OLEH:
NIM: 2017.001.2755
FAKULTAS HUKUM
DENPASAR
2023
i
PELAKSANAAN PARAREM DESA ADAT KEROBOKAN
OLEH:
NIM: 2017.001.2755
HUKUM
DENPASAR
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
TELAH DISETUJUI
PEMBIMBING
MENGETAHUI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NGURAH RAI
DEKAN,
iii
SKRIPSI INI TELAH DIUJI DAN DIPERBAIKI
DOSEN PENGUJI
HARI :
TANGGAL :
WAKTU :
TEMPAT :
DOSEN PENGUJI
KETUA
SEKRETARIS
(………………………………………..) (………………………………………..)
NIDN NIDN.
ANGGOTA
(………………………………………..)
NIDN:
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 2017.001.2755
a. Asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik
di Fakultas Hukum Universitas Ngurah Rai maupun perguruan tinggi
lainnya;
b. Murni gagasan, rumusan dan hasil penelitian penulis dengan arahan dosen
pembimbing;
Materai
10.000
v
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atau
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik
karena skripsi ini merupakan salah satu syarat guna menyelesaikan studi ilmu
karya ilmiah ini tidak mungkin bisa diselesaikan dengan baik tanpa mendapatkan
bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu
1. Ibu Dr. Ni Putu Tirka Widanti, MM., M.Hum., Rektor Universitas Ngurah
3. Bapak Dr. I Made Artana SH., MH., selaku Ketua Program Studi Fakultas
kepada Penulis.
4. Orang tua serta seluruh anggota keluarga dan semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberi dukungan,
vi
motivasi, sumbangan pemikiran, bantuan materi maupun non materi
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan dan penulis terima dengan lapang
dada demi kesempurnaan tulisan ini, akhir kata penulis haturkan terima kasih.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSYARATAN.......................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Permasalahan....................................................................................
2.2. Hipotesis....................................................................................
4. Manfaat Penelitian...........................................................................
viii
5. Metode Penelitian.............................................................................
24
25
26
27
NARKOBA
2.1................................................................................................... Peng
2.2................................................................................................... Peng
ertian Narkoba.......................................................................... 38
2.3................................................................................................... Peng
2.4................................................................................................... Peng
ix
3.1. Pelaksanaan Hukum Adat Dalam Penanggulangan
Kerobokan............................................................................... 60
NARKOBA
4.1.................................................................................................. Ham
4.2.................................................................................................. Upa
Kerobokan............................................................................... 67
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 70
5.2 Saran................................................................................................... 71
DAFTAR BACAAN
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1. Permasalahan
semakin pesat sehingga hal ini dimanfaatkan oleh mafia Narkotika untuk
narkotika dan bahan berbahaya jenis lainnya. Untuk itu dibutuhkan sinergi
hal ini diatur dalam Bab XIII Pasal 104 sampai dengan Pasal 108 yang
1
menyatakan bahwa ; “Masyarakat mempunyai kesempatan ya,klking
Prekursor Narkotika”.
untuk itu. Hal ini tidak saja merugikan bagi penyalahgunaan, tetapi juga
merupakan ancaman bagi kehidupan bangsa dan negara. Maka dari itu
yang berani dalam melaporkan dan ikut serta mencegah penyebaran dan
dijalankan pemerintah saat ini masyarakat Bali juga sangatlah taat dan
patuh pada hukum adat yakni seperti Awig-awig dan Prarem didalam
Desa Adat atau disebut juga desa Pakraman menurut Pasal 1 angka
8 Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 1 Tahun 2019 adalah kesatuan
masyarakat hukum adat di Bali yang memiliki wilayah, kedudukan,
susunan asli, hak-hak tradisional, harta kekayaan sendiri, tradisi, tata
karma pergaulan hidup masyarakat secara turun temurun dalam ikatan
tempat suci (kahyangan tiga atau kahyangan desa), tugas dan kewenangan
serta hak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
2
dalam arti setiap desa pakraman berdiri sendiri menurut aturan (awig-
Anak remaja ialah bagian yang memiliki status dan peran yang
timbulnya kenakalan remaja yang dapat merusak citra dan masa depan
remaja itu sendiri dan bahkan citra dan masa depan bangsa.1
dan memupuk adat istiadat yang berlaku di desa pakraman dan diterima
1
Ni Made Widiari, dkk. Penerapan Sanksi Adat Bagi Penyalahgunaan Narkotika Di
Desa Adat Kesiman, Vol 2 No.2. Agustus 2021. h. 28.
3
kontrol social dimana suatu proses mempengaruhi orang-orang untuk
4
hukum adat tidak saja berarti menciptakan hukum baru yang memenuhi
tuntutan rasa keadilan dan kepastian hukum tetapi juga memenuhi tujuan
perkara yang terjadi antarwarga masyarakat yang tunduk pada hukum adat.
Dengan kata lain hukum adat ialah Hukum Adat adalah keseluruhan
peraturan tingkah laku positif yang di satu pihak mempunyai sanksi dan di
pihak lain dalam keadaan tidak di kodifikasikan. Dengan kata lain Hukum
Adat adalah adat kebiasaan yang mempunyai akibat hukum. Istilah Hukum
Bapak hukum adat dan penulis buku Het Adatrecht van Nederlands Indie.
Hukum Adat yang berasal dari Hukum kebiasaan dari bangsa Indonesia
5
Berlakunya sesuatu peraturan hukum adat, tampak dalam penetapan
bersifat hukum. Oleh karena hukum adat memiliki dua unsur, yaitu :
1. Unsur Kenyataan, bahwa adat itu dalam keadaan yang sama selalu
6
2. Unsur Psikologis, bahwa terdapat adanya keyakinan pada rakyat
“Kelurahan”, namun tetap menjadi satu Desa Adat yakni “Desa Adat
3
Humas BNN. BNN Kabupaten Badung Sosiliasikan Bahaya Narkoba kepada
Bendesa di Kab. Badung. 14 Jul 2020. https://badungkab.bnn.go.id/bnn-kabupaten-badung-
sosiliasikan-bahaya-narkoba-kepada-bendesa-di-kab-badung/ diakses pada 20 Mei 2023.
7
1) Data kasus narkoba dari bulan Januari-Juni terjadi peningkatan
sebesar 5,1% dan berjumlah 429 kasus sampai akhir Juni
2020;
2) Badung mendapat peringkat 2 dari 9 kabupaten terbanyak
kasus narkotikanya. Terdapat 233 kasus pada tahun 2019 dan
55 kasus pada akhir Juni 2020;
3) Diharapkan 122 Desa Adat untuk membuat pararem;
4) Bagi yang melapor untuk mengikuti rehabilitasi identitasnya
akan dirahasiakan;
kawasan yang bersih dari narkoba yang menjadi cikal bakal memperkuat
berikut ini:
TABEL
1 2020 2
2 2021 1
3 2022 4
TOTAL KASUS 7
8
Berdasarkan data diatas dapat dilhat bahwa terjadi peningkatan
9
hanya akan berada didalam ruang lingkup pararem penyalahgunaan
Diantara tiga nilai dasar tujuan hukum tersebut, pada saat terjadi
a. Keadilan Hukum;
b. Kemanfaatan Hukum;
c. Kepastian Hukum.4
10
dengan teorinya tersebut Jerman di bawah kekuasaan Nazi
5
Ahmad Zaenal Fanani, 2011, Berpikir Falsafati Dalam Putusan Hakim, Varia Peradilan
No. 304, h 3.
6
Sidharta Arief, 2007, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori
Hukum dan Filsafat Hukum, PT Refika Aditama, Bandung, h. 20.
11
a) Ter Haar memberi istilah dengan masyarakat hukum atau
persekutuan hukum, yakni kesatuan manusia yang teratur,
menetap di suatu daerah tertentu, mempunyai
penguasapenguasa, dan mempunyai kekayaan yang berwujud
ataupun tidak berwujud. 7
b) Bushar Muhammad memberikan pengertian masyarakat
Hukum Adat (adatrechtsgemenschap), yakni masyarakat
hukum yang anggota-anggotanya merasa terikat dalam suatu
ketertiban berdasarkan kepercayaan, bahwa mereka semua
berasal dari satu 31 keturunan yang sama ataupun berasal dari
satu tanah tempat bermukim yang sama. 8
c) Hazairin memberikan pengertian masyarakat Hukum Adat,
yakni kesatuan-kesatuan kemasyarakatan yang mempunyai
kelengkapan-kelengkapan untuk sanggup berdiri sendiri, yaitu
mempunyai kesatuan hukum; kesatuan penguasa; dan
kesatuan lingkungan hidup berdasarkan hak bersama atas
tanah dan air bagi semua anggotanya. 9
d) Saragih menyebut dengan istilah persekutuan hukum, yakni
sekelompok orang-orang yang terikat sebagai satu kesatuan
dalam suatu susunan yang teratur yang bersifat abadi, dan
memiliki pimpinan serta kekayaan baik berujud maupun tidak
berujud dan mendiami atau hidup di atas suatu wilayah
tertentu.10
7
Ibid. h 30.
8
Ibid. h. 31.
9
Ibid. h 31.
10
Admin. Masyarakat Hukum Adat, https://suduthukum.com/2018/02/masyarakat-
hukum-adat.html, diakses pada 28 Februari 2023.
12
dikatakan bahwa unsur-unsur yang menjadi ciri dari masyarakat
keturunan satu pihak, yaitu pihak ayah atau pihak ibu. Jika garis
11
Rosmidah, 2001, Pengakuan Hukum Terhadap Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat
Dan Hambatan Implementasinya. Sinar Grafika, Jakarta, h. 56.
13
menarik garis keturunan baik dari pihak ayah maupun dari pihak
12
Anak Agung Istri Ari Atu Dewi, dkk. 2016, Hukum Adat Lanjutan, Universitas
Udayana, Denpasar. h. 12.
13
Barda Nawawi Arief, 2008, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan
Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 11. (selanjutnya disebut Barda Nawawi Arief
I)
14
Soerjono Soekanto 2011, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h. 7 (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto I)
14
kenyataan. Jadi penegakan hukum pada hakikatnya adalah proses
perwujudan ide-ide.
2) Manfaat (zweckmassigkeit)
15
Dellyana, Shant. 2008, Konsep Penegakan Hukum. Liberty, Yogyakarta, h. 32
16
Sudikno Mertokusumo, 2007, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
h. 160
15
bagi masyarakat. Jangan sampai justru karena hukumnya dilaksanakan
3) Keadilan (gerechtigkeit)
Indonesia:
16
untuk mencapai kedamaian didalam masyarakat. Oleh karena
itu, dipandang dari sudut tertentu maka masyarakat dapat
mempengaruhi kepatuhan hukumnya. Masyarakat Indonesia
pada khususnya mempunyai pendapat-pendapat tertentu
mengenai hukum. Faktor Masyarakat, yakni lingkungan di
mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Masyarakat
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan
penegakan hukum, sebab penegakan hukum berasal dari
masyarakat dan bertujuan untuk mencapai dalam masyarakat.
Semakin tinggi kesadaran hukum maka akan semakin
memungkinkan penegakan hukum yang baik.
3) Faktor Kebudayaan, kebudayaan memiliki fungsi yang sangat
besar bagi masyarakat dan manusia. Faktor Kebudayaan,
yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan
pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Kebudayaan
Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat.
Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus
mencermikan nilai-nilai yang menjadi dasar hukum adat.
4) Faktor Sarana dan Fasilitas, tanpa adanya sarana dan fasilitas
tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan
berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut
antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan
dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai,
keuangan yang cukup dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak
tepenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai
tujuannya.20 Faktor Sarana atau Fasilitas yang Mendukung
Penegakan Hukum. Sarana dan fasilitas yang mendukung
mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil,
organisasi yang baik, peralatan yang memadai, penegakan
hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak
hukum tidak mungkin menjalankan peran semestinya.
5) Faktor Penegak Hukum, pihak-pihak yang membentuk
maupun menerapkan hukum. Salah satu kunci dari
keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau
kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam rangka
penegakan hukum oleh setiap lembaga penegak hukum,
keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, terasa, terlihat dan
diaktualisasikan. Penegak hukum di Indonesia ada beberapa
jabatan untuk membantu danmengurus faktor-faktor
penegakan hukum agar maksud dari suatu hukum dapat
berjalan dengan lancar dan adil. Diantaranya:
a. Pejabat Kepolisian
b. Jaksa
19
Soerjono Soekanto. 1990, Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Rajawali Persada.
Jakarta, h. 178 (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto II)
20
Ibid. h. 37
17
c. Hakim21
menjadi hal pokok dalam penegakan hukum, serta sebagai tolok ukur
hukum.
18
hukum, mulai dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan, sampai kepada
lembaga pemasyarakatan.”23
sejauh mana hukum itu ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi
yang ditaati itu efektif, tetapi kita tetap masih dapat mempertanyakan lebih
23
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim, 2005, Politik Hukum Pidana, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, h. 111.
24
Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). Penerbit Kencana.
Jakarta. h. 375.
19
obyek sasaran yang dipergunakan.25 Kata efektif berasal dari bahasa
Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan
menjadi hal pokok dalam penegakan hukum, serta sebagai tolak ukur dari
25
Barda Nawawi Arief, 2013, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya, Bandung. h.
67 (selanjutnya disebut Barda Nawawi Arief II)
26
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Balai Pustaka, Jakarta. h. 284.
27
Soerjono Soekanto I, Op.Cit. h. 8.
28
Satjipto Raharjo, 2011, Polisi Sipil dalam Perubahan Sosial di Indonesia. Penerbit
Buku Kompas, Jakarta, h. 25.
20
efektifitas penegakan hukum. Dari lima faktor penegakan hukum tersebut
masyarakat modern hukum yang di buat dan ditegakan oleh pejabat yang
berwenang.29
2.2. Hipotesis
Berdasarkan rumsan masalah yang dirumuskan terdapat beberapa
hipotesis yakni :
efektif jika terdapat dampak hukum yang positif, pada saat itu
21
2) Hambatan dalam pelaksanaan perarem Desa Adat Kerobokan
faktor kebudayaan.
3. Tujuan Penelitian
masyarakat.
5. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) pada
22
1. Untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan perarem Desa Adat
4. Manfaat Penelitian
5. Metode Penelitian
23
Metode penelitian yang digunakan adalah Kualitatif, penelitian
dengan skripsi ini, dan adapun bahan yang digunakan ialah buku-buku,
seperti internet.
24
Dalam penelitian ini data diperoleh di Bendesa Adat Kerobokan dan
antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat. Penelitian yang
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
32
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, 2015, Dasar Metode Penelitian, Literasi Media
Publishing, Yogyakarta, h. 77.
25
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama
2. Data Sekunder
terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan
utama dalam UUD 1945 yang dapat menjadi dasar bagi keberadaan
33
Soerjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,
h. 141. (selanjutnya disebut Soerjono Soekanto III)
34
Ibid. h. 142
35
Ibid. h. 143
26
Pasal 18B ayat (2), Pasal 28I ayat (3) dan Pasal 32 ayat (1) dan ayat
penelitian ini bahan hukum sekunder yang terutama adalah buku teks
kualifikasi tinggi.
Kerobokan
36
Ibid, h.144.
37
Rulan Ahmadi, 2005. Memahami Metodologi Penelitian Kualitatif. Universitas Negeri
Malang, Malang, h. 28.
27
berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin
dipecahkan.”38
a. Objektivitas
b. Keabsahan Data
28
terkumpul baik dari data primer maupun data sekunder, akan diolah
29
BAB II
TINJAUAN UMUM PELAKSANAAN PARAREM DESA ADAT
KEROBOKAN BADUNG TERHADAP PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
Secara etimologis kata desa berasal dari bahasa sansekerta, yaitu “deca”,
seperti dusun, desi, negara, negeri, negari, nagaro, negory (nagarom), yang berarti
tanah air, tanah asal atau tanah kelahiran, tanah leluhur, yang merujuk pada satu
kesatuan hidup dengan satu kesatuan norma serta memiliki batas yang jelas. Desa
dusun;
2) Udik atau dusun, dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan dari kota;
Istilah desa dalam bahasa Bali berasal dari bahasa Sansekerta yang lazim
dipergunakan dikalangan masyarakat umat Hindu di Bali sejak dulu. Akan tetapi
demikian maka sulit untuk menemukan data-data yang konkrit mengenai sejarah
39
Didik Sukrino, 2012, Pembaharuan Hukum Pemerintahan Desa, Setara Press, Malang,
h. 59
31
desa, kecuali sekedar riwayatnya yang terdapat pada legenda-legenda dan cerita
bahwa otonomi dari persekutuan hukum yang berupa desa adat di Bali, tetap
dihormati sebagai suatu persekutuan yang asli. Pengertian Desa yang dimaksud
dalam penelitian ini tidak sama dengan pengertian Desa menurut Undang-Undang
40
I Wayan Surpha, 2004, Eksistensi Desa Adat Dan Desa Dinas di Bali, Pustaka Bali
Post, Denpasar, h. 6.
32
Sedangkan Desa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Desa Adat
yang mana di Bali disebut sebagai Desa adat sesuai dengan Peraturan Daerah
Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa adat, yang menyebutkan bahwa:
khususnya Desa adat atau desa adat yang cenderung berbeda dibandingkan desa
lainnya, hal ini juga membentuk sebuah sistem peraturan di sebuah desa berbeda
bahkan jika di lihat peraturan tersebut bisa di bagi menjadi 2 (dua) tipe peraturan,
yaitu peraturan di desa dinas dan Desa adat atau desa adat yang secara tugas
dipimpin oleh suatu lembaga yang dinamakan Desa Adat yakni suatu desa yang
berbeda status, kedudukan, dan fungsinya dengan desa dinas (desa administratif
pemerintahan), baik ditinjau dari segi pemerintahan maupun dari sudut pandang
masyarakat. Dengan penjelasan bahwa Desa Adat ialah desa yang dilihat
fungsinya di bidang adat (desa yang hidup secara tradisional sebagai perwujudan
dari lembaga adat), sedangkan Desa Dinas ialah desa yang dilihat fungsinya di
41
Ketut Arya Sunu, I. G., Sanjaya, D. B., & Sugiartha, W. 2015. Harmonisasi, Integrasi
Desa adat dengan Desa Dinas yang Multietnik dan Multiagama Menghadapi Pergeseran,
Pelestarian, dan Konflik di Bali. Jurnal Ilmu Sosial Dan Humaniora, 3(2), 446–458.
33
Peraturan Daerah Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat yang
dalam definisinya adalah kesatuan masyarakat hukum adat di Provinsi Bali yang
mempunyai satu kesatuan tradisi serta tata krama pergaulan hidup masyarakat
umat hindu secara turun temurun dalam ikatan khayangan tiga atau khayangan
desa yang mempunyai wilayah tertentu serta harta kekayaan sendiri dan berhak
Secara umum dapat dibedakan dengan desa dinas yang definisinya bahwa
desa dinas mengatur hukum sesuai dengan hukum pemerintahan nasional yang
yang bertugas di suatu wilayah kelurahan atau desa dinas, sedangkan desa adat
atau Desa adat mengatur hukum sesuai dengan hukum di Desa adat (hanya khusus
serta berbeda antara desa satu dengan desa lainnya, sehingga banyak terdapat
(Pawongan).
42
Muin, F., & Mucharom, R. S. 2016. Desa dan Hukum Adat: Persepektif Normativitas
dan Sosiologis Keindonesiaan. Prosiding Seminar Nasional Multi Disiplin Ilmu & Call for Paper
UNISBANK KE-2, 1(6), 461–468.
34
Di Bali secara formal Desa Adat pertama kali diatur berdasarkan Peraturan
Daerah Tingkat I Bali Nomor 06 Tahun 1986 tentang Kedudukan, Fungsi dan
Peranan Desa Adat sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum Adat dalam Provinsi
Daerah Tingkat I Bali, pada Pasal 1 huruf e menyatakan pengertian desa adat
adalah:
“Desa adat sebagai desa dresta yaitu kesatuan masyarakat hukum adat di
Provinsi Daerah Tingkat I Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan
tata karma pergaulan hidup masyarakat Umat Hindu secara turun temurun
dalam ikatan Kahyangan Tiga (Kahyangan Desa) yang mempunyai
wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah
tangganya sendiri.”
Desa adat dapat digolongkan ke dalam masyarakat hukum adat yang
adat yang bersangkutan, sehgingga terasa ada ikatan antara mereka masing-
anggota masyarakat hukum adat yang bersifat territorial adalah ikatan antara
43
Bushar Muhammad, 2000, Pokok-Pokok Hukum Adat, Pradnya Paramita. Jakarta, h. 29
44
I Ketut Sudantra, 2007, Pelaksanaan Fungsi Hakim Perdamaian Desa dalam Kondisi
Dualisme Pemerintahan Desa di Bali, Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Udayana,
Denpasar, h. 53
35
Pengertian desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dipakai karena untuk kesatuan masyarakat yang terendah istilah desa telah
menjadi istilah umum. Dalam perspektif sosiologis, desa adalah komunitas yang
menempati wilayah tertentu imana warganya saling mengenal satu sama lain
ekonomi, kesatuan kulturil dan tradisionil yang kokoh dan kuat, dan disana-sini
Desa adat mempunyai hak untuk mengurus rumah tangganya sendiri, ini
artinya desa adat mempunyai otonomi. Hak dari desa adat mengurus rumah
tangganya bersumber dari hukum adat, tidak berasal dari kekuasaan pemerintahan
yang lebih tinggi, sehingga isi dari otonomi desa adat seakan akan tidak terbatas. 49
Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota. Desa terdri atas Desa dan Desa
tentang nilai-nilai budaya cipta, karsa, rasa manusia. Dalam arti bahwa hukum
adat lahir dari kesadaran atas kebutuhan dan keinginan manusia untuk hidup
secara adil dan beradab sebagai aktualisasi peradaban manusia. Selain itu hukum
adat juga merupakan produk sosial yaitu sebagai hasil kerja bersama
(kesepakatan) dan merupakan karya bersama secara bersama (milik sosial) dari
suatu masyarakat hukum adat.50 Jadi adat adalah kebiasaan masyarakat, dan
“hukum adat”. Jadi hukum adat adalah adat yang diterima dan harus dilaksanakan
Disamping ikatan hukum adat, desa adat juga diikat oleh tradisi dan tata
krama. Tradisi adalah kebiasaan luhur dari leluhur yang diwariskan secara turun
temurun. Sedangkan tata karma adalah etika pergaulan, yang juga merupakan
norma dalam kehidupan bermasyarakat. Hanya ditegaskan bahwa tradisi dan tata
karma itu berasal dari budaya atau ajaran agama hindu. 52 Desa adat mempunyai
hak untuk mengurus rumah tangganya sendiri, ini artinya desa adat mempunyai
otonomi. Hak dari desa adat mengurus rumah tangganya bersumber dari hukum
adat, tidak berasal dari kekuasaan pemerintahan yang lebih tinggi, sehingga isi
Ada tiga jenis masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat territorial
hukum serikat desa. Dengan mengacu pada konsep di atas maka dapatlah
dikatakan bahwa keberadaan desa adat sebagai masyarakat hukum dapat dilihat
Pengertian Desa adat (adat) dikemukakan oleh ahli hukum adat yaitu
Wayan P. Windia, menurutnya Desa adat (adat) adalah merupakan organisasi
masyarakat Hindu Bali yang berdasarkan kesatuan wilayah tempat tinggal
bersama dan spiritual keagamaan yang paling mendasar bagi pola hubungan dan
pola interaksi sosial masyarakat Bali.54
52
Made Suasthawa Dharmayuda, Op.cit, h. 18.
53
Ibid. h. 30
54
Wayan P Windia, 2010, Bali Mawacara Menuju Bali Shanti, Udayana University Press,
Denpasar, h. 7.
38
Desa Adat sesungguhnya sejak awal telah ditata untuk menjadi desa
otonom (sima swatantra). Hal ini dapat dibuktikan dari kenyataan sejarah dimana
masyarakat yang menempati suatu wilayah tertentu secara tetap, serta memiliki
hukum dan memiliki nilai-nilai religi yang diyakini oleh masyarakat adat tersebut.
lainnya.56 Secara etimologis narkoba atau narkotika berasal dari bahasa Inggris
narcose atau narcosis yang berarti menidurkan dan pembiusan. Narkotika berasal
dari bahasa Yunani yaitu narke atau narkam yang berarti terbius sehingga tidak
merasakan apa-apa. Narkotika berasal dari perkataan narcotic yang artinya sesuatu
yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan efek stupor
(bengong), bahan-bahan pembius dan obat bius.57 Dan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia mengistilahkan narkoba atau narkotika adalah obat yang dapat
55
Suathawa Dharmayudha, 2004, Sekitar Hubungan Antara Desa adat Dengan Desa
Dinas, Universitas Udayana, Denpasar, h. 30.
56
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008,
Balai Pustaka, Jakarta. h. 66.
57
B.A Sitanggang, 1999, Pendidikan Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika, Karya
Utama, Jakarta. h. 13.
39
atau merangsang.58
Narkotika secara bahasa berasal dari bahasa inggris narcotics yang artinya
obat bius. Narkotika adalah bahan yang berasal dari 3 jenis tanaman yaitu papaper
kita tidak merasakan apa-apa bahkan bila bagian tubuh disakiti sekalipun.59
tubuh. Akan tetapi dari sekian banyak macam dan bentuknya, narkoba
toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga
sifat inilah yang menyebabkan pemakai narkoba tidak dapat lepas dari
“cengkraman” nya.60
Narkoba terdiri dari dua zat, yakni narkotika dan psikotropika. Dan secara
khusus dua zat ini memiliki pengertian, jenis (golongan), serta diatur dengan
58
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, op.cit. h. 65.
59
Andi Hamzah, 1994, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika, Sinar Grafika, Jakarta. h.
11.
60
Subagyo Partodiharjo, 2010, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaanya,
Erlangga, Jakarta. h. 16.
40
sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik buatan
atau semi buatan yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
seperti polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan
petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga
zat tersebut adalah NAPZA yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah
NAPZA biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan
rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap
ynag berarti obat bius, yang artinya sama dengan narcosis dalam bahasa Yunani
yang berarti membiuskan narke atau narkam yang berarti terbius sehingga tidak
efek kerja pembiusan atau dapat menurunkan kesadaran. 66 Sementara Smith Kline
dan French Clinical memberi defenisi narkotika sebagai zat-zat yang dapaat
mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut
bekerja mempengaruhi susunan pusat saraf. Dalam defenisi narkotika ini sudah
termasuk jenis candu seperti morpin, cocain, dan heroin atau zat-zat yang dibuat
dari candu seperti (meripidin dan methodan).67
candu, ganja, cocaine, zat-zat yang bahan mentahnya diambil dari benda-benda
tersebut yakni morphine, heroin, codein, hashish, cocaine. Dan termasuk juga
narkotika sintesis yang menghasilkan zat- zat, obat-obat yang tergolong dalam
menyebutkan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
66
Soedjono, 1997, Ptologi Sosial, Alumni, Bandung, h. 78.
67
Smith Kline dan French Clinical, 1969, A Manual For Law Enforcemen Officer Drugs
Abuse, Pensilvania, Philladelphia, h. 91.
68
Korp Reserce Polri Direktorat Reserce Narkoba, 2000, Peranan Generasi Muda Dalam
Pemberantasan Narkoba, Polri, Jakarta, h. 2.
69
Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Mandar Maju,
Jakarta. h. 33-34.
70
Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkoba: Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Pidan
Nasional, Rajawali Press, Jakarta. h. 78.
42
No. 35 Tahun 2009 Tentang narkotika dijelaskan ada tiga jenis golongan
narkotika, yaitu :
menghilangkan terutama rasa sakit yang nyeri yang berasal dari viresal atau alat-
alat rongga dada dan rongga perut juga dapat menimbulkan efek stuporatau
bengong yang lama dalam keadaan masih sadar serta menimbulkan adiksi atau
yang berasal dari daerah VISERAL dan dapat menimbulkan efek stupor
dapat disimpulkan bahwa Narkotika adalah sejenis zat atau obat yang jika
43
rasa mengantuk atau merangsang, dapat menimbulkan efek stufor serta dapat
a) Ganja
mudah tumbuh tanpa perawatan khusus. Tanaman ini tumbuh pada daerah
71
Masruhi, 2000, Islam Melawan Narkoba, Madani Pustaka Hikmah, Yogyakarta. h. 1.
72
Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pdana: Untuk
Mahasiswa, Praktisi dan Penyuluh Masalah Narkoba CV. Mandar Maju, Jakarta. h. 48.
44
menjari dengan bunga jantan dan betina ada di tanaman berbeda. Ganja hanya
permukaan air laut. Lebih jelas Mardani menjelaskan bahwa ganja adalah dammar
yang diambil dari semua tanaman genus cannabis termasuk biji dan buahnya
Ada tiga jenis ganja, yaitu cannabis sativa, cannabis indica, dan cannabis
ruderalis. Ketiga jenis ganja ini memiliki kandungan THC berbeda-beda. Jenis
cannabis indica mengandung THC paling banyak, disusul cannabis sativa, dan
ganja dalam dosis rendah akan mengalami hilaritas (berbuat gaduh), mengalami
berdampak pada ilusi delusi (terlalu menekankan pada keyakinan yang tidak
73
Soekarno, 1971, Perang Total Melawan Narkotika, Yayasan Generasi Muda, Surabaya.
h, 65.
74
Mardani, op.cit, h. 84.
45
berakibat fatal berupa radang paru-paru, iritasi dan pembengkakan saluran nafas.
Lalu kerusakan aliran darah koroner dan berisiko menimbulkan serangan nyeri
dada, terkena kanker, menurunya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang
menganggap ringan masalah, tidak memikirkan masa depan dan tidak memilki
semangat juang. Menghentikan seorang pecandu ganja tidak mudah. Merawat dan
memulihkan pecandu ganja butuh perawatan terapi dan rehabilitasi secara terpadu
dan berkelanjutan.
b) Opium
Daunnya jarang dengan tepi bergerigi. Bunga opium bertangkai panjang dan
keluar dari ujung ranting. Satu tangkai hanya terdiri dari satu bunga dengan
kuntum bermahkota putih, ungu, dengan pangkal putih serta merah cerah. Bunga
opium sangat indah hingga beberapa spesies Papaver lazim dijadikan tanaman
hias. Buah opium berupa bulatan sebesar bola pingpong bewarna hijau.
Bunga candu opium atau papaver somniverum, adalah hanya satu dari
lebih 100 spesies tumbuhan bunga yang tumbuh di alam liar dan yang
bunga yang berbeda, itu merupakan satu dari hanya dua spesies yang
Tentang Desa Adat di Bali dan Pasal 1 angka 14 Peraturan Gubernur Bali Nomor
Paruman Desa Adat sebagai pelaksanaan Awig-Awig atau mengatur hal-hal baru
Awig-Awig;
76
Dadang Hawari, 2012, Konsep Agama menanggulangi NAZA (Narkotika, Alkohol dan
Zat Adiktif), Dana Bhakti Prima, Jakarta. h. 168.
47
menentukan pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh MDA
memberikan tuntunan bagi Desa Adat dalam menyusun Pararem baik dari segi
teknis maupun dari segi substansi, namun substansi Pararem secara detail
diserahkan kepada Desa Adat masing-masing sesuai dengan materi yang diatur
Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat di Bali tidak
menentukan secara spesifik materi muatan (isi) Pararem. Tetapi dari ketentuan
Pasal 18 ayat (2) Perda Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 dapat diketahui bahwa
materi muatan (isi) Pararem tergantung pada jenis-jenis Pararem, yaitu sebagai
berikut:
hukum adat sangat jarang kita jumpai, dimasyarakat umum biasanya kita jumpai
hanya dengan menyebut istilah adat yang berarti sebuah kebiasaan dalam
masyarakat tertentu. Secara etimologi (bahasa) kata adat berasal dari bahasa arab
yakni “Adah” Yang berarti sebuah kebiasaan yaitu sebuah tingkah laku
masyarakat yang sering terjadi sedangkan kata hukum secara etimologi berasal
dari bahasa arab kata ‟Huk‟ yang artinya ketentuan atau suruhan, jadi bila
digabung antara hukum dan adat yang berarti suatu perilaku masyarakat yang
selalu terjadi secara terus menerus dan lebih tepatnya lagi bisa dinamakan sebuah
membedakan antara istilah “adat” dan “kebiasaan” , sehingga “hukum adat” tidak
Ada dua pendapat mengenai asal kata adat. Disatu pihak ada yang
mengatakan bahwa adat diambil dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan.
dari bahasa Sansekerta karena menurutnya istilah ini telah dipergunakan oleh
49
orang Minangkabau kurang lebih 2000 tahun yang lalu. Menurutnya adat berasal
dari dua kata, a dan dato.a berarti tidak dan dato berarti sesuatu yang
(perbuatan) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala; cara (kelakuan)
yang sudah menjadi kebiasaan; wujud gagasan kebudayaan yang terdiri atas
nilainilai budaya, norma, hukum dan aturan yang satu dengan yang lainnya
Recht”, yang pertama kali dikemukakan oleh ; Snouck Hurgronje. 79 Hukum Adat
adalah peraturan-peraturan yang tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan
peraturan ini tidak tertulis serta tumbuh dan berkembang, maka hukum adat
memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Selain itu dikenal pula
masyarakat hukum adat, yaitu sekelompok orang yang terikat oleh tatanan hukum
tempat tinggal ataupun atas dasar keturunan. Ada beberapa pendapat beberapa
a) Menurut Van Dijk, kurang tepat bila hukum adat diartikan sebagai
hukum kebiasaan. Menurutnya hukum kebiasaan adalah kompleks
peraturan hukum yang timbul karena kebiasaan berarti demikian
lamanya orang bisa bertingkah laku menurut suatu cara tertentu
sehingga lahir suatu peraturan yang diterima dan juga diinginkan oleh
masyarakat. Jadi, menurut Van Dijk hukum adat dan hukum kebiasaan
memiliki perbedaan.
77
Hilman Hadikusuma, 2002, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, Mandar Maju,
Bandung, h. 14.
78
Depdikbud, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Pelajar, Jakarta, h. 56.
79
Prof. Iman Sudiyat, 2010, Asas-Asas Hukum Adat Bekal Pengantar, Liberty,
Yogyakarta, h. 1.
50
80
Imam Sudiyat, 1989, Azas-Azas Hukum Adat, Liberty, Yogyakarta. h. 7.
81
A. Soehardi, 1945, Pengantar Hukum Adat Indonesia, S-Gravenhage, Bandung. h. 45.
82
Danito Darwis, 1950, Landasan Hukum Adat Mkinangkabau, Majelis Pembina Adat
Alam Minangkabau (MPAAM), Jakarta. h. 53.
BAB III
Nomor 22 tahun 1999 yang telah diubah oleh UU Nomor 32 tahun 2004
Desa Adat atau disebut juga desa Pakraman menurut Pasal 1 angka 8
Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 1 Tahun 2019 adalah kesatuan masyarakat
hukum adat di Bali yang memiliki wilayah, kedudukan, susunan asli, hak-hak
tradisional, harta kekayaan sendiri, tradisi, tata karma pergaulan hidup masyarakat
secara turun temurun dalam ikatan tempat suci (kahyangan tiga atau kahyangan
desa), tugas dan kewenangan serta hak mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri.
fungsinya desa pakraman mempunyai kedudukan yang bersifat otonom, dalam arti
52
setiap desa pakraman berdiri sendiri menurut aturan (awig-awig) desa pakraman
yang dirumuskan dan dijadikan pedoman bertindak oleh setiap warga desa. 83
Fungsi desa pakraman yang utama adalah memelihara, menegakan dan memupuk
adat istiadat yang berlaku di desa pakraman dan diterima secara turun-temurun
sementara adat istiadat sebagai isi dari Desa Pakraman. Secara eksistensi dengan
ditetapkannya Peraturan Daerah Desa Adat di Bali Nomor 4 Tahun 2019 yang
merubah banyak wajah desa adat yang tumbuh berkembang selama berabad-abad
serta memiliki hak asal usul, hak tradisional, dan hak otonomi asli mengatur
dari otonomi disini adalah Desa Adat di Bali mempunyai hak dan kewajiban
83
Astiti Tjok Istri Putra, 2005, Pemberdayaan Awig-awig Menuju Ajeg Bali, Lembaga
Dokumentasi dan Publikasi Hukum Universitas Udayana, Denpasar. h. 89.
53
Narkotika serta dalam Pasal 21 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun
2019 tentang Desa Adat di Bali dimana Desa Adat memiliki tugas mewujudkan
dan kedamaian sakala dan niskala. Sedangkan Wewenang Desa Adat diatur dalam
Pasal 23 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat
Narkoba.
seluruh anggotanya dan berlaku sebagai pedoman bertingkah laku dari anggota
patokan tingkah laku yang dibuat oleh masyarakat yang bersangkutan berdasarkan
rasa keadilan dan rasa kepatutan yang hidup dalam masyarakat yang
dunia ini selalu berubah, sehingga doktrin yang dianut orang sekarang ini adalah;
54
tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini, yang kekal justru adalah perubahan itu
sendiri.
Mengacu pada konteks masyarakat yang dinamis ini, maka penting dilihat
fungsi awig-awig baik sebagai alat control social (hukum sebagai sarana control
perubahan social). Fungsi awig-awig sebagai alat control social berpijak dari
seperti halnya jika tidak menyamabraya maka dikenai dedosan atau kesepekan.
Dalam masyarakat sering terjadi kasus-kasus (masalah) hukum baik yang berupa
pengedaran narkoba di tingkat Desa Pakraman, sampai saat ini Desa Pakraman di
84
Qamar Nurul et al, 2017, Metode Penelitian Hukum (Legal Research Methods), CV.
Social Politics Genius, Makasar, h. 88.
55
Dengan dibuatnya pararem ini Desa Pakraman dapat membangun koordinasi yang
Desa mulai menggarap perarem narkoba, akan tetapi Majelis Madya Desa
Narkoba kini sudah tak lagi menjadi masalah Kota besar. Tapi, narkoba
kalangan orang kaya saja yang miskin pun ikut terjerat narkoba. Di Badung
misalnya beberapa desa masuk dalam zona merah peradaran narkoba. Peredaran
narkoba yang cukup masif di desa-desa, yang penggunanya banyak dari kalangan
muda-mudi desa, membuat Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Bali lebih
sudah mengalami perlunakan berlakunya pada era modern seperti ini, memang
pendapat tersebut ada benarnya. Fakta ini didukung oleh kenyataan bahwa sistem
85
Prakoso, A., 2017, Kriminologi dan Hukum Pidana, Laksbang Pessindo, Yogyakarta, h.
19
86
Sumarman, Anto, 2003, Hukum Adat Perspektif Sekarang dan Mendatang, Adi Cita
Karya Nusa, Yogyakarta. h. 55
56
hukum yang dipakai di negara kita adalah sistem Eropa Kontinental. Pada sistem
Dengan sistem Eropa Kontinental tersebut, hukum yang lebih dominan adalah
yang tertulis, dan hukum yang tidak tertulis (termasuk di dalamnya hukum adat)
disebut sebagai pelengkap saja.87 Akibatnya selama suatu masalah telah diatur di
hukum adat, maka secara yuridis formal, yang berlaku adalah hukum tertulis.
Pararem yang ada akan mengikat seluruh krama adat di wilayah desa
pekramannya. Jika ada krama yang terlibat, maka pararem yang ada diterapkan,
krama yang terlibat akan kena hukuman positif dan juga sanksi adat.
sanksi berupa denda bagi krama (warga) yang diputus bersalah di pengadilan
karena terlibat kasus narkotika. Ada sanksi adat ringan, sedang, dan berat. Sanksi
berlaku jika krama diputus bersalah oleh pengadilan. Berlaku bagi semua krama,
baik krama mipil, krama tamiu dan tami. Untuk sanksi ringan berdasarkan
87
Wignjodipuro, Surojo, 1982, Pengantar dan Azas-Azas Hukum Adat, Gunung Agung,
Jakarta. h. 26
57
melaksanakan pacaruan Eka Sato di Catus Pata Desa Adat, Sementara untuk
krama terbukti bersalah wajib melaksanakan Pecaruan Panca Sato di Catus Pata
Desa Adat. Sedangkan untuk sanksi adat berat, berdasarkan putusan pengadilan
Pata Desa Adat. Dimana Percuaruan tersebut dilakukan sesuai dengan hari yang
penyalahgunaan Narkoba, Kepala BNN Provinsi Bali pararem desa sangat efektif
guna menekan penggunaan dan peredaran Narkoba. Untuk masalah narkoba yang
pemakainya anak di bawah umur atau remaja desa pakrmanan memfasilitasi untuk
Peranan desa Adat selanjutnya memberdayakan sekaha truna truni dimana bekerja
sama dengan perangkat desa hal ini dilakukan dalam rangka memberdayakan
Turnamen Olah Raga dan lain sebagainya.Mengacu pada Teori Ilmu hukum hal
ini dikenal dengan sebutan “self victimizing victims”. Dan penyelesaian secara
88
Wawancara Dengan Bapak Putu Sutarja Selaku Jero Bendesa Desa Adat Kerobokan
Pada Hari Kamis 7 September 2023 Pada Pukul 10.00 Wita
58
Restorative Justice merupakan suatu model pendekatan yang muncul dalam upaya
sistem peradilan konvensional yang lebih menitik beratkan pada efek jera bagi
lebih menitik beratkan pada adanya partisipasi langsung dari pelaku, korban dan
dan sosialisasi penyalahgunaan narkoba yang dilaksanakan hari ini memiliki arti
dasar hukum berupa hasil keputusan Paruman Desa 'pararem' yang telah dibuat
Kerobokan
89
Tarigan Jasa Irwan, 2017, Narkotika dan Penanggulangannya, Deepublish,
Yogyakarta. h. 102.
59
adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat, dan lembaga adat dapat lestari dan
makin kukuh, sehingga hal itu berperan positif dalam pembangunan nasional dan
berguna bagi masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan tingkat kemajuan dan
mereka untuk bersikap kritis terhadap kondisi yang mereka hadapi, sehingga
siapapun untuk mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat. Salah satu upaya
kesadaran baru bahwa masyarakat bukanlah pihak yang tidak tahu dan tidak mau
maju sebaliknya saat ini mulai dikenali bahwa masyarakat adalah pihak yang mau,
Dalam proses ini masyarakat dibantu untuk mengkaji kebutuhan, masalah dan
60
dibutuhkan masyarakat lapisan bawah terutama yang tinggal didesa adalah pola
spiritual. Dengan kata lain sanksi adat tersebut merupakan usaha untuk
menetralisir pelanggaran yang terjadi sebagai akibat pelanggaran adat. Jadi sanksi
dunia lahir dan duniawi. Bentuk sanksi adat terkait dengan nilai dan rasa keadilan
kelahiran.90
antara dunia kelahiran dan duniawi, guna menghadirkan rasa damai di antara
rekan senegaranya.91 Selain itu, hukuman harus adil, artinya hukuman tidak akan
ditujukan kepada orang atau kelompok atau korban tertentu, juga tidak ditujukan
telah diatur dalam parerem desa adat Kerobokan pada Pasal 3 terkait kewajiban
prajuru desa adat yaitu Prajuru Desa/Banjar Adat wajib menjaga palemahannya
agar bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan/ atau
93
Wawancara Dengan Bapak Putu Sutarja Selaku Jero Bendesa Desa Adat Kerobokan
Pada Hari Kamis 7 September 2023 Pada Pukul 10.00 Wita
BAB IV
masyarakat. Sistem hukum itu merupakan hubungan yang kait mengkait diantara
antropologi hukum pada perilaku manusia yang terlibat dalam peristiwa hukum.
Kaitan antara perilaku hukum manusia dengan budaya hukumnya terletak pada
tanggapannya terhadap hukum yang ideologis dan hukum yang praktis dengan
Secara konseptual, budaya hukum menunjuk pada sikap dan tindakan yang
nyata-nyata terlihat, merupakan refleksi dari nilai-nilai dan orientasi serta harapan
94
Siporin, Max. 1975. Introduction To Social Work Practice, Macmillan Publishing. Co.
Inc., New York. h. 9
64
Aparat desa sering kali terputus pada kalangan bawahan saja, sehingga sulit untuk
hukum.96
95
Kartono, Kartini, 1992, Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja, Rajawali Press, Jakarta.
h. 97.
96
Williams, David. 1995. Tax Law Design Anda Drafting. Chapter IV. International
Monetary Fund., Washington DC. h. 10
65
bebera faktor yaitu faktor masyarkat dimana Masih awamnya masyarakat desa
adalah hal tabu, dan Fakor Penegak hukum dimana Kurangnya sumber daya
manusia dari Desa Adat dimana dalam menentukan seorang melanggar hukum
susahnya menemukan alat bukti dimana aparat desa tidak semua memiliki
menemukan bukti sehingga sanksi adat tidak bisa diberikan kepada pelaku
97
Wawancara Dengan Bapak I Ketut Gede Arya Kusuma Selaku Bhabinkamtibmas
Kelurahan Kerobokan Pada Hari Kamis 7 September 2023 Pada Pukul 13.00 Wita
66
dua upaya yaitu upaya penanggulangan yang pertama adalah upaya secara
Kemudian upaya yang kedua adalah upaya secara represif (penindasan atau
bekerja sama dengan Pemerintah dan BNN Provinsi Bali. Penyuluhan Hukum
hukum.
preventif (pencegahan) dirasa mempunyai peran yang sangat penting dan sangat
tindakan preventif, dapat pula diadakan tindakan represif antara lain dengan
98
I Kadek Hendra Wijaya, I Putu Sastra Wibawa, I Gusti Ngurah Alit Saputra,
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Di Desa Adat Tegallalang, Kecamatan Tegallalang,
Jurnal Hukum dan Kebudayaan Fakultas Hukum Universitas Hindu Indonesia Denpasar Volume
1, Nomor 4 November 2021 ISSN: 2722-3817, h. 12.
67
narkotika secara preventif, Desa Adat juga bisa menempuh melalui upaya represif.
menajdi dua (2) yaitu upaya penanggulangan kejahatan jalur penal lebih menitik
sesudah kejahatan itu terjadi, sedangkan jalur non penal lebih menitikberatkan
itu terjadi. Mengingat upaya penanggulanga kejahatan lewat jalur non penal lebih
demikian upaya non penal ini memiliki peranan yang besar untuk menanggulangi
kejahatan.99
berusaha mewujudkan desa adat yang bersih dari penyalahgunaan Narkoba tentu
tidak hanya tanggung jawab desa pakraman dimana upaya yang dilakukan
diantaranya :
99
Joewana Satya et.al, 2001, Narkoba Petunjuk Praktis Bagi Keluarga Untuk Mencegah
Penyalahgunaan Narkoba, Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta, h. 113.
68
dengan Bendesa adat sangat penting sehingga Bendsa adat sebagai garda terdepan
dini penyalahgunaan narkoba, menjadi tokoh dan pautan serta menjadi orang
hukum yaitu dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang harus diperhatikan
yaitu: kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan maka unsur yang diperhatikan
100
Wawancara Dengan Bapak Putu Sutarja Selaku Jero Bendesa Desa Adat Kerobokan
Pada Hari Kamis 7 September 2023 Pada Pukul 10.00 Wita
101
Wawancara Dengan Bapak I Ketut Gede Arya Kusuma Selaku Bhabinkamtibmas
Kelurahan Kerobokan Pada Hari Kamis 7 September 2023 Pada Pukul 13.00 Wita
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
narkoba diatur dalam Pasal 4 dimana ancaman sanksi berupa denda bagi
narkotika. Ada sanksi adat ringan, sedang, dan berat. Sanksi berlaku jika
krama diputus bersalah oleh pengadilan. Berlaku bagi semua krama, baik
krama mipil, krama tamiu dan tami. Untuk sanksi ringan berdasarkan
Sato di Catus Pata Desa Adat. Sedangkan untuk sanksi adat berat,
narkoba masih adalah hal tabu, Masih awamnya masyarakat desa adat
70
dan Kurangnya sumber daya manusia dari Desa Adat dimana dalam
alat bukti dimana aparat desa tidak semua memiliki kemampuan untuk
5.2 Saran
penyalahgunaan narkoba.
Buku:
Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang
(Legisprudence). Penerbit Kencana. Jakarta
Andi Hamzah dan R.M Surahman, 1994, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika,
Sinar Grafika. Jakarta.
Artadi, I. K. 2012, Hukum Adat Bali dengan Aneka Masalahnya, Pustaka Bali
Post. Denpasar.
Astiti Tjok Istri Putra, 2005, Pemberdayaan Awig-awig Menuju Ajeg Bali,
Lembaga Dokumentasi dan Publikasi Hukum Universitas Udayana, Bali
Atmosoeprapto.
Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Mandar
Maju. Jakarta.
Joewana Satya et.al, 2001, Narkoba Petunjuk Praktis Bagi Keluarga Untuk
Mencegah Penyalahgunaan Narkoba, Penerbit Media Pressindo,
Yogyakarta.
Korp Reserce Polri Direktorat Reserce Narkoba, 2000, Peranan Generasi Muda
Dalam Pemberantasan Narkoba, Polri. Jakarta.
M. T., & Dkk. 2005, Tindak Pidana Narkotika. Ghalia Indonesia, Jakarta.
Qamar Nurul et al, 2017, Metode Penelitian Hukum (Legal Research Methods),
CV. Social Politics Genius, Makasar.
Salim, H.S dan Erlis Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum Pada
Tesis dan Disertasi, Rajawali Press, Jakarta.
Sandu Siyoto dan M. Ali Sodik, 2015, Dasar Metode Penelitian, Literasi Media
Publishing, Yogyakarta.
Satjipto raharjo, 2011, Polisi Sipil dalam Perubahan Sosial di Indonesia, Penerbit
Buku Kompas, Jakarta.
Smith Kline dan French Clinical, 1969, A Manual For Law Enforcemen Officer
Drugs Abuse, Pensilvania. Philladelphia.
Sumarman, Anto, 2003, Hukum Adat Perspektif Sekarang dan Mendatang, Adi
Cita Karya Nusa. Yogyakarta.
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim, 2005, Politik Hukum Pidana, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Williams, David. 1995. Tax Law Design Anda Drafting. Chapter IV. International
Monetary Fund. Washington DC.
Windia P Wayan dan Sudantra Ketut, 2006, Pengantar Hukum Adat Bali,
Lembaga Dokumentasi dan Publikasi Fakultas Hukum Univ Udayana,
Denpasar.
Jurnal:
I Gusti Ketut Gede, I Wayan Wirga, I Gede Iwan Suryadi, 2016, Model
Pemberdayaan Desa Adat Pada Dua Desa Tujuan Wisata Di Bali
(Studi Komparatif Desa Adat Intaran Dan Kuta).
I Kadek Hendra Wijaya, I Putu Sastra Wibawa, I Gusti Ngurah Alit Saputra,
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika Di Desa Adat Tegallalang,
Kecamatan Tegallalang, Jurnal Hukum dan Kebudayaan Fakultas Hukum
Universitas Hindu Indonesia Denpasar Volume 1, Nomor 4 November
2021 ISSN: 2722-3817.
Muhamad Jodi Setianto, Peranan Hukum Adat Bali (Pararem) Dalam Upaya
Pemberantasan Narkoba Di Kabupaten Buleleng, Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan Undiksha Vol. 8 No. 2 (Mei, 2020).
Ni Putu Devi Ekayanti Ningsih Ida Ayu Nyoman Saskara, Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Keputusan Perempuan Bali Untuk Bekerja Di
Sektor Publik Di Desa Adat Kerobokan Kabupaten Badung
Putri, K. A. M. P., & Puspitasari, 2018, Pengaruh Hukum Adat atau Awig-Awig
Terhadap Pengelolaan Dana Desa di Desa Banjar Kecamatan
Banjar Kabupaten Buleleng Provinsi Bali, Jurnal Ilmiah Akuntansi
Dan Humanika, 8(1).
Peraturan :
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2019 tentang Desa Adat. Pararem
Desa Adat Pancasari Nomor: 01/DPP-II/2019 Tentang
Narkotika/Sejenisnya.
Humas BNN Provinsi Bali, Bali Berlakukan Sanksi Adat Bagi Penyalahguna
Narkoba, 2018, hhtps//bnn.go.id/bali-berlakukan-sanksi-adat-
terhadap-penyalahguna-narkoba/
https://badungkab.bnn.go.id/bnn-kabupaten-badung-sosiliasikan-bahaya-narkoba-
kepada-bendesa-di-kab-badung/
PERDA Prov. Bali No. 9 Tahun 2019 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Daerah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah [JDIH BPK RI],
diakses tanggal 10 februari 2021 pukul 21.00.
PANGKAT : AIPTU
PEKERJAAN : POLRI
LAMPIRAN
DAFTAR WAWANCARA
PERTANYAAN :
JAWABAN :
Desa Adat Kerobokan adalah dengan menjalankan Pararem Desa adat Kerobokan,
dimana ancaman sanksi berupa denda bagi krama (warga) yang diputus bersalah
di pengadilan karena terlibat kasus narkotika. Ada sanksi adat ringan, sedang, dan
berat. Sanksi berlaku jika krama diputus bersalah oleh pengadilan. Berlaku bagi
semua krama, baik krama mipil, krama tamiu dan tami. Untuk sanksi ringan
wajib melaksanakan pacaruan Eka Sato di Catus Pata Desa Adat, Sementara untuk
krama terbukti bersalah wajib melaksanakan Pecaruan Panca Sato di Catus Pata
Desa Adat. Sedangkan untuk sanksi adat berat, berdasarkan putusan pengadilan
PERTANYAAN :
JAWABAN:
Adat Kerobokan telah diatur dalam parerem desa adat Kerobokan pada Pasal 3
terkait kewajiban prajuru desa adat yaitu Prajuru Desa/Banjar Adat wajib
keluarga dimaksud.
lebih lanjut.
c. Apabila yang bersangkutan dinyatakan bersalah dalam
baiknya
PERTANYAAN :
JAWABAN:
desa adat yang bersih dari penyalahgunaan Narkoba tentu tidak hanya tanggung
PENANYA INFORMAN
PERTANYAAN :
JAWABAN :
keluarga tidak mau kerja sama dengan pihak BNN dan perangkat Desa
Adat Kerobokan.
dibawah 3,5 gram wajib direhabilitasi, hal ini masih dipahami oleh
masyarakat.
kepada pelaku
PERTANYAAN :
JAWABAN :
antar instansi tekrait dengan Bendesa adat sangat penting sehingga Bendsa adat
pautan serta menjadi orang pertama menerima laporan terkait dengan kegiatan
pencegahan, pemberantasan penyalagunaan dan peredaran gelap Narkotika di
desanya
Wawancara Dengan I Ketut Gede Arya Kusuma, selaku Bhabinkamtibmas
Kelurahan Kerobokan
PENANYA INFORMAN