Oleh
RIAN ANTUNTU
H11.15.049
SKRIPSI
OLEH
RIAN ANTUNTU
H11.15.049
SKRIPSI
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
OLEH
RIAN ANTUNTU
H11.15.049
SKRIPSI
Mengetahui,
Dekan Fakultas Hukum
iii
SURAT PERNYATAAN
NIM : H11.15.049
Rian Antuntu
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
merampungkan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat ujian guna
untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu pada Fakultas Hukum Universitas
Ichsan Gorontalo.
ilmu
gorontalo
Ichsan Gorontalo
v
6. Bapak Rheyter Biki, SE.,M.Si Selaku Wakil Rektor II Bidang
Gorontalo
13. Ibu Dr. Hijrah Lahaling, S.Hi, MH Selaku Ketua Program Studi
vi
16. Ibu Andi ST.Kumala Ilyas, SH.,MH Selaku Pembimbing II yang
Semoga Bantuan dan dorongan yang penulis terima dari semua pihak
dapat menjadi petunjuk kearah masa depan yang lebih baik . AMIN
PENELITI
RIAN ANTUNTU
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN................................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... viii
ABSTRACT...................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
..........................................................................................................
x
2.2 Pengertian Tentang Peraturan Daerah (PERDA) ..................... 15
3.5.1 Populasi............................................................................ 48
3.5.2 Sampel.............................................................................. 48
xi
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................. 50
BAB V PENUTUP....................................................................................... 61
5.1 Kesimpulan............................................................................... 61
5.2 Saran.......................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Hak atas Bantuan Hukum telah diterima secara universal yang dijamin
Covenant on Civil and Political Right (ICCPR). Pasal 16 dan Pasal 26 ICCPR
Ayat (3) Undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
Sebagai negara hukum maka semua warga negara memiliki kedudukan yang
sama di hadapan hukum (equality before the law) tidak ada pembedaan apapun
mempunyai hak untuk dibela sebagai warga negara (acces to legal counsel),
dalam hukum yaitu dengan adanya bantuan hukum bagi setiap warga negara
yang telibat dalam kasus hukum. Pemberian bantuan hukum diatur dalam
1
Undang-Udang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2
Rianda Seprasia. 2008. Implementasi Bantuan Hukum dan Permasalahannya, (Jakarta : Sinar
Grafika), hlm.2
1
2
dasar bagi negara untuk menjamin warga negara, khususnya bagi masyarakat
berkeadilan sosial, di mana pemerataan bukan saja dibidang ekonomi dan sosial
tetapi juga dibidang hukum dan keadilan. Bantuan hukum telah berkembang di
Indonesia sebagai institusi yang mutlak diperlukan dalam menegakkan hak asasi
hukum yang diberikan oleh negara melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Selain itu, Peran organisasi bantuan hukum juga sangat penting dalam
miskin dan buta hukum, melainkan sosial lannya yang mengacu tegaknya nilai-
3
Forum Akses Keadilan untuk Semua. 2012. Bantuan Hukum Untuk Semua, Open Society Justice
Initiative, Jakarta. Hlm.7
4
Rachmad Abduh dan Faisal Riza, 2018, Pemberian Bantuan Hukum Kepada Masyarakat Miskin
yang Mengajukan Gugatan Melaui Pos Bantuan Hukum Di Pengadilan Agama, dalam jurnal
EduTech Vol.4 No 2, (Sumatera Utara : ISSN:2442-6024) hal.32
5
Bambang Sunggono dan Aris Harianto,2011, “ Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia (
Bandung: Mandar Maju) hal. 135
3
undang dasar 1945 pasal 18 ayat (6) “pemerintah daerah berhak menetapkan
daerah dan tugas pembantuan”.6 Mengacu dari pasal diatas, pemerintah Provinsi
sendiri, dalam hal ini meminta bantuan perlindungan hukum bagi masyarakat
disposisikan ke biro hukum. Dari pihak biro hukum hanya mampu ditinjau
6
Undang-Udang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 ayat (6)
7
Peraturan daerah No 10 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Bantuan Hukum Untuk
Masyarakat Miskin
4
dengan proses penegakan hukum atau dengan kata lain kemiskinan yang diderita
seseorang mempunyai dampak yang sangat besar sekali terhadap proses hingga
Provinsi Gorontalo berada pada angka 15,42%. Hal ini menyebabkan Provinsi
masih cukup tinggi dan tentu saja kehadiran bantuan hukum terhadap mereka
harus mendapatkan perhatian yang serius. Hal ini perlu dikaji pelayanan yang
8
Peraturan daerah No 10 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan bantuan hukum untuk masyarakat
miskin
9
10
http://gorontalo.bps.go.id di akses pada tanggal 01 September 2022
5
pemberian bantuan hukum yang belum berjalan baik dan belum sesuai
Gorontalo.
