Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SISTEM POLITIK

INDONESIA
MASA PRAKOLONIAL (kerajaan)
DOSEN PENGAMPU : HENI TRI AGUSTIN, S.Sos, M.Si

DISUSUN OLEH :
AGUS ARIF DARMAWAN 14.341.0039
ANGGA ADI PUTRA VIARGO 14.341.0067
FAHRUL RAMADHAN FIRMANSYAH
14.341.0041

UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
2016/2017
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang


memiliki keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikmat iman, kesehatan
dan kekuatan didalam penyusunan makalah ini. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. keluarga dan para sahabatnya dan penegak sunnah-Nya sampai
kelak akhir zaman

Pada kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada HENI
TRI AGUSTIN, S.Sos, M.Si selaku Dosen Pembimbing, disela-sela rutinitasnya namun tetap
meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk, dorongan, saran dan arahan sejak rencana
penelitian hingga selesainya penulisan Makalah ini.

Ucapan terima kasih juga, penulis sampaikan kepada :

1. Ibu Dra. Hj. Siti Marwiyah, M.Si. selaku Dekan Fakultas


2. Ibu Verto Septiandika S.Sos.,M.Si. selaku Dosen Wali
3. Seluruh Staf Pengajar (Dosen) Fakultas Administrasi Negara
4. Seluruh Staf Karyawan/Karyawati Fakultas Administrasi Negara yang telah memberikan
pelayanan terbaik selama saya mengikuti proses pendidikan
5. Sahabat-sahabat ku Sejurusan.
Kepada Ayah dan Ibunda tercinta dengan penuh kasih sayang dan kesabaran telah
membesarkan dan mendidik kami hingga dapat menempuh pendidikan yang layak. Juga buat
Kakak-kakak dan adikku tercinta membantu baik moril maupun materil selama penulis
menempuh pendidikan di perguruan tinggi (UPM). Akhirnya kepada Allah SWT jualah
senantiasa saya berharap semoga pengorbanan dan segala sesuatunya yang dengan tulus dan
ikhlas telah diberikan dan penulis dapatkan akan selalu mendapat limpahan rahmat dan hidayah-
Nya, Amin.

Probolinggo, 14 Jun 2016


DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................i

Daftar Isi.......................ii

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar
belakang.............3
1.2 Rumusan
masalah............4
Bab II Pembahasan

2.1 Sejarah
Prakolonial di Indonesia.........................................5
2.2 Pengaruh
Agama Hindu dan Budha di Indonesia.......................................................5
2.3 Kedatangan
Islam di Indoneia.....................................................................................8
2.4 Nusantara
pada masa Prakolonial................................................................................9
Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan
.............11
3.2 Saran............
...............................................................................................................11
3.3 Daftar
Pustaka....12
BAB I

PENDAHULUAN

2.2. LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari 17.508 pulau.
Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah Negara berpenduduk
terbesar keempat di dunia dan ?egara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun
secara resmi bukanlah ?egara Islam. Seperti yang kita ketahui, nama Indonesia tidak serta merta
muncul dengan begitu saja. Indonesia, sebagaimana yang kita ketahui seperti sekarang ini
merupakan suatu nama atau istilah yang memiliki sejarah yang panjang, seiring dengan
perjalanan panjang bangsa ini.

Sejarah Indonesia diawali dari suatu daerah di kawasan Asia Tenggara yang dikenal
dengan sebutan Nusantara. Nusantara merupakan salah satu dari pusat kebuyaan terbesar di
kawasan Asia, selain India dan Cina. Pada zaman itu, sudah terdapat beberapa pusat-pusat
kekuatan di Nusantara, misalnya Kerajaan Sriwijaya di Sumatera, Kerajaan Majapahit dan
Kerajaan Mataram di Jawa, Kerajaan Banjar di Kalimantan, Kerajaan Bululung di Bali, Kerajaan
Ternate dan Tidore di Maluku, serta masih banyak kerajaan-kerajaan yang lainnya. Dari hanya
sebatas kesadaran geopolitik yang belum dapat dipersatukan secara politik , kesadaran bangsa
Nusantara berkembang menjadi kesadaran politik dan administrasi. Dari semula hanya sebatas
pemahaman sebagai seseorang yang tinggal di kawasan yang sama yaitu Nusantara, hingga
munculnya jiwa Nasionalisme dan Patriotisme sebagai suatu bangsa.

