PIDANA PENCABULAN
Oleh :
20180013053
FAKULTAS HUKUM
DENPASAR
2022
i
SKRIPSI
PIDANA PENCABULAN
Oleh :
20180013053
FAKULTAS HUKUM
DENPASAR
2022
ii
UPAYA KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINDAK
PIDANA PENCABULAN
Oleh :
20180013053
SARJANA HUKUM
DENPASAR
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
TELAH DISETUJUI
PEMBIMBING
NIDN: 0011036119
MENGETAHUI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NGURAH RAI
DEKAN
iv
SKRIPSI INI TELAH DIUJI DAN DIPERBAIKI
DOSEN PENGUJI
HARI :
TANGGAL :
WAKTU :
TEMPAT :
DOSEN PENGUJI
KETUA SEKRETARIS
() ()
NIDN: NIDN:
ANGGOTA
()
NIDN: 0011036119
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 20180013053
a. Asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik
lainnya;
b. Murni gagasan, rumusan dan hasil penelitian penulis dengan arahan dosen
pembimbing;
hari terdapat kekeliruan saya bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Materai
10.000
vi
Nyoman Agus Mahendra Data
NIM: 20180013053
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atau
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik
karena skripsi ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan studi ilmu
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
1. Ibu Dr. Ni Putu Tirka Widanti, M.M., M.Hum., Rektor Universitas Ngurah
2. Bapak Dr. I Wayan Putu Sucana Aryana S.E., S.H., M.H., selaku Dekan
4. Bapak I Made Artana S.H., M.H., selaku Ketua Program Studi Hukum
viii
5. Bapak Adrie, S.Sos.,SH, M.H. Selaku dosen pembimbing penulisan
skripsi ini yang telah banyak memberikan nasehat, masukan, petunjuk dan
6. Bapak & Ibu tercinta serta seluruh anggota keluarga dan semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberi dukungan,
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan dan penulis terima dengan lapang
dada demi kesempurnaan tulisan ini, akhir kata penulis haturkan terima kasih.
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Permasalahan
2.2 Hipotesis..................................................................................... 17
3. Tujuan Penelitian............................................................................. 17
x
3.1 Tujuan Umum ............................................................................ 17
1.
2.
1.
2.
3.
xi
1. Tindak Pidana Pencabulan di Kabupaten Badung...........................
1.
2.
3.
4.
Badung.................................................................................................
BAB V PENUTUP
1.
2.
3.
4.
5.
1. Simpulan..............................................................................................
2. Saran ...................................................................................................
DAFTAR BACAAN
DAFTAR INFORMAN
xii
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1 Permasalahan
Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia. Menurut pasal 1 ayat 3 UUD 1945,
keputusan objektif dari pihak pemerintah dan rakyatnya. Berikut ini bunyi
dijalankan tanpa adanya unsur paksaan. Oleh sebab itulah hukum hendaknya
menjadi media revolusi yang bersifat progresif dan bukan bersifat regresif.
Dengan begitu hukum bisa dijadikan sebagai pendorong dan pelopor untuk
1
Abdul Manan, 2005, Aspek-Aspek Pengubah Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta,
h. 7-8
1
2
membuat orang orang menjadi resah, hal ini dapat diketahui melalui media
massa dimana seringkali meliput tindak pidana atau kejahatan yang terjadi di
pencabulan. Salah satunya tindak pidana pencabulan yang saat ini marak
terjadi yang mana sangat bertentangan dengan norma hidup yang dijunjung
seseorang mengenai aktivitas seksual dengan orang yang tidak berdaya seperti
anak, baik pria maupun wanita yang berhubungan dengan alat kelamin atau
2
Annisa, 2014, Perlindungan Hukum Terhadap Anak korban Tindak pidana Pencabulan
di Kota Makassar (studi Kasus Pengadilan Negeri Makassar Tahun 2010-2013). FIS Universitas
Negeri Makasar, h. 5
3
Adami Chazawi, 2005, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan,Raja Grafindo, Jakarta, h.
80
3
dimana tidak hanya satu orang pelaku namun bisa lebih dari satu pelaku yang
saja yang lebih parahnya pelaku mengajak temannya untuk melakukan aksinya
Hukum Pidana (KUHP) pasal 290 ayat (2) dan (3) yang menyebutkan:
diketahuinya atau patut harus disangkanya, bahwa umur orang itu belum
cukup 15 tahun atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa orang itu
patut harus disangkanya, bahwa umur orang itu belum cukup 15 tahun
atau kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa ia belum masanya buat
kawin.”
pariwisata dan banyak dikunjungi turis asing maupun domestik, tidak menutup
4
DATA
TAHUN 2019-2021
1 2019 8
2 2020 6
3 2021 11
JUMLAH 25
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2019 terjadi 8
kasus pencabulan kemudian pada tahun 2020 6 kasus dan 2021 kembali terjadi
Mengingat perbuatan pidana semacam ini rentan terjadi dan sulit untuk
salah satu perbuatan yang bertolak belakang dengan norma yang ada di
seseorang.
