Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

MENEGAKKAN HUKUM DI INDONESIA


YANG TAJAM KEBAWAH DAN TUMPUL KEATAS

Disusun Oleh :

Muhammad Bintang Nabilunnuha (08111840000004) Angkatan 2018


Vivi Cahyaning Kahesti (02411840000060) Angkatan 2018
Achmadi Noor Dzaky (02411840000067) Angkatan 2018
Yaasmiin Chandiaz (08111840000054) Angkatan 2018
Indri Silvia Dewi (03411840000026) Angkatan 2018

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERSURABAYA


2018

i
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................
.i
Daftar Isi .................................................................................................................
. ii
Kata Pengantar .......................................................................................................
. iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ...........................................................................................
.1
2. Rumusan Masalah
......................................................................................... .1
3. Tujuan Penulisan ..........................................................................................
.1
4. Manfaat .........................................................................................................
.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1. Pengertian Hukum .......................................................................................
.3
2. Jenis-Jenis Hukum di Indonesia .................................................................
.5
3. Lembaga Penegak Hukum di Indonesia ...................................................
.7
4. Lingkungan Peradilan di Indonesia.............................................................
11
5. Proses Peradilan Hukum di Indonesia .......................................................
. 13

BAB III PEMBAHASAN


1. Penegakan Hukum ........................................................................................
. 22
2. Hukum Di Indonesia Yang Tajam Ke Bawah Dan Tumpul Ke Atas ......
. 26
3. Contoh Kasus Penegakkan Hukum .............................................................
. 30
BAB IV PENUTUP

ii
1. Kesimpulan
..................................................................................................... . 27
2. Saran
............................................................................................................... . 27

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat, hidayah, serta karunia-Nya kepada kami semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah kami, berjudul “Penegakkan Hukum di Indonesia yang Tajam ke
Bawah dan Tumpul ke Atas.” Dalam makalah ini kami akan membahas tentang
hukum di Indonesia, dan mengapa hokum di Indonesia bias tajam ke bawah dan
tumpul ke atas serta bagaimana cara yang dapat dilakukan agar hokum yang
berkeadilan bias ditegakkan kembali.
Kami mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah
banyak membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, sebagai berikut
 Ibu Niken Prasetyawati selaku dosen mata kuliah kewarganegaraan
kami.
 Kedua orangtua kami.
dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Terimakasih astas semua bantuan yang diberikan, baik dalam bentuk moril
maupun dalam bentuk materi sehingga dapat terlaksana denan baik.
Kami, sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini memang
masih banyak kekurangan serta amat jauh dari kata kesempurnaan. Namun, kami
semua telah berusaha semaksimal mungkin dalam membuat sebuah makalah ini.
Kami sangat mengharapkan kritik serta saran dari semua teman-teman semua
demi tercapainya kesempurnaan yang di harapkan dimasa yang akan datang.

Surabaya, Oktober 2018

Penyusun

iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Istilah ini mungkin sudah lumrah di masyarakat Indonesia saat ini bahwa,
hukum di Indonesia timpang sebelah atau dalam tanda kutip “Tajam ke
bawah dan Tumpul ke atas” maksud dari istilah tersebut adalah salah satu
sindiran nyata bahwa keadilan di negeri ini lebih tajam menghukum
masyarakat kelas menengah. Coba bandingkan dengan para koruptor yang
notabene adalah para pejabat kelas ekonomi ke atas, mulai dari tingkat
anggota DPRD hingga para mantan menteri juga terjerat dengan kasus
korupsi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui perkara-perkara
kecil tapi dianggap besar dan terus dipermasalahkan yang sebenarnya bisa di
selesaikan dengan sikap kekeluargaan, namun berlangsung dengan
persidangan yang tidak masuk akal. Sementara, di luar masih banyak
koruptor yang berkeliaran dengan senang dan santainya menikmati uang
rakyat yang acap kali disalah gunakan untuk hal yang bersifat pribadi,
bukannya untuk menyejahterakan rakyat, namun malah digunakan untuk hal-
hal yang membuat seseorang itu menderita.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hukum?
2. Apa saja jenis hukum yang berlaku di Indonesia?
3. Apa saja lembaga penegak hukum di Indonesia?
4. Apa saja lingkungan peradilan di Indonesia?
5. Bagaimana penegakkan hukum di Indonesia?
6. Bagaimana agar hukum di Indonesia tidak tajam kebawah dan tumpul ke
atas?
1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian hokum.
2. Untuk mengetahui hokum apa saja yang ada di Indonesia.
3. Untuk mengetahui apa saja lembaga penegak hokum di Indonesia.
4. Untuk mengetahui apa saja lingkungan peradilan di Indonesia.
5. Untuk mengetahui bagaimana penegakkan hukum di Indonesia.
6. Untuk mengetahui cara bagaimana agar hukum di Indonesia tidak tajam
kebawah dan tumpul ke atas.
1.4. MANFAAT
1. Dapat mengetahui problematika penegakan hukum yang berlaku di
Indonesia.
2. Dapat mengetahui dampak dalam penegakan hukum di Indonesia.
3. Dapat mengetahui kenapa masyarakat tidak puas dengan penegakan
hukum di Indonesia.

1
4. Dapat mengetahui dan menilai bagaimana solusi dalam pemecahan
permasalahan hukum di Indonesia yang tajam ke bawah dan tumpul ke
atas.
5. Khusus bagi pemerintahan, memberikan gambaran mengenai sistem
penegakan hukum yang berlaku dalam masyarakat, serta diharapkan dapat
menilai, menelaah dan membuat suatu keputusan dalam pemecahan
masalah penegakan hukum tersebut.
6. Menambah wawasan ilmu pengetahuan.

2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PENGERTIAN HUKUM MENURUT PARA AHLI
Yang dimaksud dengan hukum adalah salah satu norma yang ada dalam
masyarakat. Pelanggaran norma hukum memiliki sanksi yang lebih tegas.
Pengertian hukum sangat beragam, sehingga kita harus mengetahui apa saja
pengertian hukum dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Adapun
dibawah ini akan dikaji pengertian hukum menurut para ahli dibidangnya.
 Plato; Hukum adalah seperangkat peraturan-peraturan yang tersusun
dengan baik dan teratur dan bersifat mengikat hakim dan masyarakat.
 Immanuel Kant; Hukum adalah segala keseluruhan syarat dimana
seseorang memiliki kehendak bebas dari orang yang satu dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain dan menuruti
peraturan hukum tentang kemerdekaan.
 Achmad Ali; Hukum merupakan seperangkat norma mengenai apa yang
benar dan salah, yang dibuat dan diakui eksistensinya oleh pemerintah,
baik yang tertuang dalam aturan tertulis maupun yang tidak, terikat dan
sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara menyeluruh, dan dengan
ancaman sanksi bagi pelanggar aturan norma itu.
 Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja; Hukum adalah keseluruhan kaidah
serta semua asas yang mengatur pergaulan hidup dalam masyarakat dan
bertujuan untuk memelihara ketertiban serta meliputi berbagai lembaga
dan proses guna mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan
dalam masyarakat.
 Borst; Hukum merupakan keseluruhan peraturan bagi perbuatan manusia
di dalam kehidupan bermasyarakat. Dimana pelaksanaannya bisa
dipaksakan dengan tujuan mendapatkan keadilan.
 Mr. E.M. Meyers; Menurutnya hukum ialah aturan-aturan yang
didalamnya mengandung pertimbangan kesusilaan. Hukum ditujukan
kepada tingkah laku manusia dalam sebuah masyarakat dan menjadi acuan
atau pedoman bagi para penguasa negara dalam melakukan tugasnya.
 Prof. Dr. Van Kan; Menyatakan bahwa hukum merupakan keseluruhan
peraturan hidup yang sifatnya memaksa untuk melindungi kepentingan
manusia di dalam masyarakat suatu negara.
 S.M. Amin; Hukum adalah sekumpulan peraturan yang terdiri dari norma
dan sanksi-sanksi. Tujuannya ialah mengadakan ketertiban dalam
pergaulan manusia dalam suatu masyarakat, sehingga ketertiban dan
keamanan terjaga dan terpelihara.
 J.C.T. Simorangkir; Hukum merupakan segala peraturan yang sifatnya
memaksa dan menentukan segala tingkah laku manusia dalam masyarakat
dan dibuat oleh suatu lembaga yang berwenang.

3
 Drs. E. Utrecht, S.H.; Menyatakan bahwa hukum adalah suatu himpunan
peraturan yang didalamnya berisi tentang perintah dan larangan, yang
mengatur tata tertib kehidupan dalam bermasyarakat dan harus ditaati oleh
setiap individu dalam masyarakat karena pelanggaran terhadap pedoman
hidup itu bisa menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah suatu negara
atau lembaga.
 Leon Duguit; Mengungkapkan bahwa hukum ialah seperangkat aturan
tingkah laku para anggota masyarakat, dimana aturan tersebut harus
diindahkan oleh setiap masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan
bersama dan apabila dilanggar akan menimbulkan reaksi bersama terhadap
orang yang melakukan pelanggaran hukum tersebut.
 Sunaryati Hatono; Menurutnya hukum tidak menyangkut kehidupan
pribadi seseorang dalam suatu masyarakat, tetapi jika menyangkut dan
mengatur berbagai kegiatan manusia dalam hubungannya dengan manusia
lainnya, dengan kata lain hukum ialah mengatur berbagai kegiatan
manusia di dalam kehidupan bermasyarakat.
 Ridwan Halim; Hukum ialah segala peraturan tertulis ataupun tidak
tertulis, yang pada intinya segala peraturan tersebut berlaku dan diakui
sebagai peraturan yang harus dipatuhi dan ditaati dalam hidup
bermasyarakat.
 Soerso; Hukum adalah sebuah himpunan peraturan yang dibuat oleh pihak
yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata tertib kehidupan
bermasyarakat yang memiliki ciri perintah dan larangan yang sifatnya
memaksa dengan menjatuhkan sanksi-sanksi hukuman bagi pelanggarnya.
 Tullius Cicerco; Hukum ialah akal tertinggi yang ditanamkan oleh alam
pada diri setiap manusia untuk menetapkan segala sesuatu yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan.
 M.H. Tirtaatmidjaja; Hukum adalah keseluruhan aturan atau norma yang
harus diikuti dalam berbagai tindakan dan tingkah laku dalam pergaulan
hidup. Bagi yang melanggar hukum akan dikenai sanksi, denda, kurungan,
penjara atau sanksi lainnya.
 Abdulkadir Muhammad; Hukum merupakan segala peraturan baik tertulis
maupun tidak tertulis yang memiliki sanksi tegas terhadap
pelanggarannya.
 Abdul Wahab Khalaf; Menyatakan bahwa hukum merupakan tuntutan
Allah berkaitan dengan perbuatan orang yang telah dewasa menyangkut
perintah, larangan dan kebolehannya untuk melaksanakan atau
meninggalkannya.
 Aristoteles; Mengatakan bahwa hukum hanyalah sebagai kumpulan
peraturan yang tidak hanya mengikat tetapi juga hakim bagi masyarakat.
Dimana undang-undanglah yang mengawasi hakim dalam melaksanakan
tugasnya untuk menghukum orang-orang yang bersalah atau para
pelanggar hukum.

4
2.2. JENIS-JENIS HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA
Ada bererapa hukum yang berlaku di Indonesia. Pembagian hukum di
Indonesia berdasarkan pada beberapa aspek. Berikut jenis-jenis pembaian
hukum di Indonesia.
1. Menurut Sumbernya
Menurut sumbernya hukum dibedakan menjadi :
A. Hukum undang-undang, yaitu peraturan hukum yang tercantum dalam
perundangan-undangan.
B. Hukum adat, yaitu peraturan-peraturan hukum yang terletak dalam
kebiasaan.
C. Hukum traktat, yaitu peraturan hukum yang ditetapkan oleh beberapa
negara dalam suatu perjanjian Negara.
D. Hukum jurisprudensi, yaitu peraturan hukum yang terbentuk oleh
putusan hakim.
E. Hukum doktrin, peraturan hukum yang berasal dari dari pendapat para
ahli hukum.
2. Menurut bentuknya
Menurut bentuknya hukum dibedakan menjadi :
A. Hukum tertulis, yaitu peraturan hukum yang terdapat pada berbagai
perundangan-undangan.
B. Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan), yaitu peraturan hukum yang
masih hidup dalam keyakinan sekelompok masyarakat dan ditaati oleh
mayarakat tersebut walaupun peraturan tersebut tidak tertulis dalam
bentuk undang-undang.
3. Menurut tempat berlakunya
Menurut tempat berlakunya hukum dibedakan menjaadi :
A. Hukum nasional, yaitu peraturan hukum yang berlaku dalam suatu
wilayah Negara tertentu.
B. Hukum internasional, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan
dalam dunia internasional.
4. Menurut waktu berlakunya :
Menurut waktu berlakunya hukum dibedakan menjadi :
A. Ius constitutum (hukum positif), yaitu peraturan hukum yang berlaku
pada saat ini bagi suatu masyarakat dalam suatu daerah tertentu.
B. Ius constituendum, yaitu peraturan hukum yang diharapkan akan
berlaku pada masa mendatang.
C. Hukum asasi (hukum alam), yaitu peraturan hukum yang berlaku pada
siapa saja dan kapan saja diseluruh dunia.

5
5. Menurut cara mempertahankannya :
Menurut cara mempertahankannya hukum dibedakan menjadi :
A. Hukum material, yaitu peraturan hukum yang berisi perintah dan
larangan untuk mengatur kepentingan bersama.
B. Hukum formal, yaitu peraturan hukum yang mengatur tentang
bagaimana cara pelaksaan hukum material
6. Menurut sifatnya :
Menurut sifatnya hukum dibedakan menjadi :
A. Hukum yang memaksa, yaitu peraturan hukum yang bersifat mutlak.
B. Hukum yang mengatur, yaitu peraturan hukum yang dapat
dikesampingkan jika pihak yang bersangkutan telah membuat
peraturan sendiri.
7. Menurut wujudnya :
Menurut wujudnya hukum dibedakan menjadi :
A. Hukum obyektif, yaitu peraturan hukum yang berlaku umum dalam
suatu Negara.
B. Hukum subyektif, yaitu peraturan hukum yang muncul dari hukum
obyektif teapi hanya berlaku pada orang tertentu. Hukum subyektif
juga disebut sebagai hak.
8. Menurut isinya :
Menurut isinya hukum dibedakan menjadi :
A. Hukum privat adalah hukum yang mengatur mengenai hubungan
antara individu satu dengan individu yang lain dengan bertumpu pada
kepentingan perseorangan. Hukum ini disebut juga hukum sipil.
Contohnya adalah hukum perdata dan hukum dagang.
B. Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan Negara dengan
warga negaranya atau Negara dengan alat kelengkapan. Disebut juga
dengan hukum Negara. Dimana hukum ini dibedakan menjadi tiga
yakni hukum pidana, tata Negara, dan administrasi Negara.

Hukum pidana bertujuan untuk melindungi kepentingan umum yang


memiliki implikasi secara langsung pada masyarakat secara luas (umum),
dimana apabila suatu tindak pidana dilakukan, berdampak buruk terhadap
keamanan, ketenteraman, kesejahteraan dan ketertiban umum di
masyarakat. Contohnya : Pencurian, pembunuhan, pemerkosaan, narkoba

Hukum perdata bersifat privat yang menitikberatkan dalam mengatur


mengenai hubungan antara orang perorangan (perseorangan). Oleh karena
itu, ketentuan-ketentuan dalam hukum perdata hanya berdampak langsung
bagi para pihak yang terlibat. Contohnya : sengketa lahan, pencemaran
nama baik, perceraian perebutan hak asuh anak dll.

6
2.3.LEMBAGA PENEGAK HUKUM DI INDONESIA
1. KEPOLISIAN
Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara RI.
Fungsi kepolisian merupakan salah satu fungsi pemerintahan negara di
bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan
hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
(Pasal 2).
Kepolisian bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang
meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan
tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan
pelayanan kepada masyarakat serta terbinanya ketenteraman masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (Pasal 4).
Fungsi dan tujuan kepolisian semacam itu kemudian dijabarkan lebih
lanjut dalam tugas pokok kepolisian yang meliputi:
 Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;
 Menegakkan hukum; dan
 Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada
masyarakat (Pasal 13).
Dalam melaksanakan tugas pokoknya tersebut, Pasal 14 menyatakan,
kepolisian bertugas untuk:
 Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;
 Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,
ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan;
 Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat
terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
 Turut serta dalam pembinaan hukum nasional;
 Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;
 Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan teknis terhadap
kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk
pengamanan swakarsa;
 Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana
sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan
lainnya;

7
 Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian,
laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan
tugas kepolisian;
 Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk
memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia;
 Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum
ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;
 Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian;
 Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2. KEJAKSAAN
Kejaksaan Republik Indonesia diatur oleh UU No. 16 Tahun 2004, yang
dalam undang-undang itu disebutkan bahwa diselenggarakan oleh
Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri. Kejaksaan
adalah alat negara sebagai penegak hukum yang juga berperan sebagai
penuntut umum dalam perkara pidana. Jaksa adalah alat yang mewakili
rakyat untuk menuntut seseorang yang melanggar hukum pidana maka
sisebut penuntut umum yang mewakili umum. kejaksaan merupakan
aparat Negara yang bertugas :
 Untuk melakukan penuntutan terhadap pelanggaran tindak pidana di
pengadilan. Di sini jaksa melakukan penuntutan atas nama korban dan
masyarakat yang merasa dirugikan
 Sebagai pelaksana (eksekutor) atas putusan pengadilan yang telah
berkekuatan hukum tetap.
Aparat kejaksaan akan mempelajari BAP yang diserahkan oleh kepolisian.
Apabila telah lengkap maka kejaksaan akan menerbikan P21 yang artinya
siap dibawa ke pengadilan untuk disidangkan.
Tugas dan wewenang jaksa di bidang pidana antara lain:
1. melakukan penuntutan
2. melaksanakan keputusan hakim yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap
3. melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasar UU
Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum jaksa turut melakukan
penyelidikan yang berupa
1. peningkatan kesadara hokum
2. mengawasi aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat
dan negara

8
3. pengamanan kebijakan penegakan hukum

3. KEHAKIMAN
Tugas utama seorang hakim adalah memeriksa, memutus suatu tindak
pidana atau perdata. Untuk itu seorang hakim dalam menjalankan tugasnya
harus lepas dari segala pengaruh agar keadilan benar-benar bisa
ditegakkan. Di tingkat pusat kekuasaan kehakiman dilakukan oleh MA dan
MK. Jika MA merupakan lembaga peradilan umum tertinggi, maka MK
merupakan lembaga peradilan khusus karena tugasnya :
 Terbatas kepada hak uji terhadap UU ke atas ,
 Sengketa kewenangan antar lembaga Negara,
 Pembubaran partai politik
 Memutuskan presiden dan/atau wakil presiden telah melanggar
hukuman tidak mengurusi masalah pidana.
 Mahkamah Agung
Perubahan ketentuan yang mengatur tentang tugas dan wewenang
Mahkamah Agung dalam Undang-Undang Dasar dilakukan atas
pertimbangan untuk memberikan jaminan konstitusional yang lebih kuat
terhadap kewenangan dan kinerja MA. Sesuai dengan ketentuan Pasal 24A
ayat (1), MA mempunyai wewenang:
 Mengadili pada tingkat kasasi;
 Menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang.
 Wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
 Mahkamah Konstitusi
Perubahan UUD 1945 juga melahirkan sebuah lembaga negara baru di
bidang kekuasaan kehakiman, yaitu Mahkamah Konstitusi dengan
wewenang sebagai berikut:
 Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar;
 Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh Undang-Undang Dasar;
 Memutus pembubaran partai politik;
 Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
 KomisiYudisial
Wewenang Komisi Yudisial menurut ketentuan UUD adalah mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim.
4. KPK
Lembaga baru yang dibentuk karena tuntutan dan amanat reformasi agar
Negara bersih dari praktek KKN. Dibentuk berdasarkan UU no 30 tahun 2002.

9
Tugas utamanya adalah menyelidiki dan memeriksa para pelaku korupsi yang
dilakukan oleh para pejabat Negara. KPK ini dalam menjalankan tugasnya
bertanggungjawab langsung kepada presiden.
 Tugas KPK:
Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Melakukan penyelidikan, penyidikan,
dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Melakukan tindakan-tindakan
pencegahan tindak pidana korupsi.Melakukan monitor terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara
 Wewenang KPK:
Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana
korupsi.Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi.Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi kepada instansi yang terkait. Melaksanakan dengar pendapat
atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan
tindak pidana korupsi.
5. ADVOKAD
Pengacara, advokat atau kuasa hukum adalah kata benda, subyek. Dalam
praktik dikenal juga dengan istilah Konsultan Hukum. Dapat berarti seseorang
yang melakukan atau memberikan nasihat (advis) dan pembelaan “mewakili”
bagi orang lain yang berhubungan (klien) dengan penyelesaian suatu kasus
hukum. Istilah pengacara berkonotasi jasa profesi hukum yang berperan dalam
suatu sengketa yang dapat diselesaikan di luar atau di dalam sidang
pengadilan.
Tugas & Tanggung jawab Advokat
 Mewawancarai klien dan menyediakan mereka dengan nasihat hukum ahli
 Meneliti dan mempersiapkan kasus dan menghadirkan mereka di
pengadilan
 Menulis dokumen hukum dan menyiapkan pembelaan tertulis untuk kasus
perdata
 Penghubung dengan profesional lain seperti pengacara
 Mewakili klien di pengadilan, pertanyaan publik, arbitrase dan pengadilan
 Mempertanyakan saksi
 Negosiasi
6. LEMBAGA PEMASYARAKATAN
Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) diatur dalam Undang-Undang No. 12
Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang mengubah sistem kepenjaraan
menjadi sistem pemasyarakatan. Sistem pemasyarakatan merupakan suatu
rangkaian kesatuan penegakan hukum, oleh karena itu pelaksanaannya tidak
dapat dipisahkan dari pengembangan konsep umum mengenai pemidanaan.

10
Menurut ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 12 Tahun 1995
tentang Pemasyarakatan, dinyatakan bahwa Lembaga Pemasyarakatan
(LAPAS) adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak
didik pemasyarakatan.
Lembaga Pemasyarakatan yang mengurusi perihal kehidupan narapidana
selama menjalani masa pidana. Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah
pidana penjara. Sejalan dengan UUD 1945, Pancasila sebagai dasar negara di
dalam sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab”
menjamin bahwa manusia Indonesia diperlakukan secara beradab meskipun
berstatus narapidana. Selain itu, pada sila ke-5 mengatakan bahwa “Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” berarti bahwa narapidanapun haruslah
juga mendapatkan kesempatan berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang
lain layaknya kehidupan manusia secara normal.
2.4.LINGKUNGAN PERADILAN DI INDONESIA
Di Indonesia terdapat 4 (empat) lingkungan peradilan, akan tetapi Konstitusi
juga memberikan kesempatan untuk dibuatnya pengadilan khusus yang berada
di bawah masing-masing badan peradilan tersebut. Berikut dibawah ini
penjelasan dari masing-masing lingkungan peradilan beserta pengadilan
khusus yang berada dibawahnya.
Terdapat 4 (empat) lingkungan peradilan di Indonesia berdasarkan Pasal 24
ayat (2) UUD 1945, antara lain sebagaimana disebutkan dibawah ini :
1. Lingkungan Peradilan Umum, meliputi sengketa perdata dan pidana.
2. Lingkungan Peradilan Agama, meliputi hukum keluarga seperti
perkawinan, perceraian, dan lain-lain.
3. Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, meliputi sengketa antar warga
Negara dan pejabat tata usaha Negara.
4. Lingkungan Peradilan Militer, hanya meliputi kejahatan atau pelanggaran
yang dilakukan oleh militer.
Lingkungan Peradilan diatas tersebut memiliki struktur tersendiri yang
semuanya bermuara kepada Mahkamah Agung (MA). Dibawah Mahkamah
Agung terdapat Pengadilan Tinggi untuk Peradilan Umum dan Peradilan
Agama di tingkat ibukota Provinsi. Disini, Pengadilan Tinggi melakukan
supervisi terhadap beberapa Pengadilan Negeri, untuk Peradilan Umum dan
Peradilan Agama ditingkat Kabupaten/Kotamadya. Berikut penjelasan dari
masing-masing peradilan sebagaimana tersebut diatas :
 Pengadilan Agama (PA)
Undang-Undang yang mengatur mengenai Pengadilan Agama yakni UU
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yang bertugas dan berwenang
untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di tingkat
pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang perkawinan, waris,
wasiat, hibah, wakaf dan shadaqoh, dimana keseluruhan bidang tersebut
dilakukan berdasarkan hukum Islam.

11
 Pengadilan Tata Usaha Negara (TUN)
Undang-Undang yang mengatur mengenai Pengadilan Tata Usaha Negara
(PTUN) yakni UU Nomor 5 Tahun 1986 yang telah diamandemen dengan UU
Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Pengadilan ini
berwenang menyelesaikan sengketa antar warga Negara dan Pejabat Tata
Usaha Negara. Objek yang disengketakan dalam Peradilan Tata Usaha Negara
yaitu keputusan tata usaha Negara yang dikeluarkan oleh pejabat tata usaha
Negara. Dan dalam Peradilan Tata Usaha Negara ini terdapat 2 (dua) macam
upaya hukum, antara lain yakni Upaya Administrasi, yang terdiri dari banding
administrasi dan keberatan, serta Gugatan.
 Pengadilan Militer (PM)
Undang-Undang yang mengatur mengenai Pengadilan Militer yakni UU
Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer. Pengadilan ini berwenang
mengadili kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan oleh militer.
Pengadilan Khusus
Adapun terhadap Pengadilan Khusus di Indonesia, telah terdapat 6 (enam)
Pengadilan Khusus yang masing-masing memiliki kewenangannya sendiri
sebagaimana dijelaskan berikut dibawah ini, antara lain :
 Pengadilan Niaga, dibentuk dan didirikan berdasarkan Keputusan Presiden
RI Nomor 97 Tahun 1999. Kewenangan Pengadilan Niaga antara lain
adalah untuk mengadili perkara Kepailitan, Hak atas Kekayaan Intelektual,
serta sengketa perniagaan lainnya yang ditentukan oleh Undang-Undang.
 Pengadilan HAM, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2000. Kewenang Pengadilan HAM adalah untuk
mengadili pelanggaran HAM berat, sebagaimana yang pernah terjadi atas
kasus pelanggaran hak asasi berat di Timor-Timur dan Tanjung Priok pada
Tahun 1984. Pelanggaran hak asasi tersebut tengah mengeluarkan
Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 2001 atas pembentukan Pengadilan
Hak Asasi Manusia Ad Hoc di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang saat
ini diubah melalui Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2001.
 Pengadilan Anak, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1997, yangmana merupakan implementasi dari Konvensi
Hak Anak yang telah diratifikasi, bahwa setiap anak berhak atas
perlindungan, baik terhadap eksploitasi, perlakuan kejam dan perlakuan
sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana. Dan Yurisdiksi
Peradilan Anak dalam hal perkara pidana adalah mereka yang telah
berusia 8 tetapi belum mencapai 18 Tahun.
 Pengadilan Pajak, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2002, dan memiliki yurisdiksi menyelesaikan sengketa
di bidang pajak. Sengketa pajak sendiri merupakan sengketa yang timbul
dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dan
pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang

12
dapat diajukan banding atau gugatan kepada Pengadilan Pajak berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk didalamnya gugatan
atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang-Undang penagihan pajak
dengan surat paksa.
 Pengadilan Perikanan, dibentuk dan didirikan berdasarkan Undang-
Undang 31 Tahun 2004. Peradilan ini berwenang memeriksa, mengadili,
dan memutus tindak pidana di bidang perikanan, dan berada di lingkungan
Peradilan Umum dan memiliki daerah hukum sesuai dengan daerah
hukum pengadilan negeri yang bersangkutan.
 Pengadilan Khusus Tindak Pidana Korupsi, dibentuk dan didirikan
berdasarkan amanat Pasal 53 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Pengadilan ini
memiliki yurisdiksi untuk menangani perkara korupsi dan berkedudukan
di Jakarta.
2.5. PROSES PERADILAN HUKUM DI INDONESIA
A. PROSES PERADILAN PIDANA DI INDONESIA
I. PENYELIDIKAN
Merupakan suatu rangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya penyidikan lebih lanjut.
II. PENYIDIKAN
Suatu rangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan mengumpulkan
barang bukti, dengan bukti tersebut membuat terang tentang kejahatan atau
pelanggaran yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
III. PENUNTUTAN
Tindakan JPU untuk melimpahkan perkara pidana ke PN yang berwenang
dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam hukum acara pidana dengan
permintaan supaya diperiksa oleh hakim di sidang pengadilan.
IV. SIDANG Di PENGADILAN
1. DAKWAAN
Surat dari Penuntut Umum yang menunjuk atau membawa suatu
perkara pidana ke pengadilan apabila cukup alas an untuk
mengadakan penuntutan terhadap tersangka yang memuat peristiwa-
peristiwa dan keterangan-keterangan mengenai Locus serta Tempus
dimana perbuatan tersebut dilakukan, dan keadaan-keadaan terdakwa
melakukan perbuatan tersebut, terutama keadaan yang meringankan
dan memberatkan kesalahan terdakwa.
2. EKSEPSI/TANGKISAN/KEBERATAN
Alat pembelaan dengan tujuan utama untuk menghindarkan
diadakannya putusan tentang pokok perkara, karena apabila eksepsi
ini diterima oleh PN, maka pokok perkara tidak perlu diperiksa dan
diputus.

13
3. PEMERIKSAAN ALAT BUKTI:
A. Berdasarkan Pasal 184 KUHAP Alat bukti yang sah antara lain:
 Keterangan saksi dan
 Keterangan ahli
 Surat
 Petunjuk
 Keterangan terdakwa
B. Keterangan saksi adalah keterangan yang diberikan di muka
persidangan mengenai apa yang saksi lihat dan dengar sendiri
C. Saksi ada dua macam: a charge (memberatkan) dan a de charge
(meringankan)
D. Keterangan (saksi) ahli / Espertise adalah keterangan pihak ketiga
yang objektif untuk memperjelas dan member kejernihan dari
perkara yang disidangkan serta untuk menambah pengetahuan
hakim dalam penyeesaian perkara. Keterangan ahli diberikan
sesuai dengan keahlian dari ahli tersebut
E. Seluruh keterangan saksi dan keterangan ahli di muka
persidangan berada di bawah sumpah (alat bukti yang sah)
F. Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan dalam
persidangan tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia alami
dan ia ketahui sendiri
4. REQUISITOIR / TUNTUTAN JAKSA
Tuntutan JPU sebagai kesimpulan pemeriksaan dimuka persidangan
yang diajukan setelah smua saksi dan ahli-ahli didengar serta surat-
surat yang berguna sebagai alat bukti dibacakan dan dijelaskan
kepada terdakwa.
5. PLEDOI / PEMBELAAN
Setelah JPU membacakan requisitoirnya maka terdakwa / penasehat
hukumnya mengajukan pledoinya.
Pledoi adalah pembelaan dari terdakwa/penasehat hukumnya
terhadap tuntutan yang diajukan oleh JPU, berdasarkan semua
keterangan dalam proses pembuktian yang menguntungkan pihak
terdakwa.
6. REPLIK JPU
Setelah pembelaan/pledoi penasehat hukum dibacakan, maka JPU
diberikan kesempatan oleh hakim untuk mengajukan replik secara
tertulis. Replik tersebut diserahkan kepada Hakim Ketua sidang dan
turunannya kepada pihak-pihak yang berkepntingan
7. DUPLIK TERDAKWA / PENASEHAT HUKUM
Duplik ini diajukan secara tertulis dan dibacakan oleh pansehat
hukum dipersidangan terhadap replik JPU. Duplik tersebut

14
diserahkan kepada Hakim Ketua sidang dan turunannya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan
8. PUTUSAN MAJELIS HAKIM
Menurut KUHAP ada 3 (tiga) macam putusan pengadilan, yaitu :
 Putusan yang mengandung pembebasan terdakwa (vrijspraak)
 Putusan yang mengandung pelepasan terdakwa dari segala
tuntutan hukum (onstlag van rechtvervolging)
 Putusan yang mengandung penghukuman terdakwa
V. UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI
Upaya Hukum :

Hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan
tingkat pertama. Karena putusan itu tidak luput dari kekeliruan atau
kekhilafan, bahkan tidak mustahil memihak, oleh karena itu demi kebenaran
dan keadilan setiap putusan hakim dimungkinkan untuk diperiksa ulang agar
kekeliruan putusan tersebut dapat diperbaiki
A. Upaya Hukum Biasa

1. Naik Banding (revisi) ke Pengadilan Tinggi (PT). Upaya hukum terhadap


Pengadilan Tingkat ke 2 9dua)/Pengadilan Tinggi (PT) yang mengulangi
pemeriksaan baik mengenai fakta-faktanya maupun mengenai penerapan
hukum atau undang-undangnya.
2. Kasasi (Pembatalan) ke Mahkamah Agung (MA)
Upaya hukum yang dilakukan ke Mahkamah Agung sebagai pengawas
tertinggi atas putusan-putusan pengadilan lain.
B. Upaya Hukum Luar Biasa
1. Kasasi Demi Kepentingan Hukum. Terhadap semua putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dari pengadilan selain MA, dapat
diajukan Kasasi oleh Jaksa Agung.
2. Peninjauan Kembali (PK) Putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap. Terhadap putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari segala tuntutan
hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan PK ke MA.

15
B. PROSES PERADILAN PERDATA
Persengketaan perdata adalah persengkataan yang dapat terjadi pada perseorangan
atau badan hukum. Sebelum menempuh penyelesaian melalui jalur hukum,
disarankan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi melalui proses
musyawarah/mediasi, baik melalui mekanisme adat, lembaga keagamaan, atau
lembaga mediasi. Bila ternyata mediasi tidak dapat menyelesaikan sengketa yang
ada, barulah penyelesaian sengketa dapat melalui pengadilan. Berikut adalah hal-
hal dasar yang harus diketahui mengenai proses peradilan perdata di pengadilan :

1. PENDAFTARAN GUGATAN
Jika surat gugatan telah dibuat dan telah memenuhi syarat formal (Lihat pasal
121 ayat (4) HIR, 145 Rbg, Zegelverordening 1921), maka surat gugatan
tersebut haruslah didaftarkan ke panitera pengadilan di wilayah pengadilan
yang ingin dituju untuk mendapatkan nomor perkara dan oleh panitera
kemudian akan diajukan kepada ketua pengadilan negeri.
Disarankan bagi anda yang masih awam dengan hukum untuk
mengkonsultasikan terlebih dahulu surat gugatan anda kepada ahli hukum
sebelum didaftarkan. Hal tersebut sangat berguna untuk efisiensi waktu dan
biaya penyelesaian perkara. Karena apabila surat gugatan anda lemah dan tidak
memenuhi syarat, maka lawan anda dapat mengajukan eksepsi. Dan bila
ternyata eksepsi tersebut diterima, maka kemungkinan besar perkara anda akan
dinyatakan “Niet Onvakelijkverklaard” (tidak dapat diterima) oleh majelis
Hakim, yang dapat menyebabkan waktu dan biaya anda akan terbuang
percuma karena harus mengajukan gugatan baru lagi.
2. PENGAJUAN GUGATAN
Langkah selanjutnya adalah mengajukan gugatan di tempat yang tepat. Untuk
menentukan pengadilan yang tepat untuk mengadili perkara yang diajukan,
maka haruslah berdasarkan kompetensi absolute dan kompetensi relative yang
ada sehingga perkara perdata tersebut dapat segera cepat ditangani. Bila salah
mengajukan gugatan maka dapat menyebabkan gugatan “Niet
Onvakelijkverklaard” (tidak dapat diterima) oleh pengadilan.
3. PERSIAPAN SIDANG
Dengan surat penetapan, Hakim yang menangani perkara anda akan
menentukan hari sidang dan melalui juru sita akan memanggil para pihak agar
menghadap ke pengadilan pada hari yang telah ditetapkan.
Apabila Penggugat tidak hadir pada persidangan pertama maka Penggugat
dianggap menggugurkan gugatan yang telah dibuat. Dan apabila Tergugat yang
tidak hadir pada persidangan, setelah terlebih dahulu dipanggil tiga kali oleh
juru sita, maka gugatan Penggugat dapat dikabulkan dengan putusan verstek.
4. PERSIDANGAN
Susunan persidangan perdata yang lazim adalah sebagai berikut :

