Anda di halaman 1dari 13

Makalah

LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Politik Islam di Indonesia

Dosen Pengampu: Khoriul Anwar M.Ag.

Disusun Oleh:

Wahtim Wahyudi 33030200055

Ridho Al Hakim 33030200065

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SALATIGA

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil Alamin, segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang yang telah memberikan kenikmatan yang tiada terkira sehingga kami dapat
menyusun makalah yang berjudul “Lembaga Dakwah Islam Indonesia” dengan tepat waktu
dan semaksimal mungkin. Tidak lupa sholawat serta salam selalu kami haturkan kepada
junjungan terbaik kita baginda Rasul Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam selaku
tauladan terbaik hingga akhir zaman.

Makalah ini kami susun sebagai salah satu syarat penugasan mata kuliah Politik Islam
di Indonesia Program Studi Hukum Tata Negara Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri
(UIN) Salatiga. Penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah mendukung penyusunan makalah ini sehingga berjalan dengan lancar.
Diantaranya kepada:

1. Dosen pengampu mata kuliah Politik Islam di Indonesia, Bapak Khoriul Anwar M.Ag.

2. Rekan-rekan yang turut membantu penyusunan makalah ini hingga selesai.

3. Keluarga di rumah yang senantiasa mendoakan dan mendukung segala aktivitas kami dalam
kuliah di UIN Salatiga ini.

Akhirnya atas segala kekurangan dari makalah ini, sangat diharapkan kritik dan saran
yang bersifat konstruktif dari semua pembaca demi sempurnanya makalah ini. Semoga ini
dapat memberikan kontribusi positif serta bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Salatiga, 23 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5

C. Tujuan Penulisan............................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6

A. Sejarah Terbentuknya Lembaga Dakwah Islam Indonesia............................................. 6

B. Pemikiran Politik Lembaga Dakwah Islam Indonesia .................................................... 6

1. Kepemimpinan ............................................................................................................ 6

2. Bentuk Negara ............................................................................................................. 9

3. Pemberlakuan Syariat Islam ...................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 12

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12

B. Saran.............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam ajaran Islam, masalah politik termasuk dalam kajian fiqih siyasah. Fiqih siyasah
adalah salah satu disiplin ilmu tentang seluk beluk pengaturan kepentingan umat manusia pada
umumnya, dan negara pada khususnya, berupa hukum, peraturan, dan kebijakan yang dibuat
oleh pemegang kekuasaan yang bernafaskan ajaran islam. Secara eksplisit al-Quran tidak
menyatakan bagaimana system politik itu muncul, tetapi menegaskan bahwa kekuasaan politik
dijanjikan kepada orang-orang beriman dan beramal shaleh.Ini berarti kekuasanan politik
terkait dengan kedua faktor tersebut. Pada sisi lain politik juga terkait dengan ruang dan waktu.
Ini berarti ia adalah budaya manusia sehingga keberadaanya tiak dapat dilepaskan dari dimensi
kesejarahan.1 Sistem pemerintahan Islam sudah dimulai sejak masa Rasulullah SAW. Dua
tahun setelah hijrah dari mekkah ke madinah, tepatnya pada tahun 622 M, Rasulullah SAW
bersama seluruh komponen masyarakat Madinah memaklumkan piagam yang disebut Piagam
Madinah.2

Agama dan politik merupakan dua aspek fundamental dalam kehidupan manusia, dan
persoalan hubungan antara keduanya juga telah menjadi bahan pemikiran para ilmuwan, filsuf
maupun teolog sepanjang sejarah. Pada dasarnya agama dan politik, sama-sama memainkan
peran penting dalam kehidupan manusia. Politik selalu mempengaruhi agama dalam kadar
yang seimbang. Para sosiolog teoritis politik Islam merumuskan beberapa teori tentang
hubungan agama dan negara. Teori tersebut secara garis besar dibedakan menjadi tiga
paradigma pemikiran.3

Pertama, paradigma intergralistik, dalam paradigma intergralistik, agama dan negara


menyatu (integrated). Wilayah agama meliputi politik atau negara dengan syari’at sebagai
hukum positif. Karenanya, menurut paradigma ini, kepala negara adalah pemegang kekuasaan
agama dan kekuasaan politik. Pemerintahannya diselenggarakan atas dasar kedaulatan Ilahi
(divine sovereignty), karena pendukung paradigma ini menyakini bahwa kedaulatan berasal

1 Abd. Mu’in Salim, Fiqih Siyasah:Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al Quran, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2002, hlm. 286
2 Munthoha, Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta:UII Press, 1998, hlm.37
3 Aniek Nurhayati, “PEMETAAN GERAKAN POLITIK ISLAM RADIKAL DI PANTURA JAWA TIMUR”, Jurnal Review

Politik, Vol 04:01(Juni 2014), hlm. 77.


dan berada di Tangan Tuhan. Terkait dengan paradigma integralistik Ahmad Vaezi
menyebutkan, berangkat dari premis bahwa sebuah sistem hukum membutuhkan pemerintahan
yang akan mengadopsi dan seperangkat aparat yang akan mengimplementasikan dan
menegakkan sanksi-sanksi. Oleh karena itu hukum Islam sebagai sistem membutuhkan negara
untuk menegakkannya sehingga dibutuhkan pemerintahan Islam.

Kedua, paradigma simbiotik, yakni agama dan negara berhubungan timbal balik dan
saling membutuhkan. Agama butuh negara agar bisa berkembang, sedang negara butuh agama
agar mendapat bimbingan etika, moral spiritual.

Ketiga, paradigma sekuleristik, yaitu agama dan negara merupakan dua entitas yang
berbeda. Agama dan negara memiliki bidang yang berbeda, sehingga keberadaanya harus
dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain melakukan intervensi. Dalam konteks Islam,
paradigma ini menolak pendasaran negara kepada Islam, atau paling tidak, menolak
determinasi Islam pada bentuk tertentu dari negara.

B. Rumusan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman agar lebih terarah dan mendalam,
maka penulis merumuskan beberapa masalah yaitu:

1. Bagaimana sejarah terbentuknya Lembaga Dakwah Islam Indonesia


2. Bagaimana pemikiran politik Lembaga Dakwah Islam Indonesia

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penulisan makalah
ini yaitu:

1. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Lembaga Dakwah Islam Indonesia


2. Untuk mengetahui pemikiran politik Lembaga Dakwah Islam Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Terbentuknya Lembaga Dakwah Islam Indonesia

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) ialah satu di antara organisasi sosial
keagamaan yang bergerak dibidang dakwah dan pendidikan keagamaan di Indonesia. LDII
berdiri pada 1 Juli 1972 di Kota Kediri, Jawa Timur. LDII didirikan oleh Drs. Nur Hasyim,
Drs. Edi Masyadi, Drs. Bahroni Hertanto, Soetojo Wirjo Atmodjo BA., dan Wijono BA. Awal
mulanya, LDII bernama YAKARI (Yayasan Lembaga Karyawan Islam), kemudian berganti
nama menjadi LEMKARI (Lembaga Karyawan Islam) dan akhirnya berganti nama lagi
menjadi LDII, karena nama LEMKARI dianggap sama dengan akronim dari Lembaga Karate-
Do Indonesia.

Pada Musyawarah Besar (Mubes) tahun 1981 namanya diganti menjadi Lembaga
Karyawan Islam (LEMKARI), dan pada Mubes tahun 1990, atas dasar Pidato Pengarahan
Bapak Sudarmono, SH. selaku Wakil Presiden dan Bapak Jenderal Rudini sebagai Mendagri
waktu itu, serta masukan baik pada sidang-sidang komisi maupun sidang Paripurna dalam
Musyawarah Besar IV LEMKARI tahun 1990, selanjutnya perubahan nama tersebut
ditetapkan dalam keputusan, MUBES IV LEMKARI No. VI/MUBES-IV/ LEMKARI/1990,
Pasal 3, yaitu mengubah nama organisasi dari Lembaga Karyawan Dakwah Islam yang
disingkat LEMKARI yang sama dengan akronim LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia),
diubah menjadi Lembaga Dakwah Islam Indonesia, yang disingkat LDII. 4

B. Pemikiran Politik Lembaga Dakwah Islam Indonesia

Berikut adalah uraian dari pemikiran politik LDII diantaranya yaitu:

1. Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam Islam merupakan masalah yang sangat kompleks. Kaum Syiah
memandang bahawa kepemimpinan adalah masalah akidah diniyah dan kerana itu wajib
melaksanakan kepemimpinan Islam (imamah) yang harus dipersetujui bersama. Selanjutnya

4 https://ldiijabar.or.id/about-ldii-lembaga-dakwah-islam-indonesia diakses pada 17 November 2023.


dalam pandangan Syi’ah konsep imamah merupakan bahagian daripada ideologi dikenal
dengan wilayat al-faqih. Wilayat al-faqih merupakan bentuk kepemimpinan yang meneruskan
kepemimpinan para Nabi (qiyadat nabawiyah) yang melahirkan kepemimpinan Tuhan di bumi.
Oleh itu, syarat untuk menjadi pemimpin sangat ketat seperti; memiliki pengetahuan agama
yang mendalam, maksum, dan kafa’ah.5

Dalam pandangan Sunni, masalah imamah merupakan masalah kemaslahatan


masyarakat (qadiyah maṣ lahiyyah ijtima’iyah), kerana mereka tidak mempunyai persyaratan
yang terlalu ketat bagi seseorang yang hendak diangkat menjadi imam (khalifah). Menerusi
pandangan Ibn Khaldun, yang penting ia cakap dalam mengendalikan pemerintahan. Akan
tetapi negara yang kuat dan luas harus diasaskan pada agama. 6

Menganalisis dari dua sistem imamah antara Syiah dan Sunni di atas ialah Ulama Sunni
umumnya lebih moderat dan lunak dalam persyaratan kepemimpinan dalam Syiah lebih
ekstrem. Sehingga dalam sejarah politik umat Islam ulama Sunni lebih banyak bekerja sama
dengan penguasa.

Dalam sistem pemilihan kepemimpinan, LDII merujuk daripada al-Qur’an dan


alHadith. Berdasarkan ayat dan hadith yang dijadikan dalil mereka lebih cenderung kepada
sistem khalifah. Paham ini diperolehi daripada dalil-dalil yang dipergunakan sebagai asas
dalam membangun organisasi LDII seperti; keharusan adanya bai’ah kepada amir/pemimpin
dan ketaataan mutlak kepada khalifah. Kepemimpinan harus dibentuk dalam bentuk
kejamā’ahan dan bai’ah. Adapun dalil-dalil yang dipergunakan dalam konsep kepemimpinan
sebagai berikut:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan taatlah
kamu kepada Rasulullah dan kepada "Ulil-Amri" (orang-orang yang berkuasa) dari kalangan
kamu....”Surah al-Nisā’ (5): 59

Disamping ialah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari:

“Disampaikan Yahya, Mughīrah ibn ‘Abd al-Rahman al-Hizāmi dikhabarkan kepada


kami dari Abi Zanādi dari ‘A’raj dari Abī Hurairah dari Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
“Barangsiapa yang taat padaku (Nabi) sesungguhnya ia taat kepada Allah, sesiapa yang

5Schedina, Kepemimpinan Dalam Islam: Perspektif Syi’ah, Bandung: Mizan,2002, hlm. 280.
6Ibn Khaldun, Mukadimah Ibn Khaldun, KualaLumpur Dewan Bahasa Dan Pustaka.Lihat Quthb Muhammad
Quthb Thobliyah, An-Nizhām (1982), Al-Islamiyah: Al-Halaatu As-Salisah; Al-Islām wa Ad-daulah, Kairo: Jami’
Al-Huqūq, 1995, hlm. 57-58.
mendurhakaiku, sungguh ia mendurhakai Allah dan sesiapa taat kepada ulil amri sungguh ia
telah taat kepadaku dan sesiapa yang mendurhakai uliamri sungguh ia mendurhakai aku”.

Selanjutnya hadis Imam Muslim yaitu:

“Dikatakan ‘Ubaid ibn Mu’ādullah ibn Mu’adin al-‘Anbariy, dikatakan dari ayahku,
dikatakan ‘Aṣ im (Ibn Muhammad ibn Zaidin) dari Zaid ibn Muhammad dari Nāfi’ berkata:
Telah datang ‘Abdullah ibn ‘Umar kepada ‘Abdullah ibn Mutī’ .....“Tidak halal darah seorang
muslim yang telah bersaksi bahawa Tiada Tuhan melainkan Allah dan Nabi s.a.w. sebagai
Rasulullah kecuali melakukan sesuatu dari tiga perkara: janda atau seseorang yang telah
bersuami berzina, melakukan pembunuhan dan meninggalkan agamanya atau meninggalkan
jemaahnya”.7

Demikian pula untuk memperkuat kedudukan seorang pemimpin dalam organisasi


LDII, mereka mewajipkan berbaiah kepada imam. Pandangan tersebut sebagaimana firman
Allah:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang memberi pengakuan taat setia kepadamu


(Wahai Muhammad - untuk berjuang menentang musuh), mereka Hanyasanya memberikan
pengakuan taat setia kepada Allah; Allah mengawasi keadaan mereka memberikan taat setia
itu (untuk membalasnya). Oleh itu, sesiapa yang tidak menyempurnakan janji setianya maka
bahaya tidak menyempurnakan itu hanya menimpa dirinya; dan sesiapa yang menyempurnakan
apa yang telah dijanjikannya kepada Allah, maka Allah akan memberi kepadanya pahala yang
besar.”

Memperhatikan konsep kepemimpinan yang dipraktikan oleh Anggota LDII, mereka


mempunyai persamaan dengan sistem al-Siyasah Syiah, yang menghendaki pemimpin harus
mendapat legitimasi bai’ah dari umat Islam. Kedudukan pemimpin mempunyai dwifungsi iaitu
pemimpin agama sekaligus pemimpin Negara. Meskipun organisasi LDII mempunyai
persamaan menentukan seorang pemimpin (amir/imam) dalam Syi’ah, tetapi mereka masih
bersikap moderat, dan hanya berlaku dalam sistem organisasi LDII saja. Sedangkan terhadap
konsep Negara, LDII mengakui pemerintahan yang sah adalah pemerintahan yang dibangun
untuk kepentingan dan kemaslahatan bersama. Dalam sikap ini LDII mempunyai persamaan

7Faizin, “PERSPEKTIF PEMIKIRAN POLITIK ISLAM; Suatu Analisis Pendahuluan Pemikiran Politik Lembaga
Dakwah Islam Indonesia” Jurnal Islamika, Vol. 12 (Desember 2014), hlm. 69.
dengan pandangan Sunni bahawa urusan kenegaraan merupakan persoalan kemasyarakatan
(qadiyah maṣ lahiyyah ijtima’iyah).

Mengenai perempuan sebagain Presiden, LDII tidak mempermasalahkan hal tersebut


yang terpenting adalah masyarakat merasa makmur, adil, dan sejahtera. Dengan merujuk pada
hadis “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab atas
kepemimpinannya.”8

2. Bentuk Negara

Menurut Zahidi, Konsep negara bangsa (nation state) mengemuka pada awal abad 20.
Dinamika menyebabkan para pemikir muslim mencari sintesa terbaik untuk merumuskan
kembali konsep kenegaraan Islam, relasi antara agama dan negara, serta posisi agama dalam
negara. Secara teoritik, sudah ada berbagai upaya untuk mencoba merumuskan sebuah konsep
formal mengenai apa yang dimaksud negara Islam. Paling tidak telah ada kesepakatan minimal
bahwa suatu negara disebut sebagai negara Islam jika menerapkan hukum Islam. Dengan kata
lain, pelaksanaan hukum Islam merupakan prasyarat formal dan utama bagi adanya suatu
negara Islam.9

LDII berpandangan bahwa sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan Pancasila dan


Undang-Undang Dasar (UUD) adalah telah final, meskipun tidak berasaskan kepada syariat
Islam kerana pemerintahan menganjurkan untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik
dan mencegah dari perbuatan yang bercanggah dengan syariat Islam. Asas Pancasila pada sila-
silanya tidak bertentangan dan relevan dengan konsep ajaran Islam bahkan mendukung
tegaknya pelaksanaan syariat Islam. 10 Hal ini sebagaimana pandangan LDII:

“Sistem dan bentuk Negara Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila merupakan
suatu bentuk yang ideal kerana bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku dan berbagai
agama sehingga dengan asas Pancasila membolehkan membangun persatuan dan
penganut agama dan kepercayaan diberikan kebebasan melaksanakannya sesuai dengan
keyakinan dan kepercayaannya. Di samping itu setiap pengikut agama diperintahkan

8 Aniek Nurhayati, Op.cit, hlm. 98.


9 Ibid, hlm. 87.
10 Faizin, Op.cit, hlm. 72.
untuk saling menghormati setiap penganut agama dan kepercayaannya. Dan kerananya
Anggota LDII wajib mendukung dan mentaatinya.

Bagi LDII, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar1945 telah memberikan kebebasan untuk mengamalkan ajaran Islam
dan untuk berbuat kebajikan. Bahkan secara nyata negara telah menetapkan beberapa undang-
undang yang berasaskan ajaran Islam seperti; Undang-Undang Peradilan Islam (Mahkamah
syariyah), Kompilasi Hukum Islam (KHI), Undang-undang Wakaf Infak dan Sedekah (ZIS),
Undang-Undang Perkahwinan serta Peraturan Pemerintah (PP), Undang-Undang Anti
Pornografi dan Pornoaksi. Oleh itu, bagi LDII lebih baik menggunakan kesempatan dan
fasilitas yang diberikan negara bagi meningkatkan kualitas beragama dan kesejahteraan
ummat.11 Hal ini selaras dengan wawancara dimana anggota LDII menjadi narasumbernya,
dikatakan:12

“LDII Cinta kepada Pancasila dan peraturan pemerintah menjadi kewajiban bagi warga
LDII, misal ada peraturan mengenai tertib di jalan, warga LDII semuanya wajib mematuhi
peraturan tersebut. Dan untuk menanggapi setiap sistem yang belum ada pada nilai-nilai Islam,
akan lebih diperkuat kepada anggotaanggota LDII yang masuk dalam partai politik atau terlibat
dalam proses pemerintahan.” (Pardianto, Wawancara, 13 Nopember 2013).

3. Pemberlakuan Syariat Islam

Menurut Syarani, manusia menciptakan hukum untuk mengatur dirinya sendiri, demi
terciptanya ketertiban, keserasian dan ketentraman dalam pergaulan masyarakat. Menurut
Soerjono Soekanto, hukum setidaknya mempunyai 3 peranan utama dalam masyarakat yakni
pertama, sebagai sarana pengendalian sosial. Kedua, sebagai sarana untuk memperlancar
proses interaksi sosial. Ketiga, sebagai sarana untuk menciptakan keadaan tertentu, Masyarakat
Indonesia sebagian besar penduduknya adalah orang-orang yang beragama, maka sudah pasti
norma-norma agama yang dianut oleh rakyat Indonesia sama sekali tidak dapat diabaikan.
Dengan demikian hubungan agama dengan hukum tidak dapat dipisahkan.

Secara Historis, syariat Islam di Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang.
Bahkan sejak negara ini belum merdeka sudah muncul isu penerapan syariat Islam di

11 Ibid.
12 Aniek Nurhayati, Op.cit, hlm. 89.
Indonesia. Seperti yang telah diketahui saat itu ada golongan Islam, ada golongn nasionalis,
golongan Kristen dan golongan sosialis yang berdebat. Golongan Islam menghendaki Islam
sebagai asas negara dengan berbagai alasan, misalnya kuantitas umat Islam, tuntutan kepada
seorang muslim untuk melaksanakan Islam secara kaffah, dan lain-lain.

LDII berpandangan Indonesia bukan negara Islam sehingga pemberlakuan syari’at


Islam di Indonesia bukan hal yang mutlak harus dilakukan. Karena warga negara Indonesia
bukan hanya beragama Islam, meskipun Islam merupakan agama yang mayoritas. Menurut
organisasi LDII, Indonesia merupakan negara berBhineka Tunggal Ika, maka yang penting
adalah nilai-nilai Islam yang harus kita terapkan oleh diri sendiri terlebih dahulu. Syari’at Islam
hanya dapat dijadikan acuan ketika memang cocok dengan konteks kehidupan yang ada di
Indonesia. Terserah itu mau diterapkan dalam aspek apapun, baik hukum pidana, politik, dan
sebagainya karena itu adalah hak dari pemerintah. 13

13 Aniek Nurhayati, Op.cit, hlm. 95.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) ialah satu di antara organisasi sosial
keagamaan yang bergerak dibidang dakwah dan pendidikan keagamaan di Indonesia. Yang
didirikan pada 1 Juli 1972 di Kota Kediri, Jawa Timur. Awal mulanya, LDII bernama YAKARI
(Yayasan Lembaga Karyawan Islam), kemudian berganti nama menjadi LEMKARI (Lembaga
Karyawan Islam) dan akhirnya berganti nama lagi menjadi LDII. Menurut LDII kedudukan
pemimpin mempunyai dwifungsi iaitu pemimpin agama sekaligus pemimpin Negara. Akan
tetapi hal ini hanya berlaku dalam sistem organisasi LDII saja. Sedangkan terhadap konsep
Negara, LDII mengakui pemerintahan yang sah adalah pemerintahan yang dibangun untuk
kepentingan dan kemaslahatan bersama.

LDII berpandangan bahwa sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan Pancasila dan


Undang-Undang Dasar (UUD) adalah telah final, meskipun tidak berasaskan kepada syariat
Islam kerana pemerintahan menganjurkan untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik
dan mencegah dari perbuatan yang bercanggah dengan syariat Islam.

Bagi LDII, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar1945 telah memberikan kebebasan untuk mengamalkan ajaran Islam
dan untuk berbuat kebajikan. Bahkan secara nyata negara telah menetapkan beberapa undang-
undang yang berasaskan ajaran Islam. Menurut organisasi LDII, Indonesia merupakan negara
berBhineka Tunggal Ika, maka yang penting adalah nilai-nilai Islam yang harus kita terapkan
oleh diri sendiri terlebih dahulu. Syari’at Islam hanya dapat dijadikan acuan ketika memang
cocok dengan konteks kehidupan yang ada di Indonesia.

B. Saran

Demikian makalah ini kami susun dan kami sadar bahwasanya masih banyak
kekurangan baik dalam penyusunan maupun penyampaian. Maka dari itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan guna memperbaiki penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, aamiin.
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Mu’in Salim. 2002. Fiqih Siyasah:Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al Quran, Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Faizin, “PERSPEKTIF PEMIKIRAN POLITIK ISLAM; Suatu Analisis Pendahuluan


Pemikiran Politik Lembaga Dakwah Islam Indonesia” Jurnal Islamika, Vol. 12 (2014).
hlm. 65-78.

Ibn Khaldun, Mukadimah Ibn Khaldun. 1995. Kuala Lumpur Dewan Bahasa Dan
Pustaka.Lihat Quthb Muhammad Quthb Thobliyah, An-Nizhām (1982), Al-Islamiyah:
Al-Halaatu As-Salisah; Al-Islām wa Ad-daulah, Kairo: Jami’ Al-Huqūq.

Munthoha. 1998. Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: UII Press.

Nurhayati, Aniek. “Pemetaan Gerakan Politik Islam Radikal Di Pantura Jawa Timur”,
Jurnal Review Politik, Vol 04:01(2014). hlm. 75-102.

WEB

https://ldiijabar.or.id/about-ldii-lembaga-dakwah-islam-indonesia diakses pada 17 November


2023.

Anda mungkin juga menyukai