisi kasus tindak pidana usaha penambangan tanpa IUP, IPR dan IUPK

sebagaimana diatur dalam Pasal 158 Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun

10
Pasal 22 UU Cipta Kerja yang mengubah pasal 27 UU no 32/2009 tentang Pelindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara atas nama terdakwa

Abidin Tombokan dengan putusan Nomor 38/Pid.B/LH/2019/PN.Mhs.

adapun amar putusan perkara tersebut adlah Menjatuhkan pidana kepada

Terdakwa tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu)

Tahun dan Denda sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka diganti

dengan pidana kurungan selama 1 (satu) bulan.

3. Pada kasus yang lain pada Putusan Nomor 120/Pid.Sus/2018/PN Pli

Adapun amar putusan yang diberikan kepada Terdakwa Adi Wijana

tersebut di atas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana “turut serta melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR

atau IUPK”. Untuk pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan

pidana penjara selama 2 (dua) bulan dan 10 (sepuluh) hari dan denda

sejumlah Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dengan ketentuan apabila

denda ini tidak dibayar maka harus diganti dengan pidana kurungan

selama 1 (satu) bulan

Mengesahkan UU ini menandakan titik awal potensi kerusakan lingkungan

yang terstruktur melalui produk legislasi yang sah secara hukum.

Berdasarkan pada uraindiatas , maka diajukanlah Judul Proposal Disertasi tentang


RekonstruksiHukum Partisipasi Masyarakat dalam pemberian izin lingkungan pacsa

UU cipta kerja berbasis kepastian Hukum.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkanpaparandalamlatar belakang tersebut diatas,makapenulis akan

mengkaji 3 (tiga) rumusan masalah dalam proposal disertasi ini, adalah :

1. Mengapa partisipasi masyarakat dalam pemberian izin lingkungan pasca UU cipta

kerja belum berkepastian hukum ?

2. Kelemahan pemberian izin lingkungantanpa partisipasi masyarakat ?

3. Bagaimana rekonstruksi hokum partisipasi masyarakat dalam pemberian izin

lingkungan yang berbasis kepastian hukum ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitaian ini, penulis telah mengurai permasalahan pada latar belakang

dan mengkonkritkan dalam rumusan masalah, sehingga dalam proposal penelitian ini,

penulis memiliki tujuan sebagai berikut : :

1. Untuk menganalisis partisipasi masyarakat dalam pemberian izin lingkungan pasca

UU cipta kerja belum berkepastian hukum.

2. Untuk menganalisis mengetahui kelemahan pemberian izin lingkungan tanpa

partisipasi masyarakat
3. Untuk dapat menghasilkan kajian rekonstruksi hukum partisipasi masyarakat

dalam pemberian izin lingkungan yang berbasis kepastian hokum.

D. Kegunaan penelitian

Penelitian ini tentunya diharapakan dapat memberi sumbangsi dalam

pengembangan dibidang ilmu hokum yang memiliki 2 (dua) kegunaan sebagai berikut :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi penemuan konsep baru

pembentukan,, pembaharuan hokum bagi akademisi dalam mengkaji terkait

pentingnya partisipasi masyarakat dalam pemberian izin lingkungan yang

telah dihapus oleh Undang-undang Cipta Kerja. Kemudian merekonstruksi

kajian tersebut dan mengetahui apa yang menjadi kelemahan pemberian izin

lingkungan tanpa partisipasi masyarakat. Serta diharapakan dalam penelitian

ini dapat menghasilkan rekontruksi hokum partisi pasi masyarkat dalam

pemberian izin lingkungan yang berbasis Kepastian hokum.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapakan menjadi referensi bagi :

a. actor legislator dalam pembentukan peraturan perundang-undangan,

menjadi konsep dalam pembentukan peraturan perundang-undangan

terkait izin lingkungan.


b. Kementrian Lingkungan Hidup, hasil penelitian ini dapat

memberikan konsep terkait izin lingkungan yang berbasi kepastian

hukum

E. Kerangka Konseptual

Pengkajian suatu produk hokum tentunya sangat penting, untuk dapat mengetahui

apakah produk hokum itu memenuhi manfaat dari hokum itu sendiri, salah satunya

adalah mengkaji Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 Tentang Cipta Kerja,

terkhusus pasal-pasal yang memuat tentang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup melalui isntrumen izin lingkungan, sehingga, sangat diperlukan

konsep dasar yang mampu membatasi objek kajian dan dapat menjawab

permaslahan yang telah diuraikan.dalam proposal penelitian ini.

Keterlibatan masyarakat dalam pemberian izin sangat penting sebagai salah satu

unsur terdampak dalam pengelolaan lingkungan hidup. Berdasarkan uraian tersebut,

makakerangkakonseptualyangmerupakanunitanalisisdalampembahasanpenelitianini

adalah:

1. Rekonstruksi hukum ini berarti sebagai proses membangun kembali atau

menciptakan kembali atau melakukan pengorganisasian kembali terhadap

struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum yang sudah ada

menjadi lebih baik dan berfungsi sebagaimana harusnya.


2. Partisipasi Masyarakat adalah merupakan proses dimana masyarakat

terdampak, masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam

proses amdal, pemerhati lingkungan/organisasi lingkungan dapat terlibat

dalam seluruh inisiatif pemberian izin lingkungan hidup.

3. Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang

melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam

rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat

untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.11. Pasca undang-undang cipta

kerja. Izin lingkungan dihapus,12 nomenklaturnya diganti Persetujuan

Lingkungan adalah Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup atau Pernyataan

Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang telah mendapatkan

persetujuan dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.13

4. Kepastian Hukum UU Cipta Kerja yang adalah UU No 11 Tahun 2020 yang

menjadi analisi penulis dalam penelitian ini.

11
Pasal 1 poin 35 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup

12
Paragraf 3,Persetujuan Lingkungan.Pasal 21 : Dalam rangka memberikan kemudahan bagi setiap
orang dalam memperoleh persetujuan lingkungan, Undang-Undang ini mengubah, menghapus, atau
menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan terkait Perizinan Berusaha yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059).

13
Pasal 1 Poin 35 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja .
F. Kerangka Teoritik

1. KonsepNegaraHukum

Negara hukum merupakan konsep yang berawal dari istilah

nomokrasiyang berkembang dari pemikiran barat. Istilah nomokrasi

tersebut berasaldari kata nomos yang artinya norma, dan cratos yang

artinya kekuasaan. Negara hukum merupakan suatu konsep

pemerintahan negara yang didasarkan atas hukum. Berikut pandangan

Aristoteles mengenai negarahukum:

Yang dimaksud dengan Negara Hukum adalah negara yang

berdiri diatas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.

Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk

warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada keadilan itu perlu

diajarkan rasasusila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga negara

yang baik. Demikian pula peraturan hukum yang

sebenarnyahanyaadajikaperaturan hukum itu mencerminkan keadilan

bagi pergaulan hidup antarwarga negaranya.14

Dalam perkembangannya, penerapan paham negara hukum tidak

dapat dipisahkan dengan konsep Rechtsstaat dan TheRule ofLaw. Di

14
Moh.KusnardidanHarmailyIbrahim,PengantarHukumTataNegaraIndonesia,PusatStudiHukumTata
Negara Fakultas HukumUniversitasIndonesiadanSinarBakti,1983,h.153-154.
zaman modern, konsep Negara Hukum di Eropa Kontinental

dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, PaulLaband, Julius

Stahl, Fichte, dan lain-lain dengan menggunakan istilah Jerman,

yaitu“Rechtsstaat”. Sedangkan dalam tradisi Anglo Amerika, konsep

Negarahukum dikembangkan atas kepeloporan A.V. Dicey dengan

sebutan “The Rule ofLaw”.

Menurut Julius Stahl, konsep Negara Hukum yang disebutnya

dengan istilah“rechtsstaat”itu mencakup empat elemen penting,yaitu:

1. Perlindunganhakasasimanusia.

2. Pembagiankekuasaan.

3. Pemerintahanberdasarkanundang-undang.

4. Peradilantatausahanegara.

Sedangkan A.V. Dicey menguraikan adanya tiga ciri penting

dalamsetiap Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule of

Law”,yaitu:

1. Supremacyoflaw.

2. Equalitybeforethelaw.

3. Dueprocessoflaw.15

Keempat prinsip “Rechtsstaat” yang dikembangkan oleh Julius

15
Utrecht,PengantarHukumAdministrasiNegaraIndonesia,Ichtiar,Jakarta,1962,h.9
Stahltersebut di atas pada pokoknya dapat digabungkan dengan ketiga

prinsip “Rule of Law” yang dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk

menandai ciri-ciri Negara Hukum modern di zaman sekarang. Berikut

akan saya uraikan mengenai tiga unsur the rule of lawyang dikemukakan

oleh A.V. Diceydiatas,yaitu:

1. Supremacyoflaw

Adapun dari pengertian diatas SupremacyofLaw adalah

adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip hukum,

yaitubahwa semua masalah diselesaikan dengan hukum sebagai

pedomantertinggi.16 Dalam perspektif supremasi hukum, pada

hakikatnya pemimpin tertinggi negara yang sesungguhnya, bukanlah

manusia, tetapi konstitusi yang mencerminkan hukum yangtertinggi.

Pengakuan normatif atas supremasihukum tercemin dalam

perumusan hukum atau konstitusi. Sedangkan pengakuan empirik

atassupremasi hukum tercermin dalam perilaku sebagian

masyarakatnya bahwa hukum itu memang supreme, bahkan dalam

republic yang menganut presedential yang bersifa tmurni ,konstitusi

itulah yang sebenarnya lebih tepat untuk sebagai kepala negara itu

sebabnya dalam sistem pemerintahan presedential, tidak dikenal

16
Ibid,h.11
pembedaan. Antara kepala negara dan kepala pemerintahan

seperti dalam system pemerintahan parlementer.

2. Equality before the law

Persamaan dalam hukum (equalitybeforethelaw) yaitu adanya

persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan pemerintahan,

yang diakui secara normatif dan dilaksanakan secaraempirik.6 Dalam

rangka prinsip persamaan ini, segala sikap dan tindakan diskriminatif

dalam segala bentuk dan penerapannya diakuisebagai sikap dan

tindakan yang terlarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat

khusus. Sedangkan yang dinamakan affirmative actions digunakan

mendorong dan mempercepat kelompok masyarakat tertentu atau

kelompok warga tertentu untuk mengejar kemajuan sehingga

mencapai tingkat perkembangan yang sama dan setara dengan

masyarakat yang sudah lebih maju.

3. Dueprocessoflaw

Dalam setiapnegara yang menganut prinsip negara hukum, maka

asas legalitas (Due Processo fLaw) dipersyaratkan dalam segala

bentuk tindakan pemerintahan yang harus didasarkan atas

perundang-undangan yang sah dan tertulis.7 Jadi, peraturan

perundang-undangan tertulis harus ada dan berlaku lebih dulu atau


mendahului tindakan atau perbuatan administrasi yang dilakukan.

Dengan demikian setiap perbuatan atau tindakan administrasi

badan/pejabat negara harus didasarkan aturan atau

rulesandprocedures.

DinegaraIndonesia,konsepnegarahukumyangdigunakanmemiliki

perbedaan dengan konsep negara hukum rechtstaats dan konsep negara

hukum theruleoflaw.Perbedaaan tersebut dapat dilihat berdasarkan

pendapat dari Muhammad Tahir Azhari berikut ini; Menurut

Muhammad Tahir Azhari unsur-unsur pokok negara hukum Republik

Indonesia, adalah:

a) Pancasila.

b) MajelisPermusyawaratanRakyat.

c) SistemKonstitusi.

d) Persamaan.

e) PeradilanBebas.8

DalamkonstitusiditegaskanbahwanegaraIndonesiaadalahNegara

Hukum (Rechtsstaat), bukan Negara Kekuasaan (Machtsstaat).

Didalamnyaterkandungpengertianadanyapengakuanterhadapprinsipsupre

masihukumdankonstitusi,dianutnyaprinsippemisahandanpembatasankek

uasaanmenurutsistemkonstitusionalyangdiaturdalam
Undang-UndangDasar,adanyajaminan-jaminanhakasasimanusiadalam

Undang-Undang Dasar, adanya prinsip peradilan yang bebas

dantidakmemihakyangmenjamin persamaan setiap warga

negaradalamhukum,sertamenjamin keadilan bagi setiap orang termasuk

terhadappenyalahgunaanwewenangolehpihakyangberkuasa.9

Dengan demikian, dalam paham negara hukum, hukumlah yang

memegang kekuasaan tertinggi dalam penyelenggaraan negara.Oleh

karena itu, badan atau pejabat negara dalam melakukan suatu tindakan,

harus berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Teori Kepastian Hukum

Di dalam suatu peraturan hukum, terkandung asas-asas hukum yang menjadi dasar

pembentuknya. Dikatakan oleh Satjipto Rahardjo, bahwa asas hukum dapat diartikan

sebagai “jantungnya” perarturan hukum,1 sehingga untuk memahami suatu peraturan

hukum diperlukan adanya asas hukum. Dengan bahasa lain, Karl Larenz dalam bukunya

Methodenlehre der Rechtswissenschaft menyampaikan bahwa asas hukum merupakan

ukuran-ukuran hukum ethis yang memberikan arah kepada pembentukan hukum.2 Oleh

karena asas hukum mengandung tuntutan etis maka asas hukum dapat dikatakan sebagai

jembatan antara peraturan hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakat.

Dalam pembentukan aturan hukum, terbangun asas yang utama agar tercipta suatu

kejelasan terhadap peraturan hukum, asas tersebut ialah kepastian hukum. Gagasan

mengenai asas kepastian hukum ini awalnya diperkenalkan oleh Gustav Radbruch dalam
bukunya yang berjudul “einführung in die rechtswissenschaften”. Radbruch menuliskan

bahwa di dalam hukum terdapat 3 (tiga) nilai dasar, yakni:3 (1) Keadilan (Gerechtigkeit);

(2) Kemanfaatan (Zweckmassigkeit); dan (3) Kepastian Hukum (Rechtssicherheit).

(PEMAHAMAN TERHADAP ASAS KEPASTIAN HUKUM MELALUI KONSTRUKSI

PENALARAN POSITIVISME HUKUM Mario Julyano*, Aditya Yuli Sulistyawan Fakultas

Hukum, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarangurnal Crepido,

Volume 01, Nomor 01, Juli 2019, halaman 13-14)

Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan hukum dapat dikatakan

sebagai bagian dari upaya mewujudkan keadilan.Bentuk nyata dari

kepastian hukum adalah pelaksanaan atau penegakan hukum terhadap

suatu tindakan tanpa memandang siapa yang melakukan. Dengan

adanya kepastian hukum setiap orang dapat memperkirakakan apa

yang akan dialami jika melakukan tindakan hukum tertentu.

Kepastian diperlukan untuk mewujudkan prinsip persamaan

dihadapan hukum tanpa diskriminasi.17

Kata ”kepastian” berkaitan erat dengan asas kebenaran, yaitu sesuatu

yang secara ketat dapat disilogismekan secara legal-formal. Melalui

logika deduktif, aturan-aturan hukum positif ditempatkan sebagai

premis mayor, sedangkan peristiwa konkret menjadi premis minor.


17
Moh.Mahfud MD, Penegakan Hukum DanTata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Bahan pada Acara Seminar
Nasional “Saatnya Hati Nurani Bicara” yang diselenggarakan oleh DPP Partai HANURA. Mahkamah Konstitusi
Jakarta, 8 Januari 2009.
Melalui sistem logika tertutup akan serta merta dapat diperoleh

konklusinya. Konklusi itu harus sesuatu yang dapat diprediksi,

sehingga semua orang wajib berpegang kepadanya.Dengan pegangan

inilah masyarakat menjadi tertib. Oleh sebab itu, kepastian akan

mengarahkan masyarakat kepada ketertiban.18

Kepastian hukum akan menjamin seseorang melakukan perilaku

sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, sebaliknya tanpa ada

kepastian hukum maka seseorang tidak memiliki ketentuan baku

dalam menjalankan perilaku. Dengan demikian, tidak salah apabila

Gustav Radbruch mengemukakan kepastian sebagai salah satu tujuan

dari hukum.Dalam tata kehidupan masyarakat berkaitan erat dengan

kepastian dalam hukum.Kepastian hukum merupakan sesuai yang

bersifat normatif baik ketentuan maupun keputusan hakim.Kepastian

hukum merujuk pada pelaksanaan tata kehidupan yang dalam

pelaksanaannya jelas, teratur, konsisten, dan konsekuen serta tidak

dapat dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang sifatnya subjektif

dalam kehidupan masyarakat.19

Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya bisa dijawab

18
Sidharta Arief, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Filsafat Hukum,
PT Refika Aditama, Bandung, 2007, h. 8
19
Nur Agus Susanto, Dimensi Aksiologis Dari Putusan Kasus “ST” Kajian Putusan Peninjauan Kembali Nomor
97 PK/Pid.Sus/2012, Jurnal Yudisial Vol. 7 No. 3 Desember 2014.
secara normatif, bukan sosiologis.Kepastian hukum secara normatif

adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti

karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam artian tidak

menimbulkan keragu-raguan (multi-tafsir) dan logis dalam artian ia

menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak

berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang

ditimbulkan dari ketidakpastian aturan dapat berbentuk kontestasi

norma, reduksi norma atau distorsi norma.20

Dalam pembentukan aturan hukum, terbangun asas yang utama agar

tercipta suatu kejelasan terhadap peraturan hukum, asas tersebut ialah

kepastian hukum.Gagasan mengenai asas kepastian hukum ini

awalnya diperkenalkan oleh Gustav Radbruch dalam bukunya yang

berjudul “einführung in die rechtswissenschaften”. Radbruch

menuliskan bahwa di dalam hukum terdapat 3 (tiga) nilai dasar,

yakni:3 (1) Keadilan (Gerechtigkeit); (2) Kemanfaatan

(Zweckmassigkeit); dan (3) Kepastian Hukum (Rechtssicherheit).21

Gustav Radbruch mengemukakan 4 (empat) hal mendasar yang

berhubungan dengan makna kepastian hukum, yaitu : - Pertama,

20
http://yancearizona.net/2008/04/13/apa-itu-kepastian-hukum/ Diakses pada tanggal 25 Desember 2017,
Pukul 11:07 WIB
21
Mario Julyano,Pemahaman terhadap Asas Kepastian hokum Melalui kontruksi Penalaran Positivisme
Hukum,Jurnal Crepido,Volume 01,Juli 2019,hal.13-22
bahwa hukum itu positif, artinya bahwa hukum positif itu adalah

perundang-undangan. - Kedua, bahwa hukum itu didasarkan pada

fakta, artinya didasarkan pada kenyataan. - Ketiga, bahwa fakta harus

dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari kekeliruan

dalam pemaknaan, di samping mudah dilaksanakan. - Keempat,

hukum positif tidak boleh mudah diubah. Pendapat Gustav Radbruch

tersebut didasarkan pada pandangannya bahwa kepastian hukum

adalah kepastian tentang hukum itu sendiri.Kepastian hukum

merupakan produk dari hukum atau lebih khusus dari perundang-

undangan.Berdasarkan pendapatnya tersebut, maka menurut Gustav

Radbruch, hukum positif yang mengatur kepentingan-kepentingan

manusia dalam masyarakat harus selalu ditaati meskipun hukum

positif itu kurang adil.22

Selanjutnya Kepastian hukum adalah perihal (keadaan) yang pasti,

ketentuan atau ketetapan.Hukum secara hakiki harus pasti dan

adil.Pasti sebagai pedoman kelakukan dan adil karena pedoman

kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai wajar.Hanya

karena bersifat adil dan dilaksanakan dengan pasti hukum dapat

menjalankan fungsinya.Kepastian hukum merupakan pertanyaan

22
………………..
yang hanya bisa dijawab secara normatif, bukan sosiologi.23

3. Teori Perundang-Undangan

Fungsi undang-undang sangat tergantung dari tujuan

penyelenggaraan negara. Keberadaan undang-undang pada dasarnya

adalah instrumen bagi penguasa untuk menjalankan roda pemerintahan.

Secara umum fungsi undang-undang dalam suatu negara adalah sebagai

pengatur masyarakat, membatasi kekuasaan, sebagai"

atoolofsocialengineering", serta sebagai sarana pembaharuan

masyarakat.

Fungsi undang-undang untuk membatasi kekuasaan dimaksudkan untuk

membagi dan membatasi kekuasaan yang dimiliki oleh organ- organ

negara dengan aturan yang jelas agar tidak terjadi penyalah gunaan

kekuasaan. Tanpa adanya pengaturan yang jelas dengan undang-

undangakan membuka peluang terjadinya penyalahgunaan wewenang

dengan menjadikan undang undang sebagai alat untuk mempertahankan

kekuasaan semata tanpa mengindahkan kepentingan dan kesejahteraan

masyarakat. Sebagai a tool of social engineering (alat perubahan sosial)

maka undang-undang juga merupakan salah satu norma hukum yang

berfungsi sebagai penyelaras dan penyelesai konflik kepentingan.

23
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, Laksbang Pressindo,
Yogyakarta, 2010, h.59
Dengan demikian maka hukum adalah instrumen untuk mengontrol

kepentingan berdasarkan tatanan sosial (aninstrumentwhich

controlsinterestaccordingtothe requirementsofthesocialorder).

Menurut Bagir Manan yang mengutip pedapat P.J.P tentang wet

inmateriele zin melukiskan pengertian Perundang – undangan dalam arti

materil yang esensinya anatara lain sebagai berikut:17

a. Peraturan perundang–undangan berbentuk keputusan tertulis.

Karena merupakan keputusan tertulis, peraturan perundang–

undangan sebagai kaidah hukum tertulis (geschrevenrecht,

writtenlaw).

b. Peraturan perundang–undangan dibentuk oleh pejabat atau

lingkungan jabatan (badan,organ) yang mempunyai wewenang

membua t“peraturan” yang berlaku atau mengikat umum

(algemeen)

c. Peraturan perundang-undangan bersifa tmengikat umum, tidak

dimaksudkan harus selalu mengikat semua orang. Mengikat

umum hanya menunjukkan bahwa Peraturan perundang–

undangan tidak berlaku terhadap peristiwa konkret atau

individutertentu.
Maria Farida Indrati Soeprapto menyatakan bahwa istilah perundang-

undangan (legislation, wetgeving, atau gezetzgebbung) mempunyai

duapengertian:

a. Perundang – Undangan merupakan proses pembentukan/ proses

membentuk peraturan–peraturan Negara, baik tingkat pusat

maupun ditingkat daerah.

b. Perundang– undangan adalah segala peraturan Negara, yang

merupakan hasil pembentukan peraturan–peraturan, baik

ditingkat pusat maupun ditingkat daerah.

H.Soehino memberikan pengertian istilah perundang-undangan

sebagai berikut:18

a. Pertama berarti proses atau tata cara pembentukan

peraturan-peraturan perundangan Negara dari jenis dan

tingkat tertinngi yaitu undnag-undang sampai yang

terendah, yang dihasilkan secara atribusi atau delegasi

dari kekuasaan perundang–undangan.

b. kedua berarti keseluruhan produk peraturan-peraturan

perundangan tersebut.
4. Teori Partisipasi Masyarakat

1. PengertianPartisipasi

Banyakahlimemberikanpengertianmengenaikonseppartisipasi.

Bila dilihat dari asal katanya, kata partisipasi berasaldari kata

bahasa Inggris “participation” yang berarti pengambilanbagian,

pengikutsertaan (John M. Echols & Hasan Shadily, 2000:419).

Partisipasiberartiperansertaseseorangataukelompokmasyaraka

tdalamprosespembangunanbaikdalambentukpernyataanmaupunda

lambentukkegiatandenganmemberimasukan pikiran, tenaga,

waktu, keahlian, modal dan atau

materi,sertaikutmemanfaatkandanmenikmatihasil-

hasilpembangunan

Pengertian tentang partisipasi dikemukakan oleh Fasli

Djalaldandimanapartisipasidapatjugaberartibahwapembuatkeputu

san menyarankan kelompok atau masyarakat ikut

terlibatdalambentukpenyampaiansarandanpendapat,barang,

keterampilan, bahan dan jasa.Partisipasi dapat juga berarti

bahwakelompokmengenalmasalahmerekasendiri,mengkajipilihan

mereka,membuatkeputusan,danmemecahkanmasalahnya.

H.A.R.Tilaar,mengungkapkanpartisipasiadalahsebagaiwujud
dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi

melaluiprosesdesentralisasidimanadiupayakanantaralainperlunyap

erencanaandaribawah(bottom-

up)denganmengikutsertakanmasyarakatdalamprosesperencanaand

anpembangunanmasyarakatnya.

Partisipasimerupakanketerlibatanmentaldanemosidariseseoran

gdidalamsituasikelompokyangmendorongmerekauntukmenyokon

gkepadapencapaiantujuanpadatujuankelompoktersebutdanikutbert

anggungjawabterhadapkelompoknya.

Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun

2007menyebutkanbahwapartisipasiadalahkeikutsertaandanketerli

batanmasyarakatsecaraaktifdalamprosesperencanaanpembanguna

n.

Partisipasiadalahpenentuansikapdanketerlibatanhasratsetiap

individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada

akhirnya mendoron gindividutersebutuntukberperanserta

dalampencapaiantujuanorganisasi,sertaambilbagiandalamsetiappe

rtanggungjawaban bersama.

Partisipasimasyarakatataupartisipasiwargaadalahprosesketika

warga, sebagai makhluk individu maupun kelompok sosialdan


organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi

prosesperencanaanpelaksanaandanpemantauankebijakanyanglang

sungmempengaruhikehidupanmereka.

MenurutPasaribudanSimanjuntak,partisipasimasyarakatberarti

masyarakatikutserta,yaitumengikutidanmenyertaipemerintahkaren

akenyataaannyapemerintahlahyangsampaidewasa ini merupakan

perancang, penyelenggara, dan

pembayarutamadalampembangunan.Masyarakatdiharapkandapati

kutserta, karena di seleggarakan dan dibiayai utama oleh

pemerintahitu dimaksudkan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan

masyarakatsendiri,untukrakyatbanyak.

GordonW.Allportberpendapatbahwaseseorangyangberpartisipasi

sebenarnya mengalami keterlibatan

dirinya/egonyayangsifatnyalebihdaripadaketerlibatandalampekerj

aanatautugassaja,yangberartiketerlibatanpikirandanperasaannya.S

edangkanKeithdavismengatakanbahwapartisipasiadalahketerlibata

n mental pikiran dan emosi/perasaan seseorang di

dalamsituasikelompokyangmendorongnyauntukmemberikan

sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan

sertaturutbertanggungjawabterhadap usahayangbersangkutan.
SelainituAlastaireWhite,mengemukanbahwapartisipasiadalah

keterlibatankomunitassetempatsecaraaktifdalampengambilankepu

tusanataupelaksanaannyaterhadapproyek-

proyekpembangunanuntukmasyarakat.

Keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah tidak

terlepasdari adanyapartisipasiaktifanggota

masyarakatnya.Masyarakatdaerah,baiksebagai kesatuan sistem

maupunsebagai

individu,merupakanbagianintegralyangsangatpentingdarisistempe

merintahan,karenasecaraprinsippenyelenggaraandaerahditujukan

guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera di

daerahyangbersangkutan.

Konsepsi partisipasi masyarakat terkait secara langsung

denganide demokrasi,dimana prinsip dasardemokrasi

“dari,olehdanuntukrakyat”,akan:“memberikanpadasetiapwargane

garakemungkinanuntukmenaikijenjangskalasosialdandengandemi

kianmenuruthukummembukajalanbagihak-hakmasyarakat untuk

meniadakan semua hak istimewa yang dibawasejak lahir, serta

menginginkan agar perjuangan demi

keunggulandalammasyarakatditentukansemata-
mataolehkemampuanseseorang”.

BintoroTjokroamidjojomenegaskanpembangunanyangmeliput

i segala segi kehidupan, politik, ekonomi dan sosial

budayaitubaruakanberhasilapabilamerupakankegiatanyangmelibat

kanpartisipasidariseluruhrakyatdidalamsuatunegara.

Adapun pengertian pembangunan menurut W.W Rostow

yaituprosesyangbergerakdalamsebuahgarislurus,yaknidarimasyara

katterbelakangkemasyarakatnegarayangmaju.Selanjutnya

menurut Rogers pembangunan yaitu perubahan yangberguna

menuju suatu sistem sosial dan ekonomi yang

diputuskansebagaikehendaksuatubangsa.

Dalamprosespembangunandi

segalasektor,aparatnegaraacapkalimengambilkebijakan-

kebijakanyangterwujuddalampelbagaikeputusanyangmengikatmas

yarakatumumdengantujuan demi tercapainya tingkat

kesejahteraan yang lebih tinggi.Sesungguhnya, sudah saatnya

bagi kita untuk lebih

memperhatikankehendakrakyatyangsebenarnyasekaligusmendidik

merekaterlibatdalamgerakpembangunandengansepenuhhati

PartisipasimenurutHuneryeardanHecmanadalahsebagaiketerli
batanmentaldanemosionalindividudalamsituasikelompokyangmen

dorongmemberikansumbanganterhadaptujuankelompoksertamem

bagitanggungjawabbersamamereka.

Bintoro Tjokroamidjojo mengemukakan pengertian

partisipasi

dalamhubungannyadenganprosespembangunan,bidangekonomikhusu

snya,yaitu:

a. Keterlibatan dalam menentukan arah,strategi dan

kebijakanpembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Hal

ini bukansaja berlangsung dalam proses politik, tetapi juga

dalam prosessosial yaitu hubungan antara kelompok-

kelompok kepentingandalammasyarakat.

b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab

dalampelaksanaan kegiatan pembangunan dalam bentuk

sumbangandalammobilisasipembiayaanpembangunan,kegiata

nproduktifyangserasi,pengawasansosialatasjalannyapembangu

nan,danlainnya.

c. Keterlibatan dalam memetik hasil dan manfaat

pembangunansecara berkeadilan.
Menurut Parwoto, partisipasi masyarakat merupakan

keterlibatananggotamasyarakatdalampembangunandanpelaksanaan(i

mplementasi)program

atauproyekpembangunanyangdilakukandalammasyarakatlokal.

Partisipasi dalam kehidupan pilitik menyebabkan

pengembangankapasitaspribadi.Dalamukuranmoralpatisipasidalampr

aktiknyasebagaijalanmenujukebebasandanpengembangandiri.Partisip

asi sebagai salah satu dimensi dalam demokrasi juga dikembangkan

didalamlembaga-lembaga sosialdanekonomi.

GaventadanValdermamengidentifikasitigatradisikonseppartisipasi

biladikaitkandenganpraktispembangunanmasyarakatyangdemokratis,

yaitupartisipasipolitik,partisipasisosial,danpartisipasiwarga.

a. Partisipasipolitik

Partisipasipolitikseringkalidihubungkandenganprosesp

olitikyangdemokratik,yangmelibatkaninteraksiperseorangan

dan organisasi. Partisipasi politik

dihubungkandengandemokrasipolitikyangmengedepankanprin

sipperwakilandanpartisipasitidaklangsung.

b. Partisipasisocial

Partisipasi sosial lebihberorientasi pada


perencanaandanimplementasi

pembangunan.Partisipasiiniditempatkansebagai keterlibatan

masyarakat terutama yang terkait denganproses pembangunan

dalam konsultasi data dan pengambilankeputusan pada semua

tahapan siklus proyek pembangunan,dari evaluasi sampai

penilaian, implementasi, pemantauan, danevaluasi.

Beberapaasumsiyangdipakaiuntukmendorongpartisipasisosial,

yaitu:

1. Rakyatlahyangpalingtaukebutuhannya,karenarakyatmemp

unyaihakuntukmengidentifikasikandanmenentukankebutu

hanpembangunandilokalnya.

2. Partisipasi sosial dapat menjamin kepentingan dan suara-

suarakelompokyangselamainidimarjinalkandalamberbagai

aspekpembangunan.

3. Partisipasisosialdalampengawasanterhadapprosespembang

unandapatmenjamintidakterjadinyaberbagaipenyimpangan

,penurunankualitasdankuantitaspembangunan.

c. Partisipasimasyarakat

Partisipasimasyarakatmenekankanpada“partisipasi”lan
gsung warga dalam pengambilan keputusan pada

lembagadanproseskepemerintahan.GaventadanValdermamene

gaskan bahwa partisipasi masyarakat telah

mengalihkankonsep partisipasi menuju suatu kepedulian

dengan berbagaibentuk keikut-sertaan warga dalam

pembuatan kebijaksanaandan pengambilan keputusan di

berbagai gelanggang kunci

yangmempengaruhikehidupanwargamasyarakat.Pengembanga

konsepdanasumsidasaruntukmeluangkangagasandanpraktik

tentangpartisipasimasyarakatmeliputi:

a. Partisipasi merupakan hak politik yang melekat pada

wargasebagaimanahakpolitiklainnya.

b. Partisipasi langsung dalam pengambilan keputusan

mengenaikebijakanpublikdilembaga-

lembagaformaldapatuntukmenutupikegagalandemokrasiperwa

kilan.

c. Partisipasimasyarakatsecaralangsungdalampengambilankeput

usanpublikdapatmendorongpartisipasilebihbermakna.

d. Partisipasi dapat dilakukan secara sistematik, bukan hal


yanginsidental.

e. Berkaitan dengan diterimanya desentralisasi sebagai

instrumenyangmendorongtatapemerintahanyangbaik(goodgov

ernance).

f. Partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan

publikterhadap penyelenggaraan dan lembaga pemerintah.

(Siti Irene,2011:55)

Dalampartisipasimasyarakatterdapatduadimensipenting.Dime

nsi pertama adalah siapa yang berpartisipasi.Untuk ituCohnedan

Uphoffmengklasifikasikanmasyarakatberdasarkanlatarbelakangdanta

nggungjawabnya,yaitu:

a. Penduduksetempat

b. Pemimpinmasyarakat.

c. Pegawaipemeritahan

d. Pegawai asing yang mungkin dipertimbangkan memiliki

peranpentingdalamsuatuataukegiatantertentu.

Moeljanto menyatakan bahwa dalam konteks partisipasi

lokal,semua mitra pelaksana suatu program merupakan persyaratan

murni,artinyapelaksanaanharusmemaksimumkanpartisipasimasyaraka
tdalamupayameningkatkankesejahteraanumummereka.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

MasyarakatFaktor-

faktoryangmempengaruhipartisipasimasyarakatdapatdijelaskanse

bagaiberikut:

Faktorinternaladalahfaktoryangberasaldaridalamdiriindividu

itu sendiri yang dapat mempengaruhi individu tersebutuntuk

berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Menurut slamet,

secarateoritistingkahlakuindividuberhubungan

eratatauditentukanoleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis

kelamin,

pendidikan,pekerjaan,penghasilan,lamanyamenjadianggotamasyar

akat.

MenurutMohtardanChollindisampingpendidikan,perbedaanjen

iskelamindanstatussosial-

ekonomisjugamempengaruhikeaktifanseseorangdalamberpartisipa

si.

Menurut Rush dan Althoff


karakteristiksosialseseorangseperti penghasilan, pendidikan,

kelompok ras atau etnis,usia, jenis kelamin,lamanya tinggal dan

agamanya,

baikiahidupdidaerahperdesaanataudikota,maupuniatermasukdala

morganisasi sukarela tertentu dan sebagainya, semua

mempengaruhipartisipasipolitiknya.

Selain itu,sejumlah faktor lingkungan juga mempengaruhi

hasiltingkat partisipasi seperti apakah pemilihan itu berlangsung

padasatu saat krisis, sejauh mana kebijakan pemerintah itu

relevan

bagiindividu,luasnyakesempatanindividudapatmempergunakaninf

ormasiyangrelevan,sejauhmanaindividutundukpadakelompokpene

kan(golonganberpengaruh)dalampemberiansuara,dansejauhmanai

ndividumengalamitekananyangberlawanan.

MenurutPlumerbeberapafaktoryangmempengaruhimasyarakat

untukmengikutiprosespartisipasiadalah:

a. Pengetahuandankeahlian.Dasarpengetahuanyangdimilikia

kanmempengaruhiseluruhlingkungandarimasyarakatterseb

ut.Halinimembuatmasyarakatmemahami ataupun tidak


terhadap tahap-tahap dan bentukdaripartisipasiyangada;
b. Pekerjaanmasyarakat.Biasanyaorangdengantingkatpekerjaa

n tertentu akan dapatlebihmeluangkan

ataupunbahkantidakmeluangkansedikitpunwaktunyauntukb

erpartisipasi pada suatu proyek tertentu. Seringkali

alasanyangmendasarpadamasyarakatadalahadanyapertentan

gan antara komitmen terhadap pekerjaan

dengankeinginanuntukberpartisipasi;

c. Tingkatpendidikandanbutahuruf.Faktorinisangatberpengaru

h bagi keinginan dan kemampuan

masyarakatuntukberpartisipasisertauntukmemahamidanmel

aksanakantingkatandan bentukpartisipasiyangada.

d. Jeniskelamin.Sudahsangatdiketahuibahwasebagianmasyara

katmasihmenganggapfaktorinilahyangdapatmempengaruhi

keinginandankemampuanmasyarakatuntukberpartisipasiber

anggapanbahwalaki-

lakidanperempuanakanmempunyaipersepsidanpandanganb

erbeda terhadapsuatupokokpermasalahan;

e. Kepercayaan terhadap budaya tertentu. Masyarakat

dengantingkat heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi

agamadanbudayaakanmenentukanstrategipartisipasiyangdi

gunakansertametodologiyangdigunakan.Seringkali

f. kepercayaanyangdianutdapatbertentangandengankonsep-

konsepyangada.

g. MenurutSunarti,faktoreksternalyangmempengaruhipartisipa
si masyarakat ini dapat dikatakan petaruh

(stakeholder),yaitu semua pihak yang berkepentingan dan

mempunyai pengaruhterhadap program ini.Petaruh kunci

adalah siapa yang

mempunyaipengaruhsignifikan,ataumempunyaiposisipentin

ggunakesuksesanprogram.

4. Teori Sistem Hukum

Hukum (law) yakni sekumpulan aturan atau norma, tertulis atau tidak tertulis,

yang berkenaan dengan perilaku benar atau salah, hak dan kewajiban.(hal 1). Sebuah system

adalah unit yang beroperasi dengan batas-batas tertentu.Sistem bias bersifat

mekanis,organis,atau social.

H.L.A.Hart berpendapat bahwa ciri khas suatu system hokum adalah kumpulan ganda dari

peraturan-peraturan.Suatu system hokum adalah kesatuan dari peraturan-peraturan primer

dan peraturan-peraturan sekunder. Peraturan primer adalah norma-norma perilaku ;

peraturan sekunder adalah norma-norma ini (sub system ity sendiri) Hal 16)

Yang menjadi nyawa dan realitas pada system hokum adalah dunia social eksternal .sistem

tidak terisolisasi atau terasing; bergantung secara mutlak pada input-input dari luar

Hal (16) :

1.Sruktur adalah salah satu dasar dan elemen nyata dari system hokum. Struktur sebuah

system adalah kerangka badannya; ia adalah bentuk permanennya,tubuh institusional

darinsistem tersebut, tulang-tulang keras yang kaku yang menjaga agar proses mengalir

dalam batas-batasnya.

2. Sunstansi (peraturan-peraturan) adalah sebuah system yudisial terbayang ketika kita


berbicara tentang jumlah para hakim,yuridiksi pengadilan, bagaiman pengadilan yang lebih

tinggi berada diatas pengadilan yang lebih rendah dan orang-orang yang terkait dengan

berbagai jenis pengadilan. Substansi tersusun dari peraturan-peraturan dan ketentuan

bagaimana institusi itu harus berprilaku.

3. Kultur Hukum adalah elemen sikap dan niali social. Kekuata-kekuatan social itu

merupakan sebuah abstraksi. Orang-orang dalam masyarakat memiliki kebutuhan dan

membuat tuntutan-tuntutan, proses hukumnya dapat terjangkau dan tidak tergantung pada

kulturnya

Fungsi lain dari hokum adalah menciptakan norma-norma itu sendiri, bahan-bahan mentah

bagi control social. ( Hal21). Kekuatan-kekuatan social melontarkan tekanan-

tekanan :tuntutan-tuntutan”membentuk”hokum,namun institusi-institusi yang ada pada

system hokum menuai tuntutan-tuntutan itu, menghablurkan dan mengubahnya menjadi

peraturan, prinsip,dan instruksi-instruksi bagi para pegawai negari dan penduduk pada

umumnya. (ontoh peran legislate)

DAMpak hokum :Salah satu fungsi penting dari peraturan adalah sebagai penuntun perilaku.

Dalam kondisi bagaimana orang-orang menggunakan atau bereaksi terhadap peraturan

hokum.Tindakan hokum (legal acts) memiliki banyak bentuk.Keputusan apapun yang dibuat

oleh otoritas hokum, peraturan baru apapun yang menegaskan peraturan lama adalah

tindakan hokum.Suatu tindakan hokum pasti memiliki dampak, ketika hal itu secara kausal

berkaitan dengan perilaku seseorang.Tindakan hokum dikatakan efektif ketika perilaku

bergerak kearah yang dikehendaki, ketika subjek patuh atau menurut.( Lawrence

M.Friedman M.Khozim.Sistem Hukum : Persfektif Ilmu Sosial cetakan ke V,Nusa media

Bandung 2013 Hal.33)


G. Kerangka Pemikiran

Hukum
Negara

Partisipasi Persetujuan Lingkungan/Izin


Mayarakat Lingkungan Kepasti
an
Hukum

UU No 11 Tahun
2022Tentang Cipta
Kerja.

H. Metode Penelitian
a. Penelitian ini menngunakan paradigma Konstruktivisme

b. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis

c. Metode penelitian ini memilih penelitian hokum normative

d. Sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder yang diperoleh dengan

melakukan studi kepustakaan dan studi dokumen, yang meliputi bahan hukum

primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

e. Teknik pengumpulan data sekunder, dilakukan dengan cara studi pustaka dan studi

dokumen.

f. Metode analisis data, penelitian ini menggunakan analisis silogisme dan interpretasi.

I. Originalitas Penelitian
Tabel I
Originalitas Proposal Penelitian

NO Nama Penelitian, Tahun Judul Hasil penelitian Kebaruan dari


Penelitian penelitian

Wahyu Nugroho, Proses Rekonstruksi


2018.Rekonstruksi Hukum pembentukan hukum
Pembangunan Dalam Kebijakan perundang- pembangunan
Pengaturan Lingkungan Hidup dan undangan di bidang dalam pembentukan
Sumber Daya Alam lingkungan hidup hukum pasca
dan sumber daya reformasi,
alam, diperlukan diarahkan pada daya
grand design hukum dukung masyarakat,
sebagai sarana kesejahteraan sosial,
pembaharuan dan lingkungan
masyarakat, yang hidup. Selain itu,
bertitik tolak kepada proses pembentukan
perubahan- hukum harus
perubahan sosial. menggunakan
pendekatan yang
holistik dan
interdisipliner

J. Sistematika Penelitian

Proposal disertasi ini terdiri dari ;

Bab.I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, kerangka konseptual, kerangka teoritik, kerangka pemikiran, metode

penelitian, originalitas penelitian dan sistematika penulisan


DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, 2010

AndiHamzah. 2005. Asas-asas Penting dalam Hukum Acara Pidana. Surabaya, FH


Universitas.

Bagir Manan, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Gadjah Mada University


Press,2001

Buku Pegangan Perancangan Peraturan Perundang-undangan,2005, Direktur Jendral


Peraturan Perundan gundangan diterjemahkan dari bukuI. CV ander Vlies,
Handboek Wetgeving, alih bahasa oleh Linus Doludjawa, Dellyana
Shant. 1988, Konsep Penegakan Hukum, Sinar Grafika,Yogyakarta

Darmodiharjo, Darji, 2002, Pokok–Pokok Filsafat Hukum, PT Gramedia Pustaka


Umum, Jakarta

Dellyana,Shant.1988,Konsep Penegakan Hukum,Yogyakarta

HS.Natabaya, Sistem Peraturan Perundang-Undangan Indonesia, (Jakarta:


Konstitusi Pressdan Tatanusa,2008)

Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, diterjemahkan oleh Raisul
Multtagen dari buku Hans Kelsen General Theoryof LawandState, (Bandung:
PenerbitNusa Media danPenerbitNuansa,2006)

Ipantja Astawa dan Suprin Na’a, Jimly Asshiddiqie,e-book Konstitusi &


Konstitusionalisme Indonesia

Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan
Sinar Bakti,

Mahendra Kurniawan, dkk, Pedoman Naska Akademik PERDA Partisipatif,


(Yogyakarta: Kreasi Total Media,2007),

Mochtar Kusuma Atmaja, 1986, Hukum dan Masyarakat dan Pembinaan Hukum
Nasional, Lembaga penelitian Hukum dan Kriminologi Fakultas Hukum
Universitas Pajajaran, Bandung
Maria Farida Indrati Soprapto, Ilmu Perundang-undangan Dasar-Dasar dan
Pembentukannya, (Jogyakarta: Kanisius,1998)

Made Pantja Astawa dan SuprinNa’a, Dinamika Hukum dan Ilmu Perundang
undangan di Indonesia, (Bandung, Alumni,2008)

M. Jeffri Arlinandes Chandra, Kewenangan Bank Indonesia dalam Pengaturan dan


Pengawasan Perbankan di Indonesia Setelah Terbitnya Undang-UndangNo21
Tahun 2011 Tentang OJK,CV.Zigie Utama,Bengkulu,2018

Prof. Muhammad Ramdan Andri Gunawan Wibisana, S.H., LL.M., Ph.D. (WakilDekan
Bidang Pendidikan, Penelitian, dan Kemahasiswaan, Fakultas Hukum
UniversitasIndonesia

Peter Mahmud, Marzuki. 2012. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Kencana Prenada. Rasjidi

Ranggawidjaya,2008, PengantarIlmu Perundang-undangan, MandarMaju,


Bandung,

Undang–Undang Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan


Peraturan Per Undang-Undangan Pasal 7

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT.Citra Aditya Bakti: Bandung, 2000, Soerjono
Soekanto.1983. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta:Rajawali.

SatyaArianto,2003, Hak Asasi manusia Dalam Transisi Politik diIndonesia ,Pusat Studi
Hukum Tata Negara FH UI,

Titik Triwulan dan Shinta Febrian, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Prestasi
Pustaka: Jakarta,2010,

Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Ichtiar,Jakarta,

Zainal Asikin dkk, Pengantar Hukum Perusahaan, Prenadamedia Group,

2016https://katadata.co.id/sortatobing/ekonomi-hijau/5f7c3f0e25cc1/bahaya-pasal-pasal-
omnibus-law-uu-ciptaker-yang-ancam-lingkungan-hiduphttps://

id.linkedin.com/https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/Tanggung%20jawab.

Anda mungkin juga menyukai