Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BERPOLITIK HARUS BERPEGANG PADA ETIKA

Nama Dosen : Jon Person, M. S.Pd. SH


Nama : Indah Lestari
Mata Kuliah : Pancasila

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDIKIA MEDIKA


PANGKALANBUN PRODI DIII KEBIDANAN TAHUN AJARAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan taklupa
pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Falsafah
Pancasila yang membahas tentang “berpolitik harus berpegang pada etika”. Dan juga kami
berterima kasih kepada Bapak Jon selaku dosen mata kuliah Pancasila di STIkes yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Adapun makalah berpolitik harus berpegang pada etika ini telah kami usahakan semaksimal
mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku dan referensi internet,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan bayak terima kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Perananberpolitik harus berpegang pada etika, khususnya bagi
penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Pangkalanbun, Desember 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengamalan atau praktek Pancasila dalam berbagai kehidupan dewasa ini
memang sudah sangat sulit untuk ditemukan. Tidak terkecuali dikalangan
intelektual dan kaum elit politik bangsa Indonesia tercinta ini. Aspek kehidupan
berpolitik, ekonomi, dan hukum serta hankam merupakan ranah kerjanya
Pancasila di dunia Indonesia yang sudah menjadi dasar Negara dan membawa
Negara ini merdeka. Hingga secara hukum Indonesia memang sudah merdeka
selama itu, namun jika kita telah secara individu (minoritas) hal itu belum
terbukti. Masih banyak penyimpangan yang dilakukan para elit politik dalam
berbagai pengambilan keputusan yang seharusnya menjungjung tinggi nilai-
nilai Pancasila dan Keadilan bagi seluruh warga Negara Indonesia. Keadilan
yang seharusnya mengacu pada Pancasila dan UUD 1945 yang mencita-citakan
rakyat yang adil dan makmur sebagaimana mana termuat dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea 1 dan 2 hilanglah sudah ditelan kepentingan politik pribadi.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
nilai sehingga merupakan suatu nilai sehingga merupakan sumber dari segala
penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun norma kenegaraan
lainnya. Dalam Filsafat Pancasila terkandung didalamnya suatu pemikiran-
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan
komprehensif (menyeluruh) dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai.
Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan
norma-norma yang merupaka pedoman dalam tindakan atau suatu aspek praksis
melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.
Sebagai suatu nilai, Pancasila merupakan dasar-dasar yang bersifat
fundamental dan universal bagi manusia baik dalam hidup bermasyarakat,
berbangasa dan bernegara. Adapun manakala nilai-nilai tersebut akan
dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau kehidupan yang nyata
dalam masyarakat bangsa, maupun negara maka nilai-nilai tersebut kemudian
dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas sehingga merupakan suatu
norma pedoman.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Pancasil
2. Pengertian Etika
3. Pengertian Politik
4. Pengertian Nilai
5. Pengertian Moral
6. Pengertian Norma
7. Etika Politik
8. Legitimasi Kekuasaan
9. Legitimasi Moral dalam Kekuasaan
10. Makna Nilai-Nilai Pancasila Dalam Etika Berpolitik
11. Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
C. Tujuan
Problematika yang sering muncul di Negara ini sangat erat dengan
penyimpangan norma-norma dan nilai-nilai Pancasila. Penindasan, korupsi dan
kriminalitas lainnya muncul diberbagai hirarkisme warga, mulai dari
masyarakat biasa hingga para pengusaha dan elit politik Indonesia. Sebagian
orang berpendapat bahwa keadilan hanya milik orang berkuasa, orang “berduit”
dan bahkan keadilan bisa dibeli, yang kemudian muncul istilah “mafia hukum”.
Hal ini sangat memprihatinkan bangsa Indonesia yang notabennya Negara
hukum yang paling tertib didunia. Keresahan warga muncul disemua genre,
yang mana ini mencerminkan kekrisisan realisasi Pancasila sebagai etika politik
bangsa dan minimnya penegakan keadilan dan hukum Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Pancasila adalah dasar falsafah Negara Indonesia sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia
harus mempelajari, mendalami, menghayati, dan mengamalkannya dalam
segala bidang kehidupan.
B. Pengertian Etika
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan
mendasar tentang ajaran-aaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah
suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran moral terntentu atau bagaimana kita haru mengambil sikap yang
bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987).
Etika umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam
hubungannya dengan berbagai kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika
khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas kewajiban manusia
terhadap diri sendiri dan etika sosial merupakan keawajiban manusia terhadap
manusia lain dalam hidup bermasyarakat, yang merupakan suatu bagian
terbesar dari etika khusus.
C. Pengertian Politik
Pengertian politik berasal dari kata Politics yang memiliki makna
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang
menyangkut proses tujuan penentuan-penentuan tujuan dari sistem itu dan
diikuti dengan pelaksanaan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan atau
decisionsmaking mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu
yang menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan skala
prioritas dari tujuan-tujuan yang dipilih.
Untuk pelaksanaan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-
kebijaksanaan umum atau public policies, yang menyangkut pengaturan dan
pembagian atau distributions dari sumber-sumber yang ada. Untuk melakukan
kebijaksanaan-kebijaksanaan itu diperlukan suartu kekuasaan (power), dan
kewenangan (authority) yang akan dipakai baik untuk membina kerjasama
maupun menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses ini. Cara-
cara yang dipakai dapat bersifat persuasi, dan jika perlu dilakukan suatu
pemaksaan (coercion). Tanpa adanya suatu paksaan kebijaksanaan ini hanya
merupakan perumusan keinginan belaka (statement of intents) yang tidak akan
pernah terwujud.
Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public
goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang (privat goals). Selain itu politik
menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai pplitik, lembaga
masyarakat maupun perseorangan.
D. Pengertian Nilai
Terbagi atas 3 :
1. Nilai dasar yaitu Asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kurang lebih
mutlak.
2. Nilai Instrumental yaitu Pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, yang biasanya
dalam wujud norma sosial atau norma hukum , yang selanjutnnya akan
terkristalisasi oleh lembaga-lembaga yang sesuai dengan kebutuhan
temapat dan waktu.
3. Nilai Praktis yaitu nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam
kenyataan.
Nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
1. Nilai ideal
2. Nilai material
3. Nilai spiritual
4. Nilai pragmatis
5. Nilai positif
6. Nilai logis
7. Nilai etis
8. Nilai estetis
9. Nilai sosial
10. Nilai religius
E. Pengertian Moral
Yaitu ajaran baik atau buruk tentang perbuatan dan kelakuan. Pancasila
sebagai nilai moral perorangan, moral bangsa, dan moral negara mempunyai
pengertian :
1. Dasar negara republik indonesia yang merupakan sumber dari segala
sumber hukum yang ada dan berlaku.
2. Pandangan hidup bangsa indonesia yanng dapat mempersatukan serta
memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan.
3. Jiwa dan kepribadian bangsa indonesia karena pancasila merupakan ciri
khas bangsa indonesia.
F. Pengertian Norma
1. Pancasila sebagai sumber hukum
2. Pancasila sebagai nilai pertahanan
G. Etika Politik
Sebagai salah satu cabang etika, khususnya etika politik termasuk dalam
lingkungan filsafat. Filsafat yang langsung mempertanyakan praksis manusia
adalah etika. Etika mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia.
Ada bebagai bidang etika khusus, seperti etika individu, etika sosial, etika
keluarga, etika profesi, dan etika pendidikan. dalam hal ini termasuk etika
politik yang berkenaan dengan dimensi politis kehidupan manusia.
Etika berkaitan dengan norma moral, yaitu norma untuk mengukur betul
salahnya tindakan manusia sebagai manusia. Dengan demikian, etika politik
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia sebagai manusia dan
bukan hanya sebagai warga Negara terhadap Negara, hukum yang berlaku dan
lain sebagainya.
Fungsi etika politik dalam masyarakat terbatas pada penyediaan alat-alat
teoritis untuk mempertanyakan serta menjelaskan legitimasi politik secara
bertanggung jawab. Jadi, tidak berdasarkan emosi, prasangka dan apriori,
melainkan secara rasional objektif dan argumentative. Etika politik tidak
langsung mencampuri politik praktis. Tugas etika politik membantu agar
pembahasan masalah-masalah idiologis dapat dijalankan secara obyektif.
Hukum dan kekuasaan Negara merupakan pembahasan utama etika politik.
Hukum sebagai lembaga penata masyarakat yang normatif, kekuasaan Negara
sebagai lembaga penata masyarakat yang efektif sesuai dengan struktur ganda
kemampuan manusia (makhluk individu dan sosial). Jadi etika politik
membahas hukum dan kekuasaan. Prinsip-prinsip etika politik yang menjadi
titik acuan orientasi moral bagi suatu Negara adalah adanya cita-cita The Rule
Of Law, partisipasi demokratis masyarakat, jaminan HAM menurut kekhasan
paham kemanusiaan dan sturktur kebudayaan masyarakat masing-masing dan
keadaan sosial.
H. Legitimasi Kekuasaan
Pokok permasalahan etika politik adalah legitimasi etis kekuasaan.
Sehingga penguasa memiliki kekuasaan dan masyarakat berhak untuk
menuntut pertanggung jawaban. Kewibawaan penguasa yang paling
meyakinkan adalah keselarasan social, yakni tidak terjadi keresahan dalam
masyarakat. Segala bentuk kritik, ketidakpuasan, tantangan, perlawanan, dan
kekacauan menandakan bahwa masyarakat resah. Sebaliknya, keselarasan
akan tampak apabila masyarakat merasa tenang, tentram dan sejahtera. Jadi
secara etika politik seorang penguasa yang sesungguhnya adalah keluhuran
budinya.
I. Legitimasi Moral dalam Kekuasaa
Legitimasi etis mempersoalkan kebebasan kekuasaan politik dari segi
norma-norma moral. Legitimasi ini muncul dalam konteks bahwa setiap
tindakan Negara baik legislatif maupun eksekutif dapat dipertanyakan dari segi
norma-norma moral. Tujuannya adalah agar kekuasaan itu mengarahkan
kekuasaan kepemakaian kebijakan dan cara-cara yang semakin sesuai dengan
tuntutan-tuntutan kemanusiaan yang adil dan beradab. Moralitas kekuasaan
lebih banyak ditentukan oleh nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh
masyarakat. Apabila masyarakatnya adalah masyarakat yang religius, maka
ukuran apakah penguasa itu memiliki etika politik atau tidak tidak lepas dari
moral agama yang dianut oleh masyarakatnya.
J. Makna Nilai-Nilai Pancasila Dalam Etika Berpolitik
Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan Negara yang merupakan satu
kesatuan nilai yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing
silasilanya. Karena jika dilihat satu persatu dari masing-masing sila itu dapat
saja ditemukan dalam kehidupan berbangsa yang lainnya. Namun, makna
Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu
kesatuan yang tak bias ditukarbalikan letak dan susunannya. Untuk memahami
dan mendalami nilai nilai Pancasila dalam etika berpolitik itu semua
terkandung dalam kelima sila Pancasila.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, sang pencipta seluruh alam.
Yang Maha Esa berarti Maha Tunggal, tidak ada sekutu dalam zat-nya,
sifat- nya dan perbuatan-nya. Atas keyakinan demikianlah, maka Negara
Indonesia berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa, dan Negara
memberikan jaminan sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya untuk
beribadah dan beragama. Bagi semua warga tanpa kecuali tidak boleh ada
sikap dan perbuatan yang anti Ketuhanan Yang Maha Esa dan anti
keagamaan. Hal ini diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu makhluk yang
berbudaya dan memiliki potensi pikir, rasa, karsa, dan cipta. Dengan akal
nuraninya manusia menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Adil berarti
wajar, yaitu sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang.
Beradab kata pokoknya adalah adab, sinonim dengan sopan, berbudi luhur
dan susila. Beradab artinya berbudi luhur, berkesopanan, dan bersusila.
Hakikatnya terkandung dalam pembukaan UUD 1945 alinea pertama:
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan prikemanusiaan dan prikeadilan …”. Selanjutnya dijabarkan dalam
batang tubuh UUD 1945.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu, artinya utuh tidak terpecah-pecah.
Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam-macam corak
yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan. Sila Persatuan Indonesia ini
mencakup persatuan dalam arti ideologis, politik, ekonomi, social budaya,
dan hankam. Hal ini sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea keempat,
yang berbunyi, “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia …”. Selanjutnya lihat batang tubuh
UUD 1945.
4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyarawatan/Perwakilan
Kata rakyat yang menjadi dasar Kerakyatan, yaitu sekelompok
manusia yang berdiam dalam satu wilayah tertentu. Sila ini bermaksud
bahwa Indonesia menganut system demokrasi, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Hal ini berarti bahwa kekuasaan tertinggi berada
ditangan rakyat. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan berarti bahwa rakyat dalam
melaksanakan tugas kekuasaannya ikut dalam pengambilan keputusan-
keputusan. Sebagaimana dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
keempat, yaitu, “… maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia,
yang berkedaulatan rakyat …”. Selanjutnya lihat dalam pokok pasal-pasal
UUD 1945.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan social berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat
disegala bidang kehidupan, baik materil maupun spiritual. Seluruh rakyat
berarti semua warga Negara Indonesia baik yang tinggal didalam negeri
maupun yang di luar negeri. Hakikat keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia dinyatakan dalam alinea kedua Pembukaan UUD 1945, yaitu
“Dan perjuangan kemerdekaan kebangsaan Indonesia … Negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Selanjutnya
dijabarkan dalam pasalpasal UUD 1945. Pola pikir untuk membangun
kehidupan berpolitik yang murni dan jernih mutlak dilakukan sesuai
dengan kelima sila yang telah dijabarkan diatas. Yang mana dalam
berpolitik harus bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusyarawatan/Perwakilan dan
dengan penuh keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia tampa pandang
bulu. Nilai-nilai Pancasila tersebut mutlak harus dimiliki oleh setiap
penguasa yang berkuasa mengatur pemerintahan, agar tidak menyebabkan
berbaghai penyimpangan seperti yang sering terjadi dewasa ini. Seperti
tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme, penyuapan, pembunuhan,
terorisme, dan penyalahgunaan narkotika sampai perselingkuhan
dikalangan elit politik yang menjadi momok masyarakat.
K. Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Sesuai Tap MPR No. VI/MPR/2001 dinyatakan pengertian dari etika
kehiddupan berbangsa adalah rumusan yang bersumber dari ajaran agama yang
bersifat universal dan nilai-nilai budaya bangsa yang terjamin dalam pancasila
sebagai acuan dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kita harus mengerti bagaimana politik itu sendiri yang seharusnya
dilaksanakan sesuai dengan amanah pancasila, tudak bertentangan dan bukan
bagaimana pancasila dipolitikkan oleh para penguasa negara khususnya negara
Indonesia
B. SARAN
Kita sebagai para calon penerus masa depan untuk Negara yang kita cintai ini tanah
air Indonesia sudah sepatutnya bahwasannya kita berkewajiban mempelajari serta
menjunjung tinggi pancasila, karena pancasila sebagai landasan dalam kehidupan
manusia , pancasila sebagai etika dalam berpolitik. Jadi akan menciptakan masyarkat
yang beretika serta taat pada aturan yang ada. Bagi para mahasiswa maupun para
pembaca bisa menerapkan setiap sila-sila pancasila yang sangat bermanfaat untuk
kehidupan sehari-hari dalam bidang akademik maupun non akademik pun juga bisa
diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
file.upi.edu... Pancasila... pancasila sebagai etika.pdf.
Setia,ellym. 2005. Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila. PT GRAMEDIA
PUSTAKA UTAMA. Jakarta.
Hatta, mohammad. 1984. Uraian Pancasila. Mutiara. Jakarta.
Budiardjo.1981. Dasar-dasar Ilmi Politik. Gramedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai