Disusun oleh :
Kelompok 3
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas Sejarah Islam Asia
Tengara .“MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA’’.
Sholawat beserta salam kita hadiahkan untuk nabi Muhammad SAW yang
mana beliau telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman yang berisi
ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini.
Dan tak lupa pula ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pengajar mata kuliah Sejarah Islam Asia Tengara yaitu bapak Bambang Supradi,
M.Pd.I . Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekhilafan dan
kekurangannya, maka dari itu kritik dan saran demi penyempurnaan lebih lanjut
sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
yang berminat untuk membacanya. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
2.1.9 Teori Sufi .................................................................................................... 6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Saja Teori Masuknya Islam di Nusantara ?
1.2.2 Bagaimana Kondisi Situasi Politik Kerajaan-kerajaan di Indonesia ?
1.2.3 Apa Saja Pemukiman-pemukiman muslim di Kota Pesisir ?
1.2.4 Bagaimana Saluran dan Cara-cara Islamisasi di Indonesia ?
1.3 Batasan Masalah
1.3.1 Untuk Mengetahui Teori Masuknya Islam di Nusantara
1.3.2 Untuk Mengetahui Bagaimana Kondisi Situasi Politik Kerajaan-kerajaan
di Indonesia
1.3.3 Untuk Mengetahui Apa Saja Pemukiman-pemukiman muslim di Kota
Pesisir
1.3.4 Untuk Mengetahui Saluran dan Cara-cara Islamisasi di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Azyumardi Azra, jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dab
XVIII, (Bandung:Mizan, 1994), hlm 24.
2
Ibid., hlm.24.
3
Shalih, raja Pasai, berbeda sepenuhnya dengan batu nisan yang terdapat di Gujarat.
Bentuk dan model dari nisan itu justru mirip dengan batu nisan yang ada di Bengal.
Oleh karena itu, menurutnya pastilah Islam juga berasal dari sana. Namun demikian
teori nisan Fatimi ini kemudian menjadi lemah dengan diajukannya teori mazhab.
Mengikuti teori Mazhab, ternyata terdapat perbedaan mazhab yang dianut oleh
umat islam Bengal yang bermazhab Hanafi, sementara Islam Nusantara menganut
Mazhab Syafi’i. Dengan demikian teori Bengal ini menjadi tidak kuat.3
2.1.3 Teori Coromandel dan Malabar
Teori ini dikemukakan oleh Marrison dengan mendasarkan pada pendapat
yang dipegangi oleh Thomas.W.Arnold. Teori Coromandel dan Malabar yang
mengatakan bahwa Islam yang berkembang di Nusantara berasal dari Coromandel
dan Malabar adalah juga dengan menggunakan penyimpulan di atas teori mazhab.
Ada persamaan Mazhab yang dianut umat Islam Nusantara dengan umat islam
Coromandel dan Malabar yaitu mazhab Syafi’i. Dalam pada itu menurut Marrison,
ketika terjadi islamisasi Pasai tahun 1292, Gujarat masih merupakan kerajaan
Hindu. Untuk itu tidak mungkin kalau asal-muasal penyebaran Islam berasal dari
Gujarat. 4
2.1.4 Teori Arabia
Masih menurut Thomas W.Arnold, Coromandel dan Malabar bukan satu-
satunya tempat asal Islam dibawa. Ia mengatakan bahwa para pedagang Arab juga
menyebarkan Islam ketika mereka dominan dalam perdagangan Barat-Timur sejak
awal-awal abad Hijriah atau abad ke-7 dan 8 Masehi. Hal ini didasarkan pada
sumber-sumber Cina yang mengatakan bahwa menjelang akhir abad ke-7 seorang
pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab-Muslim di pesisir
pantai Barat-Sumatra.5
2.1.5 Teori Persia
Teori ini mendasarkan pada teori mazhab. Ditemukan adanya peninggalan
mazhab keagamaan di Sumatra dan Jawa yang bercorak Syi’ah. Juga disebutkan
3
Ibid., hlm.24-25.
4
Ibid., hlm.26-27.
5
Thomas W.Arnold,Sejarah Da’wah Islam, Ter..Nawawi Rambe,(Jakarta: Widjaya,1981), hlm.318.
4
adanya dua orang ulama fiqih yang dekat dengan Sultan yang memiliki keturunan
Persia. Seorang berasal dari Shiraz dan seorang lagi berasal dari Iifaham.6
2.1.6 Teori Mesir
Teori yang dikemukakan oleh Kaijzer ini juga mendasarkan pada teori
mazhab, dengan mengatakan bahwa ada persamaan mazhab yang dianut oleh
penduduk Mesir Nusantara, yaitu bermazhab Syafi’i. Teori Arab-Mesir ini juga
dikuatkan oleh Niemann dan de Hollander. Tetapi keduanya memberikan revisi,
bahwa bukan Mesir sebagai sumber Islam Nusantara, melainkan Hadramaut.
Sementara itu dalam seminar yang diselenggarakan tahun 1969 dan 1978 tentang
kedatangan Islam ke Nusantara menyimpulkan bahwa Islam langsung datang dari
Arabia, tidak melalui dan dari India.7
Mengenai siapakah yang menyebarkan Islam ke wilayah Nusantara,
Azyumardi Azra mempertimbangkan tiga teori :
2.1.7 Teori Da’i
Penyebar islam adalah para guru dan penyebar profesional ( para da’i).
Mereka secara khusus memiliki misi untuk menyebarkan agama Islam.
Kemungkinan ini didasarkan pada riwayat-riwayat yang dikemukakan historiografi
Islam klasik, seperti misalnya hikayat raja-raja Pasai (ditulis setelah 1350), sejarah
Melayu (ditulis setelah 1500) dan Hikayat Merong Mahawangsa (ditulis setelah
1630).8
2.1.8 Teori Pedagang
Islam disebarkan oleh para pedagang. Mengenai peran pedagang dalam
penyebaran Islam kebanyakan dikemukakan oleh sarjana Barat. Menurut mereka
pada pedagang Muslim menyebarkan Islam sambil melakukan usaha perdagangan.
Elaborasi lebih lanjut dari teori pedagang adalah bahwa para pedagang Muslim
tersebut melakukan perkawinan dengan wanita setempat di mana mereka bermukim
6
Ibid.
7
Hasyami, A(Peny.), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia,(Bandung: Al-
Ma’arif,1989).hlm.7.
8
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII dan XVIII,hlm.29.
5
dan menetap. Dengan pembentukan keluarga Muslim, maka nukleus komunitas-
komunitas Muslim pun terbentuk. 9
2.1.9 Teori Sufi
Seraya mempertimbangkan kecilnya kemungkinan bahwa para pedagang
memainkan peran terpenting dalam penyebaran Islam, A.H.Johns mengatakan
bahwa adalah para sufi pengembara yang terutama melakukan penyiaran Islam di
kawasan Nusantara ini. Menurutnya banyak sumber-sumber lokal yang mengaitkan
pengenalan Islam ke wilayah ini dengan guru-guru pengembara dengan
karakteristik sufi yang kental. Para sufi ini telah berhasil mengislamkan jumlah
besar penduduk Nusantara setidaknya sejak abad ke-13.
2.2 Kondisi Dan Situasi Politik Kerajaan-Kerajaan di Indonesia
Cikal bakal kekuasaan islam telah di rintis pada periode abad 1-5 H/7-8 M,
tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritim sriwijaya yang berpusat di
Palembang dan kerajaan Hindu-Jawa seperti Singasari dan Majapahit di Jawa
Timur 10. Pada periode ini pedagang dan mubalig Muslim membentuk komunitas
komunitas Islam. Mereka memperkenalkan Islam yang mengajarkan toleransi dan
persamaan derajat di antara sesama, sementara ajaran Hindu-Jawa menekankan
perbedaan derajat manusia11. Ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk
setempat. Karena itu, Islam tersebar di kepulauan Indonesia terhitung cepat, meski
dengan damai.
Masuknya islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang
bersamaan. Di samping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika
didatangi Islam juga berlainan. Pada abad ke-7 sampai ke-10 M, kerajaan Sriwijaya
meluaskan kekuasaannya ke daerah Semenanjung Malaka sampai Kedah. Hal itu
erat hubungannya dengan usaha penguasaan Selat Malaka yang merupakan kunci
bagi pelayaran dan perdagangan internasional12. Datangnya orang – orang muslim
ke daerah itu sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena
9
Ibid. Hlm.31.
10
Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1993), hlm.194
11
Ibid
12
Ibid, hlm. 195
6
mereka datang memang hanya untuk usaha pelayaran dan perdagangan.
Keterlibatan orang orang Islam dalam bidang politik baru terlihat pada abad ke-9
M, ketika mereka terlibat dalam pemberontakan petani-petani Cina terhadap
kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878-889 M) . Akibat
pemberontakan itu, kaum muslim banyak yang dibunuh. Sebagian lainnya lari ke
Kedah, wilayah yang masuk kekuasaan Sriwijaya, bahkan ada yang ke Palembang
dan membuat perkampungan Muslim di sini. Kerajaan Sriwijaya waktu itu memang
melindungi orang orang muslim di wilayah kekuasaannya.
Kemajuan politik dan ekonomi Sriwijaya berlangsung sampai abad ke -12 M.
Pada akhir abad ke-12 M, kerajaan ini mulai memasuki masa kemundurannya .
Untuk mempertahankan posisi ekonominya, kerajaan Sriwijaya membuat peraturan
cukai yang lebih berat bagi kapal-kapal dagang yang singgah ke pelabuhan
pelabuhannya. Akan tetapi , usaha itu tidak mendatangkan keuntungan bagi
kerajaan , bahkan justru sebaliknya karena kapal kapal dagang asing sering kali
menyingkir. Kemunduran ekonomi ini membawa dampak terhadap perkembangan
politik.
Kemunduran politik dan ekonomi sriwijaya di percepat oleh usaha usaha
kerajaan singasari yang sedang bangkit di Jawa. Kerajaan Jawa ini melakukan
ekspedisi Pamalayu tahun 1275 M dan berhasil mengalahkan kerajaan Melayu di
Sumatra. Keadaan itu mendorong daerah daerah di Selat Malaka yang dikuasai
kerajaan Sriwijaya melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan tersebut.
Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan pula oleh pedagang- pedagang muslim
untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan politik dan perdagangan. Mereka
mendukung daerah-daerah yang muncul dan daerah yang menyatakan diri sebagai
kerajaan bercorak Islam , yaitu kerajaan Samudera Pasai di Pesisir Timur Laut
Aceh. Daerah ini sudah di singgahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7
dan ke-8 M. Proses islamisasi tentu berjalan di sana sejak abad tersebut. Kerajaan
Samudera Pasai dengan segera berkembang baik dalam bidang politik maupun
perdagangan.
Karena kekacauan-kekacauan dalam negeri sendiri akibat perebutan
kekuasaan di istana, Kerajaan Singasari , juga pelanjutnya Majapahit, tidak mampu
7
mengontrol daerah melayu dan selat malaka dengan baik, sehingga kerajaan
samudera Pasai dan Malaka dapat berkembang dan mencapai puncak kekuasaannya
hingga abad ke-16 M.
Di kerajaan Majapahit, ketika Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada masih
berkuasa, situasi politik pusat kerajaan memang tenang, sehingga banyak daerah di
kepulauan Nusantara mengakui berada di bawah perlindungannya. Tetapi sejak
Gajah Mada meninggal dunia (1364 M) dan disusul Hayam Wuruk(1389 M),
situasi Majapahit kembali mengalami ke goncangan. Perebutan kekuasaan antara
Wikramawhardana dan Bhre Wirabumi berlangsung lebih dari sepuluh tahun.
Setelah Bhre Wirabumi meninggal , perebutan di kalangan istana kembali muncul
dan berlarut larut. Pada tahun 1468 M Majapahit diserang Girindrawardhana dan
Kediri. Sejak itu , kebesaran Majapahit dapat dikatakan sudah habis. Tome
Pires(1512-1515 M), dalam tulisannya Suma Oriental , tidak lagi menyebut-nyebut
nama Majapahit. Kelemahan-Kelemahan yang semakin lama semakin memuncak
akhirnya menyebabkan keruntuhannya.
2.3 Munculnya Pemukiman-Pemukiman Muslim Di Kota-Kota
Pesisir
Menjelang abad ke-13 M, di pesisir Aceh sudah ada pemukiman muslim.
Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang Muslim dari Arab, Persia,
dan India memang pertama kali terjadi di daerah ini. Karena itu, diperkirakan ,
proses Islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Dengan demikian
, dapat dipahami mengapa kerajaan Islam pertama di kepulauan Nusantara ini
berdiri di Aceh , yaitu Kerajaan Samudera Pasai yang didirikan pada pertengahan
abad ke-13 M. Setelah kerajaan Islam ini berdiri, perkembangan masyarakat
Muslim di malaka makin lama makin meluas dan pada awal abad ke-15 M, di
daerah ini lahir kerajaan Islam, yang merupakan kerjaan Islam kedua di Asia
Tenggara. Kerajaan ini cepat berkembang bahkan dapat mengambil alih dominasi
pelayaran dan perdagangan dari kerajaan Samudera Pasai yang kalah bersaing.
Lajunya perkembangan masyarakat Muslim ini berkaitan erat dengan runtuhnya
Sriwijaya.
8
Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis ( 1511 M) , mata rantai penting
pelayaran beralih ke Aceh , kerajaan Islam yang melanjutkan kejayaan Samudera
Pasai. Dari sini , proses Islamisasi di kepulauan Nusantara berlangsung lebih cepat
dari sebelumnya. Untuk menghindari gangguan Portugis yang menguasai Malaka,
untuk sementara waktu kapal-kapal memilih berlayar menelusuri pantai Barat
Sumatera, Aceh kemudian berusaha melebarkan kekuasaannya ke Selatan sampai
ke Pariaman dan Tiku. Dari pantai Sumatera , kapal-kapal memasuki Selat Sunda
menuju pelabuhan-pelabuhan di pantai Utara Jawa.
Sementara itu di Jawa, proses islamisasi sudah berlangsung sejak abad ke-11
M, meskipun belum meluas. Terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti
Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475 H ( 1082 M). Berita tentang
Islam di Jawa pada abad ke -11 dan 12 M memang masih sangat langka. Akan
tetapi, sejak akhir abad ke-13 M dan abad berikutnya , terutama ketika Majapahit
mencapai puncak kebesarannya, bukti-bukti adanya proses Islamisasi sudah banyak
, dengan ditemukannya berapa puluh nisan kubur di Troloyo, Trowulan, dan Gresik.
Bahkan , menurut berita Ma-huan tahun 1416 M, di pusat Majapahit maupun di
pesisir, terutama di kota-kota pelabuhan, telah terjadi proses Islamisasi dan sudah
Pula terbentuk masyarakat Muslim.
Tome Pires juga menyebutkan bahwa di Jawa sudah ada kerajaan yang
bercorak islam , yaitu Demak dan kerajaan kerajaan di daerah pesisir utara Jawa
Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, di samping masih ada kerajaan kerajaan yang
bercorak Hindu.
Pengaruh Islam masuk ke Indonesia bagian Timur, khususnya daerah
Maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang pada pusat
lalu lintar pelayaran internasional di Malaka, Jawa dan Maluku. Menurut tradisi
setempat, sejak abad ke 14 M, Islam datang ke daerah Maluku. Raja Ternate yang
kedua belas, Molomatea (1350-1357 M) bersahabat karib dengan orang Arab yang
memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal-kapal, tetapi agaknya bukan dalam
kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa di Ternate sudah ada masyarakat Islam
sebelum rajanya masuk Islam.
9
Kalimantan Timur perama kali diislamkan oleh Datuk Ri Bandang dan
Tunggang Parangan. Kedua mubaligh itu datang ke Kutai setelah orang-orang
Makasar masuk Islam. Proses Islamisasi di Kutai dan daerah sekitarnya terjadi
sekitar tahun 1575.
Sulawesi , terutama bagan selatan, sejak abad ke-15 M sudah didatangi oleh
pedagang-pedagang Muslim, mungkin dari Malaka , Jawa dan Sumatera . pada awal
abad ke-16M, di Sulawesi banyak sekali kerajaan yang masih beragama berhala.
Akan tetapi pada abad ke-16 di daerah Gowa, sebuah kerajaan terkenal di daerah
itu, telah terdapat masyarakat Muslim. Di Gowa dan Tallo raja rajanya masuk islam
secara resmi pada tanggal 22 September 1605 M.
2.4 Perkembangan Islam Di Indonesia
Meskipun Islam baru bisa dikatakan berkembang setelah berdirinya kerajaan
Islam, atau setidaknya ketika ada jalinan hubungan dagang antara saudagar muslim
dengan pribumi, namun cara kedatangan Islam dan penyebarannya di Indonesia
tidak dilakukan dari saluran politik atau perdagangan semata. Setidaknya ada lima
saluran berkembangnya Islam di Indonesia. Saluran perkembangan tersebut
meliputi saluran perdagangan, saluran politik, saluran perkawinan, saluran
pendidikan,dan saluran kesenian.
2.4.1 Pendekatan Perdagangan
Para pedagang Islam dari Gujarat, Persia dan Arab tinggal selama berbulan-
bulan di Malaka dan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia. Mereka menunggu angin
musim yang baik untuk kembali berlayar. Maka terjadilah interaksi atau pergaulan
antara para pedagang tersebut dengan raja-raja, para bangsawan dan masyarakat
setempat. Kesempatan ini digunakan oleh para pedagang untuk menyebarkan
agama Islam.
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang Melayu telah lama menjalin
kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam
seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin
ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).Di
samping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani
10
yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan
agama Islam.
2.4.2 Pendekatan Politik
Masuknya Islam melalui saluran ini dapat terlihat ketika Samudera Pasai
menjadi kerajaan, banyak sekali penduduk yang memeluk agama Islam. Proses
seperti ini terjadi pula di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk
Islam setelah raja mereka memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja
sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Dari sini dapat dikatakan pula
bahwa kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk
kerajaan yang bukan muslim untuk memeluk agama Islam.
2.4.3 Pendekatan Perkawinan
Tidak dapat dipungkiri, dari sisi ekonomi, para pedagang muslim memiliki
status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk
pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri para pedagang
itu. Sebelum prosesi pernikahan, mereka telah di Islamkan terlebih dahulu, dan
setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan kaum muslim semakin luas. Oleh
karenanya tidak heran banyak sekali bermunculan kampung-kampung muslim.
Awalnya kampung ini berkembang di pesisir pantai, biasanya mereka disebut
dengan kampung Arab dan masih terkenal hingga saat ini. Dalam perkembangan
berikutnya, karena ada wanita yang keturunan bangsawan yang dinikahi oleh
pedagang itu, tentu saja kemudian dapat mempercepat proses islamisasi.
Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau Sunan Ampel dengan Nyai
Manila, Sunan Gunung Jati dengan Puteri Kawunganten, raja pertama kerajaan
Demak, dan lain-lain.
2.4.4 Pendekatan Pendidikan
Pada proses ini, biasanya dilakukan melalui pendidikan-pendidikan yang
dilakukan oleh para wali, ulama, kiai, atau guru agama yang mendidik murid-murid
mereka. Tempat yang paling pesat untuk mengembangkan ajaran Islam adalah di
pondok pesantren. Di tempat itu para santri dididik dan diajarkan pendidikan agama
Islam secara mendalam, sehingga mereka betul-betul menguasai ilmu agama.
Setelah lulus dari pesantren, para santri kembali ke daerah asal untuk kemudian
11
menyebarkan kepada masyarakat umum pelajaran yang telah mereka peroleh di
pesantren.
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis
dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan mubalig yang menyebarkan
Islam di seluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk
Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah
keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau
seperti Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara.
Dan sampai sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan
kendali penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
2.4.5 Pendekatan Kesenian
Kesenian merupakan wahana untuk berdakwah bagi para pemuka agama di
Indonesia. Pada proses ini yang paling terkenal menggunakannya adalah para wali
yang menyebarkan agama Islam di Jawa. Salah satu media pertunjukan yang paling
terkenal melalui pertunjukan wayang. Sunan Kalijaga, penyebar Islam di daerah
Jawa Tengah adalah sosok yang sangat mahir dalam memainkan wayang. Cerita
wayang yang dimainkan berasal dari cerita Ramayana dan Mahabarata yang
memang sudah sangat Tasawuf merupakan bagian ajaran dari Agama Islam.
Para tokoh tasawuf ini biasanya memiliki keahlian khusus sehingga dapat
menarik penduduk untuk memeluk ajaran Islam. Keahlian tersebut biasanya ter
manifestasi dalam bentuk penyembuhan bagi orang-orang yang terkena penyakit,
lalu di sembuhkan. Ada juga yang termanifestasi sebagai kekuatan-kekuatan Magic
yang memang sudah sangat akrab dengan penduduk pribumi saat itu terkenal dan
digemari oleh masyarakat. Dalam memainkan wayang, selalu disisipkan ajaran-
ajaran Islam sehingga penduduk pribumi mulai akrab dengan ajaran Islam melalui
media ini. Yang paling menarik dalam pertunjukan ini adalah para penduduk tidak
dipungut biaya ketika mereka menyaksikan pertunjukan wayang, mereka hanya
diminta untuk melantunkan kalimat syahadat, sehingga mereka akhirnya masuk
Islam dan ikut mendalami ajarannya
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat.
Kala itu, Majapahit masih menguasai sebagian besar wilayah yang kini termasuk
wilayah Indonesia. Masyarakat Indonesia berkenalan dengan agama dan
kebudayaan Islam melalui jalur perdagangan, sama seperti ketika berkenalan
dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui aktivitas niaga, masyarakat Indonesia
yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun mengenal ajaran Islam.
Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir laut yang lebih
terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam menyebar ke daerah
pedalaman dan pegunungan melalui aktivitas ekonomi, pendidikan, dan politik.
Proses masuknya agama Islam ke Indonesia tidak berlangsung secara
revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan berevolusi, lambat-laun, dan sangat
beragam. Dan dalam perkembangan selanjutnya bermunculan banyak kerajaan-
kerajaan islam di Indonesia seperti samudera pasai dan kerajaan-kerajaan islam
lainnya.
3.2 Saran
Demikianlah Materi Masuknya Islam di Indonesia, penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan kekhilafan pada makalah ini, untuk itu diharapkan ke
depannya bagi para pembaca agar lebih memperdalam pembahasan dan lebih
memperbanyak referensi sehingga mengetahui dengan pasti materi yang telah
disampaikan sebelumnya pada makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
Badri, Yatim. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1993.
iv