Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMIKIRAN KALAM TOKOH DI INDONESIA


MATA KULIAH ILMU KALAM

DISUSUN OLEH:
Sri Adji Putrawardana (23.02.01.0002)

DOSEN PENGAMPU :
Mukhsin Hasibuan, Lc., ME.

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL-ADABI


FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah


Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan Rahmat serta Karunia-Nya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Pemikiran Kalam Tokoh di Indonesia tepat
waktu. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam yang
syafaatnya kita nantikan kelak.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Mukhsin Hasibuan, Lc., ME. beliau selaku Dosen dalam mata kuliah Ilmu Kalam. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pemikiran Kalam Tokoh di
Indonesia secara mendalam.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Mukhsin Hasibuan, Lc., ME.
selaku Dosen dari mata kuliah Ilmu Kalam yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya, Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan
terselesaikannya makalah tentang Pemikiran Kalam Tokoh di Indonesia ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Pontianak, 10 November 2023

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

1. Latar belakang masalah .......................................................................................................1

2. Maksud dan Tujuan .............................................................................................................2

3. Rumusan masalah ................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................3

1. H.M. Rasjidi .......................................................................................................................3

a. Riwayat Hidup H.M. Rasjidi ........................................................................................3

b. Pemikiran Kalam H.M. Rasjidi ....................................................................................4

2. Harun Nasution .................................................................................................................5

a. Riwayat Hidup Harun Nasution ...................................................................................5

b. Pemikiran Kalam Harun Nasution ...............................................................................6

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................8

1. Kesimpulan ..........................................................................................................................8

2. Saran ....................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Ilmu Kalam adalah salah satu ilmu yang dipelajari dalam Islam, yang muncul pada
masa-masa awal dipelajarinya Islam. Menurut bahasa Ilmu Kalam berarti ucapan atau
perkataan dan dalam Islam kalam bisa berarti firman Allah Subhanahuwata’ala. Perkataan
“Kalam” sebenarnya merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi, khususnya bagi
kaum muslimin. Secara harfiyah, perkataan kalam dapat ditemukan baik dalam Al-Qur’an
maupum berbagai sumber lain.

Menurut Ali Asy-Syahbi bahwa istilah Kalam mula-mula muncul pada masa
pemerintahan Khalifah Al-Makmun (813-833 M) dari Daulah Abbasiyah dan diciptakan
oleh kaum Mu’tazilah. Alasan mereka menggunakan istilah kalam ini, boleh jadi karena
masalah yang menonjol mereka perdebatkan yaitu tentang bicara sebagai salah satu sifat
Tuhan. Maka dari perkara-perkara itu dapat disimpulkan bahwa sejarah Ilmu Kalam
dikarenakan Masalah perselisihan yang paling diperdebatkan antar golongan Islam adalah
masalah-masalah Teologis, terutama menyangkut Firman Allah. Pada intinya, Ilmu Kalam
maupun Teologi membahas tentang Kepercayaan, tentang Tuhan dengan segala Segi-Nya,
seperti, tentang wujud keesaan, dan sifat- sifat Allah Pertalian dengan alam semesta, yang
berarti termasuk di dalamnya persoalan terjadinya alam, keadilan dan kebijaksanaan tuhan,
pengutusan Rasul-rasul yang meliputi soal-soal penerimaan wahyu dan berita. Sebagai
salah satu ilmu keislaman, Ilmu Kalam sangat lah penting untuk di ketahui oleh seorang
Muslim yang mana pembahasan dalam Ilmu Kalam ini adalah pembahasan tentang aqidah
dalam Islam yang merupakan inti dasar agama, karena persolaan aqidah Islam ini memiliki
konsekwensi yang berpengarah pada keyakinan yang berkaitan dengan bagaimana
seseorang harus meng interpretasikan tuhan itu sebagai sembahannya hingga terhindar dari
jurang kesesatan dan dosa yang tak terampunkan (syirik).

Dalam pembahasan Ilmu Kalam, kita dihadapkan pada barbagai macam gerakan
pemikiran- pemikiran besar yang kesemuanya itu dapat dijadikan sebagai gambaran bahwa
agama Islam telah hadir sebagai pelopor munculnya pemikiran-pemikiran yang hingga
sekarang semuanya itu

dapat kita jumpai hampir di seluruh dunia. Hal ini juga dapat dijadikan alasan
bahwa Islam sebagi mana di jumpai dalam sejarah, bukanlah sesempit yang dipahami pada
umumnya, karena Islam dengan bersumber pada al Qur’an dan As Sunnah dapat
berhubungan dengan pertumbuhan masyarakat luas. Ilmu Kalam atau Teologi dari masa ke
masa mengalami perkembangan yang cukup pesat, banyak tokoh-tokoh pemikir Ilmu
Kalam bermunculan. Dan memiliki argumentasi yang berbeda- beda, sehingga persoalan-
persoalan yang mengenai Ilmu Kalam atau Teologi itu sendiri semakin serius untuk
dibahas. Karena dari permasalahan tersebut akan memicu timbulnya pemikiran- pemikiran
yang baru dan tanggapan dari berbagai tokoh-tokoh Ilmu Kalam itu sendiri. Banyaknya
tokoh-tokoh yang memiliki latar belakang yang berbeda, maka banyak pula pemikiran-
pemikiran dari mereka yang berbeda tentang permasalahan Ilmu Kalam ini. Sebagai
contoh, di dalam makalah ini InsyaaAllah akan di bahas Teologi atau Ilmu Kalam yang
mengacu pada dua tokoh yaitu: H.M.Rasjidi dan Harun Nasution. Oleh karena itu, penulis
mencoba mengangkat makalah dengan judul “Pemikiran Kalam Tokoh di Indonesia”. Hal
ini sebagai bahan diskusi, sehingga akan mendapatkan wawasan keilmuan terkait dengan
permasalahan Ilmu Kalam.

1
2. Maksud Dan Tujuan

Maksud dan tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu :

a. Agar mengetahui Aliran-aliran Ilmu Kalam yang ada di Indonesia


b. Mengetahui Riwayat Hidup H.M.Rasjidi
c. Untuk mengetahui Pemikiran Kalam H.M.Rsajidi
d. Mengetahui Riwayat Hidup Harun Nasution
e. Untuk mengetahui Pemikiran Kalam Harun Nasution

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah makalah ini yaitu :

a. Sebutkan Aliran-aliran Ilmu Kalam di Indonesia?


b. Bagaimana Riwayat hidup Tokoh Kalam di Indonesia H.M. Rasjidi?
c. Bagaimana Pemikiran Tokoh Kalam H.M. Rasjidi?
d. Bagaimana Riwayat Hidup Tokoh kalam di Indonesia Harun Nasution?
e. Bagaimana Pemikiran Tokoh Kalam Harun Nasution?

2
BAB II
PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG KALAM INDONESIA
(H.M. RASJIDI DAN HARUN NASUTION)
METODOLOGI DAN POKOK PEMIKIRANNYA

1. H.M. Rasjidi

a. Riwayat Hidup H.M. Rasjidi

H. Mohamad Rasjidi lahir pada 20 Mei 1915 di Kotagede Jakarta, dan wafat
30 Januari 2001. Nama kecilnya adalah Saridi namun setelah menjadi murid Ahmad
Syurkati, pimpinan Al-Irsyad diberi nama baru sebagai “Muhammad Rasjidi”.
Nama baru itu secara resmi digunakan oleh Saridi pasca menunaikan ibadah haji,
beberapa tahun kemudian. Ia lahir di tanah jawa yang kental dengan nuansa
keislamanya. Walau pun demikian, praktek praktek kebatinan masih kental dalam
nuansa jawa dalam keluargan dan lingkunganya pada masakecil. Bahkan, pada
masa selanjutnya beliau mengakui bahwa dirinya berasala dari latar belakang
“keluarga abangan”, yaitu penganut agama Islam, namun tidak melakukan ibadah
Islam dalam keseharianya sebagaimana mestinya. Keluarga bernaung di rumah
joglo, tempat Ia dibesarkan yang pada hari-hari tertentu tidak melewatkan adanya
pemasangan sesajen.

Tidak jauh dari rumah Rasjidi, terdapat masji dan makam Penembahan
Senopati dan Kiageng Pemanahan serta beberapa sumber air yang jarang sepi dari
praktek-praktek mistik kejawen. Banyak di temukan rakyat jelata yang
mempersembahkan sesajen pada penunggu tempat-tempat tersebut seraya
mengharapkan berkah tertentu, seperti kekayaan, keberuntungan, cepat mendapat
jodoh, dan sebagainya. Meskipun hidup dalam lingkungan demikian, pada akhirnya
Rasjidi menyadari dirinya membutuhkan asupan rohani yang bersifat keagamaan.
Kesadaranya tentang Islam kemudian terbentuk menjadi pandangan hidupnya. H.
Mohamad Rasjidi (Kotagede, Yogyakarta, 20 Mei 1915-30 Januari 2001) adalah
mantan Menteri Agama Indonesia pada Kabinet Sjahrir I dan Kabinet Sjahrir II.
Fakultas Filsafat, Universitas Kairo, Mesir (1938) Universitas Sorbonne, Paris
(Doktor, 1956) Guru pada Islamitische Middelbaare School (Pesantren Luhur),
Surakarta (1939-1941) Guru Besar Fakultas Hukum UI Direktur kantor Rabitah
Alam Islami, Jakarta. H.M. Rasjidi, lulusan lembaga pendidikan tinggi Islam di
Mesir yang mmelanjutkan ke Paris, dan kemudian memperoleh pengalaman
mengajar di Kanada.

Dalam konteks pertumbuhan kajian akademik Islam di Indonesia, orang


akan sulit mengesampngkan arti kehadiran H.M. Rasjidi seorang lulusan dari
Lembaga Pendidikan tinggi di Mesir yang melanjutkan ke Paris, yang kemudian
memperoleh pengalaman mengajar di Kanada. Lepas dari retorika-retorika anti
baratnya, orangIslam tidak akan luput mendapatkan bahwa hampir keseluruhan
konstruksi akademiknya dibangun atas dasar lebih banyak unsur unsur yang lebih
banyak dari barat, tegasnya, kaum orientalis dari pada lainya, ia adalah diantara
intelektual Indonesia yang paling banyak memperoleh perkenalan, bahkan
penyerapan ramuan ramuan intelektual dari Gudang orientalisme. Ia yang
berpengaruh dalam usaha mengirimmkan para lulusan IAIN atau sarjana lainya
3
kemontreal. Apa yang telah dirintisnya kemudian di teruskan dalam sekala yang
lebih besar oleh Munawir Sjadzali.

b. Pemikiran Kalam H.M. Rasjidi

Pemikiran kalam Rasjidi dapat ditelusuri dari kritikan-kritikan yang


dialamatkan kepada Harun Nasution dan Nurcholis Madjid. Secara garis besar
pemikiran kalamnya dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Perbedaan Ilmu Kalam dan Teologi

Rasjidi menolak pandangan Harun Nasution yang menyamakan


pengertian Ilmu Kalam dan Teologi. Untuk itu Rasjidi berkata ada
kesan bahwa Ilmu Kalam adalah Teologi Islam, dan Teologi adalah
Ilmu Kalam Kristen. Selanjutnya Rasjidi menelusuri sejarah
kemunculan Teologi. Menurutnya, orang Barat memakai istilah
Teologi untuk menunjukkan Tauhid atau Kalam karena mereka tak
memiliki istilah lain.

Teologi terdiri dari dua perkataan, yaitu Teo (Theos) artinya


Tuhan dan Logos, artinya ilmu. Jadi Teologi adalah Ilmu Ketuhanan.
Adapun sebab timbulnya Teologi dalam Kristen adalah ketuhanan Nabi
Isa, sebagai salah satu dari Tri-tunggal atau Trinitas. Namun, kata
Teologi kemudian mengandung beberapa aspek agama Kristen, yang di
luar kepercayaan (yang benar), sehingga Teologi dalam Kristen tidak
sama dengan Tauhid atau Ilmu Kalam.

2) Tema-tema Ilmu Kalam

Salah satu tema-tema Ilmu Kalam Harun Nasution yang dikritik


Rasjidi adalah deskripsi aliran- aliran kalam yang sudah tidak relevan
lagi dengan kondisi umat Islam sekarang, khususnya di Indonesia.
Untuk itu, Rasjidi berpendapat bahwa menonjolkan perbedaan pendapat
antara Asy’ariyah dan Mu’tazilah, sebagaimana dilakukan Harun
Nasution, akan melemahkan iman para mahasiswa. Memang tidak ada
agama yang mengagungkan akal seperti Islam, tetapi dengan
menggambarkan bahwa akal dapat mengetahui baik dan buruk,
sedangkan wahyu hanya membuat nilai yang dihasilkan pikiran manusia
bersifat absolut-universal, berarti meremehkan ayat-ayat al-Quran
seperti :


◌ ‫ُ ﯾَْﻌﻠَُﻢ َوا َْﻧﺘ ُْﻢ َﻻ ﺗ َْﻌﻠَُﻤْﻮَن‬$
‫َو ﱣ‬
“Wallahu ya’lamu wa antum lata’ lamun”

“ Artinya: Dan Allah-lah yang Maha Mengetahui, sedangkan kamu


tidak mengetahui” (QS. Al- Baqarah: 216).

4
Rasjidi menegaskan pada saat ini, di Barat sudah dirasakan
bahwa akal tidak mampu mengetahui baik dan buruk. Buktinya adalah
kemunculan Eksistensialisme sebagai reaksi terhadap aliran
Rasionalisme. Rasjidi mengakui bahwa soal-soal yang pernah
diperbincangkan pada dua abad yang lalu, masih ada yang relevan
untuk masa sekarang, tetapi ada pula yang sudah tidak relevan. Pada
waktu sekarang, masih dirasakan oleh umat Islam pada umumnya
adalah keberadaan Syi’ah.

3) Hakikat Iman

Bagian ini merupakan kritikan Rasjidi terhadap deskripsi iman


yang diberikan Nurcholish Madjid, yakni “percaya dan menaruh
kepercayaan kepada Tuhan. Dan sikap apresiatif kepada Tuhan
merupakan inti pengalaman keagamaan seseorang. Sikap ini disebut
takwa. Takwa diperkuat dengan kontak yang kontinu dengan Tuhan.
Apresiasi ketuhan menumbuhkan kesadaran ketuhanan yang
menyeluruh, sehingga menumbuhkan keadaan bersatunya hamba
dengan Tuhan.

Menanggapi pernyataan di atas Rasjidi mengatakan bahwa iman


bukan sekedar menuju bersatunya manusia dengan Tuhan, tetapi dapat
dilihat dalam dimensi konsekuensial atau hubungan manusia dengan
manusia, yakni hidup dalam masyarakat. Perlu dijelaskan bahwa
bersatunya seseorang dengan Tuhan tidak merupakan aspek yang
mudah dicapai, mungkin hanya seorang saja dari sejuta orang. Jadi,
yang lebih penting dari aspek penyatuan itu adalah kepercayaan,
ibadah, dan kemasyarakatan.

2. Harun Nasution

a. Riwayat Hidup Harun Nasution

Harun Nasution lahir pada hari Selasa 23 September 1919 di Sumatera.


Ayahnya, Abdul Jabar Ahmad, adalah seorang ulama yang mengetahui kitab-kitab
Jawi.

Pendidikan formalnya dimulai disekolah Belanda HIS. Selama tujuh tahun


di HIS, Harun belajar bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan umum di HIS itu, dia
berada dalam lingkungan disiplin yang ketat. Di lingkungan keluarga, Harun
memulai pendidikan agama dari lingkungan keluarganya dengan belajar mengaji,
shalat dan ibadah lainnya. Ia meneruskan ke MIK (Modern Islamietische
Kweekschool) di Bukit Tinggi pada tahun 1934. Pendidikannya lalu diteruskan ke
Universitas Al-Azhar, Mesir. Sambil kuliah di Al-Azhar, ia kuliah pula di
Universitas Amerika di Mesir. Pendidikannya lalu dilanjutkan ke Mc. Gill, Kanada
pada tahun 1962. Setiba di tanah air pada tahun 1969, Harun Nasution langsung

5
mencemplungkan diri dalam bidang akademis dengan menjadi dosen pada IAIN
Jakarta, IKIP Jakarta, dan Universitas Nasional. Harun Nasution adalah figur
sentral dalam jaringan intelektual yang terbentuk di kawasan IAIN Ciputat
semenjak paruh kedua dasawarsa 70-an. Sentralitas harun Nasution di dalam
jaringan itu tentu banyak ditopang oleh kapasitas intelektualnya, dan kedudukan
formalnya sebagai rector sekaligus pengajar di IAIN. Dalam kapasitas terakhir ini,
ia memegang beberapa mata kuliah terutama menyangkut sejarah perkembangan
pemikiran yang terbukti menjadi salah satu sarana awal menuju pembentukan
jaringan antara Harun Nasution dan Mahasiswanya.

b. Pemikiran Kalam Harun Nasution

1) Peranan Akal

Bukanlah secara kebetulan bila Harun Nasution memilih


problematika akal dalam sistem Teologi Muhammad Abduh sebagai bahan
kajian disetasinya di Universitas McGiill, Montreal, Kanda. Besar kecilnya
peranan akal dalam sistem Teologi suatu aliran sangat menentukan dinamis
atau tidaknya pemahaman seseorang tentang ajaran Islam. Berkenaan akal
ini, Harun Nasution menulis, “Akal melambangkan kekuatan manusia.
Karena akallah, manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukan
kekuatan makhluk lain sekitarnya. Bertambah tinggi akal manusia,
bertambah tinggilah kesanggupannya untuk mengalahkan makhluk lain.
Bertambah lemah kekuatan akal manusia, bertambah rendah pula
kesanggupannya menghadapi kekuatan-kekuatan lain tersebut.”

Tema Islam agama Rasional dan Dinamis sangatt kuat bergema


dalam tulisan-tulisan Harun Nasution. Terutama dalam buku Akal dan
Wahyu dalam Islam, Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah, Analisis
Perbandingan, dan Muhammad Abdul dan Teologi Rasional Muhammad
Abdul.

Dalam ajaran Islam, akal mempunyai kedudukan tinggi dan banyak


dipakai, bukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan
saja, tetapi juga dalam perkembangan ajaran- ajaran keagamaan Islam
sendiri. Pemakaian akal dalam Islam diperintahkan Al-Quran sendiri.
Bukanlah tidak ada dasarnya kalau ada penulis-penulis, baik dikalangan
Islam maupun non Islam, yang berpendapat bahwa Islam adalah agama
rasional.

2) Pembaharuan Teologi

Pembaharuan Teologi, yang menjadi predikat Harun Nasution


pada dasarnya dibangun di atas asumsi bahwa keterbelakangan dan
kemunduran umat Islam Indonesia (juga di mana saja) adalah disebabkan
“ada yang salah” dalam Teologi mereka. Pandangan ini, serupa dengan
pandangan kaum modernis (Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Al-Afghani,
Sayid Amor Ali, dan lainnya) yang memandang perlu untuk kembali pada
Teologi Islam yang sejati. Retorika ini mengandung pengertian bahwa umat
Islam dengan Teologi fatalistik, irasional, pre-determinisme serta

6
penyerahan nasib telah membawa nasib mereka menuju kesengsaraan dan
keterbelakangan.

Dengan demikian, jika hendak mengubah nasib umat Islam,


menurut Harun Nasution umat Islam hendaklah mengubah Teologi mereka
meuju Teologi yang berwatak free-wiil, nasional, serta mandiri. Tidak heran
jika teori modernisasi ini selanjtnya menemukan Teologi kalam dalam
khasanah Islam klasik sendiri yakni Teologi Mu’tazilah.

3) Hubungan Akal Dengan Wahyu

Harun Nasution menjelaskan bahwa hubungan wahyu dan akal


memang menimbulkan pertanyaan, tetapi kedua tidak bertentangan. Akal
mempunyai kedudukan yang tinggi dalam Al- Quran. Orang yang beriman
tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala- galanya.
Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua permasalahan keagamaan.

Dalam pemikiran Islam, baik dibidang filsafat, Ilmu Kalam,


apalagi dibidang Fiqh, akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap
tunduk kepada teks wahyu. Teks wahyu tetap dianggap benar. Akal dipakai
untuk memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal
hanya memberi interperstasi terhadap teks wahyu sesuai dengan
kecenderungan dan kesanggupan pemberi interprestasi. Yang
dipertentangkan dalam sejarah pemikiran Islam bukan akal dengan wahyu,
tetapi penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan penafsiran lain dari teks
wahyu itu juga. Jadi, yang bertentangan sebenarnya dalam Islam adalah
pendapat akal ulama tertentu dengan akal ulama lain.

7
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

H. Mohamad Rasjidi lahir pada 20 Mei 1915 di Kotagede Jakarta, dan wafat 30
Januari 2001. Nama kecilnya adalah Saridi namun setelah menjadi murid Ahmad
Syurkati, pimpinan Al-Irsyad diberi nama baru sebagai “Muhammad Rasjidi”. Namun
nama baru tersebut secara resmi baru dipakai oleh Saridi pasca menunaikan ibadah haji,
beberapa tahun kemudian nama kecil Saridi demikian menjadi nama besar H. M Rasjidi.

Salah satu tema-tema Ilmu Kalam Harun Nasution yang dikritik Rasjidi adalah
deskripsi aliran- aliran kalam yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi umat Islam
sekarang, khususnya di Indonesia. Untuk itu, Rasjidi berpendapat bahwa menonjolkan
perbedaan pendapat antara Asy’ariyah dan Mu’tazilah, sebagaimana dilakukan Harun
Nasution, akan melemahkan iman para mahasiswa. Memang tidak ada agama yang
mengagungkan akal seperti Islam, tetapi dengan menggambarkan bahwa akal dapat
mengetahui baik dan buruk, sedangkan wahyu hanya membuat nilai yang dihasilkan
pikiran manusia bersifat absolut-universal, berarti meremehkan ayat-ayat Al-Quran
seperti, Wallahu ya’lamu wa antum lata’ lamun (Dan Allah-lah yang Maha Mengetahui,
sedangkan kamu tidak mengetahui) (QS. Al-Baqarah: 216). Rasjidi menegaskan pada
saat ini, di Barat sudah dirasakan bahwa akal tidak mampu mengetahui baik dan buruk.
Buktinya adalah kemunculan eksistensialisme sebagai reaksi terhadap aliran
rasionalisme.

Harun Nasution lahir pada hari Selasa 23 September 1919 di Sumatera. Pendidikan
formalnya dimulai disekolah Belanda HIS. Selama tujuh tahun di HIS, Harun belajar
bahasa Belanda dan ilmu pengetahuan umum di HIS itu, dia berada dalam lingkungan
disiplin yang ketat. Di lingkungan keluarga, Harun memulai pendidikan agama dari
lingkungan keluarganya dengan belajar mengaji, shalat dan ibadah lainnya. Ia
meneruskan ke MIK (Modern Islamietische Kweekschool) di Bukit Tinggi pada tahun
1934. Pendidikannya lalu diteruskan ke Universitas Al-Azhar, Mesir.

Harun Nasution menjelaskan bahwa hubungan wahyu dan akal memang


menimbulkan pertanyaan, tetapi kedua tidak bertentangan. Akal mempunyai kedudukan
yang tinggi dalam Al-Quran. Orang yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu
sudah mengandung segala- galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua
permasalahan keagamaan.

Akal tetap tunduk kepada teks wahyu. Teks wahyu tetap dianggap benar. Akal
dipakai untuk memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal hanya
memberi interperstasi terhadap teks wahyu sesuai dengan kecenderungan dan
kesanggupan pemberi interprestasi. Yang dipertentangkan dalam sejarah pemikiran Islam
bukan akal dengan wahyu, tetapi penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan penafsiran
lain dari teks wahyu itu juga. Jadi, yang bertentangan sebenarnya dalam Islam adalah
pendapat akal ulama tertentu dengan akal ulama lain.

8
2. Saran

Penulis mengucapkan maaf jika dalam penulisan makalah terdapat kesalahan


dalam tulisan maupun ejaan, penulis juga menyadari masih ada kekurangan dan
kelemahan dalam makalah ini. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Sehingga dapat memperbaiki kesalahan pada pembuatan
makalah ini.

9
DAFTAR PUSAKA

Anwar, Rosihon dan Abdul Rozak. 2001. Ilmu Kalam. Bandung: Pustaka Setia.

Halim, Abdul. 2001. Teologi Islam Rasional. Jakarta: Ciputat Pers.

Rosihon Anwar dan Abdul Rozak, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), hlm. 238.

Ibid., hlm. 239. Ibid., hlm. 240.

Halim Abdul, Teologi Islam Rasional, (Jakarta: Ciputat Pers, 2001), hlm. 3.

Rosihon Anwar dan Abdul Rozak , Op.Cit., hlm. 241-242.

Ibid., hlm. 243.

iii

Anda mungkin juga menyukai