Pertumbuhan paham kebangsaan Indonesia tidak secepat dan semudah yang kita
bayangkan. Bangsa Indonesia harus melalui proses yang panjang, dimulai dari masa prakolonial,
masa penjajahan Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jepang, hingga masa setelah
kemerdekaan Indonesia. Berhubungan dengan pemahaman bangsa Indonesia tersebut, terdapat
dua pendekatan. Yang pertama yaitu pendekatan yang dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
Ia mengemukakan bahwa dalam memahami bangsa kita ini, Indonesia harus dilihat sebagai suatu
bangsa yang baru terlepas dari keterkaitan dengan sejarah masa lalu Sriwijaya, Majapahit,
Mataram, dan sebagainya. Indonesia yang baru yaitu Indonesia yang rasional, maju, dan mirip
dengan orang barat. Pendekatan yang kedua yaitu pendekatan yang dipelopori oleh Sanusi Pane
dkk. Ia berpendapat bahwa suatu bangsa tak mungkin menjadi betul-betul baru dengan
meninggalkan sama sekali warisan-warisan sejarah masa lalu.bangsa ini terbentuk dari sejarah-
sejarah masa lalu yang kemudian mewariskan nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi kultur
dan identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, sejarah tidak dapat dipisahkan
dengan perkembangan bangsa Indonesia pada saat ini. Oleh sebab itu, dalam makalah ini
disajikan penggalan-penggalan sejarah dari bangsa Indonesia yang diharapkan dapat bermanfaat
dan dapat menambah pemahaman kita mengenai historitas bangsa Indonesia.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana sejarah Prakolonial di indonesia ?

2. Bagaimana paham kebangsaan Indonesia pada masa Prakolonial?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Prakolonial di Indonesia
Pada masa sebelum kekuatan Eropa Barat mampu menguasai daratan dan perairan Asia
Tenggara, belum ada Indonesia. Nusantara yang sekarang kita kenal sebagai Indonesia terdiri
dari pulau-pulau dan tanah yang dikuasai oleh berbagai kerajaan dan kekaisaran, kadang hidup
berdampingan dengan damai sementara di lain waktu berada pada kondisi berperang satu sama
lain. Nusantara yang luas tersebut kurang memiliki rasa persatuan sosial dan politik yang
dimiliki Indonesia saat ini. Meskipun demikian, jaringan perdagangan terpadu telah berkembang
di wilayah ini terhitung sejak awal permulaan sejarah Asia. Terhubung ke jaringan perdagangan
merupakan aset penting bagi sebuah kerajaan untuk mendapatkan kekayaan dan komoditas, yang
diperlukan untuk menjadi kekuatan besar. Tapi semakin menjadi global jaringan perdagangan ini
di nusantara, semakin banyak pengaruh asing berhasil masuk; suatu perkembangan yang
akhirnya akan mengarah pada kondisi penjajahan.

Keberadaan sumber-sumber tertulis adalah yang memisahkan masa sejarah dari masa prasejarah.
Karena sedikitnya sumber-sumber tertulis yang berasal dari masa sebelum tahun 500 Masehi,
sejarah Indonesia dimulai agak terlambat. Diduga sebagian besar tulisan dibuat pada bahan yang
mudah rusak dan - ditambah dengan iklim tropis lembab dan standar teknik konservasi yang
berkualitas rendah pada saat itu - ini berarti bahwa sejarawan harus bergantung pada
inskripsi/prasasti di atas batu dan studi sisa-sisa candi kuno untuk menelusuri sejarah paling
terdahulu nusantara. Kedua pendekatan ini memberikan informasi mengenai struktur politik tua
karena baik sastra maupun pembangunan candi adalah contoh budaya tinggi yang diperuntukkan
bagi elit penguasa.

