FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
SKRIPSI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
ii
PENGATURAN PERLINDUNGAN KARYA DIGITAL
NON-FUNGIBLE TOKEN (NFT) DALAM PERSPEKTIF
HUKUM HAK CIPTA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
iii
Lembar Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
__________
NIP.___________
Pembimbing II
__________
NIP.___________
iv
SKRIPSI INI TELAH DIUJI
PADA TANGGAL :
Nomor ...............................................
v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
vi
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu guna
memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tentunya atas bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Untuk itu melalui
3. Ibu Dr. A.A Istri Ari Atu Dewi,S.H.,M.H., Wakil Dekan II Fakultas
Universitas Udayana.
vii
Semoga mereka yang telah mendoakan, membantu dan memberikan
motivasi kepada penulis, mendapatkan imbalan dan kemudahan dari Tuhan Yang
Maha Esa. Penulis menyadari masih memiliki keterbatasan dan kekurangan dalam
penulisan hasil penelitian ini. Dengan kerendahan hati, penulis menghargai dan
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
ix
1.7 Landasan Teoritis .......................................................................................... 11
x
BAB III PERLINDUNGAN KARYA DIGITAL NON-FUNGIBLE
28 TAHUN 2014
BAB V PENUTUP
xi
ABSTRAK
Seiring perkembangan teknologi dan informasi, muncul berbagai inovasi
dalam bidang karya seni dan ciptaan. Keberadaan NFT menjadi salah satu bentuk
konkrit dari perkembangan teknologi dalam karya seni dan ciptaan. Secara aktual
ternyata pengaturan NFT belum secara tegas diatur dalam hukum positif Indonesia
sehingga menimbulkan suatu permasalahan hukum. Menelaah ketentuan dalam
Pasal 40 UU HC, terdapat kekaburan pengaturan hukum (norma kabur) mengenai
termasuk atau tidaknya karya cipta digital berbasis NFT sebagai bagian dari objek
ciptaan. Mengingat, dalam ketentan Pasal 40 UU HC baik dalam batang tubuh UU
HC maupun bagian penjelasan UU HC tidak ada satupun yang secara jelas
menyatakan bahwa objek ciptaan sebagaimana yang dimaksud Pasal 40 UU HC
dapat dilindungi bilamana objek ciptaan tersebut diciptakan dalam bentuk gambar
NFT. Dikarenakan belum jelasnya norma yang mengatur terkait karya cipta digital
berbasis NFT tersebut maka terdapat keambiguan atau kerancuan juga tentang dapat
atau tidaknya pemilik karya cipta digital NFT suatu kepastian akan perlindungan
hukum hak cipta.
Metode yang dipilih untuk skripsi ini merupakan metode penelitian hukum
normatif, dengan menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, yang
terkumpul melalui teknik Teknik deskripsi, evaluasi, interprestasi serta argumentasi
merupakan teknik analisis bahan hukum yang digunakan. Jenis pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan historis, pendekatan konsep dan pendekatan
perundang-undangan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa Karya cipta NFT mendapatkan
perlindungan hukum sesuai dengan rujukan ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf n UU
HC dimana NFT dapat diinterpretasikan sebagai karya lain dari hasil transformasi
yakni sebuah ciptaan yang diubah formatnya menjadi bentuk lain dimana dalam hal
ini dari bentuk gambar/foto menjadi karya NFT melalui sistem blockchain. Proses
transformasi mekanisme perlindungan lahirnya karya cipta NFT dapat lahir dari
perubahan ciptaan gambar/foto yang diubah formatnya menjadi karya cipta NFT
pada sistem blockchain maupun penciptaan langsung karya digital yang dienskripsi
juga pada sistem blockchain dengan rujukan Pasal 40 ayat (1) huruf n UU HC
sehingga bilamana terhadap karya cipta NFT tersebut dilakukan proses transformasi
tanpa seizin pemegang hak cipta atau penciptanya maka dapat diajukan gugatan
keperdataan dan/atau tuntutan secara pidana sebagaimana ditentukan dalam Pasal
99 UU HC.
Kata Kunci: Karya Digital, Non-Fungible Token, Hak Cipta
xii
ABSTRACT
Along with the development of technology and information, various
innovations have emerged in the field of works of art and creations. The existence
of NFT is a concrete form of technological development in works of art and
creations. Actually, it turns out that NFT arrangements have not been explicitly
regulated in Indonesian positive law, thus creating a legal problem. Examining the
provisions in Article 40 of the HC Law, there is ambiguity in legal regulations
(blurring norms) regarding whether or not NFT-based digital copyright works are
included as part of the object of creation. Bearing in mind, in the provisions of
Article 40 of the HC Law, neither in the body of the HC Law nor in the elucidation
section of the HC Law, there is nothing that clearly states that a created object as
referred to in Article 40 of the HC Law can be protected if the created object is
created in the form of an NFT image. Due to the unclear norms governing this NFT-
based digital copyright work, there is ambiguity or confusion about whether or not
the owner of an NFT digital copyright work has certainty about copyright law
protection.
The method chosen for this thesis is a normative legal research method,
using primary legal materials, secondary legal materials, which are collected
through the techniques of description, evaluation, interpretation and argumentation
techniques which are the analysis techniques of the legal materials used. The types
of approaches used are historical approaches, conceptual approaches and statutory
approaches.
The results of the study show that NFT copyrighted works receive legal
protection in accordance with the provisions of Article 40 paragraph (1) letter n of
the HC Law where NFT can be interpreted as another work resulting from the
transformation, namely a work whose format has been changed to another form, in
this case from an image. /photos become NFT works through the blockchain system.
The process of transforming the mechanism for the protection of the birth of NFT
copyrighted works can be born from changing the format of an image/photo
creation to an NFT copyrighted work on the blockchain system as well as the direct
creation of encrypted digital works also on the blockchain system with reference to
Article 40 paragraph (1) letter n of the HC Law so that if the NFT copyrighted work
undergoes a transformation process without the permission of the copyright holder
or creator, a civil suit and/or criminal charge can be filed as provided for in Article
99 of the HC Law.
Keywords: Digital Creations, Non-Fungible Token, Copyright
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
digitalisasi terhadap karyanya untuk selanjutnya dijual. Salah satu fenomena yang
ada dimasyarakat saat ini adalah keberadaan karya cipta digital berbasis Non-
Fungible Token (NFT). Salah satu yang sempat mendapatkan sorotan publik adalah
NFT Sultan Gustaf Al Ghozali alias “Ghozali Everyday” berupa foto selfie yang
Pada dasarnya, NFT merupakan suatu aset berbentuk digital yang dapat
disimpan dalam buku kas public atau ledger terdistribusi yang mencatat transaksi
serta mempunyai kode identifikasi dan metadata unik yang membedakan antara satu
terhadap NFT dapat dilihat sebagai aset digital yang mewakili layaknya objek dunia
nyata meliputi animasi, foto, gambar, tanda tangan, tiket, mural art maupun karya
seni lukisan dan berbagai bentuk karya lainnya. Dalam lintas sejarahnya,
kemunculan NFT mulai meluas sejak tahun 2014 dengan diperkenalkan oleh
1
CNN Indonesia, “Fenomena Ghozali Everyday, Orang Jual NFT Selfie KTP Hingga
Lemari”, diakses melalui https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220117111237-185-
747486/fenomena-ghozali-everyday-orang-jual-nft-selfie-ktp-hingga-lemari, diakses pada tanggal
30 Juni 2022.
1
2
pertama yang mempunyai nilai saat ini sebesar 7 juta dollar Amerika Serikat. 2
Faktor utama penyebaran karya cipta digital NFT adalah kemajuan teknologi yang
begitu pesat. Puncak kepopuleran NFT baru dimulai pada tahun 2017 hingga kini
yang disebabkan oleh kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan dalam proses
transaksi terhadap karya cipta digital tersebut. Kendati demikian, sebenarnya proses
transaksi pada karya cipta digital berbasis NFT sebenarnya dilakukan secara terbatas
dengan menggunakan kode unik sebagai pengenal sekaligus pembeda dengan karya
NFT lainnya. Disamping itu, terdapat pula system otentifikasi yang ditujukan untuk
menjadi bukti kepemilikan dan jaminan keamanan kepada sang pemilik karya.
1. Setiap karya cipta digital berbasis NFT merupakan aset digital dengan
keunikan masing-masing
2. Adanya kode unik yang dapat membedakan antara satu karya NFT
5. Setiap karya memiliki token unik NFT dan tercatat pada buku besar
2
Sugiharto, Alexander, Muhammad Yusuf Musa, and Mochamad James Falahuddin. 2022.
NFT & Metaverse: Blockchain Dunia Virtual, & Regulasi. Jakarta: Indonesian Legal Study For
Crypto Asset and Blockchain (2).
3
Ibid.
3
karyanya untuk memperoleh manfaat ekonomi lebih besar. Namun salah satu
pada market place platform menjadi salah satu penyebab utamanya munculnya
persoalan terhadap penjaminan hak atas karya dari pihak yang menciptakan karya
digital NFT tersebut. Disamping itu, dalam proses transaksi yang dilakukan terdapat
kerancuan atas proses peralihan hak cipta atas karya cipta digital yang digital. Hal
ini dikarenakan adanya ketidakjelasan kedudukan karya cipta digital NFT sebagai
suatu hak Kekayaan Intelektual (KI). Adapun karya cipta NFT prosesnya dapat
Mengunggah
Item File
Naruto
Komik Film Karya Cipta (gambar) ke
Naruto (Anime) Naruto dalam
Naruto (Merchandise marketplace
dari gambar) NFT dan
memilih
blockchain
KI secara teoritis ialah suatu hak yang diberikan terhadap suatu cipta karya
yang dibuat melalui pendayagunaan pikiran dan mental dengan disertai pula
pengorbanan energy, biaya dan waktu. 4 Hak cipta sebagai salah satu bagian dari KI
merupakan hak yang diberikan atas karya yang diciptakan oleh seseorang dan
4
Sujana Donand. 2019. Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia (Intellectual Property
Rights Law in Indonesia). Yogyakarta: Deepublish (15)
5
Khoirul Hidayah. 2018. Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Malang: Setara Press. (26)
4
Indonesia pengaturan hak cipta di Indonesia diatur melalui UU No. 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta. Secara khusus, ditentukan dalam Pasal 1 angka 1 bahwa:
“Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
peraturan perundang-undangan.”
ciptaan menyangkut bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra sebagaimana yang
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
pengetahuan;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
h. karya arsitektur;
i. peta
k. karya fotografi;
l. Potret;
m. karya sinematograh;
budaya tradisional;
p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
s. program Komputer.”
“(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n dilindungi sebagai
Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.“
“(3) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk
Kemudian, berkenaan peralihan suatu hak ekonomi atas hak cipta diatur dalam Pasal
“(2) Hak Cipta dapat beralih atau dialihkan, baik seluruh maupun sebagian
karena:
6
a. pewarisan;
b. hibah;
c. wakaf;
d. wasiat;
perundang-undangan.
“(4) Ketentuan mengenai Hak Cipta sebagai objek jaminan fidusia sebagaimana
perundang-undangan.”
pengaturan hukum (norma kabur) mengenai termasuk atau tidaknya karya cipta
digital berbasis NFT sebagai bagian dari objek ciptaan. Mengingat, dalam ketentan
HC tidak ada satupun yang secara jelas menyatakan bahwa objek ciptaan
ciptaan tersebut diciptakan dalam bentuk NFT. Dikarenakan belum jelasnya norma
yang mengatur terkait karya cipta digital berbasis NFT tersebut maka terdapat
keambiguan atau kerancuan juga tentang dapat atau tidaknya pemilik karya cipta
penulis merasa ada suatu urgensi dalam melakukan penulisan terhadap masalah
7
pengaturan karya cipta digital NFT dan perlindungan hukumnya melalui sebuah
memiliki hubungan dengan karya cipta digital NFT untuk melihat apakah karya
masalah hukum yang serupa dengan masalah pengaturan perlindungan karya cipta
non-fungible token (NFT) dalam perspektif hukum hak cipta sesuai dengan UU Hak
6
Ali, Zainuddin. 2021. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. (20)
8
Tabel 1.1
Daftar Penulisan Sejenis
Berdasar pada tabel yang disajikan maka terlihat adanya perbedaan dan
unsur kebaharuan dari masalah hukum yang diangkat dimana penulisan ini secara
khusus menelaah berkenaan dengan permasalahan hukum karya cipta digital yang
10
lebih spesifik yakni berbasis NFT. Perbedaan konsep NFT ini memunculkan adanya
pengembangan ilmu hukum terkhusus pada hal yang berhubungan dengan aspek
hukum karya cipta digital berbasis NFT baik dari perspektif pengaturan hukum
1) Untuk mengetahui berkaitan dengan dapat atau tidaknya karya cipta digital
Manfaat teoritis dari penulisan ini ialah berupa sumbangsih pemikiran dalam
melihat masalah karya cipta digital berbasis NFT. Dari sini maka akan terdapat
perkembangan ilmu pengetahuan hukum yang terjadi saat penelitian ini telah
dilakukan.
Landasan teoritis terdiri dari berbagai asas hukum , konsep hukum serta teori
hukum umum dan khusus yang bertalian dengan permasalahan yang diangkat 7 lebih
Pada dasarnya istilah rechstaat atau negara hukum merupakan suatu istilah
yang muncul pada abad ke-19. Rudolf Von Gneist yakni seorang guru besar dari
lainnya, gagasan mengenai negara hukum sejatinya telah berkembang dari zaman
Yunan Kuno dimana Plato melalui “the republic” mengemukakan bahwa Negara
Konsepsi Negara hukum dapat dikotomikan kedalam dua arti yakni secara
formal atau sempit (klasik) dan secara materiil atau luas (modern). Secara sempit ia
ditentukan oleh hukum tertulis. Menurut Utrecht terkait hal ini ditekankan bahwa
7
Fakultas Hukum Universitas Udayana. 2020. Denpasar: Pedoman Pendidikan Fakultas
Hukum Universitas Udayana. (79).
8
Nurul Qamar. 2022. Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi. Jakarta: Sinar
Grafika. (9)
9
Jimmly, Asshiddiqie. 2008. Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, Jakarta: Sekretariat
Jenderal Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. (687)
12
golongan penguasa (rulling class) dan keamanan. Sedangkan negara hukum dalam
arti luas lazim disebut juga dikaitkan dengan tugasnya untuk mensejahterakan atau
berjudul “law in changing society” mengatakan bahwa rule of law mesti dilihat
dalam arti formal sebagai “the organized public power atau suatu kekuasaan umum
yang teroganisir” dan dalam arti materiil kaitannya pada “ideology sense atau cita
ideologi”.
didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Adapun Pancasila ialah sumber materiil
atas perumusan negara hukum Indonesia menjadi sebuah cara pandang bangsa
terhadap nilai-nilai dasar yang dipegang teguh oleh bangsa. Sedangkan UUD 1945
di Indonesia. 10
pengayoman terhadap hak asasi manusia agar tidak dirugikan oleh pihak lainnya.
Hal ini ditujukan agar setiap orang dapat menikmati hak-hak yang mereka miliki
tanpa terenggut atau terlanggar oleh pihak lainnya atau penguasa. Bilamana melihat
secara arti kata, sebenarnya istilah perlindungan hukum dalam bahasa inggris
10
Sugiarto. 2021. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, (315).
13
tidak selaras dengan aturan hukum sehingga dapat menganggu ketentraman dalam
hukum bisa dikotomikan ke dalam dua hal yaitu perlindungan hukum yang bersifat
yang ada. Bentuk konkritnya terlihat dari ditetapkannya suatu produk hukum berupa
hukum lainnya terhadap pihak yang melakukan pelanggaran atas hak-hak yang
dimiliki pihak lainnya, terkhusus di era digital seperti saat ini penjatuhan sanksi
11
Ibid, (l3)
12
Budi Agus Riswandi. 2017. Pembatasan dan Pengecualian Hak Cipta Di Era Digital.
Bandung: Citra Aditya Bakti, (9)
14
hukum guna memberikan persaaan aman secara fisik dan psikis dari berbagai
ancaman dan gangguan pihak manapun. 14 Senada dengan pandangan C.S.T Kansil,
penegak hukum dapat haruslah dilihat sebagai bentuk dari pengayoman negara
mengkaji masalah hukum dengan berdasar pada persoalan norma yang terjadi baik
itu adalah norma kabur, kosong ataupun konflik. 16 Secara khusus masalah norma
yang diteliti adalah norma kabur (vague of norm) terkait aspek regulasi karya cipta
digunakan untuk melihat sejarah perkembangan karya cipta digital berbasis NFT di
13
Philipus M. Hadjon. 2011. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, (10)
14
Utami, Nurani Ajeng Tri. (2018). Perlindungan Hukum Terhadap Pelayanan Kesehatan
Tradisional di Indonesia. Volksgeist: Jurnal Ilmu Hukum dan Konstitusi, Volume 1, Nomor. 1, (11-
20)
15
Wijaya, Putu Ary Suta. (2021). Penanganan Kelompok Radikalisme Di Wilayah Kecamatan
Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Journal of Law (Jurnal Ilmu Hukum) , Volume 7, Nomor.
1, (215-231).
16
Ali, Zainuddin.op.cit, (22)
15
Sumber-sumber hukum yang ada pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Elektronik
Bahan hukum sekunder yang terkumpul dari berbagai buku dan artikel hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum pada penelitian ini adalah studi kepustakaan
dimana teknik ini dilakukan melalui proses pengumpulan atas berbagai literature,
dianalisis
analisis bahan hukum yang digunakan. Pada dasarnya teknik deskripsi melakukan
proses analisis dengan berdasar pada kondisi dan peristiwa hukum yang ada.
16
dan komparatif. Adapun yang terakhir teknik evaluasi ialah berfokus pada
pandangan mengenai tepat atau tidaknya suatu konklusi atau benar atau tidaknya
17
Diantha, I. Made Pasek, Ni Ketut Supasti Dharmawan, dan I. Gede Artha. 2018. Metode
Penelitian Hukum dan Penulisan Disertasi. Denpasar: Swastu Nulus, (65)
17
BAB II
Istilah hak kekayaan intelektual (KI) dalam bahasa Inggris disebut dengan
Intellectual Property. KI berarti suatu hak yang timbul dari hasil olah pikir yang
menghasilkan suatu produk atau proses yang berguna untuk manusia. 18 KI dapat
pula dimaknai sebagai hak untuk menikmati secara ekonomis dari suatu kreativitas
kepada kreator, inventor, atau pendesain atas hasil kreasi atau temuannya yang
Secara sederhana KI juga mengarah pada pengertian hak untuk mendapatkan suatu
penghargaan dan pengakuan atas hasil karya atau kreativitas seseorang. Disamping
18
Nanda Dwi Rizkia. 2022. Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung: Widina
Bhakti Persada Bandung (1)
19
Ibid.
18
20
berkehendak berinovasi dalam mengembangkan ide kreatifnya. Sedikitnya
1. Sebagai bentuk penghargaan dan pengakuan atas hasil karya atau kreativitas
seseorang
kreatifnya
telah dilakukan sejak abad ke-18. Saat itu, wacana untuk mengakomodasi
intelektualitas manusia ke dalam bentuk hak yang lebih hakiki dan terstruktur dalam
perluasan pengaturan KI tidak dapat dilepaskan dari adanya konvensi Paris dan
konvensi Berne. Keberadaan dua konvensi tersebut menjadi titik tolak awal
Konsepsi Paris dituangkan dan disahkan dengan nama Paris Convention or the
Proteciton of Industrial Property, Lazim dikenal juga dengan The Paris Union atau
Maret 1883 di Paris (Perancis). 23 Pada awalnya, konvensi ini ditandatangani oleh
Salvador, Serbia, Spanyol, dan Swiss. Seiring dengan berjalannya waktu dan peta
20
Adrian Sutedi. 2009. Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar Grafika (39)
21
Nanda Dwi Rizkia. op.cit. (15)
22
Elyta Ras Ginting. 2012. Hukum Hak Cipta. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. (37)
23
Novianti. (2016). Implikasi Aksesi Protokol Madrid Bagi Indonesia. Jurnal Negara Hukum
Badan Keahlian DPR RI. 7 (2), 196.
19
tanggal 2 Juni 1911, di Den Haag, Belanda pada tanggal 6 November 1925, di
London, Inggris pada 2 Juni 1934, di Lisbon, Portugal pada tanggal 31 Oktober
1958, dan di Stockholm, Swedia pada tanggal 14 Juli 1967, dan telah diubah pada
tanggal 28 September 1979. 24 Hingga saat ini, konvensi Bern telah ditandatangani
oleh 173 negara anggota dan mempunyai anggota 173 negara yang menjadikannya
sebagai salah satu perjanjian yang paling banyak diadopsi di seluruh dunia.
Konvensi Paris mulai berlaku di Thailand pada tanggal 2 Agustus 2008, sehingga
TABEL 1
24
Raditya Adi Nugraha. 2010. Hak Kekayaan Intelektual. Depok: FISIP Universitas
Indonesia, (46)
20
Yunani, Grenada,
Guatemala, Guinea,
Pada dasarnya, konvensi Paris mengatur hak mengatur KI dari negara diakses
bagi warga negara pihak negara-negara lain untuk konvensi, yang memungkinkan
tingkat perlindungan yang sama dan solusi hukum yang sama terhadap pelanggaran.
Secara teoritis, letak penting Konvensi Paris bagi rezim perlindungan KI di dunia,
yaitu sebagai dasar legal global pertama yang berfokus pada perlindungan hak
kepemilikan/hak cipta. 25 Rezim hak cipta dalam WTO yang dikenal dengan nama
TRIPs mencakup konsep dasar Konvensi Paris. Bedanya, TRIPs membahas masalah
belum dibahas dan bersifat belum mengikat. Setelah konvensi Paris digulirkan
bidang hak milik, proses ini kemudian dilanjutkan dengan munculnya konvensi
melindungi hak cipta dari karya-karya para pencipta dari negara-negara lain yang
seolah-olah mereka adalah warga negaranya sendiri. 27 Hak cipta di bawah Konvensi
Berne pada saat pembentukannya dikenal sebagai Berne Covention for the
25
Nanda Dwi Rizkia. op.cit. (3)
26
Ibid. (4)
27
Ibid. (32)
28
World Intellectual Property Organization. “Organisasi Hak atas Kekayaan Intelektual
Dunia”, diakses melalui https://p2k.unkris.ac.id/ , pada tanggal 14 Januari 2023.
22
TABEL 2
1970 58
1980 70
1990 83
2000 147
2010 164
yang harus diberikan, serta ketentuan-ketentuan khusus yang tersedia untuk negara-
negara berkembang yang ingin memanfaatkanya. Adapun tiga prinsip dasar itu
antara lain: 29
3. Pekerjaan yang berasal dari salah satu negara (contohnya karya penulis yang
adalah warga negara dari suatu negara atau perbuatan yang pertama kali
29
Muhammad Djumhana. 2014. Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan Praktiknya di
Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti, (215)
23
Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
manusia telah membentuk sesuatu baik yang bisa dilihat, didengar, dibaca ataupun
“Intellectual Property is the collective nama given to legal rights which protect the
product of the human intellect.14 The term intellectual property seem to be the best
available to cover that body of legal rights which arise from mental and artistic
adalah nama kolektif yang diberikan kepada hak-hak hukum yang melindungi
yang terbaik yang tersedia untuk menutupi badan hak-hak hukum yang timbul dari
merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir
manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuk yang
mempunyai nilai ekonomi. Adapun bentuk nyata dari kemampuan KI tersebut bisa
1. Patent (paten)
30
Rizqi Tsaniati Putr. (2021). Syarat Kebaruan Pada Desain Industri Sebagai Dasar Gugatan
Pembatalan Desain Industri. Junral Program Magister Hukum Fakultas Hukum Universitas
Indonesia. 1 (4), 2111-2128
25
dilindungi tersebut masih ditambah lagi beberap bidang lain mencakup trade secret,
1. Patent
2. Utility Models
3. Industrial Designs
4. Trade Secrets
5. Trade Marks
6. Service Marks
8. Appelations of Origin
9. Indications of Origin
Intellectual Property Rights (WTO/TRIPs) terdapat dua bidang lagi yang perlu
ditambahkan yakni: 32
pula perlindungan terhadap hak cipta sedangkan sistem paten baru dimulai pada
berikut:
a. Hak Cipta
maka proses pendaftaran tidak menjadi suatu kewajiban. Dalam hal ini proses
pendaftaran hanya dianjurkan untuk dilakukan oleh pencipta. Hal ini dikarenakan
surat pendaftaran ciptaan tersebut dapat dijadikan sebagai alat buktu awal di
Adapun jangka waktu perlindungan terhadap suatu ciptaan berlaku selama pencipta
hidup dan ditambah 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia. Bila jumlah
pencipta adalah lebih dari satu orang maka selannjutnya hak tersebut diberikan
selama hidup pencipta terakhir dan ditambah selama 50 tahun sejak pencipta
32
Nanda Dwi Rizkia. op.cit. (13)
27
terakhir.
b. Hak Paten
Merujuk dalam Pasal 1 ayat 1 UU tentang Paten diatur bahwa hak eksklusif
yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang
teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau
dengan perlindungan hukum atas paten maka terdapat dua macam sistem
a) Sistem First to File adalah suatu sistem yang memberikan hak paten bagi
mereka yang mendaftar pertama atas invensi baru sesuai dengan persyaratan.
b) Sistem First to Invent adalah suatu system yang memberikan hak paten bagi
yakni:
c. Merek (trademark)
Merek adalah tanda yang berupa nama, gambar, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang mempunyai daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. Dalam hal
ini Jangka waktu perlindungan terhadap merek adalah sepuluh (10) tahun sejak
d. Desain Industri
komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang
berbentuk tiga atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat
diwujudkan dalam pola tiga atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan Hak
desain industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara Republik Indonesia
kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak
tersebut. Dalam hal ini yang dimaksud dengan Pendesain adalah seseorang atau
beberapa orang yang menghasilkan desain industri. Sementara itu mengenai jangka
waktu perlindungan terhadap hak desain industri diberikan untuk jangka waktu 10
Rahasia dagang merupakan informasi pada bidang bisnis atau teknologi yang
tidak diketahui oleh umum, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
kegiatan usaha dan dijaga kerahasiaannya oleh pemiliknya. Unsur – Unsur Rahasia
Dagang mencakup:
3. Adanya upaya untuk menjaga kerahasiaan ketiga unsur tersebut harus ada
daftarkan namun bilamana akan dilakukan pengalihan hak maka harus ada dokumen
pengalihan hak dan hal ini harus dicatatkan pada Ditjen HAKI dengan membayar
dicatatkan pada Ditjen HAKI maka perlindungan hukum terhadap rahasia dagang
tersebut tidak berakibat hukum pada pihak ketiga d. Jangka Waktu Rahasia Dagang
Jangka waktu untuk hak rahasia dagang tidak terbatas, sepanjang rahasia itu dapat
Sirkuit terpadu merupakan produk setengah atau dalam bentuk jadi yang
elemen akitf yang saling berkaitan serta dibentuk secara terpadu dalam sebuah
Adapun yang memperoleh perlindungan atas desain tata letak sirkuit terpadu adalah
yang bersifat orisinal. Pemaknaan orisinil ialah apabila desain tersebut merupakan
hasil karya mandiri pendesain, dan pada saat desain tata letak sirkuit terpadu tersebut
30
dibuat tidak merupakan sesuatu yang umum bagi para pendesain. Kemudian terkait
dengan jangka waktu perlindungan desain tata letak sirkuit terpadu adalah sebagai
berikut:
2. Jika desain tata letak sirkuit terpadu telah dieksploitasi secara komersial,
tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman. Merujuk dalam Pasal 1 ayat (2) UU
Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) adalah hak yang diberikan kepada pemulia
pemuliaannya atau memberi persetujuan kepada orang atau badan hukum lain untuk
diberikan adalah selama 20 (dua puluh) tahun untuk tanaman semusim, dan 25 (dua
Kelahiran dan perkembangan hak cipta dalam ranah hukum benda memiliki
33
Elyta RasGinting. 2012. Hukum Hak Cipta Indonesia, Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, (31)
31
kronologis perjalanan yang panjang dan pernah mengalami masa-masa yang kelam
dalam sejarahnya. Secara umum sejarah kelahiran hak cipta dianggap bermula di
Inggris pada awal abad ke-17 dan di Prancis pada akhir abad ke-17. 34 Alasan
mengenai sejarah kelahiran hak cipta dimulai di Inggris dan Prancis adalah karena
Inggris dan Prancis dianggap mewakili dua rezim sistem hukum yang berlaku di
dunia pada saat ini. Kedua sistem hukum yang berbeda tersebut juga telah
melahirkan konsep economi right dan moral right dalam hak cipta. 35 Dari sejarah
kelahiran hak cipta kedua negara tersebut kita dapat memahami mengapa negara-
negara common law pada umumnya lebih mengedepankan aspek hak ekonomi
(economi right) dari suatu ciptaan daripada hak perorangan (personal right) dari
pencipta sebagaimana di praktikan di Negara civil law yang telah melahirkan hak
Perlindungan hak cipta tidak memadai dan tidak memberikan tujuan atau
manfaat bagi pengembangan bakat atau kreativitas pencipta. Oleh karena itu
masuk akal jika mendapat perlindungan yang dapat menjamin pencipta kapan saja
dan di mana saja, sehingga kepastian hukum yang nyata dapat tercapai. Pada
yang tepat untuk menjamin kualitas kreativitas pencipta. Perlindungan hak cipta
mengenai hak cipta, pertama kali disetujui di Bern, Swiss pada tahun 1886.Konvensi
34
Ibid. (32)
35
Ibid. (37)
36
Ibid.
37
Novianti, loc.cit.
32
Bern mengikuti langkah Konvensi Paris pada tahun 1883, yang dengan cara serupa
intelektual lainnya, yaitu paten, merek, dan desain industri. Selanjutnya terdapat
September 1955. 38 Konvensi ini mengenai karya dari orang-orang yang tanpa
Kemudian Konvensi Roma diprakarsai oleh Bern Union, dalam rangka untuk
perlindungan hukum tiga kelompok pemegang hak cipta atas hak- hak yang
dan lain-lain. Pelaku yang menunjukkan karya-karya cipta sastra dan seni.
3. Lembaga-lembaga penyiaran
tentang Hak Cipta (UU HC). Merujuk dalam Pasal 1 angka 1 ditentukan definisi
38
Syahmin, AK. 2006. Hukum Dagang Internasional. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada,
(121)
39
Muhamad Djumhana dan Djubaedillah. 2014. Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan
Praktiknya di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti, (215 – 216)
40
Ibid.
33
“Hak Cipta merupakan hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
perundang-undangan”
Menurut Miller dan Davis pemberian hak cipta didasarkan pada kriteria keaslian
atau kemurnian (originality), yang penting ciptaan tersebut benar-benar berasal dari
dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Yang dihasilkan atas
Dalam Pasal 40 Ayat (1) huruf q UU HC ditegaskan bahwa: Ciptaan atau karya cipta
yang mendapatkan perlindungan Hak Cipta adalah karya cipta yang dalam
“Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau
Adapun mengenai Hak Cipta selanjutnya juga diatur melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 16 Tahun 2020 tentang Pencatatan Ciptaan dan Produk Hak Terkait. Dalam
produk hukum ini ditentukan pada pokoknya mengenai prosedur pencatatan ciptaan
Karya cipta digital merupakan setiap ciptaan yang dihasilkan oleh penciptanya
bantuan dari teknologi modern (internet). Karya cipta digital, pada dasarnya adalah
sederhana hak cipta digital memiliki pengertian yang serupa dengan karya cipta
pada umumnya namun yang membedakan adalah adanya proses digitalisasi atas
dalam bentuk digital. Pada prinsipnya karya cipta dalam bentuk tradisional yang
ciptanya, begitu pula suatu karya cipta yang memang dibuat dalam bentuk digital
karya cipta tersebut juga melahirkan hak cipta, selama karya cipta tersebut
WIPO ini mengundang sebanyak 160 negara, lingkup yang menjadi pembahasan
Simatupang, Khwarizmi Maulana. (2021). Tinjauan Yuridis Perlindungan Hak Cipta Dalam
41
dalam konferensi tersebut ialah kreasi, adopsi, transmisi, dan distribusi karya
melalui medium digital. 42 Adapun hasil dari konfrensi tersebut adalah WIPO
Copyright Treaty (WCT) dan WIPO Performance and Phonogram Treaty (WPPT),
internasional sebagai “WIPO Internet Triteas.” WCT dan WPPT didasarkan pada
dua alasan, yakni: Pertama, konvensi ini dibuat dalam rangka merespon realitas
Convention. 44
Treaties beberapa negara mulai melakukan harmonisasi hukum hak cipta negara
tersebut. (hasil cetak, ukiran, dsb) bertransformasi dalam bentuk digital tanpa
kehilangan hak ciptanya. Karya cipta digital tentunya memiliki beberapa kelebihan
distribusi, penyampaian pesan, dan lainnya dalam bentuk data file. Khusus perihal
perlindungan hak cipta para ahli hak cipta dan ahli teknologi internet berupaya
atau istilah lainnya dikenal sebagai Digital Rights Management (DRM) merupakan
42
Budi Agus Riswandi. (2016). Hukum Dan Teknologi: Model Kolaborasi Hukum Dan
Teknologi Dalam Kerangka Perlindungan Hak Cipta Di Internet. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM.
3, 23.
43
Ibid.
44
Budi Agus Riswandi. 2016. Doktrin Perlindungan Hak Cipta Di Era Digital. Yogyakarta:
FH UII Press.
36
suatu sistem keamanan atau enkripsi untuk melindungi karya cipta digital. DRM
adalah sistem komponen teknologi informasi dan layanan, bersama dengan hukum
yang sesuai, kebijakan dan model bisnis yang berusaha untuk mendistribusikan dan
Pengaturan hukum terkait ruang lingkup dan objek karya cipta di Indonesia
diatur bahwasannya terdapat beberapa ciptaan yang dilindungi dalam bidang ilmu
a. Buku, pamplet, perwajahan, karya tulis yang diterbitkan dan semua hasil
pengetahuan
f. Karya seni rupa dengan segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
h. Arsitektur
i. Peta
k. Karya Fotografi
l. Potret
37
m. Karya Sinematografi
budaya tradisional
p. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
s. Program Komputer
Ayat (2): Ciptaan sebagaimana dimaksud dalam (I) huruf n dilindungi sebagai
ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi hak cipta atas ciptaan asli.
Ayat (3): perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
Selain ciptaan yang dilindungi oleh hak cipta, ditentukan pula dalam pasal 41 UU
a. Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata, sehingga karya
yang masih berada di pikiran tidak dapat dilindungi oleh hak cipta, karena
b. Setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data
manusia terhadap suatu alat benda, atau produk tertentu yang berdasarkan
Kemudian dalam Pasal 42 ditegaskan kembali tidak terdapat hak cipta terhadap
b.peraturan perundang-undangan;
Pada dasarnya objek-objek karya cipta digital dapat berupa ciptaan sebagaimana
yang disebutkan dalam Pasal 40 ayat (1) UU HC namun letak perbedaannya adalah
sehingga ciptaan tersebut berbentuk digital. Menurut Asril Sitompul, ada 2 (dua)
kategori karya cipta digital di internet yakni Pertama, hak cipta atas isi (content)
yang terdapat di media internet yang berupa hasil karya berbentuk informasi, tulisan,
karangan, review, program atau bentuk lainnya yang sejenis. Kedua, hak cipta atas
nama alamat situs web dan alamat surat elektronik atau email dari pelanggan jasa
internet. Sedangkan menurut Suharno pelabelan atas karya cipta digital sebenarnya
b. Visible Marking, dengan memberikan tanda hak cipta pada digital secara
eksplisit.
bentuk digital yang disimpan pada buku kas publik (ledger) terdistribusi yang
mencatat transaksi dan memiliki kode indentifikasi serta metadata unik berbeda satu
sama lain yang berada pada jaringan blockchain. 45 Dalam sejarahnya NFT sudah
Bilamana ditafsir kini harganya telah bernilai 7 juta dollar Amerika. 46 Pada tahun
kepopulerannya hingga saat ini. NFT merupakan platform digital baru yang
45
Muhammad Yusuf Musa & Mochamad James Falahuddin. 2022. NFT & Metaverse:
Blockhain Dunia Virtual & Regulasi. Jakarta: Indonesia Legal Study for Crypto Asset and
Blockhain, (198).
46
Dewi Sulistianingsih & Aprialana Khomsa Kinanti. (2022). Hak Karya Cipta Non-Fungible
Token (NFT) Dalam Sudut Pandang Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Krtha Bhayangkara, 16 (1),
197-206
40
yang mudah serta alat dan metode yang aman sehingga dapat dengan mudah
digunakan. NFT adalah sertifikat keaslian unik pada blockchain yang biasanya
seniman untuk memonetisasi karya mereka dalam proses yang lebih efisien. Akan
tetapi, tidak dipungkiri bahwa masih banyak masalah hukum dan teknis yang terjadi
pada NFT. Seperti pada kedudukan NFT pada hak kekayaan intelektual, dimana
pemilik NFT tidak secara langsung memiliki aset atau karya seni yang dibelinya,
karena yang dimiliki oleh pemilik hanyalah hash code dan catatan yang menunjukan
bahwa pemilik memiliki token yang unik dalam aset digital yang dibelinya. 47
aset digital yang unik karena setiap token NFT tidak ada yang sama dan keunikan
lainnya dari NFT yaitu dapat terekam dalam jaringan blockchain, kemudian
kepemilikan, sumber, dan pergerakan NFT juga bisa dilacak secara real time karena
NFT bersifat transparan sehingga dapat dilihat pada jaringan blockchain. NFT tidak
dapat dipalsukan atau direplikasi, karena pada setiap token telah ada pada buku
besar (ledger) digital yang tidak dapat diubah dan jaringannya terdesentralisasi
beradaptasi dengan ekosistem digital pada dunia metaverse. Oleh karena sifat
47
Ibid.
48
Ibid.
41
pribadi yang tidak berwujud. Harta tidak berwujud adalah barang yang tidak dapat
disentuh atau dipegang, tetapi memiliki tingkat nilai tertentu yang ditetapkan
memiliki hak yang tidak terbatas atas properti tersebut. NFT ini dapat dikatakan aset
digital yang mewakili objek dunia nyata seperti karya seni lukisan, animasi, foto,
video, gambar, musik, tanda tangan, tiket, dan karya kreatif lainnya. Berbeda
tokens. 50
Pada dasarnya, transaksi pada NFT sama seperti membeli barang kolektor
dalam bentuk fisik, hanya saja seluruhnya bersifat digital. Dalam NFT
dimungkinkan bagi seorang pembeli untuk memiliki item asli dari NFT tersebut.
NFT juga memiliki sertifikasi bawaan, yang mana berfungsi untuk bukti
kepemilikan atas sebuah aset digital. NFT juga menggunakan teknologi blockchain,
yang mana pembeli NFT nantinya bisa terverifikasi bahwa pembeli nantinya bisa
terverifikasi bahwa pembeli merupakan pemilik tunggal dari NFT yang dibelinya.
Dengan membeli karya digital, pembeli juga mendapatkan hak digital, pembeli
juga mendapatkan hak kepemilikan eksklusif. NFT juga hanya dapat dimiliki oleh
satu orang pemilik dalam satu waktu tertentu. NFT tersebut diperjualbelikan secara
crypto). Transaksi NFT dapat dilakukan melalui berbagai macam marketplace, salah
satunya Opensea. 51 Pada dasarnya, aset digital NFT sendiri bentuk dan jenisnya
49
Ibid.
50
Muhammad Yusuf Musa & Mochamad James Falahuddin. op.cit
51
Vinanda Prameswati, Nabillah Atika Sari, dan Kartika Yustina Nahariyanti. (2022). Data
Pribadi Sebagai Objek Transaksi Di NFT Pada Platform Opensea. Junal civic Hukum. 7 (1), 2
42
tidak terbatas pada karya seni digital saja, namun apapun bisa dijadikan NFT dengan
catatan harus bersifat digital. Akan tetapi, karya seni digital menjadi yang paling
banyak dijadikan NFT saat ini. NFT ini dapat dikatakan aset digital yang mewakili
objek dunia nyata seperti karya seni lukisan, animasi, foto, video, gambar, musik,
sama dengan yang lainnya sehingga dapat dipertukarkan tokennya atau disebut
dengan fungible tokens. 52 Adapun secara khusus, karya cipta yang dapat dijadikan
NFT adalah foto, gambar, lukisan, music, seni visual dua dimensi, gambar bergerak
dan video. Berkaitan dengan cara menjual NFT bisa dilakukan melalui berbagai cara
sebagai berikut:
(1) Buka menu “My Collection” dengan klik ikon foto profil yang ada di kanan
atas.
(2) Setelah itu pilih NFT yang hendak di jual dan klik “sell”.
(3) Kemudian, pilih skema penjualan yang he ndak gunakan. Jika ingin
(4) Input harga NFT dengan mata uang kripto Ethereum yang diinginkan.
(5) Kemudian kita dapat juga dapat mengatur durasi penjualan NFT dengan
52
Ibid.
43
sistem blockchain yakni suatu sistem menyerupai buku yang mencatat semua
rahasia melalui skema kriptografi. Sebelum dapat diperdagangkan maka NFT akan
melalui proses casting. 54 Yang dimaksud dengan casting adalah proses pengubahan
file digital menjadi koleksi kriptografi. Proses ini melibatkan pembuatan blok baru,
Pertama, calon pencipta karya cipta NFT mesti mengunjungi laman opensea yakni
pada https://opensea.io/ , dan mengklik tombol pilihan pilihan profile seperti gambar
dibawah:
Setelah itu perlu dilakukan pengaturan untuk menghubungkan akun crypto wallet
53
Nadya Olga Aletha. 2021. Memahami Non-Fungible Tokens (NFT) di Industri Crypto Art.
Yogyakarta: Center for Digital Society. (3)
54
Ibid.
44
Selanjutnya akan muncul tulisan “connecting” dan setelah mengklik tulisan tersebut
Pada laman opensea klik pilihan collection dan setelahnya klik create collection,
lebih lanjut pada proses ini karya cipta yang telah disimpan dalam bentuk digital
(memiliki karya cipta dalam bentuk aset digital yang unik untuk diubah ke NFT.
Seperti gambar, foto, GIF, video, lukisan, musik atau sejenisnya) harus diunggah
untuk kemudian creator melakukan proses pengubahan karya cipta tersebut menjadi
Kemudian hasil dari pengubahan file digital tersebut menjadi NFT dapat diperiksa
Setelah menemukan NFT yang hendak dijual, maka perlu menekan opsi “sell” yang
tersedia di sudut kanan atas halaman untuk diantar ke listing page (laman dimana
daftar NFT yang dijual tersedia). Selanjutnya, pada listing page pengguna mesti
menentukan harga, jenis lelang, durasi penjualan dan target dari NFT yang
dinginkan. Secara khusus terkait lelang ini terdiri atas dua jenis yaitu Fixed Prize
dan Timed Auction. Lelang Fixed Prize adalah proses penjualan di mana harga NFT
yang dipertunjukkan tidak akan berubah. Sementara itu, pada skema Timed Auction
pengguna akan memiliki dua opsi, yakni untuk terus meningkatkan atau
selanjutnya hanya pemilik asli yang dapat menggandakan file tersebut di dunia
maya. Dalam hal ini NFT hanya dapat dimiliki oleh satu pemilik dalam satu waktu.
Izin ini dikelola dengan menggunakan ID unik dan metadata yang tidak dapat ditiru
atau direplikasi oleh token lain. Adapun NFT diperdagangkan dan proses
46
memfasilitasi transfer token antar pemilik. Dapat diibaratkan seperti lukisan asli
Monalisa karya Leonardo da Vinci. Meski replikanya ada banyak, tapi yang asli
hanya ada satu di dunia. Nilai obyektifnya mungkin sama antara lukisan orisinal
dengan replikanya, tapi ada nilai subyektif yang membedakan keduanya. Dalam
praktiknya NFT dibuat dengan didasarkan oleh suatu smart contract atau kontrak
Langkah untuk membeli NFT di opensea dimulai dengan mengklik opsi “explore”
seperti berikut:
Setelah menemukan NFT yang ingin dibeli maka selanjutnya tinggal mengklik NFT
yang diinginkan. Kemudian setelah muncu karya NFT yang diklik lebih lanjut,
Setelah proses tersebut, calon pembeli akan diarahkan pada tampilan pop-up
checkout dimana terdapat detail biaya akhir pembelian. Terhadap proses pembelian
lelang NFT pada dasarnya hampir serupa hanya saja perbedaannya terletak pada
adanya tampilan penawaran harga (place bid). Disamping proses transformasi karya
cipta menjadi NFT melalui marketplace opensea, akan diuraikan pula selengkapnya
pembuatan akun dengan mengklik tampilan sign up dan tampilan create account.
48
karya cipta yang telah diubah dalam bentuk media digital. Selanjutnya creator
menggunakan sistem akan memproses enskripsi atas aset digital tersebut menjadi
Untuk memulai pembelian NFT di MakersPlace, hal yang harus dilakukan adalah
bawah ini.
49
Seperti halnya di OpenSea, akan ditemukan banyak opsi karya cipta NFT, mulai
dari yang populer hingga penawaran karya terbaru. Bilamana terdapat karya NFT
yang ingin dibeli maka calon pembeli harus menyampaikan penawaran melalui
Apabila harga yang dimasukkan diterima oleh pemilik karya cipta NFT maka proses
sebagai milik pribadi yang tidak memiliki wujud, maksudnya barang tersebut tidak
bisa dipegang atau disentuh namun mempunyai tingkat nilai tertentu yang
55
ditetapkan pada barang tersebut. Dalam hal ini perlu dipertegas bahwa
kepemilikan NFT tidak menjadikan pemilik mempunyai hak yang tidak terbatas atas
55
Serada, Alesja. (2021). Cryptokitties and the New Ludic Economy. Journal of Games and
Culture. 16 (4), 459
50
cipta maupun hak eksklusif tersebut kepada kolektor, maka harus dilakukan melalui
smart contract. Namun pada dasarnya penggunaan smart contrac. 56 Smart contract
persyaratan kontrak apabila situasi yang telah disepakati oleh para pihak
transaksi. 58Pembuat NFT dapat menambahkan detail seperti identitas, tautan aman
ke file, dan lainnya ke dalam kontrak pintar. Selain itu, juga dapat menentukan
aturan tertentu tentang trading NFT. Contohnya, persentase royalti yang mereka
56
Dewi Sulistianingsih. Op.cit.
57
Ibid.
58
Ibid.
51
BAB III
28 TAHUN 2014
Mencermati sifat NFT sebagai aset digital sebagaimana diuraikan pada BAB
sebelumnya maka NFT terikat pada ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Merujuk dalam Pasal 1 angka 4 UU
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan foto atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna
atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. ”
Selanjutnya diatur pula terkait yang dimaksud dengan data elektronik melalui Pasal
“Data Elektronik adalah data berbentuk elektronik yang tidak terbatas pada
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI),
terdistribusi dalam sistem transaksi elektronik, maka pada dasarnya NFT dapat
bahwa:
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic
telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau
perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang
53
Mengingat dalam proses transaksi NFT terdapat platform yang menjadi tempat
transaksi elektronik sesuai yang dimaksud dalam UU ITE memiliki unsur adanya
orang/penyelenggara Negara, badan usaha dan masyarakat yang menjadi pihak yang
mengoperasikan sistem elektronik itu untuk suatu keperluan, berikut diuraikan isi
penyelenggara sistem transaksi elektronik. Kemudian melalui Pasal 2 ayat (5) diatur
59
Tasya Safiranita Ramli & Rika Ratna Permata. (2020). Aspek Hukum Atas Konten Hak
Cipta Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik. Jurnal Legislasi Indonesia. 17 (1), 65-66.
54
undangan; dan
transaksi keuangan;
baik dengan cara unduh melalui portal atau situs, pengiriman lewat
media sosial;
dan/ atau
Adapun sebagai pihak yang menyediakan platform NFT maka terdapat pula
55
bahwa:
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal
kripto.
hukum, serta terus meningkatkan literasi digital agar semakin cakap dalam
Disamping meninjau NFT dari aspek transaksi elektronik, NFT juga dapat dilihat
pada perspektif hukum keperdataan. Mengingat bahwa NFT merupakan aset digital
atau benda digital (virtual property), menggunakan sistem komputer dan internet
60
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. “Pengawasan Kementerian
Kominfo Terhadap Kegiatan Transaksi Non-Fungible Token (NFT) di Indonesia, diakses melalui:
https://www.kominfo.go.id/content/detail/39402/siaran-pers-no-9hmkominfo012022-tentang-
pengawasan-kementerian-kominfo-terhadap-kegiatan-transaksi-non-fungible-token-nft-di-
indonesia/0/siaran_pers , diakses pada tanggal 27 Januari 2022.
57
yang terletak dalam cyberspace (dunia siber), yang dibuat sedemikian rupa serta
property memiliki tiga sifat yakni; Rivalrous (eksklusif), Persistent (tetap), dan
bahwa NFT merupakan benda yang berada pada tempat maya cyberspace yang
KUHPerdata, yaitu. Hak Kepemilikan berarti hak untuk dengan bebas menikmati
yang berhak memutuskannya, dan tidak dengan cara hak orang lain diintervensi,
ganti rugi. Kemudian, Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, hak kebendaan (hak milik)
adalah hak mutlak atas suatu benda, dimana hak itu memberikan kekuasaan
langsung atas benda itu dan dapat dipertahankan. 63 Berdasarkan pasal tersebut,
NFT yang merupakan aset virtual telah masuk dalam perundang-undangan nasional.
“Will be that NFTs should be treated as full personal property, that sales of
NFTs should follow the law of sales of personal property, and that the sooner
those legal metaphors are firmly ensconced in caselaw, the sooner NFTs will
61
Joshua Fairfield. (2005). Virtual Property, Boston University Law Review. 85 (1048)
62
Charles Blazer. (2006). The Five Indicia of Virtual Property. Pierce Law Review. 5 (1), 142
63
PNH Simanjuntak. 2007. Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Jakarta: Djambatan (29)
58
reach their full potential as a way of satisfying the human need for digital
rareness.” 64
sehingga penjualan NFT harus sesuai dengan undang-undang yang berlaku sehingga
NFT pada awalnya dimasukkan sebagai barang yang dimiliki sepenuhnya. Bentuk
arsip, sedangkan arsip yang beredar masih dapat dilihat, didengar bahkan dapat
diunduh oleh masyarakat. 65 NFT dimaksudkan sebagai benda tidak berwujud, tidak
hanya sebagai bentuk objek NFT itu sendiri, tetapi untuk kode terverifikasi poin
melindungi pembeli atau pemilik NFT. 66 Hal lainnya yang penting untuk dipahami
berkenaan dengan karya cipta NFT adalah mesti dipenuhinya ketentuan Pasal 53
(1) Ciptaan atau produk Hak Terkait yang menggunakan sarana produksi
64
Joshua Fairfield, op.cit.
65
Aufar Abdul Aziz. (2022). Pembangunan Hukum Nasional Menghadapi Non-Fungible
Tokens Dalam Revolusi Digital. Lex Renaissance. 7 (2), 358-371.
66
Ibid.
59
hak cipta sebagai hak eksklusif yang dimiliki oleh pencipta secara otomatis
berdasarkan atas prinsip deklaratif sesudah suatu karya atau ciptaan diwujudkan
dalam bentuk nyata tanpa mengurangi akan pembatasan sesuai dengan ketentuan
merupakan hak dimana pihak lain dilarang memanfaatkan hak tersebut kecuali atas
izin dari pemilik hak atau penciptanya atau dibenarkan menurut ketentuan peraturan
ekslusif yang melekat terhadap pencipta atau pemegang hak cipta selengkapnya
Pasal 4 UU HC
Pasal 5 UU HC
“(1) Hak moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 merupakan hak yang
Simatupang, Khwarizmi Maulana. (2021). Tinjauan Yuridis Perlindungan Hak Cipta dalam
68
(2) Hak moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak (2) dapat dialihkan
selama Pencipta masih hidup, tetapi pelaksanaan hak tersebut dapat dialihkan
dengan wasiat atau sebab lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
(3) Dalam hal terjadi pengalihan pelaksanaan hak moral (3) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), penerima dapat melepaskan atau menolak pelaksanaan
Pasal 8 UU HC
Pasal 9 UU HC
“(1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
a. penerbitan Ciptaan;
b. penerjemahan Ciptaan;
e. pertunjukanCiptaan;
b. Pengumuman Ciptaan;
d. penyewaan Ciptaan”
Ketentuan mengenai izin dari pemilik hak cipta sering kali tidak dipedulikan oleh
para plagiator karena menurutnya hal tersebut tidak terlalu penting untuk dilakukan.
Perlindungan atas hak cipta adalah suatu sistem hukum yang terdiri atas unsur-unsur
yakni:
2. Obyek perlindungan adalah semua jenis Hak Cipta yang diatur dalam
undang-undang.
4. Jangka waktu adalah adanya Hak Cipta dilindungi oleh UU Hak Cipta,
pikiran manusian dan mencakup hak cipta (melindungi seni), paten (melindungi
penemuan), dan merek dagang (melindungi merek). Terhadap NFT maka cabang KI
yang paling relevan adalah hak cipta yang memberikan pemegang hak cipta klaim
reproduksi karya sastra, seni, sastra, musik asli, atau drama. 70 Pada dasarnya, hak
69
Rotinsulu, Lucia Ursula. (2016). Penegakkan Hukum Atas Pelanggaran Hak Ekonomi
Pencipta Lagu Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Lex Crimen. 5,(3), 18
70
Cahyani. N. (2020). Perlindungan Hak Cipta Terhadap Pencipta Lagu Yang Dapat Diunduh
Secara Bebas Di Internet. Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum. 26, (1), 37-49
62
cipta muncul dengan otomatis setelah sebuah karya asli dibuat dan sesuai dengan
pencipta asli dari karya tersebut dengan tunduk pada beberapa pengecualian terbatas.
Adapun hak-hak ini bisa dialihkan ke pemilik berikutnya dari sebuah karya pada
masa pakai hak cipta yang tidak untuk selamanya. Mencermati karya cipta dalam
bentuk NFT mempunyai persamaan dengan karya cipta lainnya namun wadah
kata lain bahwa hak eksklusif yang melekat pada karya seni dalam bentuk
NFT ialah sama dengan karya seni konvensional yang memilki hak eksklusif.
Bilamana dianalisa lebih dalam yang menjadi bagian dari hak eksklusif tersebut
adalah:
hal karya seni dalam bentuk NFT pemilik hak cipta dapat mendistribusikan
dihadapan masyarkat. Hak ini terkait dengan segala jenis karya yang dapat
lain sebagainya. Oleh karena itu, dengan sifat publikasi yang dilakukan
c. Hak menunjukan atau memamerkan karya cipta kepada publik Suatu hak
63
cipta identik dengan karya yang dapat dilihat dan dinikmati oleh umum.
dihadapan publik.
d. Hak karya derivatif Karya derivatif merupakan karya turunan atau karya
baru yang tercipta yang berdasarkan pada karya yang sudah ada
sebelumnya. Dalam hak cipta ini juga mengakomodir hak eksklusif bagi
pencipta atau pemilik karya terhadap karya turunan yang dibuatnya. Karya
turunan yang dimaksud yaitu dapat berupa karya perbaikan dari karya
Hak Cipta, dalam hal melakukan kegiatan produksi kembali terhadap suatu
bahan yang sama atau pun tidak sama, baik secara keseluruhan maupun
Secara khusus perlindungan terhadap karya cipta NFT sebagai ciptaan sebenarnya
merujuk pada bagian penjelasan ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf n bahwa:
71
Ni Kadek Risma Setya Cahyani Dewi. (2022). Perlindungan Hukum Terhadap Karya Seni
Dalam Bentuk Non-Fungible Token (NFT). Kertha Wicara. 11 (4), 906-918.
64
“Yang dimaksud dengan “karya lain dari hasil transformasi” adalah merubah
format Ciptaan menjadi format bentuk lain. Sebagai contoh musik pop
gambar foto menjadi karya cipta NFT merupakan suatu bentuk perubahan
format ciptaan menjadi format bentuk lain yang dimana hal tersebut dapat
ketentuan Pasal 40 ayat (1) huruf p dapat juga dijadikan dasar rujukan perlindungan
yaitu:
“Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
perlindungan hukum atas hak cipta ialah mengandung prinsip deklaratif sehingga
perlindungan terhadap ciptaan tersebut dapat timbul secara otomatis dan tidak
bergantuk pada belum atau telahnya suatu ciptaan tersebut didaftarkan. Merujuk
“Pencatatan ciptaan dan produk hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) bukan merupakan syarat untuk mendapatkan hak cipta dan hak terkait.”
Berdasar pada ketentuan tersebut maka dapat dipahami tidak adanya kewajiban
untuk melakukan pendaftaran melalui pencatatan ciptaan agar suatu karya cipta
kepastian hukum dalam hal terjadinya sengketa KI kaitannya pada claim hak cipta,
65
(1) Pencatatan Ciptaan dan produk Hak Terkait diajukan dengan Permohonan
secara tertulis dalam bahasa Indonesia oleh Pencipta, Pemegang Hak Cipta,
Pasal 67 UU HC
(1) Dalam hal Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (1)
diajukan oleh:
(2) Dalam hal Permohonan diajukan oleh beberapa orang, nama pemohon
terpilih.
(3) Dalam hal Permohonan diajukan oleh pemohon yang berasal dari luar
Kuasa.
Pasal 68 UU HC
67.
secara esensial sama atau tidak sama dengan Ciptaan yang tercatat dalam
Permohonan.
Pasal 69 UU HC
(2) Daftar umum Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. nama Pencipta dan Pemegang Hak Cipta, atau nama pemilik produk Hak
Terkait ;
67
(3) Daftar umum Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilihat
dimaksud pada ayat (1) merupakan bukti awal kepemilikan suatu Ciptaan
Pasal 70 UU HC
Oleh karena karya cipta NFT ialah berhubungan erat dengan pemanfaatan
teknologi informasi maka telah ditentukan pula pengaturan hukum mengenai konten
hak cipta dan hak terkait dalam teknologi informasi dan komunikasi melalui Pasal
Pasal 54 UU HC
Untuk mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui sarana
b. kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dalam maupun luar
Pasal 55 UU HC
(1) Setiap Orang yang mengetahui pelanggaran Hak Cipta dan / atau Hak
(3) Dalam hal ditemukan bukti yang cukup berdasarkan hasil verifikasi
menutup sebagian atau seluruh konten yang melanggar Hak Cipta dalam
diakses.
(4) Dalam hal penutupan situs internet sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Pasal 56 UU HC
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (3) dapat menutup konten, dan/atau hak akses
69
pengguna yang melanggar Hak Cipta dan/atau Hak terkait dalam sistem
(2) Ketentuan lebih Ianjut tentang pelaksanaan penutupan konten dan/atau hak
akses pengguna yang melanggar Hak Cipta dan/atau Hak Terkait dalam
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh peraturan bersama Menteri dan
informatika.
70
BAB IV
smart contract. Pada dasarnya, smart contract merupakan teknologi yang membuat
setiap NFT unik dan berharga. Di ekosistem NFT, pembuat atau developer NFT
dapat menentukan apa saja yang mereka inginkan dalam kontrak. Misalnya,
beberapa proyek NFT dapat memberikan hak khusus kepada sekelompok orang
tertentu. Termasuk akses eksklusif ke drop untuk pendukung awal, hadiah untuk
berpartisipasi dalam kontes, biaya minting yang lebih rendah untuk drop berikutnya,
dan lain-lain.
hak tertentu contohnya terkait pembayaran royalti dari setiap transaksi yang terjadi
atas NFT tersebut. Transaksi melalui smart contract ditandatangani secara digital
tersebut sebagai objek transaksi dan hubunga nnya dengan pihak creator sebagai
subjek kemudian akan didistribusikan melalui jaringan Inter Planetary File System
(“IPFS”) secara peer to peer menggunakan NFT sebagai kode unik yang dapat
71
mengidentifikasi karya tersebut sebagai sumber daya tunggal. 72 Hal ini bertujuan
pada sistem blockchain serta guna memperbaiki efisiensi pada jalannya bisnis
salah satu variable, mengingat teknologi informasi dan komunikasi di satu sisi
memiliki peran strategis dalam pengembangan hak cipta, tetapi di sisi lain juga
cipta NFT adalah dengan Technology Protection Measure yaitu sebuah perangkat
lunak ataupun komponen yang digunakan oleh pemilik hak cipta untuk melindungi
materi dari hak cipta, seperti misalnya menggunakan enkripsi kode software dan
integritas, menjaga kerahasiaan, dan otentifikasi dari sebuah karya cipta yang
72
Ranti Fauza Mayana. (2022). Intellectual Property Development dan Komersialisasi Non-
Fungible Token (NFT): Peluang, Tantangan, dan Problematika Hukum Dalam Praktik. Jurnal Ilmu
Hukum. 5 (2), 216.
73
Zibin Zheng et.at. (2020). An Overview on Smart Contracts: Challenge, Advances and
Platforms. Journal of Future Generation Computer system, 105, 475-491
72
ciptaan dapat dilihat di dalam UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Meskipun
setiap teknologi, perangkat atau komponen yang dirancang untuk mencegah atau
membatasi tindakan yang tidak diizinkan pleh pencipta, pemegang hak cipta,
pemilik hak terkait dan yang dilarang oleh perundang-undangan. Adapun bilamana
ini, maka seseorang tidak dapat melakukan internet copying atau tindakan lain
dengan maksud buruk, bahkan untuk kegiatan yang komersial. Sehingga hak
4.2 Penegakan Hukum Atas Pelanggaran Karya Cipta Digital Berbasis Non-
milik orang lain yang dilindungi berdasarkan UU HC tanpa seizin pencipta atau
perspektif lainnya, pelanggaran hak cipta dapat pula dimaknai sebagai suatu
tindakan yang melanggar hak moral dan/atau hak ekonomi pencipta karya serta
pelanggaran terhadap hak cipta yang kerap ditemuai adalah pelanggaran atas karya
74
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2013. Buku Panduan
Hak Kekayaan Intelektual. Tanggerang: Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia. (6).
73
cipta film yang disebut pembajakan film, pelanggaran hak cipta lagu, hak cipta atas
foto, hak cipta buku dll. Pada dasarnya pemahaman atas pelanggaran hak cipta ialah
(1) Ciptaan yang dilindungi meliputi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni,
a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
pengetahuan;
f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,
h. karya arsitektur;
i. peta;
k. karya fotografi;
l. Potret;
m. karya sinematografi;
budaya tradisional;
p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan
r. permainan video
s. Program Komputer.
(2) Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n dilindungi sebagai
Ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas Ciptaan asli.
(3) Pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk
pencipta atau nama alias pencipta jepretan milik orang lain tanpa
pemilik foto;
reputasi pencipta;
seizin pencipta
cipta
pada bab sebelumnya bahwa pada dasarnya karya cipta NFT merupakan karya cipta
digital yang dienskripsi dalam sistem blockchain. Letak perbedaan karya cipta NFY
karya cipta NFT adalah bentuk perlindungan terhadap karya hasil transformasi
sebagaimana telah diuraikan juga sebelumnya bahwa karya gambar NFT merupakan
bentuk perubahan format dari suatu gambar atau foto menggunakan sistem
karya cipta NFT yang dilanggar dapat dilakukan beberapa penegakan hukum
melalui penyelesaian sengketa deng. Adapun hal ini secara tegas diatur dalam BAB
Pasal 95 UU HC
Pengadilan Niaga.
(4) Selain pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait dalam bentuk
Selanjutnya terkait dengan pengajuan gugatan ganti rugi didasarkan pada beberapa
Pasal 96 UU HC
(1) Pencipta, pemegang Hak Cipta dan / atau pemegang Hak Terkait atau ahli
Ganti Rugi.
(2) Ganti Rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dan
(3) Pembayaran Ganti Rugi kepada Pencipta, Pemegang Hak Cipta dan/atau
Pasal 97 UU HC
(1) Dalam hal Ciptaan telah dicatat menurut ketentuan Pasa1 69 ayat (1),
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada Pencipta
Pasal 98 UU HC
(1) Pengalihan Hak Cipta atas seluruh Ciptaan kepada pihak iain tidak
Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak dan tanpa persetujuan Pencipta
ayat (1).
(2) Pengalihan hak ekonomi Pelaku Pertunjukan kepada pihak lain tidak
setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak dan tanpa persetujuan
Pasal 99 UU HC
(1) Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait berhak
(2) Gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
atau pameran karya yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta atau
Hak Cipta, atau pemiiik Hak Terkait dapat memohon putusan provisi atau
Kemudian terhadap pencipta atau pemegang hak cipta yang merasa dirugikan
atas pelanggaran yang dilakukan oleh pihak lainnya dapat mengajukan gugatan
Pasal 100 UU HC
(1) Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada ketua Pengadilan
Niaga.
(2) Gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat oleh panitera
tersebut didaftarkan.
ketua Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 2 (dua) Hari terhitung
(5) Dalam waktu paling lama 3 (tiga) Hari terhitung sejak gugatan didaftarkan,
(6) Pemberitahuan dan pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru sita dalam
Pasal 101 UU HC
(1) Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama 90 (sembilan puluh)
(2) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
(3) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diucapkan dalam
(4) Putusan Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus
disampaikan oleh juru sita kepada para pihak paling lama 14 (empat belas)
atau pemegang hak cipta untuk mengajukan gugatan keperdataan atas pelanggaran
hak cipta tidak mengurangi haknya untuk menuntut secara pidana sesuai bunyi
atas pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait tidak mengurangi Hak Pencipta
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
ciptaan yang diubah formatnya menjadi bentuk lain dimana dalam hal ini dari
dilihat dalam proses penciptaan NFT itu sendiri sebelum dipasarkan pada
marketplace NFT dimana proses penciptaan karya cipta NFT dapat lahir dari
NFT pada sistem blockchain maupun penciptaan langsung karya digital yang
dienskripsi juga pada sistem blockchain dengan rujukan Pasal 40 ayat (1)
5.2 Saran
tentang Hak Cipta dengan menentukan secara lebih lanjut berkenaan dengan
83
perlindungan hukum terkait karya cipta NFT dalam UU No. 28 Tahun 2014
agar keberadaan karya cipta NFT memiliki payung hukum yang jelas dalam
pengawasannya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adrian Sutedi. 2009. Hak Atas Kekayaan Intelektual. Jakarta: Sinar Grafika
Budi Agus Riswandi. 2016. Doktrin Perlindungan Hak Cipta Di Era Digital.
Yogyakarta: FH UII Press.
Diantha, I. Made Pasek, Ni Ketut Supasti Dharmawan, dan I. Gede Artha. 2018.
Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Disertasi. Denpasar: Swastu Nulus
Elyta Ras Ginting. 2012. Hukum Hak Cipta. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2013. Buku
Panduan Hak Kekayaan Intelektual. Tanggerang: Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Khoirul Hidayah. 2018. Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Malang: Setara Press.
Muhammad Djumhana. 2014. Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori dan Praktiknya
di Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti
Muhammad Yusuf Musa & Mochamad James Falahuddin. 2022. NFT & Metaverse:
Blockhain Dunia Virtual & Regulasi. Jakarta: Indonesia Legal Study for
Crypto Asset and Blockhain
Nurul Qamar. 2022. Hak Asasi Manusia Dalam Negara Hukum Demokrasi. Jakarta:
Sinar Grafika.
Raditya Adi Nugraha. 2010. Hak Kekayaan Intelektual. Depok: FISIP Universitas
Indonesia
Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji. 2010. Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat. Jakarta: Rajawali Pers.
Jurnal
Aufar Abdul Aziz. (2022). Pembangunan Hukum Nasional Menghadapi Non-
Fungible Tokens Dalam Revolusi Digital. Lex Renaissance. 7 (2)
Budi Agus Riswandi. (2016). Hukum Dan Teknologi: Model Kolaborasi Hukum
Dan Teknologi Dalam Kerangka Perlindungan Hak Cipta Di Internet. Jurnal
Hukum IUS QUIA IUSTUM.3 (23).
Charles Blazer. (2006). The Five Indicia of Virtual Property. Pierce Law Review. 5
(1)
Cahyani. N. (2020). Perlindungan Hak Cipta Terhadap Pencipta Lagu Yang Dapat
Diunduh Secara Bebas Di Internet. Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum. 26
(1)
Dewi Sulistianingsih & Aprialana Khomsa Kinanti. (2022). Hak Karya Cipta Non-
Fungible Token (NFT) Dalam Sudut Pandang Hukum Hak Kekayaan
Intelektual. Krtha Bhayangkara, 16 (1)
Febiansah, and Ratnasari. (2020). Studi Kasus Personal Branding Konten Kreator
Pada Akun Twitter, Wacana: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi, 19 (1)
Novianti. (2016). Implikasi Aksesi Protokol Madrid Bagi Indonesia. Jurnal Negara
Hukum Badan Keahlian DPR RI. 7 (2)
Rizqi Tsaniati Putr. (2021). Syarat Kebaruan Pada Desain Industri Sebagai Dasar
Gugatan Pembatalan Desain Industri. Junral Program Magister Hukum
Fakultas Hukum Universitas Indonesia.1 (4)
Serada, Alesja. (2021). Cryptokitties and the New Ludic Economy. Journal of
Games and Culture.16 (4)
Tasya Safiranita Ramli & Rika Ratna Permata. (2020). Aspek Hukum Atas Konten
Hak Cipta Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik. Jurnal Legislasi Indonesia. 17 (1)
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Website
CNN Indonesia, “Fenomena Ghozali Everyday, Orang Jual NFT Selfie KTP Hingga
Lemari”, diakses melalui
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220117111237-185-
747486/fenomena-ghozali-everyday-orang-jual-nft-selfie-ktp-hingga-lemari ,
diakses pada tanggal 30 Juni 2022.