1. Secara Teoritis
masyarakat miskin.
2. Manfaat Praktis
miskin.
miskin
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Implementasi
tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah di susun secara matang dan
terperinci.11
rencana yang sudah di susun secara matang dan terperinci. Implementsi biasanya di
suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas, tapi suatu kegiatan yang
para implementator kepada kelompok sasaran (target group) sebagai upaya untuk
mewujudkan kebijakan.13
aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk
11
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008, hal.580
12
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum,(Jakarta : Grasindo, 2002), hal.70
13
Purwanto dan Sulistyastuti, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan, (Jakarta :
Bumi Aksara, 1991), hal. 21
7
8
dua variabel besar, yakni isi kebijakan (conten of policy) dan lingkungan
kebijakan.
kebijakan mencakup:
terjadi dan sejauh mana konsensus menyangkut tujuan antara pemerintah serta
14
Guntur Setiawan, 2004, Impelemtasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Jakarta : Balai Pustaka,), hal.
39
15
Merile S. Grindle (Dalam Buku Budi Winarno), 2002, Teori dan Proses Kebijakan Publik,
(Yogyakarta : Media Pressindo), hal. 21
16
Van Meter, Donal dan Van Horn, Carl E. 1975. ‘The Policy Implementation Process Conceptual
Frame Work”, Journal Administration and Society
9
tujuan sosial dari masa depan. akibatnya peluang terjadi konflik maupun
Indonesia adalah negara hukum. Sebagai konsekuensi dari negara hukum hak
untuk mendapatkan bantuan hukum harus di berikan oleh negara dan itu
merupakan jaminan perlindungan terhadap hak asasi manusia. Oleh karena itu
kasus-kasus hukum.17
Pengakuan dan jaminan terhadap asas Equality before the law ini tidak
saja sebatas pengakuan politik negara saja. Akan tetapi lebih mengedepankan
untuk meminta hak atas keadilan di Pengadilan maupun di luar pengadilan guna
jawab negara terhadap hak bantuan hukum sebagai akses keadilan bagi
39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia (HAM), kitab undang-undang hukum
acara pidana (KUHAP), Deklarasi universal hak asasi manusia, pasal 14(3) (d)
convenant on civil and political rights) yang telah di sahkan melalui Undang-
17
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
18
Oki Wahju Budijanto, “Peningkatan akses bantuan hukum kepada masyarakat miskin”, dalam De Jure,
Vol.16, (Jakarta : Fatimiyah Press. 2016), hal.58
11
Undang nomor 12 tahun 2005, juga ada pemberian jaminan bagi setiap orang
untuk mendapatkan bantuan hukum dan pelayanan dari advokat (a right to have
yakni:
3. Sustainable yakni bantuan hukum harus terus ada dan tidak tergantung
parlemen.
1998 oleh para aktivis bantuan hukum. Tahun 2004 draft undang-undang
Hak atas bantuan hukum sendiri merupakan non derogable rights, sebuah
hak yang tidak dapat dapat di kurangi dan tak dapat di tangguhkan dalam
kondisi apapun. Oleh karena itu, bantuan hukum adalah hak asasi semua orang,
yang bukan diberikan oleh negara dan bukan belas kasihan oleh negara, tetapi
juga merupakan tanggung jawab negara dalam mewujudkan equality before the
2011 tentang bantuan hukum. Ada tiga pihak yang di atur di undang-undang
HAM RI memiliki peran yang sangat strategis dan penting dalam implementasi
untuk orang miskin dalam skema undang-undang ini memiliki 3 (tiga) sasaran
20
Undang- Undang Nomor16 tahun 2011 tentang Bantuan hukum
21
Pitriani, 2015, “Peran Bantuan Hukum Terhadap Perlindungan Hak-Hak Tersangka dan Terdakwa
Yang Tidak Mampu”, dalam jurnal Al-Qishthu, (Kerinci : Jurusan Syari’ah dan Ekonomi Islam Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
22
Undang- Undang Nomor16 tahun 2011 tentang Bantuan hukum
13
penerima, yakni:23
miskin
verifikasi/akreditasi
hukum nasional memiliki peran yang sangat penting dan strategis untuk
1) Keadilan
3) Keterbukaan
4) Efisiensi
5) Efektivitas
6) Akuntabilitas
23
Undang Nomor16 tahun 2011 tentang Bantuan hukum
24
Undang Nomor16 tahun 2011 tentang Bantuan hukum
14
d) Pemetaan pra-verifikasi
k) Bantuan hukum
bantuan hukum di mulai dengan acara rapat kerja nasional pemberian bantuan
25
https://lsc.bphn.go.id/artikel?id=1027
15
hukum tanggal 25-27 juli 2013 yang dibuka oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono di istana negara dengan di hadiri oleh pemberi bantuan hukum, para
menteri dan duta basar. Presiden republik Indonesia menjadi saksi penanda
hukum terhitung tanggal 1 juli 2013. Namun pelaksanaan ini tidak berjalan
dengan mulus ada beberapa kendala yang dapat di identifikasi sebagai berikut: 27
Indonesia.
26
https://lsc.bphn.go.id/artikel?id=1027
27
https://lsc.bphn.go.id/artikel?id=1027
16
Bupati/Walikota.28
Menurut Maria Farida peraturan daerah (Perda) adalah peraturan yang dibuat oleh
Daerah (UU Pemda), Perda dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah
Propinsi/ Kabupaten/ kota dan tugas pembantuan serta merupakan penjabaran lebih
pembantuan dan menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut
berasal dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Gubernur atau Bupati/
Walikota. Apabila dalam satu kali masa sidang Gubernur atau Bupati/ Walikota dan
DPRD menyampaikan rancangan Perda dengan materi yang sama, maka yang dibahas
adalah rancangan Perda yang disampaikan oleh DPRD, sedangkan rancangan Perda
yang disampaikan oleh Gubernur atau Bupati/ Walikota dipergunakan sebagai bahan
peraturan.31
30
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
31
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
materi muatan Perda
32
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
18
d. Peraturan Pemerintah.
e. Peraturan Presiden.
1945
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
pembantuan.
dalam undang-undang.
pasal 18 UUD 1945 maka kepada daerah diberikan wewenang- wewenang untuk
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam pasal-pasal tersebut (pasal 18,
(dalam negara)
dibagi dalam daerah provinsi, dan dari daerah provinsi akan dibagi
umum
tugas pembantuan.
Daerah
mengenai otonomi daerah yang tertulis dalam penjelasan UUD 1945 yaitu:
37
BN. Marbun, 2003, Kamus Politik, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan)
38
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Lembaran Negara Republik
Indonesia
39
Prof. Drs. Haw. Widjaja, 2005, Penyelenggaraan otonomi daerah di indonesia dalam rangka
sosialisasi UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, (Jakarta : PT Raja grafindo persada)
22
yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
masyarakat.40
40
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
41
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
23
Yaitu asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
4. Asas keterbukaan
5. Asas profesionalitas
6. Asas akuntabilitas
7. Asas proporsionalitas
Yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir
24
dengan prosedur.
a) Landasan yuridis
mengeluarkan aturan.
b) Landasan sosiologis
kenyataan hidup. Ini berarti bahwa hukum yang dibentuk harus sesuai
dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat. Dalam
c) Landasan filosofis
42
Budiman N.P.D.Sinaga, 2005, Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa dari Perspektif Sekretaris,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada), hal.12
25
yang menjadi dasar sewaktu menuangkan hasrat dan kebijakan
eedelijkheid).
d) Landasan politis
politik landasan politis yakni, suatu garis kebijakan politik yang menjadi
26
1. Mengatur dan mengurusi sendiri urusan pemerintahannya
undangan
27
10. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah
dengan kewenangannya
undangan.44
44
Abdullah, Rozali. 2007, Pelaksanaan Otonomi Luas dengan Pemilihan Kepala Daerah Secara
Langsung, (Jakarta : PT Raja Grasindo)
28
proses atau prosedur penyusunan peraturan daerah agar lebih terarah dan
terkoordinasi.
yaitu:45
Pemda (dalam hal ini Raperda usul inisiatif). Proses ini termasuk
daerah
berikut:
Dasar 1945 Pasal 20 ayat (2), anggota- anggota DPR berhak mengajukan
45
Budiman N.P.D. Sinanga, 2005, Ilmu Perundang-Undangan, (Yogyakarta: UII Pres) hal. 113
29
lingkungan DPRD diatur lebih lanjut dalam Peraturan Tata Tertib DPRD
dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah atau unit kerja yang ditunjuk oleh
Kepala Daerah. Setelah itu juga dibentuk Tim Asistensi dengan Sekretariat
Paripurna, rapat Komisi, rapat Gabungan Komisi, rapat Panitia Khusus dan
di DPRD baik atas inisiatif DPRD ditentukan oleh Peraturan Tata Tertib
Daerah akan menunjuk Sekretaris Daerah atau pejabat unit kerja untuk
Raperda dalam rapat akhir di DPRD telah selesai dan disetujui oleh DPRD,
30
Raperda akan dikirim oleh Pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah melalui
31
Bupati/ Walikota dengan DPRD tingkat I dan II.46
politik, LSM, ormas, OKP, tokoh masyarakat, dan unsur lain yang
terkait di daerah.
cuma. Semua warga masyarakat atau warga negara memiliki aksesibilitas yang sama
dalam memperoleh pelayanan hukum. Pengertian bantuan hukum dapat dilihat dalam
46
Srijanti & A. Rahman, 2008, Etika Berwarga Negara edis 2, (Jakarta : Salemba Empat), hlm 106-
107
32
disebutkan bahwa : “Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Advokat
secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu. Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-
undang No. 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum disebutkan bahwa bantuan
hukum adalah Jasa hukum yang diberikan oleh pemberi bantuan hukum secara
Pengertian bantuan hukum juga dapat dilihat dalam pasal 1 (1) peraturan
secara cuma-cuma adalah jasa hukum yang diberikan advokat tanpa menerima
1. Legal Aid yang berarti pemberian jasa dibidang hukum kepada seseorang
yang terlibat dalam suatu kasus atau perkara. Pada legal aid ini pemberian
masyarakat miskin.
47
Undang-undang No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
48
Peraturan Perhimpunan Advokat Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma
49
M. Yahya Harahap, 2009, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan
Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika), hal 244
33
2. Legal Assistance, pada jenis jasa hukum legal assistance mengandung
pengertian yang lebih luas daripada legal aid, karena pada legal assistance
selain memberikan jasa bantuan hukum bagi mereka yang mampu membayar
3. Legal Service, konsep dan makna dalam legal service lebih luas
dibandingkan dengan konsep dan tujuan legal aid dan legal assistance,
hukum dengan jalan menghormati hak asasi yang telah dijamin oleh
golongan miskin.
perdamaian
Tata cara pemberian Bantuan Hukum sendiri telah diatur dalam Undang-
34
undang No. 16 Tahun 2011 yaitu pada Pasal 14 sampai dengan Pasal 19, yang
memenuhi syarat-syarat
4. Melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat
2) Pemberi bantuan hukum dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari
hukum.
35
4) Dalam hal permohonan bantuan hukum ditolak, pemberi bantuan hukum
16 Tahun 2011 tentang bantuan hukum terdapat dalam Pasal 16, Pasal 17, Pasal
18 sampai dengan pasal 19 dimana bantuan hukum bagi rakyat yang miskin
pendapatan dan belanja negara. Isi dari pasal mengenai pendanaan tersebut sendiri
bantuan hukum dapat berasal dari hibah atau sumbangan sumber pendanaan
lain yang sah dan tidak mengikat pendanaan untuk bantuan hukum juga
51
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum terdapat dalam Pasal 16, Pasal
17, Pasal 18, sampai dengan pasal 19
36
urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia.
dipertanggungjawabkan.
2. Posbakum
52
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan hukum
53
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
37
hukum selain Advokat adalah pembela publik di organisasi bantuan hukum dan
paralegal.
1. Advokat
pekerjaan.
38
(responsible), yang dimiliki oleh mereka yang mulia. Hal itu berarti
setiap advokat tidak saja harus jujur dan bermoral tinggi, tetapi juga
berperilaku demikian.
2. Pembela Publik
advocate, advokat publik, atau istilah yang umum adalah pembela HAM
39
3. Paralegal
miskin, seperti hak atas upah yang layak, hak atas tanah, hak atas
lingkungan yang sehat dan bersih, hak atas kebebasan berpendapat, dan
atas upah yang layak, misalkan hanya mungkin diwujudkan jika kaum
40
Kemiskinan yang diderita oleh seseorang atau sekelompok orang
kemiskinan itu sendiri telah membawa bencana bagi kemanusiaan, tidak saja
secara ekonomis, akan tetapi juga secara hukum dan politis. Sementara itu,
bagi mereka yang kaya, biasanya lebih akrab dengan kekuasaan. Dan pada saat
dengan keadilan..55
Kebutuhan akan keadilan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia yang
senantiasa didambakan oleh setiap orang, baik kaya maupun yang miskin. Akan
tetapi kadangkala dapat terjadi di mana si kaya dengan kekayaannya dapat lebih
berjalannya hukum itu, bahkan celakanya dengan cara yang demikian itu akan
menindas si miskin, yang pada gilirannya hanya akan menimbulkan kesan bahwa
bantuan hukum jangkauannya kemasyarakan dapat lebih luas, tidak hanya untuk
55
Gede Agung Wirawan Nusantara, 2012, “Peranan Lembaga Bantuan Hukum Dalam Memberikan
Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma Terhadap Masyarakat Miskin Pada Peradilan Pidana”Kearsipan
Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, hal : 6
56
Arhjayati Rahim,Noor Asma, 2018,” Eksistensi Lembaga Bantuan Hukum Sebagai Perwujudan Asas
Equality Before The Law”, Dalam jurnal Al Mizan, (Gorontalo : ISSN 1907-0985, E ISSN 2442-8256)
41
perkara-perkara pidana, akan tetapi juga untuk perkara- perkara perdata, bahkan
perkara tata usaha negara. Khusus bagi kalangan miskin dan buta hukum yang
Maka keberadaan bantuan hukum (struktural) ini juga melibat dimensi untuk
menanggulangi masalah kemiskinan itu sendiri melalui jalur hukum, dan lebih luas
lagi adalah untuk meletakkan kembali dan mengangkat harkat martabat manusia,
menempatkan undang-undang.
57
H.Bambang Sunggono dan Aries Harianto, 2009, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia,
(Bandung. Mandar Maju), hal. 61-63.
58
Soerjono Soekanto, 2011, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Jakarata : PT Raja
Grafindo), hal.11
42
2. Faktor penegak hukum
konversatisme.
Tanpa adanya saran dan fasilitas tersebut, maka penegakan hukum tidak dapat
berjalan dengan lancardan sesuai dengan tujuan. Sarana dan fasilitas tersebut
sebagainya
4. Faktor masyarakat
43
Faktor masyarakat yang berhubungan adalah lingkungan dimana hukum
masyarakat yaitu mengenai arti hukum yang dianggap identik dengan petugas .
5. Faktor kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil karya cipta dan rasa yang didasarkan pada
karsa manusia didalam pergaulan hidup. Hukum harus dibuat sesuai dengan
peraturan perundang- undangan dapat berlaku bagi suatu daerah, akan tetapi
dengan faktor-faktor yang lain.59 Ada beberapa faktor terkait yang menentukan proses
ruang lingkup bekerjanya hukum sebagai suatu sistem. Faktor-faktor ini akan
sangat menentukan proses penegakan hukum dan kegagalan pada salah satu
komponen akan berimbas pada faktor lainnya. Faktor substansi, struktur, dan kultural
59
Satjipto Rahardjo, 2010, Penegakan Hukum Progresif, ( Jakarta : Kompas)
44
akan sangat menentukan proses penegakan hukum atau proses pelaksanaan bantuan
hukum bagi orang atau kelompok orang miskin dalam perkara pidana. Pembahasan
orang miskin dalam perkara pidana, sangat terkait dengan teori sistem hukum dari
Lawrence M. Friedman yang ada di dalam buku Soerjono Sukanto dimana Lawrence
M. Friedman menjelaskan sistem hukum terdiri dari sub sistem-sub sistem hukum,
yang meliputi substansi hukum (legal substance), struktur hukum (legal structure),
dan budaya hukum (legal culture), Sebagaimana yang telah diuraikan dalam landasan
teoritis mengenai teori sistem hukum dari Lawrence M. Friedman. Ketiga sub sistem
inilah yang sangat menentukan apakah suatu sistem dapat berjalan atau tidak, dan
ketiga sub sistem inilah yang juga menentukan bantuan hukum bagi orang atau
kelompok orang miskin dalam perkara pidana, dapat berjalan dengan baik atau
tidak.60
60
Lawrence M. Friedman, 2009, System Hukum Dalam Perspektif Ilmu Sosial, The Legal System: A
Sosial Science Perspektive, Nusa Media, Bandung, hlm 16. Diterjemahkan dalam buku Lawrence M.