5
dalam menjalankan aktifitasnya. Rasa aman merupakan salah satu hak asasi
yang harus diperoleh atau dinikmati setiap orang, seperti yang tertuang dalam
UUD Republik Indonesia 1945 Pasal 28G ayat 1 “Setiap orang berhak atas
yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
meresahkan masyarakat.
jawab yang diembannya cukup besar perlu adanya sinergisitas antara tugas
Nomor 2 Tahun 2002 yang berbunyi: “Fungsi kepolisian adalah salah satu
masyarakat”
terjadi di Kabupaten Badung maka dalam dalam hal ini kepolisian harus
Ruang lingkup dan permasalahan akan diperinci per bab, maka perlu
nanti.
sosial.4
kriminal ini dapat diartikan dalam arti sempit, lebih luas dan paling luas.
Sudarto menjelaskan:
asas dan metode, yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanngaran
polisi.
ditempuh dengan: 6
4
Barda Nawawi Arief, 2011, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru), Kencana Prenada Media Group, Jakarta. h. 2.
5
Sudarto, 2012, Kapita Selekta Hukum Pidana, PT. Alumni, Bandung, h. 113-114.
6
Barda Nawawi Arief, 2010 Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan
Penanggulangan Kejahatan. PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 45
9
punishment/mass media).
1) Pre-emtif
ada kesempatan untuk melakukan kejahatan, tapi tidak ada niat untuk
melakukan hal tersebut maka tidak akan terjadi kejahatan. Jadi, dalam
hukumannya.
7
M. Ali Zaidan, 2016, Kebijakan Kriminal, Sinar Grafika, Jakarta, h.11-12.
10
dilakukan oleh pihak lain yaitu pendidik adalah melakukan revitalisasi dan
2) Preventif
3) Represif
8
Ibid h. 112.
11
masyarakat.”9 Upaya ini juga bisa diiringi dengan tindakan yang cukup
tegas dari penegak hukum khususnya kepolisian baik berupa kontak fisik
menggunakannya. Hal ini dilakukan tak lain demi memberikan efek jera
Dalam hal penggunaan senjata api dan kontak fisik memang kepolisian
hukum berlaku efektif. Ketika kita ingin mengetahui sejauh mana efektivitas
dari hukum, maka kita pertama-tama harus dapat mengukur sejauh mana
hukum itu ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya,
kita akan mengatakan bahwa aturan hukum yang bersangkutan adalah efektif.
Namun demikian, sekalipun dikatakan aturan yang ditaati itu efektif, tetapi
9
Ibid h. 114.
12
karena seseorang menaati atau tidak suatu aturan hukum tergantung pada
kepentingannya.10
yaitu karakteristik atau dimensi dari obyek sasaran yang dipergunakan.11 Kata
efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau
menunjang tujuan.
keadaan dimana dia diperankan untuk memantau. 12 Jika dilihat dari sudut
hukum, yang dimaksud dengan “dia” disini adalah pihak yang berwenang
yaitu polisi. Kata penerapan sendiri berasal dari kata efektif, yang berarti
terjadi efek atau akibat yang dikehendaki dalam suatu perbuatan. Setiap
pekerjaan yang efisien berarti efektif karena dilihat dari segi hasil tujuan yang
terdapat dampak hukum yang positif, pada saat itu hukum mencapai
yang mutlak ada agar suatu kaidah dapat dikategorikan sebagai hukum, maka
tentu saja unsur paksaan ini pun erat kaitannya dengan efektif atau tidaknya
13
Soerjono Soekanto, 2011, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 8.
14
Yulies Tina Masriani. 2004, PengantarHukum Indonesia.Sinar Grafika. Jakarta. H. 13
15
Ibid. h. 13
14
18
Ibid. h. 12
19
Ibid h. 37
16
a. Pejabat Kepolisian
b. Jaksa
c. Hakim
hal pokok dalam penegakan hukum, serta sebagai tolak ukur dari efektifitas
2.2 Hipotesis
20
Bambang Poernomo. 1988, Hukum Acara Pidana Indonesia. Amarta Buku.
Yogyakarta. H. 25
17
namun bila hal hal tersebut tidak selaras maka akan menjadi sebuah
akan dilakukan.
3 Tujuan Penelitian
Rai Denpasar.
4 Manfaat Penelitian
5 Metode Penelitian
lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan secara sistematis dan
yang bersumber dari lokasi atau lapangan.21 Penelitian hukum empiris tidak
21
Kartini Kartono, 2012, Pengantar Metodologi, Alumni, Bandung, h. 28
19
hanya tertuju pada masyarakat tetapi pada penegak hukumnya juga dan
peristiwa tersebut.23
1) Data Primer
Sabhara.
2) Data Sekunder
dari:
lapangan yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara terjun
dengan informan.24
24
Amirudin dan H Zainal Asikin, 2010, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja
Grafindo Jakarta, h. 32.
21
25
Ibid, h. 14
BAB II
prima, tegaknya hukum dan keamanan dalam negeri yang mantap serta
adalah:
negeri;
patuh hukum;
22
23
atau berbuat (aktif) serta tidak berbuat (pasif) dimana erat kaitannya dengan
suatu sikap batin seseorang yang berbuat atau bertindak. Tindakan ataupun
dari suatu aturan hukum yang telah ada yang melarang tindakan tersebut
namun demikian belum ada konsep yang secara utuh menjelaskan definisi
arti terhadap istilah strafbaarfeit menurut persepsi dan sudut pandang mereka
masing-masing.
dapat dan boleh sedangkan untuk kata feit diterjemahkan dengan tindak,
24
a. Tindak Pidana
b. Perbuatan Pidana
c. Peristiwa Pidana
d. Pelanggaran Pidana
pidana, dan beliau lebih condong memakai istilah tindak pidana seperti yang
menggunakan istilah tindak pidana sehingga istilah tindak pidana itu sudah
26
Adami Chazawi, 2001, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h. 69
27
Ishaq dan Efendi, 2016, Pengantar Hukum Indonesia, PT Raja Grafindo , Jakarta, h.
136
28
Teguh Prasetyo, 2016, Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 49
25
yang ada maupun dalam berbagai literatur hukum sebagai terjemahan istilah
5. Perbuatan yang boleh dihukum, istilah ini digunakan oleh Mr. Karni
29
Adami Chazawi, Op. Cit, h. 67.
30
Simons, D, 2000, Kitab Pelajaran Hukum Pidana (judul asli : Leerboek van Het
Nederlandse Strafrecht) ditrjemahkan oleh P.A.F. Lamintang, Pioner jaya, Bandung. h. 72.
26
pidana, yang didefinisikan sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu,
dan diancam dengan hukuman. Peristiwa pidana adalah suatu kejadian yang
sehingga siapa yang menimbulkan peristiwa itu dapat dikenai sanksi pidana
(hukuman).35
hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu,
bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa
31
Dr. Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan
Hukum Pidana Nasional, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 59
32
Moeljatno, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta, Jakarta, h. 54.
33
Adhami Chazawi, Op. Cit., h. 34.
34
Bambang Poernomo. 2007. Asas-Asas Hukum Pidana. Ghlmia Indonesia. Jakarta, h.
86.
35
Ibid h. 87
27
perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu aturan hukum dilarang dan
diancam pidana, asal saja pada itu diingat bahwa larangan diajukan kepada
perbuatan, (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan
1. Unsur Objektif
Unsur objektif adalah unsur yang terdapat di luar diri si pelaku tindak
pidana. Menurut Lamintang, unsur objektif itu adalah unsur yang ada
36
Kansil, C.S.T., 2004, Pokok-Pokok Hukum Pidana: Hukum Pidana untuk Tiap Orang,
Pradnya Paramita, Jakarta, h. 37
37
Sofjan Sastrawidjaja, 2005, Hukum Pidana (Asas Hukum Pidana Sampai Dengan
Alasan Peniadaan Pidana), Armico, Bandung, h. 117.
38
Lamintang, P.A.F., 2001, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, h. 184.
39
Sofjan Sastrawidjaja, Op. Cit., h. 118.
28
2. Unsur Subjektif
Unsur subjektif adalah unsur yang terdapat dalam diri si pelaku tindak
a) Kesengajaan (dolus)
b) Kealpaan (culpa)
c) Niat (voornemen)
d) Maksud (oogmerk)
harus ada sesuatu kelakuan (gedraging), kelakuan itu harus sesuai dengan
tanpa hak, kelakuan itu dapat diberatkan kepada pelaku, dan kelakuan itu
(rechtsdelict) yang dimuat dalam Buku II KUHP Pasal 104 sampai dengan
Pasal 488 dan pelanggaran (wetdelict) yang dimuat dalam Buku III KUHP
40
Ibid h. 121
29
suatu perbuatan yang oleh masyarakat baru dirasa sebagai tindak pidana
merupakan dasar bagi pembagian KUHP kita menjadi Buku ke II dan Buku ke
III melainkan juga merupakan dasar bagi seluruh sistem hukum pidana di
berbuat sesuai dengan rumusan delik maka orang itu telah melakukan
dan dipidana. Tindak pidana ini baru selesai jika akibatnya sudah terjadi
tindak pidana aduan dan tindak pidana biasa. Tindak pidana aduan timbul
oleh karena adanya pengaduan dari korban atau keluarga korban yang
sebagaian besar tercantum dalam KUHP dimana tanpa ada aduan dari
tindak pidana propia. Tindak pidana communia adalah tindak pidana yang
dapat dilakukan oleh semua orang pada umumnya. Tindak pidana memang
tindak pidana yang hanya dapat dilakukan oleh orang yang berkualitas
tertentu.
dalam rumusan pasalnya telah ditulis secara lengkap dengan kata lain
31
dalam rumusan.
seksual dengan orang yang tidak berdaya seperti anak, baik pria maupun
atau cabul dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai berikut:
pencabulan adalah kata dasar dari cabul, yaitu kotor dan keji sifatnya tidak
sesuai dengan sopan santun (tidak senonoh) tidak susila, bercabul: berzinah,
mencemari kehormatan perempuan, film cabul: film porno. Keji dan kotor,
cabul adalah segala macam wujud perbuatan, baik yang dilakukan pada diri
sendiri maupun dilakaukan pada orang lain mengenai dan yang berhubungan
dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu
seksual.
41
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai
Pustaka. edisi ke 2. Jakarta, h. 893.
32
yang semua ada kaitannya dengan nafsu birahi kelamin, misalnya cium-
tertentu, atau kekuasaan tertentu, misalnya orang tua kandung, orang tua tiri,
wali, majikan dan orang-orang yang menjadi pengasuh, pendidik, atau penjaga
tanggungjawabnya.44
perbuatan baik dilakukan sendiri maupun pada orang lain mengenai yang
42
Ismantoro Dwi Yuwono, 2015, Penerapan Hukum Dalam Kasus Kekerasan Seksual
Terhadap Anak, cet 1, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, h. 1.
43
Neng Djubaidah, 2010, Perzinaan, Cet. 1, Kencana Prenada Group, Jakarta, h. 75.
44
Ibid h. 76
45
Lamintang P.A.F, 2002, Hukum Penitensier Indonesia, Armico, Bandung, h. 159.
33
berhubungan dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat
vagina atau penis, mencium mulut perempuan, memegang buah dada dan lain-
lain, yang tidak sampai dengan hubungan badan atau alat kelamin laki-laki
anggota tubuh dada alat kelamin dll.”47 Menurut PAF Lamintang dan Djisman
mendefinisikan dengan jelas maksud perbuatan cabul itu sendiri dan terkesan
46
Adami Chazawi. 2005. Tindak Pidana Mengenai Kesopanan. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h. 80.
47
R. Soesilo. 2001. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Politea, Bogor. h. 212.
48
Lamintang, P.A.F. 2001, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Op. Cit., h. 193.
34
pidana pencabulan terdapat beberapa pasal yang mengaturnya yaitu Pasal 287,
Pasal 288, Pasal 289, Pasal 290, Pasal 292, Pasal 293, Pasal 294, Pasal 295,
disebutkan:
Ayat (2): “Penuntutan dilakukan hanya atas pengaduan, kecuali bila umur
wanita itu belum sampai dua belas tahun ataubila ada salah satu hal
disebutkan:
Ayat (1): “Barang siapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seorang wanita
Ayat (3): “Jika perbuatan itu mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara
disebutkan:
disebutkan:
belum dewasa dari jenis kelamin yang sama, sedang diketahuinya atau
5 (lima) tahun”.
orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa yang berjenis kelamin
sama dengan pelaku. Dewasa berarti telah berumur dua puluh satu tahun
atau belum berumur dua puluh satu tahun tetapi sudah pernah kawin. Jenis
dengan perempuan.
36
disebutkan:
(1). “Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang,
(3). Tenggang waktu tersebut dalam Pasal 74, ditentukan buat satu-satu
membujuk orang yang umurnya belum lima belas tahun untuk melakukan
disebutkan:
49
R. Soesilo, Op.cit., h. 215.
37
rumah sakit jiwa atau lembaga sosial yang melakukan perbuatan cabul
Adapun yang diancam dalam pasal ini adalah seseorang yang sengaja
melakukan perbuatan asusila atau cabul terhadap anak kandung, anak tiri,
anak angkat, dan anak di bawah pengawasannya yang belum cukup umur atau
semua kebutuhan atas anak tersebut ada pada atau menjadi tanggung jawab
pelaku.
38
disebutkan:
“Diancam :
1. Dengan pidana penjara paling lama lima tahun barang siapa dengan
cabul oleh anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak di bawah
2. Dengan pidana penjara paling lama empat tahun barang siapa dengan
yang tersebut dalam butir 1 di atas, yang dilakukan oleh orang yang
disebutkan:
orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau
kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat
bulan atau pidana denda paling banyak lima belas ribu rupiah”.
39
perkataan lain jika dikatakan telah terjadi suatu tindak pidana pencabulan,
berarti ada orang sebagai subjeknya dan pada orang itu terdapat kesalahan.
adalah:
1. Unsur “Barang siapa”, dalam hal ini menunjukkan tentang subjek atau
usia korbannya, perkosaan dapat terjadi pada orang yang berusia dewasa dan
satu tindak pidana yang diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana
(KUHP).
kejahatan (rechtsdelicten) yang dicantumkan dalam Buku Kedua (II) Bab XIV.
50
Sudarto, 2013, Hukum pidana I, Penerbit Yayasan Sudarto, Semarang. h. 94.
40
41
kesusilaan (misdrijven tegen de zeden), yang oleh pakar hukum disebut juga
kejahatan terhadap kesusilaan yang diatur dalam Buku II Bab XIV KUHP di
kejahatan yang melanggar adat kebiasaan yang baik mengenai kelamin (seks)
diatur mulai dari Pasal 281 sampai dengan Pasal 299. Kemudian terkait dengan
51
Wirjono Prodjodikoro, 2010, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Refika
Aditama, Bandung. h. 111.
52
R. Soesilo, 1995, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, Politeia, Bogor, h. 204.
53
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, 2009, Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan
& Norma Kepatutan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 1.
54
Wirjono Prodjodikoro, op.cit, h. 112.
42
dalam UU No. 35 Tahun 2014 dicantumkan pada Pasal 76D jo. Pasal 81.
Perkosaan merupakan salah satu jenis tindak pidana yang diatur dalam
dalam Pasal 285, yang rumusannya: “Barang siapa dengan kekerasan atau
(dua belas) tahun”. Apabila melihat rumusan tindak pidana perkosaan dalam
Pasal 285 tersebut di atas, maka termasuk ke dalam tindak pidana (delik) formal
Menurut Andi Hamzah, padanan dari Pasal 285 KUHP di Ned. W.v.Si
paling lama 12 (dua belas) tahun”.55 Lebih lanjut Andi Hamzah mengemukakan
2) Memaksa
3) Perbuatan yang dilakukan harus dengan paksa sehingga perempuan itu tidak
6) Terjadi persetubuhan
Polres Badung tercatat dan dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:57
DATA
TAHUN 2019-2021
55
Andi Hamzah, 2009, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) Di dalam KUHP, Sinar
Grafika, Jakarta, h. 15.
56
Ibid.
57
Hasil wawancara dengan Ni Nyoman Ayu Inastuti selaku Penyidik Polres Badung,
pada 28 April 2022 pukul 08.00 wita
44
1 2019 8
2 2020 6
3 2021 11
JUMLAH 25
Berdasarkan data pada tabel diatas, pada tahun 2019 tercatat terdapat 8
tahun 2020 karena dampak Covid-19 jumlah kasus menurun menjadi 6 kasus,
namun pada tahun 2021 jumlah kasus kembali melonjak menjadi 11 kasus.
dari tahun sebelumnya. Hal ini menjadi penting untuk segera dicari upaya
MANAFE ALS RICAD pada hari Selasa tanggal 26 Februari 2019 sekira
pukul 19.00 WITA atau setidak-tidaknya pada suatu waktu lain dalam bulan
Badung Provinsi Bali atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih
Selasa tanggal 26 Februari 2019 sekira pukul 19.00 WITA, saksi ESRA
OZEGE yang hendak pergi ke toko Holiday untuk membeli minuman dengan
memakai 1 (satu) buah baju kaos warna biru bergaris putih dan 1 (satu) buah
celana jeans warna putih berjalan kaki di pinggir jalan umum yang dapat
dilalui oleh orang dan kendaraan dari arah Villa Umasapna Jalan Drupadi,
Holiday (arah barat). Selanjutnya Terdakwa datang dari arah timur menuju
barat mengendarai 1 (satu) unit sepeda motor Honda Vario warna hitam DK
334 ABG dengan mengenakan 1 (satu) buah kaos singlet warna hitam
bertuliskan Kuta Bali dan 1 (satu) buah celana pendek jeans warna putih.
bernafsu melihat bentuk tubuh saksi ESRA OZEGE sedang berjalan sendirian.
Lalu saat sepeda motor yang Terdakwa kendarai melewati saksi ESRA
melewati saksi ESRA OZEGE, Terdakwa kemudian berbalik arah dari arah
barat menuju timur dan kembali melewati saksi ESRA OZEGE. Kemudian,
tidak berapa jauh setelah melewati saksi ESRA OZEGE tersebut, Terdakwa
kembali berbalik arah dari arah timur menuju arah barat lalu mendekatkan
sepeda motor yang sedang Terdakwa kendarai ke tubuh saksi ESRA OZEGE.
46
payudara sebelah kanan saksi ESRA OZEGE dengan menggunaan tangan kiri
Terdakwa hingga saksi ESRA OZEGE merasa sakit pada payudara sebelah
OZEGE hingga lengan kanan saksi ESRA OZEGE mengalami sakit dan
memar, lalu saksi ESRA OZEGE berteriak “Come back... Come back here...
saksi ESRA OZEGE tersebut didengar oleh saksi I KETUT WENTEN yang
sedang berjaga di Villa Rumi (sebelah timur saksi ESRA OZEGE). Namun
sepeda motornya lagi dan sempat tertawa ke arah saksi ESRA OZEGE lalu
saksi ESRA OZEGE berjalan sambil menangis sempat pergi ke Toko Holiday,
yaitu saksi I GEDE ARIAWAN bahwa saksi ESRA OZEGE telah mengalami
tindakan pencabulan. Kemudian karena merasa sangat trauma dan malu, saksi
ESRA OZEGE pun kembali ke Villa Uma Sapna menemui saksi UYSAL
DIRENC lalu menceritakan kejadian yang telah saksi ESRA OZEGE alami
sambil menangis, lalu saksi UYSAL DIRENC bersama dengan saksi ESRA
OZEGE kembali lagi ke tempat kejadian perkara menuju Toko Holiday untuk
47
1. Barang Siapa
dijatuhi hukuman pidana yang sesuai dengan putusan ini, pelaku dijatuhi
hukuman pidana penjara selama 1 (satu) tahun sesuai dengan isi Pasal 289
KUHP dengan maksimal penjara 9 tahun. Namun hukuman ini sangat jauh
Pencabulan
atau kesusilaan, tetapi juga setiap perbuatan terhadap badan atau dengan
badan sendiri maupun badan orang lain yang melanggar kesopanan, adalah
58
Moch. Anwar, 1982, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II) Jilid 2, Alumni,
Bandung, h. 231.
48
tindak pidana pencabulan anak yang bersifat represif adalah upaya untuk
ini hakikatnya adalah upaya penegakan hukum pidana in concreto atau penerapan
hukum pidana di dalam kenyataan, sehinga dapat juga disebut kebijakan aplikatif
makna unsur itu, maka terlebih dahulu dilihat makna yang telah ada yang
merujuk pada doktrin dan praktik peradilan pidana yang terjadi selama ini karena
kracht van niet al te geringe betekenis (setiap penggunaan tenaga badan yang tidak
terlalu tidak berarti) atau het aanwenden van lichamelijke kracht van niet al te
geringe intensiteit (setiap pemakaian tenaga badan yang tidak terlalu ringan).59
tenaga atau kekuatan jasmaniah tidak kecil secara yang tidak sah, misalnya
Januari 1914, NJ 1914 halaman 397, W. 9604 dan tanggal 18 Oktober 1915,
disyaratkan, yakni:61
59
P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit.
60
R. Soesilo, op.cit, h. 98
61
Lamintang dan Theo Lamintang, op.cit, h. 99.
50
pribadinya);
2. Dat des daders wil is gericht op het teweengbrengen van die indruk
arrest Hoge Raad tersebut belum memberikan penjelasan tentang apa yang
dilakukan dengan memakai tenaga badan yang sifatnya tidak terlalu ringan
(kuat), namun dapat juga dilakukan dengan memakai sebuah alat (tanpa
tenaga badan), seperti menembak dengan sepucuk senjata api, menjerat leher
dengan seutas tali, menusuk dengan sebihlah pisau, dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan ancaman kekerasan adalah suatu
Pasal 285 KUHP dapat didefnisikan sebagai suatu cara atau upaya berbuat
62
ibid
51
besar yang mengakibatkan orang lain itu menjadi tidak berdaya secara fisik.
Dalam keadaan yang tidak berdaya itulah, orang yang menerima kekerasan
sesuai atau sama dengan kehendak orang yang menggunakan kekerasan yang
ditujukan pada orang, yang pada dasarnya juga berupa perbuatan fisik,
dilakukan perbuatan fisik yang besar atau lebih besar yang berupa
pelaku.64
sebagai ancaman faktual. Dalam hal ini bentuk kegiatan dapat berupa
undang-undang.
65
Boentor. 2017. Peranan Kepolisian dalam Menangani Tindak Pidana Pelecehan
Seksual Terhadap Anak di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Mandau-Duri. JOM Fakultas
Hukum Volume IV Nomor 1, Februari 2017. Pekanbaru
53
beberapa upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian Resor Badung dalam
kejahatan.66
Upaya oleh Kunarto, maka dapat dianalisis bahwa upaya patroli yang dan
66
Hasil wawancara dengan I Gusti Agung Ayu Mas Asriawathi selaku penyidik di Polres
Badung, pada 27 April 2022 pukul 13.00 wita
54
berlaku merupakan upaya represif sesuai dengan Teori Upaya oleh Kunarto
Badung Setiap orang di muka bumi ini tidak pernah menghendaki dirinya
menjadi korban kejahatan, begitu juga dengan anak, sebagian besar dari
mereka, khususnya anak yang masih balita, bahkan belum mengerti apa
bahkan dapat menjadi beban mental seumur hidupnya.67 Perbuatan cabul yang
masyarakat. Oleh karena itu dengan terjadinya tindak pidana seksual maka
Secara umum akibat dari tindak pidana seksual terhadap anak adalah :
67
Mien Rukmini, 2006, Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi, Alumni, Bandung, h. 1-2
55
56
masyarakat.
mental, sosial sehingga akibat dari tindak kejahatan, mereka yang mau
Dalam hal ini, antara pihak pelaku dengan korban biasanya belum ada
lainnya.68
68
Dhina Megayati. 2003. Tinjauan Kriminologis Tindak Pidana Seksual Terhadap Anak.
Fakultas Hukum, Universitas Mataram. NTB. h. 12
57
pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan
atau yang sering disebut dengan hak ini, dilakukan secara terukur, keluasan
1. Faktor Intern : Faktor yang berasal dari diri pelaku, apakah faktor
2. Faktor Ekstern : Faktor yang berasal dari luar diri pelaku kejahatan,
lingkungan pergaulan.69
Jika dilihat dari faktor intern dan ekstern pelaku yang melakukan
tindak pidana seksual terhadap anak secara kriminologis pada kasus pencurian
ada kesamaaan dengan kasus tindak pidana pelecehan seksual terhadap anak.
Faktor ini terutama berasal dari dalam diri pelaku dan dari luar diri pelaku.
1. Faktor Intern
Faktor ini dilihat khusus dari individu-individu serta dicari hal-hal yang
2. Faktor Ekstern
Yang berpokok pangkal pada lingkungan, lain halnya dengan faktor intern
menyebabkan terjadinya tindak pidana, selain berasal dari diri pelaku juga
69
M. Natsir. 2000. Pencurian Ternak Dalam Masyarakat Sasak. Universitas Brawijaya,
Malang, h. 106
59
moral yang baik maka orang tersebut memiliki kecenderungan berbuat jahat.70
kehidupan. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan
kembalikan kepada diri kita sendiri sebagai individu agar tetap menjaga
etika dan budaya, agar kita tidak terkena dampak negatif dari teknologi.
konsumtif dan membuat sikap menutup diri serta berpikir sempit. Hal
oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu negara
Tindak Pidana bisa terjadi selain karena niat pelaku juga bisa terjadi jika
c. Lingkungan.
yang baik bisa membuat pribadi individu yang baik begitupula dengan
yang lebih sensitif sebagai mana akibat dari terjadinya pelecehan seksual.
paling mudah yaitu perempuan yang memiliki kondisi fisik yang lebih
dilakukan dan juga perempuan dapat juga dengan mudah di rayu dengan
sendiri.
h. Penganiyaan emosional
Ketikan anak kurang mendapatkan rasa kasih sayang dan cinta dari
sehinggi anak kehilangan rasa percaya diri dan harga diri yang berdampak
Kekerasan kepada anak terbagi atas kekerasan fisik, kekerasan seksual dan
terjadi, ketika pelaku tidak sadarkan diri dipengaruhi oleh barang tersebut
dalam dirinya setelah perbuatan tersebut pelaku merasa puas dan tidak
71
Hasil Berdasarkan wawancara dengan Dewa Ayu Sariwangi Ratna Dewi selaku
penyidik Polres Badung, pada 28 April 2022 pukul 11.00 wita
63
peraturan-peraturan hukum.
peranan yang sangat besar dalam menjaga proses penegakan hukum yang
mendapatkan rasa kepastian dan jaminan dari segala kepentingan, serta dapat
atau kesusilaan, tetapi juga setiap perbuatan terhadap badan atau dengan
64
badan sendiri maupun badan orang lain yang melanggar kesopanan, adalah
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pada bab XIV Buku ke-
II yakni dimulai dari Pasal 289 sampai Pasal 296 KUHP, yang selanjutnya
pencabulan terhadap anak yang diatur dalam KUHP diatur pada Pasal 290
KUHP, Pasal 292 KUHP, Pasal 293 KUHP, Pasal 294 KUHP, Pasal 295
satu unsur tindak pidana perkosaan yang dimaksud Pasal 285 KUHP patut
sebagai salah unsur tindak pidana perkosaan yang ditentukan Pasal 285
72
Moch. Anwar, 1982, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUHP Buku II) Jilid 2, Alumni,
Bandung, h. 231.
65
timbulnya kejahatan secara umum dan tindak pidana pencabulan anak, maka
akan berkembang dari segi cara dan tekniknya. Dalam hal ini diperlukan
adanya upaya penanganan yang lebih intensif lagi, baik oleh aparat penegak
gejala sosial yang tidak mungkin dapat diberantas atau dihilangkan sama
Walaupun telah disadari bahwa memberantas kejahatan adalah suatu hal yang
sangat sulit yang tidak mungkin dihapuskan secara keseluruhan, namun sangat
terjadinya kejahatan tersebut. Jadi setidaknya, ada usaha untuk menekan dan
tersebut.
ada selama manusia masih ada di permukaan bumi ini, kriminaitas akan hadir
kompleks sifatnya, karena tingkah laku dari penjahat itu banyak variasinya
73
J. E. Sahetapy, 1981, Kejahatan Kekerasan Suatu Pendakatan Interdisipliner, cet. I, Sinar
Wijaya, Surabaya, h. 78
66
media elektronik maupun media cetak dari seluruh belahan dunia yang tidak
pencabulan ini biasanya adalah pelaku itu sendiri (sebagai saksi dan sebagai
Korban). Selain saksi korban ada juga saksi-saksi lain seperti orangtua korban,
keluarga korban, teman korban, dan lainya. Akan tetapi kekuatan pembuktian
dari saksi selain saksi korban harus dikesampingkan sesuai ketentuan dalam
tidak mempunyai nilai bukti. Terdapat pula kendala kekurangan sumber daya
terdapat pada faktor hukum yang tidak dapat menjadikan keterangan orang tua
74
Hasil wawancara dengan I Gusti Agung Ayu Mas Asriawathi selaku penyidik di Polres
Badung, pada 27 April 2022 pukul 13.00 wita
67
hukum dalam menemukan bukti itu sendiri dan kekurangan sumber daya
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
kejahatan.
biasanya adalah pelaku itu sendiri (sebagai saksi dan sebagai Korban).
Selain saksi korban ada juga saksi-saksi lain seperti orangtua korban,
68
69
5.2. Saran
pencabulan yang biasanya adalah pelaku itu sendiri (sebagai saksi dan
sebagai Korban). Selain saksi korban ada juga saksi-saksi lain seperti
orangtua korban, keluarga korban, teman korban, dan lainya. Maka dari
itu, Kepada Masyarakat agar turut bekerja sama dan membantu dalam
Buku-buku
Media, Jakarta,
Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori
Grafindo:Jakarta,
Barda Nawawi Arief, 2013, Kapita Selekta Hukum Pidana, Bandung : Citra
Aditya,
Perundang-Undangan
Indonesia
DAFTAR INFORMAN
NRP : 84080467
JABATAN : Penyidik
NRP : 81081294
JABATAN : Penyidik
NRP : 96120349
JABATAN : Penyidik
NRP : 84080467
JABATAN : PENYIDIK
DATA
TAHUN 2019-2021
1 2019 8
2 2020 6
3 2021 11
JUMLAH 25
NRP : 81081294
JABATAN : PENYIDIK
(sebagai saksi dan sebagai Korban). Selain saksi korban ada juga
PENANYA NARASUMBER
NRP : 96120349
JABATAN : PENYIDIK
Badung, adalah:
Tindak Pidana bisa terjadi selain karena niat pelaku juga bisa
c. Lingkungan.
h. Penganiyaan emosional
percaya diri.
PENANYA NARASUMBER