Sejarah Indonesia memiliki ciri sangat khas, yaitu umumnya berpusat di bagian barat Nusantara
(khususnya di pulau Sumatera dan Jawa). Karena sebagian besar bagian timur Nusantara
memiliki sedikit kegiatan ekonomi sepanjang sejarah (terletak jauh dari jalur perdagangan
utama), hal itu menyebabkan sedikitnya kegiatan politik; suatu situasi yang berlanjut hingga hari
ini.

2.2. Pengaruh Agama Hindu dan Budha di Indonesia

Prasasti tertua yang ditemukan di Nusantara dikenal sebagai Prasasti Kutai dan berasal
dari Kalimantan Timur, yang sudah ada sejak sekitar 375 Masehi ketika kerajaan Kutai
Martadipura berkuasa. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sansekerta (bahasa liturgis agama Hindu)
menggunakan tulisan Palawa, tulisan yang dikembangkan di India Selatan sekitar abad ketiga
Masehi. Dalam prasasti ini tiga raja Kutai Martadipura disebutkan dan mereka menggambarkan
sebuah ritual yang merupakan karakteristik Hindu kuno. Sekitar satu abad kemudian, batu
prasasti pertama (yang diketahui) di Jawa ditemukan. Prasasti ini, yang juga dalam bahasa
Sansekerta, menyatakan raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara (abad keempat sampai
ketujuh) di Jawa Barat dan menghubungkan sang raja ini dengan dewa Hindu (Wisnu). Secara
keseluruhan, prasasti ini menunjukkan bukti pengaruh besar dari agama Hindu India di kalangan
elit penguasa kerajaan pribumi kuno pertama yang diketahui di Nusantara.

Meskipun demikian, hubungan perdagangan antara India dan Nusantara masa kini diketahui
telah terbentuk berabad-abad sebelum prasasti Kutai. Selat Malaka, jalur laut yang
menghubungkan Samudera Hindia dengan Samudera Pasifik, telah menjadi jalur pelayaran
utama untuk perdagangan yang pengantarannya melalui laut antara China, India dan Timur
Tengah sejak ingatan manusia (since human memory). Sebagian besar garis pantai Sumatera
terletak di sebelah jalur laut ini, yang menyebabkan pedagang antara India dan China berhenti di
sini atau di sisi lain dari Selat (sekarang Malaysia) untuk menunggu angin musim yang tepat
yang akan membawa mereka lebih jauh. Tapi diasumsikan bahwa agama Hindu dan Buddha
tidak disebarkan ke Nusantara oleh para pedagang India. Kemungkinan besar, raja dan kaisar di
Nusantara tertarik dengan kehormatan Brahmana (kelas imam agama Hindu yang merupakan
peringkat tertinggi dari empat kasta sosial). Brahmana ini, berdasarkan dugaan, memperkenalkan
agama baru ke Nusantara yang memungkinkan raja-raja pribumi untuk mengidentifikasikan diri
mereka dengan dewa Hindu atau Bodhisattva (makhluk mistis yang tercerahkan dalam agama
Budha), sehingga menggantikan pemujaan leluhur yang dianut sebelumnya. Oleh karena itu,
Doktrin agama baru ini, menunjukkan kehormatan yang lebih besar bagi raja-raja. Kerajaan di
Nusantara yang meniru konsep India ditemukan di pulau Kalimantan, Jawa, Sumatera dan Bali.

Karena posisi strategis dari garis pantai Sumatera dan Malaysia yang dekat dengan Selat Malaka,
tidaklah mengherankan bahwa kita menemukan Negara pertama yang berpengaruh besar dalam
sejarah Indonesia di daerah pesisir Sumatra, dan membentang di wilayah geografis yang luas di
sekitar selat. Kerajaan ini dinamakan Sriwijaya dan menguasai jalur perdagangan yang
menghubungkan Samudra Hindia, Laut Cina Selatan dan Kepulauan Rempah Maluku antara
abad ke-13 dan abad ke-17. Sriwijaya juga dikenang sebagai Pusat di Asia Tenggara untuk studi
agama Budha dengan penekanan utama pada studi bahasa Sansekerta. Dari sumber-sumber Cina
diketahui bahwa para biksu Budha Cina tinggal di Sriwijaya selama lebih dari satu dekade untuk
melanjutkan studi mereka.