16
a. Sidang Pertama
Pada sidang pertama Hakim akan membuka persidangan dengan
menanyakan identitas para pihak, kemudian mengusahakan dan
menghimbau para pihak untuk melakukan mediasi/perdamaian. Bila
mediasi tidak tercapai maka persidangan akan dilanjutkan ke tahap
berikutnya. Namun bila mediasi tercapai maka akan dibuat akta
perdamaian dan persidangan selesai.
b. Sidang Kedua
Pada sidang kedua agendanya adalah penyerahan jawaban dari pihak
Tergugat atas gugatan dari pihak Penggugat. Jawaban dibuat rangkap 3
(tiga) untuk Penggugat, Hakim, dan arsip Tergugat sendiri.
c. Sidang Ketiga
Agenda sidang ketiga adalah penyerahan Replik. Replik adalah tanggapan
Penggugat terhadap jawaban dari Tergugat.
d. Sidang Keempat
Agenda sidang keempat adalah penyerahan Duplik. Duplik adalah
tanggapan Penggugat terhadap Replik.
e. Sidang Kelima
Agenda sidang kelima adalah acara pembuktian oleh pihak Penggugat
terhadap dalil-dalil (posita) yang telah ia kemukakan sebelumnya untuk
menguatkan gugatanya.
f. Sidang Keenam
Agenda sidang keenam adalah acara pembuktian oleh pihak Tergugat
untuk menguatkan jawabanya.
g. Sidang Ketujuh
Agenda sidang ketujuh adalah penyerahan kesimpulan oleh para pihak
sebagai langkah akhir untuk menguatkan dalil masing-masing sebelum
hakim menjatuhkan putusan.
h. Sidang Kedelapan
Agenda sidang kedelapan adalah putusan Hakim.
5. EKSEKUSI
Eksekusi adalah pelaksanaan putusan hakim dalam sengketa perdata. Setelah
Hakim membacakan putusan dan membagikannya kepada para pihak, maka
saat itu jugalah putusan tersebut berlaku dan dapat dilaksanakan
eksekusi.Terdapat 3 (tiga) jenis pelaksanaan putusan eksekusi :
1. Eksekusi untuk membayar sejumlah uang (Lihat pasal 196 HIR dan pasal
208Rbg)
2. Eksekusi untuk melakukan suatu perbuatan (Lihat pasal 225 HIR dan pasal
259 Rbg)
3. Eksekusi Riil (Lihat pasal 1033 Rv)

17
6. UPAYA HUKUM
Apabila saat menerima putusan terdapat salah satu pihak yang merasa tidak
puas terhadap hasil putusan yang ada, maka pihak tersebut dapat melakukan
upaya hukum. Terdapat upaya hukum, yaitu : Banding, Kasasi, Peninjauan
Kembali (PK)

18
BAB III PEMBAHASAN
3.1.PENEGAKKAN HUKUM

A. Pengertian Penegakan Hukum


Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pengertian penegakan
hukum juga dapat diartikan penyelenggaraan hukum oleh petugas penegak
hukum dan oleh orang yang mempunyai kepentingan sesuai dengan
kewenangannya masing-masing menurut aturan yang berlaku. Penegakan
hokum juga merupakan proses untuk menjabarkan nilai, ide, dan cita-cita
yang cukup abstrak yang menjadi tujuan hukum. Dalam arti luas, proses
penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap
hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri
pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau
menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu,
penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan
hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan
hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya
hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan
untuk menggunakan daya paksa. Dari uraian di atas jelaslah kiranya
bahwa yang dimaksud dengan penegakan hukum itu merupakan upaya
yang dilakukan untuk menjadikan hukum, baik dalam arti formal maupun
materiil, sebagai pedoman perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik
oleh para subjek hukum yang bersangkutan maupun oleh aparatur
penegakan hukum yang resmi diberi tugas dan kewenangan oleh undang-
undang untuk menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

19
B. Fungsi Penegakan Hukum

a) Sebagai penggerak pembangunan


Daya mengikat dan memaksa dari hukum dapat digunakan atau
didayagunakan untuk menggerakkan pembangunan. Disini, hukum
dijadikan alat untuk membawa masyarakat ke arah yang lebih maju.
Dalam hal tersebut sering timbul kritik, bahwa hukum hanya
melaksanakan dan mendesak masyarakat sedangkan aparatur otoritas lepas
dari kontrol hukum. Sebagai timbangan dapat dilihat dari fungsi kritis
daripada hukum.
b) Sebagai alat penyeleseaian sengketa
Yang berarti bahwa memelihara krmampuan masyarakat untuk
menyesuaikan diri dengan kondisi kehidupan yang berubah, yaitu dengan
cara merumuskan kembali hubungan-hubungan sesuai dengan esensial
antara anggota masyarakat
c) Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin
Karena hukum mempunyai ciri, sifat, dan daya pengikat, maka hukum
dapat memberi keadilan ialah dapat menentukan siapa yang bersalah dan
siapa yang benar. Hukum dapat menghukum siapa yang salah, hukum
dapat memaksa peraturan ditaati dan siapa yang melanggar diberi sanksi
hukuman.
C. Penegakan Hukum di Indonesia
Penegakan hukum di Indonesia diselenggarakan oleh beberapa lembaga
penegak hukum dan beberapa di antaranya berada di bawah
pengawasan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Kepolisian Negara
Republik Indonesia bertanggung jawab atas penegakan hukum dan tugas
kepolisian di seluruh wilayah Indonesia. Saat ini tidak mudah memaparkan
kondisi hukum di Indonesia tanpa adanya prihatin yang mendalam mendengar
ratapan masyarakat yang terluka oleh hukum, dan marahan masyarakat pada
mereka yang memanfaatkan hukum untuk mencapai tujuan mereka tanpa
menggunakan hati nurani. Dunia hukum di Indonesia tengah mendapat sorotan

20
yang amat tajam dari sejumlah lapisan masyarakat baik dalam negri maupun
luar negri.
Dari sekian banyak bidang hukum dapat dikatakan bahwa hukum pidana
menempati peringkat pertama yang bukan saja mendapat sorotan tetapi juga
celaan yang luar biasa dibandingkan dengan biddang hukum lainnya. Bidang
hukum pidana merupakan bidang hukum yang paling mudah untuk dijadikan
indikator apakah reformaasi hukum yang dijalankan di Indonesia sudah
berjalan dengan baik atau belum. Hukum pidana bukan hanya berbicara
tentang putusan pengadilan atas penanganan perkara pidana., tetapi juga
meliputi semua proses dan sistem peradilan pidana. Proses peradilan berwal
dari penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian dan berpuncak pada
penjatuhan pidana dan selanjutnya diakhiri dengan pelaksanaan hukuman itu
sendiri oleh lembaga permasyarakatan. Semua proses pidana itulah yang saat
ini banyak mendapat sorotan dari masyarakat karena kinerjanya, atau prilaku
aparatanya yang jauh dari kebaikan.
Corak hukum yang sebagian besar telah bobrok oleh pelaku yang hnaya
mementingkan pribadi atau kelompok. Walaupun ada kebaikan- kebaikan serta
berjalannya hukum sesuai alur, namun itu hanya sebagian kecil dari kerusakan
sistem yang berlaku sekarang.
Hukum di negara ini dapat diselewengkan dengan mudahnya, dengan
inkonsisten hukum di Indonesia, seperti pemberian hukuman kepada para
pejabat Negara yang menyalahi aturan hukum, misalnya saat terkena tilang
polisi lalu lintas, ada beberpa oknum polisi yang mau bahkan terkadang minta
disuap agar kasus ini tidak diperpanjang polisanya pun mendapatkan
keuntungan materi dengan cepat namun salah tempat. Ini merupakan contoh-
contoh dalam lingkungan terdekat kita. Masih banyak kasus-kasus yang dapat
dijadikan contoh dari penyelewenagan hukum di Indonesia.
Kita dapat mengambil beberpa contoh tentang salahnya penegakan hukum di
Indonesia. Saat seseorang mencuri sandal misalnya, seperti yang pernah
diberitakan, ia disidang dan didenda hanya karena mencuri sandal seorang
briptu yang harganya tak seberapa mana, sedangkan di Indonesia para
koruptor di Indonesia bisa dengan leluasa merajalela, menikmati tanpa dosa,

21
karena mereke memandang rendah hukum yang ada di Indonesia. Ambil
contoh Arthalyta Suryani, ia menempati rutan dengan sarana ekslusif dimana
dipenjaranya tersedia untuk karaokean, ini juga bisa dinilai sebagai pembelian
hukum di Indonesia.
Kasus korupsi dinilai sebagai penyakit yang sangat kronis, meski pemerintah
berjanji tidak pandang bulu dalam penegakan supremasi hukum di Indonesia.
Pada kenyataannya tidak sejalan dengan harapan kita semua, banyak kasus
korupsi yang dalam pengusutannya tidak mampu menguak fakta apalagi
menangkap dalang intelektualnya. Banyak oknum penegak hukum yang ikut
terlihat dalam pusaran kasus korupsi, sehingga tidak dapat ditangkap dan
diadili sesuai hukum.

3.2 HUKUM DI INDONESIA YANG TAJAM KE BAWAH DAN TUMPUL


KE ATAS
Penegakan hukum berbagai kasus di negeri ini acap kali mengingkari rasa
keadilan yang menyengsarakan masyarakat, diskriminasi hukum kerap
dipertontonkan aparat penegak hukum. Yang lebih ironi ketika anak seorang
pejabat tinggi menjadi tersangka kasus kecelakaan yang menewaskan 2 orang
tidak ditahan penyidik. Sejatinya, kasus pendekatan ini bisa di selesaikan
dengan kearifan lokal yang baik atau pendekatan sosial kultural kekeluargaan.

Kondisi hukum masih seperti ini, ketika berhadapan dengan orang yang
memiliki kekuasaan, baik itu kekuasaan politik maupun uang, maka hukum
menjadi tumpul. Tetapi, ketika berhadapan dengan orang lemah, yang tidak
mempunyai kekuasaan dan sebagainya. Hukum bisa sangat tajam. Hal ini
terjadi karena proses hukum itu tidak berjalan secara otomatis, tidak terukur
bagaimana proses penegakan hukumnya. Seharusnya, ketika ada kasus hukum
kita bisa melihat dengan cara yang matematis. Perbuatannya apa, bagaimana
prosesnya, bagaimana proses pembuktiannya, bagaimana keputusannya. Kalau
ini diterapkan, proses penyelesaian hukumnya pasti berjalan dengan baik.
Tetapi, banyak anomali-anomali yang terjadi. Misalnya kasus pencurian,
tuduhannya pencurian, tetapi anomali yang terjadi bisa saja berbeda atas
kedudukan status sosialnya. Jika nanti kasusnya terjadi kepada yang status
sosial kalangan bawah, maka proses penegakan hukumnya cepat dan mudah
dalam penahanan. Namun sebaliknya jika terjadi pada orang yang status
sosialnya tinggi yaitu berkuasa dalam masalah keuangan dan politik. Inilah
yang menjadi problema dalam kasus seperti ini jangan sampai terulang kembali
kejadian dalam kasus ini sangat kontroversi, dan menyengsarakan masyrakat

22
yang tentunya dipertanyakan bahwa di manalah keadilan bagi “wong cilik”.
Masyarakat sering tidak percaya dengan proses hukum, nantinya masyarakat
akan melihat bahwa dalam melihat proses penegakan hukum ini bisa
melihatnya dengan keadilan.

Melihat dari perspektif hukum yang pernah di jalani, sebenarnya bila ada
laporan tentang sebuah kejadian yang diduga sebagai tindak pidana, tugas
polisi adalah mengumpulkan informasi atau data yang masuk sebanyak-
banyaknya, yang dapat dikategorikan sebagai alat bukti atau barang bukti
sehingga mengkonstruksikan apakah dari informasi dan data ini atau dapat
mengkonstruksikan pasal pidana. Selanjutnya dari anatominya yang melihat
unsur-unsur dari jaksa dan selanjutnya masuk dalam proses pengadilan. Dalam
proses penegakan hukum Terminologinya adalah “barangsiapa” jadi siapa saja
bisa mengalami proses hukum. Nanti jika yang menyangkut soal kepemilikan
dipersoalkan tersendiri.

Keadilan “hukum” bagi kebanyakan masyarakat seperti barang mahal,


sebaliknya barang murah bagi segelintir orang. Keadilan hukum hanya dimiliki
oleh orang-orang yang memiliki kekuatan dan akses politik serta ekonomi saja.
Kondisi ini sesuai dengan ilustrasi dari Donald Black (1976:21-23), ada
kebenaran sebuah dalil, bahwa Downward law is greater than upward.
Maksudnya, tuntutan-tuntutan atau gugatan oleh seseorang dari kelas “atas”
atau kaya terhadap mereka yang berstatus rendah atau miskin akan cenderung
dinilai serius sehingga akan memperoleh reaksi, namun tidak demikian yang
sebaliknya. Kelompok atas lebih mudah mengakses keadilan, sementara
kelompok marginal atau miskin sangat sulit untuk mendapatkannya
(Wignjosoebroto, 2008:187).

Fenomena ketidakadilan hukum ini terus terjadi dalam praktik hukum di negeri
ini. Munculnya berbagai aksi protes terhadap aparat penegak hukum di
berbagai daerah, menunjukkan sistem dan praktik hukum kita sedang
bermasalah. Menurut Ahmad Ali (2005), supremasi hukum dan keadilan
hukum yang menjadi dambaan masyarakat tak pernah terwujud dalam realitas
riilnya. Keterpurukan hukum di Indonesia malah semakin menjadi-jadi.
Kepercayaan masyarakat terhadap law enforcement semakin memburuk.

Gambaran ini yang disebut Satjipto Rahardjo sebagai bentuk krisis sosial yang
menimpa aparat penegak “hukum” kita. Berbagai hal yang muncul dalam
kehidupan “hukum” kurang dapat dijelaskan dengan baik. Keadaan ini yang
kurang disadari dalam hubungannya dengan kehidupan hukum di Indonesia
(Rahardjo, 2010:17). Praktik-praktik penegakkan hukum yang berlangsung,

23
meskipun secara formal telah mendapat legitimasi hukum (yuridis-formalistik),
namun legitimasi moral dan sosial sangat lemah.

Ada diskriminasi perlakuan hukum antara mereka yang memiliki uang dan
yang tak memiliki uang, antara mereka ada yang berkuasa dan yang tak punya
kekuasaan. Keadilan bagi semua hanyalah kamuflase saja. Namun, realita
hukum terasa justru dibuat untuk menghancurkan masyarakat miskin dan
menyanjung kaum elit. Penegak hukum lebih banyak mengabaikan realitas
yang terjadi di masyarakat ketika menegakkan undang-undang atau peraturan.
Akibatnya, penegak “hukum” hanya menjadi corong dari aturan. Hal ini tidak
lain adalah dampak dari sistem pendidikan hukum yang lebih mengedepankan
positifisme. Penegak hukum seperti memakai kacamata kuda yang sama sekali
mengesampingkan fakta sosial. Inilah cara ber”hukum” para penegak hukum
tanpa nurani dan akal sehat.

Karena itu, di tengah keterpurukan praktik ber”hukum” di negara kita ini yang
mewujudkan dalam berbagai realitas ketidakadilan hukum, terutama yang
menimpa kelompok masyarakat miskin. Sudah saatnya kita tidak sekedar
memahami dan menerapkan hukum secara legalistic-positivistic, yakni cara
ber”hukum” yang berbasis pada peraturan hukum tertulis semata (rule bound),
tapi perlu melakukan terobosan hukum, yang dalam istilah Satjipto Raharjo
(2008), disebut sebagai penerapan hukum progresif. Dan salah satu
aksi progresivitas hukum, adalah berusaha keluar dari belenggu atau penjara
hukum yang bersifat positivistik dan legalistik. Dengan pendekatan yuridis-
sosiologis, diharapkan selain akan memulihkan hukum dari keterpurukannya,
juga yang lebih riil, pendekatan yuridis-sosiologis diyakini mampu
menghadirkan wajah keadilan hukum dan masyarakat yang lebih substantif.

Untuk itu diperlukan penegak hukum yang berintegritas dan berkomitmen


tinggi untuk melakukan penegakan hukum khususnya dalam upaya
pemberantasan korupsi. Artinya polisi, jaksa, dan hakimnya juga harus benar-
benar bersih terutama pimpinannya. Jangan sampai kejadian tahun perseteruan
KPK vs Polri terulang lagi. Karena penegak hukum yang bersih merupakan
modal yang sangat kuat dalam penegakan hukum yang didambakan. Ibaratnya
menyapu ruangan yang kotor tentulah dengan sapu yang bersih.

24
3.2. CONTOH KASUS PENEGAKKAN HUKUM YANG TAJAM KE
BAWAH TUMPUL KEATAS

1. Kecelakaan Anak Menteri yang Menewaskan 2 Orang, Dituntut 5


Bulan
Rasyid, anak bungsu dari Menteri Koordinator Perekonomian RI, Hatta Rajasa,
mengalami kecelakaan yang menewaskan 2 orang pada malam Tahun Baru 2013.
Kecelakaan terjadi di jalur kanan Km 3+335 Tol Jagorawi. Mobil BMW X5 yang
dikendarai Rasyid terlibat benturan keras dengan mobil Daihatsu Luxio F 1622
CY yang dikemudikan Frans Joner Sirait. Dalam persidangan, Frans
mengungkapkan, mobil yang dikendarainya adalah mobil sewaan dengan tujuan
UKI, Cawang, Jakarta Timur-Bogor, Jawa Barat. Frans mengangkut 10
penumpang, yakni 5 di bagian belakang, 4 orang di bangku tengah, dan 1 orang di
bangku depan. Lima orang penumpang yang duduk di bangku paling belakang itu
terlempar ke jalan lantaran pintu belakang Luxio terbuka setelah terbentur. Dua
dari lima orang tersebut, Harun (50) dan Muhammad Reihan (1,5), meninggal
dunia.Pada proses persidangan, terjadi sebuah kejanggalan pada hakim, yang
hanya menanyakan aktivitas Rasyid pada rentang waktu 01.00 sampai 05.00 dan
langsung menanyakan aktivitas Rasyid pada jam 05.45. Hakim juga menerapkan
Restorative Justice untuk kasus Rasyid, yaitu proses hukum yang memasukkan
pertanggungjawaban korban terhadap korban. Keluarga Rasyid memberikan
santunan maupun pembiayaan perawatan dan pergantian kendaraan yang rusak
sebagai bentuk karakter pertanggungjawaban dan restitusi, rekonsiliasi, dan
restorasi. Alhasil, meskipun telah secara tidak langsung menewaskan 2 orang,
Rasyid hanya dijatuhi hukuman sebanyak 5 bulan penjara. (Kompas, 2013)
2. Kecelakaan Maut di Jalan Asia Afrika, Pelaku Dihukum 4 Tahun
Penjara
David, terdakwa kasus kecelakaan maut di Jalan Asia Afrika, Senayan, Jakpus,
September 2013 lalu divonis 4 tahun penjara. David dinyatakan bersalah karena
kelalaiannya mengakibat dua orang meninggal.Hakim menyatakan, David
melanggar pasal 310 UU No 22/2009 tentang Lalu-lintas. Putusan terhadap David
lebih tinggi 1 tahun daripada tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejati DKI
Jakarta, Bebri. Hakim juga sudah meringankan hukuman David karena dirinya
telah belum pernah dihukum dan sudah menyantuni korban. Sedangkan pihak
terdakwa mengaku keberatan atas putusan itu. Alasannya, kecelakaan itu diluar
kuasa David. Dia mengatakan, kematian korban disebabkan adanya mobil yang
parkir sembarangan di bilangan Asia Afrika. (Detiknews, 2014)
3.3. PEMBAHASAN CONTOH KASUS PENEGAKKAN HUKUM YANG
TAJAM KE BAWAH TUMPUL KEATAS

Dari contoh yang didapat, sudah terbukti bahwa memang proses hukum di
Indonesia bersifat tumpul ke atas dan tajam ke bawah. Pernyataan ini didukung

25
oleh contoh yang telah didapatkan, dimana kedua terdakwa sama sama mengalami
kecelakaan yang secara tidak langsung sama sama membunuh 2 orang, dan juga
sama sama telah menyantuni keluarga korban, tetapi hukuman untuk Rasyid yang
notabene merupakan anak Menteri, dikenakan hukuman yang lebih ringan yaitu 5
bulan penjara dibandingkan David yang merupakan warga biasa yang dikenakan 4
tahun penjara.

26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persoalan penegakan hukum di Indonesia merupakan persoalan
yang bisa dibilang sangat serius dan akan terus berkembang seiring
berkembangnya zaman jika unsur di dalam sistem itu sendiri tidak ada
perubahan dan tidak ada reformasi di bidang itu sendiri. Karakter bangsa
Indonesia yang menjadi penyebab dari segala ketidaksesuaian pelaksanaan
hukum di Indonesia. Perlu ditekankan sekali lagi bahwa tidak semua
hukum di Indonesia buruk, namun keburukan yang da itu membuat
keselarasan hukum menjadi tertutupi. Begitu banyak kasus-kasus yang ada
dalam kurun waktu yang relatif singkat dan bahkan kejadiannya terjadi
secara bersamaan. Sebenarnya reformasi sangat diperlukan agar
masyarakat bisa terjamin kemanannya dan agar masyarakat dapat
merasakan keadilan yang sebenar-benarnya. Perlu digarisbawahi juga
bahwa sebenarnya hukum telah sesuai dengan masyarakat, tetapi ada
pihak-pihak yang menajdi pengacau keadilan penegakan hukum di
Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan makalah yang telah kami buat, kami rasa masih perlu
banyak evaluasi yang harus dilakukan, penyelewengan dan masalah-
masalah yang ada haruslah jelas penindaklanjutannya, perlu adanya
ketegasan tersendiri dan kesadaran dari individu maupun kelompok yang
terlibat. Perlu ditanamkan iman yang kuat khususnya bagi penegak hukum
agar tidak tergoda dengan segala jenis suap dan pendirian iman dan takwa
sejak dini.

27

Anda mungkin juga menyukai