SKRIPSI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum
Universitas Widya Mataram Yogyakarta
Disusun oleh :
Nama : BEATRIK VRISNAWAN
Nomor Mahasiswa : 061213098
Program Studi : Ilmu Hukum
Konsentrasi : Hukum Acara dan Sistem Pidana
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS WIDYA MATARAM
YOGYAKARTA
2010
HALAMAN PERSETUJUAN
Penyusun :
Beatrik Vrisnawan
No. Mhs : 061213098
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing
H.Sunarta, SH.M.Hum.
NIP. 19631228 1990031 002
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Widya Mataram Yogyakarta
Ketua
H.Sunarta, SH.M.Hum.
NIP. 19631228 1990031 002
Anggota Anggota
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Widya Mataram Yogyakarta
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu tidak adil. Berlaku
adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya allah adalah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan “
( Q.S. Al Maidah : 8 )
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
Assalamu”alaikum Wr Wb
Alhamdulilah, segala Puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
dimasyarakat. Kejahatan ini cukup timggi terjadi di wilayah hukum Polres Sleman,
memperoleh gelar Sarjana Hukum pada jenjang pendidikan Strata I (SI) Fakultas
maupun materiil kepada penulis, maka dalam kesempatan ini setulusnya penulis
Yogyakarta.
4. AKBP Yulza Sulaiman, Sik selaku Kepala Kepolisian Resor Sleman yang
5. AKP Andri Siswan Ansyah, Sik selaku Kasat Reskrim Polres Sleman
6. Teman-teman yang telah memberikan doa restu serta dorongan baik moril
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis sangat mengharapakn saran, masukan dan kritik dari pembaca yang
bersifat membangun. Akhir kata dengan terselesainya skripsi ini, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca sebagai bahan perbandigan
Billahitaufiq walhidayah
Wassalamu”allaikum Wr Wb
Penulis
HALAMAN
MOTTO .......................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
D. Responden .................................................................................. 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 79
B. Saran ........................................................................................ 80
PENDAHULU
Negara hukum bukan Negara kekuasaan “ dengan dasar yang demikian maka
setiap masalah yang berkaitan dengan hukum harus disesuaikan dengan hukum.
setiap warga negara. Kedudukan setiap warga dalam hukum adalah sama, tanpa
kecuali, setiap warga negara dan semua orang yang berada dalam lingkungan
Negara Republik Indonesia harus tunduk pada hukum yang berlaku dalam
Negara Republik Indonesia. Hak-hak setiap warga Negara dijunjung tinggi sesuai
pemerintahan dan wajib menjujung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya’.
pembangunan. Begitu pula tidak terkecuali dibidang hukum untuk menjaga dan
yang dicapai dalam wadah Negara Republuk Indonesia yang merdeka, berdaulat,
hukum dan produk hukum yang mengayomi dan berlandaskan hukum bagi
nasional dan produk hukum yang mendukung dan bersumber pada Pancasila dan
secara konsisten dan konsekuen, peningkatan aparat hukum yang berkualitas dan
bertanggung jawab serta penyediaan sarana pendukung yang memadai, dalam hal
tetapi berkembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: agama, politik,
teratur. Kesadaran hukum dalam pengertian ini dipakai dalam arti kesadaran
agar taat dan patuh terhadap peraturan hukum, disamping itu agar segala
diharapkan dan didambakan oleh setiap orang yang ada di dalam lingkungan
tersebut, karena dengan adanya suasana lingkungan masyarakat yang aman dan
tentram maka setiap orang yang berada di dalam lingkungan tersebut dapat
perasaan was-was ataupun resah akan adanya suatu ancaman yang mungkin
menimpanya.
tertentu yang menghambat kelacaraan proses sosial dalam bentuk bentuk tingkah
laku seseorang, atau kelompok yang dinyatakan sebagai perilaku menyimpang
tersebut akan mendapat cap oleh masyarakat sebagai sikap dan pola perilaku
sosial atau perilaku yang bertentangan dengan ikatan-ikatan sosial atau perilaku
namun satu hal yang pasti bahwa kejahatan sebagai salah satu bentuk tingkah
masyarakat itu sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut dapat dikatakan bahwa
kejahatan diakui dan diterima sebagai suatu fakta dalam masyarakat. Salah satu
kejahatan merupakan salah satu bentuk tingkah laku menusia yang sangat
merugikan.
adalah tindak pidana pencurian, karena tindak pidana pencurian dapat merugikan
dan mengusik rasa aman masyarakat. Tindak pidana yang berlangsung di dalam
pencurian yang tidak hanya dilakukan pada malam hari saja melainkan juga
dilakukan pada siang hari. Dari segi kualitas pencurian dapat berupa modus
kekayaan mereka.
akhir ini, disuatu sisi dapat dijadikan tolak ukur semakin meningkatnya tingkat
kesejahteraan masyarakat dan di sisi lain juga dapat dihubungkan dengan tingkat
tidak berlangsung begitu saja tanpa adanya faktor-faktor yang menjadi penyebab
berbuat sesuatu itu tidak berdiri sendiri baik itu kehendak untuk berbuat baik
berwenang dapat dilakukan secara lebih tepat. Selain itu dengan ditentukannya
faktor penyebab seseorang melakukan kejahatan pencurian kendaraan bermotor,
maka setelah orang tersebut selesai menjalani hukumanya dapat dicarikan jalan
dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam diri manusia dan faktor
ekstern adalah faktor yang berasal dari luar manusia. Faktor intern antara lain
hukum Polres Sleman dengan pertimbangan antara lain waktu dan dana
penyusun yang terbatas, wilayah hukum Polres Sleman merupakan tempat tugas
penyusun, sehingga diharapkan akan menghemat waktu dan biaya. Dari lokasi
Untuk responden dari penelitian ini adalah pejabat atau petugas dari instasi-
dari ketiga instasi tersebut dimaksudkan untuk memperoleh data tentang faktor-
pelakunya.
SLEMAN”.
B. Rumusan Masalah
Polres Sleman ?
Polres Sleman ?
C. Tujuan Penelitian
Sleman.
2. Tujuan Subyektif
Mataram Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
4. Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pidana
1. Menurut Arif Gosita bahwa: “ tindak pidana adalah tindakan yang tidak
kejahatan/tindak pidana”.
perbuatan yang pelakunya dapat dikenai hukuman pidana dan pelaku ini
yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman
larangan tersebut”.
hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang siapa
kejahatan dan pelanggaran. Pembagian dalam dua jenis ini, tidak ditentukan
dalam suatu pasal KUHP tetapi sudah dianggap demikian adanya. Kejahatan
diatur dalam Buku II dan tentang pelanggaran diatur dalam Buku III.
pelanggaran. Pembagian dalam dua jenis ini, tidak ditentukan dengan nyata
dalam suatu pasal KUHP tetapi sudah dianggap demikian adanya. Kejahatan
diatur dalam Buku II dan tentang pelanggaran diatur dalam Buku III.
karena adanya interelasi antara fenomena yang ada dan yang saling
mempengaruhi”.
merupakan hasil hubungan sebab akibat yang unik yang pada gilirannya
dan kurangnya kendali dari luar atas diri yang bersangkutan (external
tadi”.
penderitaan dan tidak dapat dibenarkan serta dianggap jahat. Tidak atau
sengaja atau tidak sengaja berkitan dengan situasi dan kondisi masing-
Jadi mereka yang terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan antara lain:
sebagai saksi)
kejahatan tersebut.
itu ada yang positif ada yang negatif, yang dimaksud dari kelakuan yang
macam, yaitu aturan hukum yang tertulis dan aturan hukum yang tidak
norma kebiasaan, norma kesusilaan dan ada yang berasal dari Hukum adat.
Norma hukum adalah segala peraturan yang hidup dalam masyarakat dan
(dalam hal ini adalah pemerintah), sedangkan yang dimaksud dengan norma
agama, kebiasaan, kesusilaan, dan yang berasal dari hukum adat adalah
aturan-aturan yang menanggulangi dalam masyarakat dihormati dan
dijunjung tinggi oleh warganya dan dijalankan secara suka rela, kalau
dilangar akan mendapat sangsi yang berupa tidak disukai aleh masyarakat
(celaan).
perbuatan atau tindak pidana jika suatu perbuatan tindak pidana tersebut
undang
3. Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Hukum Pidana pada umunya dapat dijabarkan dalam unsur-unsur yang pada
dasarnya dibagi menjadi dua macam unsur, yaitu: unsur-unsur subjektif dan
unsur-unsur yang melekat pada diri sipelaku atau yang berhubungan pada
diri sipelaku, dan yang termasuk ke dalamnya yaitu segala suatu yang
340 KUHP
5. Perasaan takut atau vress seperti antara lain terdapat didalam
umumnya adalah keadaan lahir dan terdiri atas elemen-elemen lahir, namun
ada kalanya dalam perumusan juga diperlukan elemen batin yaitu melawan
boleh dibiarkan.
hukum.
Pelanggaran sebaliknya adalah “wetsdeliktern”, yaitu perbutan-
perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui setelah ada
Para ahli hukum ada yang memberikan pengertian lain dari istilah
perbuatan yang tidak mentaati larangan atau keharusan yang telah ditentukan
oleh aturan-aturan pidana. Sehingga dalam hal ini suatu perbuatan yang
“pencurian”.
dilakukan dalam keadaan stau waktu ada kebakaran atau dengan beberapa
keadaan seperti ini maka keadaan yang dilarang tersebut berjalan secara
masyarakat, penguasa)
1. Pengertian Kejahatan
1) Menurut Arif Gosita bahwa: “tindak pidana adalah tindakan yang tidak
kejahatan/tindak pidana”.
hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana bagi barang siapa
jenis tindak pidana yang satu dengan yang lain. Secara prinsip penggolongan
kejahatan dan pelanggaran. Pembagian dalam dua jenis ini, tidak ditentukan
dalam suatu pasal KUHP tetapi sudah dianggap demikian adanya. Kejahatan
diatur dalam Buku II dan tentang pelanggaran diatur dalam Buku III.
pelanggaran. Pembagian dalam dua jenis ini, tidak ditentukan dengan nyata
dalam suatu pasal KUHP tetapi sudah dianggap demikian adanya. Kejahatan
diatur dalam Buku II dan tentang pelanggaran diatur dalam Buku III.
karena adanya interelasi antara fenomena yang ada dan yang saling
mempengaruhi”.
merupakan hasil hubungan sebab akibat yang unik yang pada gilirannya
dan kurangnya kendali dari luar atas diri yang bersangkutan (external
control) di dalam menghadapi baik proses sosial maupun tarikan sosial
tadi”.
penderitaan dan tidak dapat dibenarkan serta dianggap jahat. Tidak atau
sengaja atau tidak sengaja berkitan dengan situasi dan kondisi masing-
lain:
sebagai saksi)
kejahatan tersebut.
itu ada yang positif ada yang negatif, yang dimaksud dari kelakuan yang
norma kebiasaan, norma kesusilaan dan ada yang berasal dari hukum adat.
Norma hukum adalah segala peraturan yang hidup dalam masyarakat dan
(dalam hal ini adalah pemerintah), sedangkan yang dimaksud dengan norma
agama, kebiasaan, kesusilaan, dan yang berasal dari hukum adat adalah
dijunjung tinggi oleh warganya dan dijalankan secara suka rela, kalau
dilangar akan mendapat sangsi yang berupa tidak disukai oleh masyarakat
(celaan).
Apabila kejahatan ditinjau dari segi hukum, dalam hal ini hukum
Dalam hal ini masyarakat biasanya akan menunjukan pada orang yang
melakukan kejahatan atau orang yang dijatuhi pidana sebagai penjahat.
Dalam sistem hukum pidana Indonesia yang berpangkal dari hukum yang
hukuman tertentu.
Selain itu ditinjau dari segi yuridis, Hari Saherodji cenderung untuk
dihukum dan kejahatan yang tidak dapat dihukum”. Kejahatan yang dapat
perbuatan yang dilakukan itu telah dipenuhi tetapi tidak dapat dihukum,
seperti tersebut dalam pasal 44, 48, 49, 50, 51 KUHP. Hal ini dikarenakan
kejahatan yang telah terjadi tidak dapat dituntut dengan human, walaupun
Sebagai salah satu gejala sosial, yang berkenaan dengan individu atau
masyarakat. Sebagai salah satu gejala social, apa yang dinamakan kejahatan
pederitaan, baik bagi diri sipelaku kejahatan itu sendiri maupun masyarakat
pada umumnya.
individu saja seperti keadaan psikis atau fisik sipelaku kejahatan, akan tetapi
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti faktor lingkungan sosial atau
masyarakat. Faktor individu itu sendiri terdiri atas beberapa unsur, seperti
sebagainya.
perbuatan atau tindak pidana jika suatu perbuatan tindak pidana tersebut
undang
jawabkan.
Hukum PIdana pada umunya dapat dijabarkan dalam unsur-unsur yang pada
dasarnya dibagi menjadi dua macam unsur, yaitu: unsur-unsur subjektif dan
unsur-unsur yang melekat pada diri sipelaku atau yang berhubungan pada
diri sipelaku, dan yang termasuk kedalamnya yaitu segala suatu yang
KUHP
umumnya adalah keadaan lahir dan terdiri atas elemen-elemen lahir, namun
ada kalanya dalam perumusan juga diperlukan elemen batin yaitu melawan
terdiri dari atas dua bagian yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri
individu atau faktor intern dan faktor-faktor yang bersumber dari luar individu
(krimnalitas). Faktor intern ini dapat di bagi menjadi dua bagian, yaitu
faktor intern yang bersifat khusus atau sifat khusus dalam diri individu
dan faktor intern yang bersifat umum atau umum dalam individu.
lain :
1. Sakit jiwa
2. Daya emosional
kehendak masyarakat.
3. Rendahnya mental
kehendak umum.
4. Anomi
a) Umur
dilakukan oleh kaum laki-laki darpada dari kaum wanita, hal ini
kejahatan.
c) Pendidikan individu
sedikit, sehingga dengan kata lain para pelaku kejahatan itu pada
dirinya dari pengaruh luar dirinya yang kurang baik, sebab salah
pidana.
b. Fakotr ekstern
2. Faktor ekonami
a) Perubahan harga
b) Pengangguran
c) Urbanisasi
2. Faktor agama
karena jika seseorang mempunyai iman dan taqwa yang tinggi maka
jika seseorang mempunyai tingkat iman dan taqwa yang rendah maka
4. Faktor film
umumnya suatu tindak pidana kejahatan itu terjadi dapat disebabkan oleh:
a. Bahwa kejahatan dapat disebabkan oleh pengaruh dari luar terhadap
pelaku.
Jika hanya ada salah satu dari kedua unsur tersebut maka tidak akan terjai
apa-apa.
Faktor eksogen adalah faktor yang ada didalam anak itu sendiri yang
dikota besar.
dan remaja yang perbuatannya dapat menjurus pada suatu ancaman yang
segala aspeknya.
3. Kerugian Akibat Kejahatan
setiap kejahatan yang terjadi pada hakekatnya dapat merugikan siapa saja
Selain kerugian yang diderita oleh masyarkat, ada pihak lain yang
yang mempunyai rasa takut ditangkap atau takut mendapat balasan dari
akan lebih besar, baik dilihat dari sudut ekonomi maupun sudut psikologi.
sendiri, baik reaksi yang berupa upaya untuk menghindari diri dari
karena itu merugikan diri sendiri dan juga merugikan masyarkat pada
singkat dapat dikatakan penegakan hukum itu merupakan suatu aksi atau
dalam arti luas adalah menjalankan hukum yang dilakukan oleh alat
perlengkapan negara yang terdiri atas polisi, jaksa, dan hakim. Dalam
eksekusi lainya. Penegakan hukum dalam arti luas tidak terbatas tentang
kesejahteraan rakyat.
1. Pengertian Pencurian
Dari sue Titus Reid mengemukakan kejahatan adalah suatu aksi atau
ditetapkan dalam hukum kriminal atau hukum pidana telah diajukan dan
bahwa batasan kejahatan tidak hanya tindakan melanggar hukum atau undang-
sebagai tindak kejahatan. Keadaan tersebut dapat terjadi dan sah karena
adanya suatu peraturan perundang-undangan itu juga berasal dari hukum adat.
dari pasal 362 sampai dengan pasal 367 KUHP. Dilihat dalam pasal 362
penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah”
a. Unsur Obyektif
- Barang siapa
- Mengambil
- Sesuatu
Hal ini dapat dilihat dari perbuatan pidana yang hanya dapat dilakukan
oleh seorang manusia dan lebih lanjut dilihat pada pidana yang diancam
terhadap pelaku dari suatu tindak kejahatan. Pidana pelaku dari suatu
pidana yang bertujuan untuk mengurangi harta kekayaan pelaku dan yang
mengambil barang milik orang lain harus disertai dengan maksud untuk
pidana.
suatu barang. Sedang pada waktu sebelumnya barang tersebut sama sekali
melawan hukum.
2. Bentuk-Bentuk Pencurian
362 KUHP merupakan pencurian dalam bentuk pokok atau sering disebut
diatur dalam pasal 363 dan 365 KUHP. Pencurian dalam pasal 363 KUHP
pencurian biasa. Dalam KUHP diatur dalam pasal 364 dan oleh undang-
undang diberi kulifikasi sebagai pencurian ringan dengan ancaman pidana
penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak enam puluh
rupiah. Salah satu unsur yang meringankan dalam pencurian ini berkaitan
dengan nilai benda yang dicuri. Semula benda yang dicuri ditetapkan
tidak lebih dari Rp. 25,00 (dua puluh lima rupiah), akan tetapi dengan
250,00 (dua ratus lima puluh rupiah). Selengkapnya Pasal 364 KUHP
3. Nilai dari yang dicuri tidak lebih dari Rp. 250,00 (dua ratus lima puluh
rupiah).
Yang Lain.
bagian-bagian yang merupakan title atau bab, Buku II memuat delik yang
dari keseluruhan judul dari masing-masing Bab yang terdapat dalam Buku II
maupun Buku III KUHP, maka ada tiga jenis kepentingan perorangan atau
bermotor merupakan harta benda yang mempunyai nilai ekonomis dan dapat
dimiliki oleh seseorang atau individu yang dapat terancam oleh kejahatan
walaupun ada yang dimiliki atau dipakai sendiri. Oleh karena itu korban
terancam adalah nyawa atau kehormatan orang tersebut sebagai akibat lain
beberapa pasal tentang kejahatan dalam Buku II KUHP. Berbagai pasal adalah
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 263 KUHP, yaitu barang siapa yang
memakai atau menyuruh orang lain pakai surat tersebut seolah-olah isinya
benar dan tidak palsu. Kejahatan pemalsuan surat ini dilakukan oleh
dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya dan
kejahatan atau untuk sampai pada barang yang diambil atau dengan
sendiri atau peserta lain, atau untuk tetap menguasai kendaraan bermotor
yang dicurinya.
ini termasuk dalam kejahatan perampasan yang diatur dalam Pasal 368
KUHP yaitu barang siapa yang dengn maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa orang lain
atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
pelaku menjualnya kepada orang lain. Bias juga pelaku kejahatan dengan
sindikat yang sangat rapi dan sulit dilacak, sehingga sebagai kelanjutan
1. Pengertian Polri
2. Tugas Polri
masyarakat.
Tugas-tugas dari aparat Kepolisian di atur dalam KUHP dan Undang-
pelayan masyarakat.
diproses dalam S.P.P sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di dalam
adalah :
masyarakat
Dalam Pasal 14 Undang-Undang Kepolisian menyebutkan bahwa
pengamanan swakarsa
lainya
manusia
j. Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
3. Peranan Polri
negeri.
4. Kewenangan Polri
1. Menerima laporan
bertanggungjawab.
penyitaan.
diri tersangka.
saksi.
pemeriksaan perkara.
dengan syarat :
tindakan jabatan.
c. Tindakan itu harus patut dan masuk akal dan termasuk dalam
lingkungan jabatannya.
.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
kendaraan bermotor.
B. Jenis Penelitian
C. Lokasi Penelitian
curanmor yang telah dilakukan oleh aparat penegak hukum khususnya polisi.
D. Responden
Teknik penentuan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah
teknik purposive sampling. Dengan alasan bahwa obyek yang telah penulis
tetapkan ini nantinya akan benar-benar memberikan atau mempunyai data-data
yang penulis harapkan. Responden yang dipilih secara purposif sampling adalah:
literatur, laporan hasil penelitian serta karangan ilmiah dan sebagainya yang
F. Jenis Data
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari buku-buku literatur laporan penelitian, surat kabar,
yaitu hanya diambil data yang bersifat khusus dan data kaitannya dengan
uraian yang bersifat deksripif kualitatif, yaitu data-data yang diperoleh dari
penelitian diseleksi menurut mutu dan berkaitan dengan masalah yang sebahas
permasalahan.
BAB IV
antara lain :
1. Polsek Beran
2. Polsek Berbah
3. Polsek Bulaksumur
4. Polsek Cangkringan
7. Polsek Gamping
8. Polsek Godean
9. Polsek Kalasan
2. Jumlah penduduk
petani, PNS, Buruh, Swasta, TNI, dan Polri yang saat ini berjumlah kurang
Tabel
Jumlah Kasus Curanmor di Wilayah Hukum Polres Sleman
Selama Tahun 2009
Dari bulan Januari-Desember 2009
JUMLAH KASUS
BULAN SELESAI
CURANMOR
JANUARI 22 0
FEBRUARI 19 3
MARET 31 2
APRIL 23 2
MEI 18 3
JUNI 21 0
JULI 21 1
AGUSTUS 37 5
SEPTEMBER 21 3
OKTOBER 37 2
NOPEMBER 37 2
DESEMBER 28 5
JUMLAH 315 28
Sumber : Sat Reskrim Polres Sleman (2010)
Dalam tabel diatas menyebutkan bahwa kasus Curanmor di Wilayah
Hukum Polres Sleman selama tahun 2009 dari bulan Januari sampai dengan
Desember 2009. Dari kasus yang dilaporkan berjumlah 315 selesai 28 kasus.
Polres Sleman
a. Faktor Ekonomi
c. Faktor Pengangguran
dilihatnya.
lain yaitu kebiasaan tidak dikunci stang atau kunci tidak dicabut dari
tempatnya yang akan mudah terjadinya pencurian. Dalam hal ini pelaku
b. Kendaraan bermotor yang sudah dicuri sulit untuk dilacak. Hal ini
lagi.
barang hasil curian bias cepat dijual dan harga jualnya cukup tinggi.
Nilai jual kendaraan curian yang begitu tinggi ini antara lain
disebabkan oleh tingginya harga beli kendaraan bermotor baru akibat
bermotor baru mengalami kenaikan rata-rata dua kali lipat bahkan ada
yang lebih. Sebagai contoh sepeda motor Honda Astrea Grand sebelum
krisis harganya rata-rata enam juta rupiah dan di saat ini harganya naik
bermotor.
Selain faktor-faktor diatas, ada faktor-faktor lain yang secara teoritis bisa
Wilayah Hukum Polres Sleman dilihat dari segi pelakunya antara lin
faktor pendidikan, faktor agama, faktor usia, tetapi selama ini penulis
faktor tersebut.
4. Modus Operandi Curanmor
berapa hal antara lain tergantung pada situasi dan kondisi pada saat
Sleman antara lain dengan cara pura-pura menjadi penumpang ojek dan
setelah melewati jalan atau daerah yang sepi pelaku berusaha merampas
berbagai cara, antara lain dengan merusak kunci pengaman dengan kunci
“T” atau obeng, menyerobot atau mengunting kabel stop kontak dan
yang dirubah atau dihilangkan seperti spion dan plat nomor dicopot atau
membuang tutup lampu sein dan lampu rem dengan tujuan lain ketika
agar tidak mudah dikenal oleh orang ketika membawa kabur. Modus
operandi yang lain yaitu dengan jalan membongkar atau masuk ke dalam
yang dilakukan secara bersama-sama oleh lebih dari satu orang, tetapi
hanya terbatas pada hubungan teman dengan pembagi tugas saja dan
masyarakat, atara lain menyangkut aspek sosial, ekonomi, budaya, politik dan
lain-lain. Kondisi dinamik ini sangat berpengaruh terhadap pola atau bentuk
kompretatif. Hukum mengatur apa yang sebenarnya dan apa yang seharusnya dan
dapat dikualifikasikan perbuatan mana yang sesuai dengan hukum dan perbuatan
hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang dapat digolongkan menjadi
dua macam perbuatan melawan hkum sunguh-sunguh terjadi atau onrect in acto
dan perbuatan melawan hukum yang mungkin atau terjadi onrecht in potentic.
kendaraan bermotor dalam hal ini meliputi tiga macam tindakan penggulangan,
dalam hal ini adalah Polres Sleman dilaksanakan secara khusus untuk
khusus karena ada upaya-upaya preventif lain dari kepolisian yang sasarannya
tidak khusus hanya pada kejahatan pencurian kendaraan bermotor saja tetapi
a. Patroli Polisi
kepolisian yang dilakukan oleh dua personel atau lebih dari anggota polri
keamanan masyarakat.
pada beberapa asas patrol polisi, antara lain asas keterpaduan, asas selektif
reprensif tingkat pertama yaitu dalam melakukan tugas patrol polisi wajib
1. Patroli rutin
2. Patroli selektif
Tingkat kerawanan ini yaitu pada waktu jam-jam tertentu dimana para
3. Patroli insidental
wilayah tidak meluas atau tidak berulang lagi diwaktu yang akan
datang.
Patroli-patroli tersebut diatas dirujukan sebagai upaya mencegah
bermotor.
c. Penyuluhan Masyarakat
masyarakat itu sendiri. Olah karena itu aparat kepolisian perlu untuk
diharapkan akan tercipta suatu hubungan yang baik antara polisi dan
kamtibmas.
suatu sikap atau pandangan-pandangan yang patuh dan taat pada hukum.
Dengan terciptanya sikap yang selalu patuh dan taat pada hukum
d. Penjagaan
kantor polisi baik polsek maupun polres adalah selama 24 jam. Penjagaan
kepolisian.
Penjagaan ini sifatnya pasif, dalam arti aparat kepolisian baru akan
berbuat atau bertindak jika sudah menerima informasi baik dari laporan
e. Pembentukan Kadarkum
hukum atas kemauan sendiri dengan cara mengadakan temu sadar hukum
yang diselenggarakan secara berkala dan terbuka. Adapun kegiatan dalam
kadarkum yaitu yang dinamakan temu sadar hukum dapat berupa kegiatan
kemenanggulangian bermasyarakat.
sidang pengadilan.
dari upaya penyelesaian proses penegakan hukum secara nyata dalam hal
yaitu :
a. Operasi-operasi curanmor
1. Operasi terpusat
Operasi ini dilaksanakan atas perintah dari pusat yaitu dari Kapolri
2. Operasi kewilayahan
Polda yang satu dengan yang lain bisa berbeda tergantung dari
kerawanannya.
5. Operasi khusus
tertentu saja dan bias juga dilaksanakan atas perintah dari atasan,
atau tahun baru dengan nama sandi operasi ketupat dan operasi
lilin.
b. Meningkatkan patroli
tidak ada plat nomornya atau kendaraan yang tidak dilengkapi surat-surat.
D. Hambatan-hambatan Dalam Upaya Penanggulangan Kejahatan Curanmor
1. Keterbatasan aparat
terbatasnya petugas dengan luas Wilayah Hukum Polres Sleman yang harus
dilayani. Untuk mengatasi hambatan ini dari pihak Polri selain berusaha terus
2. Laporan terlambat
laporan dari masyarakat tentang adanya kasus curanmor. Hal ini akan
melarikan diri dan sulit untuk ditangkap. Laporan dari masyarakat yang
kondisi wilayahnya sangat luas belum terjamah oleh sarana komunikasi yang
cepat seperti telepon, disamping itu belum semua kantor Polisi ada fasilitas
datang ke kantor polisi terdekat dan kadang-kadang jarak antara TKP dengan
komunikasi yang murah dan cepat yaitu pesawat HT. selain itu sarana
komunikasi lewat udara ini banyak sekali gangguannya baik karena gangguan
alam. Sementara itu sarana komunikasi yang lebih baik yaitu lewat telepon
4. Kondisi geografis
Wilayah Hukum Polres Sleman yang cukup luas. Hal ini akan
ditangkap. Pelaku yang berasal dari luar Sleman setelah berhasil mencuri
tersebut ke luar daerah Sleman. Untuk mengatasi hambatan ini Polres Sleman
masing.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum Polres Sleman disebabkan oleh beberapa faktor. Dan berbagai faktor
tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu dari segi pelaku kejahatan
curanmor, dari segi pemilik atau pemakai kendaraan bermotor dan dari segi
oleh faktor ekonomi termasuk krisis keluarga dan faktor tayangan film atau
televisi. Dari segi pemulik atau pemakainya yaitu faktor kelengkapan pemilik
mengunci stang atau anak kunci tidak dicabut dari tempatnya. Sedangkan dari
kendaraan curian cukup tinggi dan kunci pengaman standar pabrik yang
keadaan geografis yang sangat luas, kebanyakan pelaku curanmor berasal dari
Hambatan atau kendala tersebut di atas juga menjadi sebab tingginya kasus
B. Saran
hasil yang lebih maksimal lagi. Selain itu semua hambatan atau kendala yang
lebih bertambah/meningkat.
bangku sekolah
Selain itu perlu untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan hukum pada waktu
malam hari, karena pada waktu siang hari kebanyakan dipergunakan warga
masyarakat tidak merasa waktu dan tenaganya hanya sekedar untuk mengikuti
penyuluhan.
DAFTAR PUSAKA
Daftar buku
Faal, M, 1991, Penyaringan Perkara Pidana Oleh Polisi, Pradya Pratama, Jakarta.
Laminating, P.A.F, 1997, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya Bakti,
Bandung.
Noach, WME, 1992, Kriminal Suatu Pengantar, Citra Aditya Bakti, Bandung.
Prakoso, Joko, 1987, POLRI Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum, Bina
Aksara, Jakarta.
TAP MPR No. IV 1999 tentang GBHN Tahun 1999-2004, 2001, Pustaka Setia,
Bandung.