Sisa-sisa candi Hindu dan Buddha yang berasal dari antara abad ke-8 dan ke-10 menunjukkan
pemerintahan dua dinasti di Jawa Tengah. Dinasti ini adalah Dinasti Sailendra (penganut Agama
Budha Mahayana dan kemungkinan besar dinasti yang membangun Candi Borobudur yang
terkenal sekarang berada di dekat Yogyakarta sekitar tahun 800 Masehi) dan Dinasti Sanjaya
(penganut agama Hindu yang membangun kompleks candi Prambanan sekitar tahun 850 Masehi
tidak jauh dari candi Borobudur dan sebagai reaksi terhadap candi Borobudur tersebut).
Keruntuhan perlahan-lahan Sriwijaya dan munculnya kerajaan besar baru di Jawa ini berarti
bahwa kekuasaan politik secara bertahap berpaling dari Sumatera menuju Jawa. Namun pada
abad ke-10 kehidupan penduduk di Jawa Tengah tiba-tiba tidak terekam karena kurangnya
sumber. Diduga letusan gunung berapi besar menggeser kekuasaan politik dari Jawa Tengah ke
Jawa Timur tempat berkembangnya sejumlah kerajaan baru. Dua di antaranya yang patut
mendapat perhatian khusus karena warisan mereka, yakni Kediri (sekitar 1042-1222) untuk
warisan prasasti dan warisan sastranya, dan penggantinya Singasari (antara 1222 dan 1292)
untuk memperkenalkan babak baru dalam sejarah Indonesia, yaitu sinkretisme (penyatuan aliran)
agama Hindu dan Budha. Babak baru ini mencapai kejayaannya di kerajaan Majapahit di Jawa
Timur (1293 sampai sekitar 1500), yang mungkin merupakan kerajaan terbesar dalam sejarah
Nusantara yang memiliki wilayah geografis yang menyerupai perbatasan Indonesia saat ini
(walaupun masih diperdebatkan di kalangan sarjana mengenai seberapa besar kekuasaan
kerajaan ini benar-benar dinikmati di luar Jawa dan Bali). Majapahit dengan perkembangan seni
dan sastranya yang luar biasa masih merupakan konsep penting dan menjadi penyebab
kebanggaan nasional bagi masyarakat Indonesia saat ini karena dianggap sebagai dasar negara
modern Indonesia. Pergerakan kaum nasionalis di abad ke-20 menggunakan konsep ini untuk
menjustifikasi kemerdekaan dan keabsahan batas-batas wilayah. Motto Nasional Indonesia
Bhinneka Tunggal Ika, yang berarti Persatuan dalam Keberagaman', berasal dari sebuah puisi
Jawa Kuno yang ditulis pada masa pemerintahan Majapahit.

2.3. Kedatangan Islam di Indonesia

Meskipun merupakan kerajaan Hindu-Buddha, Islam berpengaruh bagi kalangan elit


penguasa Majapahit. Kemungkinan Islam sudah ada di Asia Tenggara maritim dari awal era
Islam ketika pedagang Muslim datang ke Nusantara, membuat permukiman di daerah pesisir,
menikah dengan wanita setempat dan dihormati atas kekayaan mereka yang diperoleh melalui
perdagangan. Beberapa penguasa lokal kemungkinan tertarik dengan agama baru ini dan
dianggapnya menguntungkan untuk menganut keyakinan yang sama seperti sebagian besar
pedagang. Pendirian kerajaan Islam merupakan langkah logis berikutnya. Diduga rakyat dari
raja-raja ini mengikutinya dengan masuk Islam.

Prasasti pada batu nisan menunjukkan bahwa pada awal abad ke-13 terdapat sebuah kerajaan
Islam di bagian utara Sumatera disebut Pasai atau Samudera. Kerajaan ini dianggap sebagai
kerajaan Islam pertama di Nusantara. Dari Sumatra Utara, pengaruh Islam kemudian menyebar
ke arah timur melalui perdagangan. Di pesisir pantai utara Jawa berbagai kota Islam muncul
selama abad ke-14. Meskipun demikian, tidaklah mungkin kalau beberapa bangsawan Jawa dari
Majapahit di Jawa Timur memeluk agama Islam karena perdagangan. Mereka mungkin merasa
derajatnya jauh lebih tinggi dibanding dengan kelas sosial pedagang. Kemungkinan besar
bangsawan Jawa ini dipengaruhi oleh ulama Sufi dan orang-orang suci atau wali yang mengaku
memiliki kekuatan supranatural (karomah).

Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15 pengaruh Majapahit di Nusantara mulai menurun
karena konflik suksesi dan meningkatnya kekuasaan kerajaan Islam. Sebuah negara perdagangan
baru, Malaka, merupakan salah satu kekuatan baru ini. Kekuatan ini bangkit di daerah pesisir -
saat ini Malaysia - dan terletak di bagian tersempit dari Selat Malaka. Negara ini menjadi
pelabuhan sangat sukses dengan fasilitas menguntungkan dalam jaringan perdagangan luas yang
membentang dari Cina dan Maluku di ujung timur ke Afrika dan Mediterania di ujung barat.
Meskipun pada awalnya Malaka adalah negara Hindu-Buddha, namun berubah dengan cepat
menjadi kesultanan Muslim (mungkin karena alasan terkait perdagangan).

Hubungan historis antara perdagangan dan Islam juga terlihat dalam perkembangan di pulau
Ternate - saat ini propinsi Maluku di kawasan timur Indonesia. Ternate (mirip dengan Tidore
yang dekat dengannya) menjadi daerah kaya karena produksi cengkeh. Dari Jawa - dan melalui
perdagangan - Islam menyebar ke daerah ini, mengakibatkan berdirinya kesultanan di akhir abad
ke-15. Kesultanan ini berhasil menguasai sebagian besar Indonesia Timur namun posisinya
dirusak oleh Belanda pada abad ke-17

2.4. Nusantara pada masa Prakolonial


Menurut Marsudi, paham kebangsaan Indonesia tidak muncul dalam pandangan bangsa
Indonesia dengan begitu saja, melainkan paham kebangsaan Indonesia itu muncul secara
bertahap dari perjalanan panjang bangsa ini. Marsudi membagi pertumbuhan paham kebangsaan
Indonesia ke dalam tiga bagian, yaitu: Nusantara Masa Prakolonial, Nusantara Pada Masa
Kolonial, dan Indonesia Pascakemerdekaan.
Pada masa prakolonial (antara tahun 5-17 M), yaitu pada zaman kerajaan hindu-budha dan
kerajaan islam, dunia belum mengenal istilah Indonesia. Mereka menggunakan istilah Nusantara
untuk menyebut kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Pada masa itu, terdapat banyak
pusat kekuatan politik di wilayah nusantara, seperti kerajaan Majapahit dan Mataram di Jawa,
dan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera. Namun dengan adanya pusat-pusat kekuatan politik di
setiap wilayah, hal tersebut tidak dapat menyatukan orang-orang nusantara sebagai suatu bangsa.
Kerajaan-kerajaan tersebut saling berperang agar dapat memperluas daerah kekuasaannya.
Paham yang mereka miliki pada masa itu hanya sebatas paham geopolitik, yaitu kesadaran
bahwa mereka memiliki identitas yang sama, sama-sama terletak di kawasan nusantara tapi
mereka belum dapat dipersatukan sebagai suatu bangsa secara politik. Sebagai salah satu pusat
kebudayaan yang besar di wilayah Asia, nusantara memiliki hubungan yang baik dengan Cina
dibidang perdagangan, serta hubungan dalam bidang kebudayaan (khususnya agama Hindu-
Budha) dengan India. Kesadaran geopolitik sebagai bangsa yang tinggal di wilayah nusantara
digunakan oleh raja-raja pada masa tersebut sebagai identitas untuk menghadapi kekuatan dari
wilayah lain.
Menurut Kaelan, Menurut Mr. M. Yamin bahwa berdirinya Negara kebangsaan Indonesia tidak
dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek moyang
Indonesia. Sejarah Indonesia diawali dari Kerajaan Kutai. Masyarakat Kutai menampilkan nilai-
nilai sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri serta sedekah kepada para
Brahmana. Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga tahap yaitu : pertama, zaman
Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra (600-1400), yang bercirikan kedaulatan. Kedua, Negara
kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan keprabuan, kedua tahap tersebut
merupakan Negara kebangsaan Indonesia lama. Kemudian Ketiga, Negara kebangsaan modern
yaitu Negara Indonesia merdeka( sekarang Negara Proklamasi 17 Agustus 1945) ( Sekretariat
Negara RI.1995 : 11) . Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu Negara telah
tercermin pada kerajaan Sriwijaya tersebut yaitu berbunyi marvuat vanua Criwijaya siddhayatra
subhiksa ( suatu cita-cita Negara yang adil dan makmur) ( Sulaiman, tanpa tahun : 53).
Menurut Setijo, awalnya Indonesia dikenal dengan nama kepulauan Nusantara semenjak
adanya kerajaan Kutai (Kalimantan Timur), Tarumanegara (Jawa Barat), Sriwijaya, dan
Majapahit. Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit berhubungan dengan arti keterkaitan perumusan
Pancasila, seperti unsur-unsur yang berupa jiwa ke-Tuhanan (mereka hidup amat religius),
kemanusiaan (mereka suka melakukan kegiatan kemanusiaan, menjunjung tinggi sikap tenggang
rasa), persatuan (cinta tanah air dan mengutamakan keselamatan bangsa), tata masyarakat dan
tata pemerintahan (dilandasi unsure masyarakat), dan keadilan sosial (dalam seluruh kehidupan
rakyatnya).
Menurut kelompok kami, sejarah bangsa Indonesia berawal sejak zaman kerajaan Hindu-
Budha. Kerajaan Hindu-Budha yang pertama di wilayah Indonesia adalan Kerajaan Kutai dan
Tarumanegara. Pada zaman dahulu, wilayah Indonesia belum dikenal sebagai RI, melainkan
Nusantara. Paham kebangsaannya pun hanya sebatas paham bahwa mereka sama-sama tinggal di
wilayah Nusantara, belum memiliki paham sebagai suatu bangsa yaitu bangsa Indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Dari Pembahasan pada bab II di atas dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Pada masa prakolonial, penduduk Nusantara sudah memiliki paham geopolitik, yaitu
kesadaran sebagai penduduk yang sama-sama tinggal di wilayah Nusantara. Mereka belum dapat
dipersatukan secara politik dan administrasi.
2. Prasasti tertua yang ditemukan di Nusantara dikenal sebagai Prasasti Kutai dan berasal dari
Kalimantan Timur, yang sudah ada sejak sekitar 375 Masehi ketika kerajaan Kutai Martadipura
berkuasa. Prasasti ini ditulis dalam bahasa Sansekerta (bahasa liturgis agama Hindu)
menggunakan tulisan Palawa
3. Islam berpengaruh bagi kalangan elit penguasa Majapahit. Kemungkinan Islam sudah ada di
Asia Tenggara maritim dari awal era Islam ketika pedagang Muslim datang ke Nusantara,
membuat permukiman di daerah pesisir, menikah dengan wanita setempat dan dihormati atas
kekayaan mereka yang diperoleh melalui perdagangan.

3.2. SARAN
Bangasa Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Sebagai generasi muda Indonesia,
sudah seharusnya kita menghargai sejarah tersebut dan menghargai perjuangan-perjuangan
pahlawan-pahlawan kita. Generasi muda harus memiliki sifat nasionalisme dan patriotisme untuk
membela dan mempertahankan RI.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan, Prof. Dr. M.S. 2010. Pendidikan Pancasila Edisi Reformasi. Yogyakarta: Paradigma.

Margono. 2012. Pendidikan Pancasila Topik Aktual Kenegaraan dan Kebangsaan Edisi 2.
Malang: Universitas Negeri Malang.

Setijo, Pandji. 2010. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia .

Syarbaini, Syahrial. 2009. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia


Indonesia.www.idayoce.co

Anda mungkin juga menyukai