Friedman, 1969, The Legal System: A Sosial Science Perspektive, Russel Soge Foundation, New York
45
2.5 Kerangka Pikir
46
47
1. Implementasi adalah suatu tindakan dari sebuah rencana yang disusun secara
2. Pemberian bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pemberi
kepala daerah.
setelah dinilai bahwa lembaga itu memenuhi syarat kebakuan atau kriteria
tertentu.
menerapkan hukum.
7. Faktor Sarana dan Prasarana adalah fasilitas yang digunakan sebagai alat
Jenis penelitian yang digunakan adalah empiris yaitu suatu metode penelitian
hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dan meneliti bagaimana bekerjanya
1. Data primer yaitu berupa wawancara dengan pegawai yang di peroleh secara
2. Data sekunder yaitu data yang berupa dokumen faktual dan literaur-literatur
61
Suratman dan Philips Dilah.2014, Metode penelitian hukum. (Bandung : alfabeta,viii), hal :256
48
49
3.5.1 Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap. Objek atau nilai yang akan diteliti dapat
berupa orang, perusahaan, lembaga, media dan sebagainya. Dalam populasi ini
3.5.2 Sampel
yaitu pemilihan sampel yang berdasarkan wewenang atau kedudukan sampel yang
62
Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2014, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo
Persada), hal. 97
50
Data yang diperoleh dan yang telah dikumpulkan melalui alat pengumpul data
kesimpulan penelitian.
BAB IV
konstitusi dan sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan
melindungi serta menjamin hak warga negara akan kebutuhan akses terhadap
Hal ini juga tertuang dalam pasal 27 ayat (1) UUD 1945, dikatakan
pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
kecualinya”.63
Nomor 16 Tahun 2011 tentang bantuan hukum dan peraturan daerah Provinsi
51
52
hukum bekerja sama dengan beberapa lembaga bantuan hukum yang ada di
Provinsi Gorontalo :
Tabel : 4.1
Lembaga Bantuan Hukum Yang Bekerja Sama
Dengan Biro Hukum Provinsi Gorontalo
2019-2022
Gorontalo
Gorontalo
Gorontalo
Gorontalo
Gorontalo
Gorontalo
hukum Gorontalo
Gorontalo
Gorontalo
hukum Gorontalo
Negeri Gorontalo
Menurut peneliti dari tabel diatas dijelaskan bahwa pada tahun 2019 sampai
tahun 2020 hanya ada dua lembaga bantuan hukum yang bekerja sama dengan
lembaga bantuan hukum syariah dan ekonomi IAIN Sultan amai gorontalo dari
terkait keluhan persoalan hukum yang banyak dan beragam. Sedangkan pada
tahun 2021 ada tiga lembaga bantuan hukum yang bekerja sama sampai pada
tahun 2022 jumlah lembaga bantuan hukum yang bekerja sama dengan biro
hukum provinsi gorontalo berjumla tujuh lembaga bantuan hukum. Dari uraian
data lapangan ini dianggap belum optimal karena jumlah bantuan hukum yang
tersedia di provinsi gorontalo yang melakukan kerja sama dengan biro hukum
provinsi masih jauh dari harapan kebutuhan masyarakat, maka ini perlu di
data lain yang di terima peneliti bahwa di tahun 2021 sampai dengan tahun 2022
perkara yang ditangani hanya terfokus pada pengadilan negeri gorontalo dan
dari lima kabupaten dan satu kota dengan beragam persoalan hukumnya yang
Hal ini sejalan dengan pendapat Bapak Usman Taip, SH, MH selaku
peneliti mengatakan hal tersebut menjadi persoalan serius yang harus ditangani,
bidang hukum untuk masyarakat miskin, agar tidak di dominasi oleh orang yang
secara mudah.
64
Wawancara dengan Usman Taip, Tanggal 20 Juli 2022 di Biro Hukum Provinsi Gorontalo
56
Tabel : 4.2
Data penerimaan bantuan hukum bagi masyarakat miskin
Tahun 2019-2022
Universitas Gorontalo 2
perkara
Gorontalo 2 perkara
Universitas Gorontalo 3
perkara
Gorontalo 2 perkara
Universitas Gorontalo 2
perkara
Gorontalo 2 perkara
pendampingan hokum
Gorontalo 3 perkara
4 2022 7
Dari tabel diatas, dari tahun 2019-2022 jumlah perkara yang di biayai
peranan yang sangat besar yaitu untuk mendampingi kliennya sehingga dia tidak
membela dalam hal materinya yang mana di sini diharapkan dapat tercapainya
daerah tentang bantuan hukum untuk masyarakat miskin belum optimal. Pihak
orang miskin dilaksanakan oleh advokat dari organisasi bantuan hukum yang
telah terverifikasi dan terakreditas dari kementerian Hukum dan Hak asasi
manusia.
Tabel : 4.3
Organisasi Lembaga Bantuan Hukum Yang Sudah Terakreditas
Gorontalo Gorontalo
Gorontalo Gorontalo
Kota Gorontalo
bantuan hukum berasal dari Kabupaten Pohuwato. Masih ada 3 Kabupaten yang
Dari penjelasan diatas dapat dilihat masih minim jumlah lembaga bantuan
menjadi persoalan baru dan menjadi kendala dalam rangka menjamin dan
Republik Indonesia, dan mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
66
https://gorontalo.bps.go.id di akses pada tanggal 05 Agustus 2022
62
hukum.
bantuan hukum yang diberikan secara gratis, tetapi biaya administrasi prosesi
dilapangan membutuhkan biaya, hal ini masih kurang dan hampir setiap bulan
Jumlah Nominal
Tahun
perkara anggaran
2019 4 Rp 40.000.000
2020 5 Rp 50.000.000
67
Wawancara dengan Kepala Bantuan Hukum Provinsi Gorontalo tanggal 20 Juli 2022 di Biro Hukum
Provinsi Gorontalo
68
Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Penyelengaraan Bantuan Hukum
Masyarakat Miskin
63
64
2021 7 Rp 70.000.000
Dari tabel diatas, menunjukkan pada tahun 2019 total anggaran yang
dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain mencakup tenaga
manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, dan peralatan
yang memadai.
prasana yang berfokus pada sumber daya manusia, dianggap belum memadai
hal tersebut di perkuat oleh jumlah tenaga kerja yang bekerja di Biro Hukum.
Tercatat dari 28 orang tenaga kerja terdapat 5 orang megister hukum, 13 orang
sarjana hukum, 5 orang sarjana ekonomi dan 5 orang sekolah menengah atas.
Ini di anggap penting di perhatikan sebab dalam hal pemberian bantuan hukum
65
haruslah kiranya di perankan oleh disiplin keilmuan yang sesuai pada bidang
Selain sumber daya manusia, faktor lain yaitu fasilitas yang ada di biro
alat transportasi sendiri. Karyawan biro hukum belum memiliki komputer dan
BAB V
PENETUP
5.1 Kesimpulan
1. Undang-undang No 16 tahun 2011 tentang bantuan hukum dan peraturan
bantuan hukum untuk masyarakat miskin berdasarkan uraian diatas maka jelas
di pedeesaan.
dan menjadi kendala dalam rangka menjamin dan memenuhi hak bagi
5.2 Saran
1. Penulis menyarankan agar pemerintah Provinsi Gorontalo khususnya Biro
Abdullah, Rozali. 2007. Pelaksanaan otonomi luas dengan pemilihan Kepala Daerah
Secara langsung. Jakarta:PT Raja Grasindo
Abd Muhaimin doholio,Implementasi pasal 3 peraturan bupati nomor 9 tahun 2010
tentang tugas dan fungsi kantor polisi pamong praja dalam rangka penegakan
peraturan daerah dikecamatan lemito pohuwato. 2011:9
A.W. Widjaja. 2002. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : PT. Bumi
Aksara.
Ajie Ramdan, “Bantuan Hukum Sebagai Hak Konstitusional”, Bantuan hukum Sebagai
Kewajiban Negara Untuk Memenuhi Hak Konstitusional Fakir Miskin,
Volume 11, Nomor 2, Juni 2014, hlm 247-249.
Aditama Peratutan menteri social republik Indonesia tahun 2013
Ausaid,Ylbhi,Pshk,dan IALDF, 2008, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia (Pedoman
anda memahami dan menyelasaikan masalah hukum), Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, hlm.37-39.
A.Ahsin Thohari, 2016, Hak Konstitusional dalam Hukum Tata Negara
Indonesia,Penerbit Erlangga,Ciracas Jakarta, hlm.39
Ajie Ramdan,“Bantuan Hukum Sebagao Kewajiban Negara Untuk Memenuhi Hak
Konstitusional Fakir Miskin”,Jurnal Konstitusi, Volume II, Nomor 2, Juni
2014, hlm.247-249.
BN. Marbun.2003. Kamus Politik. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Budiman N.P.D.Sinaga, 2005, Hukum Kontrak dan Penyelesaian Sengketa dari
Perspektif Sekretaris, Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal.12
Budiman N.P.D. Sinanga, Ilmu Perundang-Undangan, (Yogyakarta: UII Pres. 2005)
h.113
Benuf Dan Azhar (2020) Metode Penelitian Hukum Sebagai Instrument Mengurai
Permasalahan Hukum Kontemporer. Jurnal Gema Keadilan (Issn:0852-011),
Fakultas Hukum Universitas Panigoro, Volume 7 Edisi I.
Dr.Oos M.Anwas, 2014, Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global, Alfabeta,
Bandung, hlm.84.
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta, Bumi
Aksara, 2013, Hal. 56
Guntur Setiawan, Impelemtasi dalam Birokrasi Pembangunan, Balai Pustaka, Jakarta,
2004, Hal. 39
Hakki Fajriando,”Masalah Hukum Implementasi Pemenuhan Hak Atas Layanan
Bantuan Hukum Bagi Masyarakat Miskin(Law Problems In Implementing of
Right Fulfillment on Legal Aids To The Poor)”, Jurnal Penelitian HAM,
Volume 7,Nomor 2,Desember 2016,hlm.128
H.Bambang Sunggono dan Aries Harianto, 2009, Bantuan Hukum dan Hak Asasi
Manusi, Bandung. Mandar Maju, hlm. 61-63.
67
68
Lawrence M. Friedman, 2009, System Hukum Dalam Perspektif Ilmu Sosial, The Legal
System: A Sosial Science Perspektive, Nusa Media, Bandung, hlm 16.
Diterjemahkan dalam buku Lawrence M. Friedman, 1969, The Legal
System: A Sosial Science Perspektive, Russel Soge Foundation, New York
Mohammad Mahfud MD., Sunaryati Hartono, dkk., Dekonstruksi dan Gerakan
Pemikiran Hukum Progresif, Konsorsium Hukum Progresif, 2013, hlm.733.
Merile S. Grindle (Dalam Buku Budi Winarno). Teori dan Proses Kebijakan Publik,
Media Pressindo, Yogyakarta, 2002, Hal. 21.
Maria Farida Indrati S 2007. Ilmu Perundang-undangan Cet. Ke-7. Yokyakarta:
Kanisius. hlm.202
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum,Grasindo, Jakarta, 2002,
Hal. 70.
Purwanto dan Sulistyastuti, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan, Bumi Aksara Jakarta, 1991, Hal. 21.
Prof. Drs. Haw. Widjaja. 2005. Penyelenggaraan otonomi daerah di indonesia dalam
rangka sosialisasi UU No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
Jakarta: PT. Raja grafindo persada.
Sabian Usman, Dasar-Dasar Sosiologi Hukum, Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2009,
hlm.1
Srijanti & A. Rahman. Etika Berwarga Negara. ( ed.2). Jakarta: Salemba Empat, 2008.
hlm 106-107
Satjipto Rahardjo, 2010, Penegakan Hukum Progresif, Kompas, Jakarta
Suharto Edi ( 2005) membangun masyarakat memberdayakan rakyat, bandung: Refika
Suratman dan Philips (2013) Metode Penelitian Hukum.Bandung : alfabeta, viii, 256 h.
Susiadi, Metodologi Penelitian (Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan-
LP2M Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2015), hlm. 5.
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia dan AusAID, 2014, Panduan Bantuan
Hukum Di Indonesia Edisi 2014,Yayasan Obor Indonesia,Jakarta, hlm.468.
Yonna Beatrix Salamor, “Pemberian Bantuan Hukum Kepada Masyarakat Miskin di
Kota Ambon”, Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni ISSN 2579-
6348 (Versi Cetak) Vol. 2, No. 1, April 2018, hlm. 278
Yusuf Saefudin, Implementasi Pemberian Bantuan Hukum Bagi Rakyat miskin Di
Jawa Tengah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2011
Tentang Bantuan Hukum, Jurnal Idea Hukum, 2015, Vol. 1, No.1, hal.
65-66.
Peraturan Perundang-Undangan: