Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Islam Nusantara dan Islam Berkemajuan

Dosen Pengampu : Ahmad Sahnan, S.Ud.,M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 10

Nama Anggota :

1. Fakhrezy Rizal Maulana (2017404092)


2. Hana Qotrun Nada (2017404097)
3. Lestari Ari Suryani (2017404068)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


UNIVERSITAS PROF. KH. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan hidayah-
Nya, makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam kita hadiahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kedohohan ke alam yang penuh ilmu
pengetahuan seperti yang kita rasakan sekarang ini. Makalah ini berjudul “Islam Nusantara dan
Islam Berkemajuan” dan disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam.

Pada kesempatan ini tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Ahmad
Sahnan S.Ud.,M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Kalam yang senantiasa
membimbing dan memberikan ilmunya kepada kami. Kami juga berterima kasih kepada rekan-
rekan yang telah memberikan semangat dan ide yang luar biasa dalam mendukung penyelesaian
makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan dan masih jauh dari
kata sempurna dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran kepada pembaca yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada penulis khususnya dan kepada pembaca guna memperkaya ilmu pengetahuan
tentang materi yang kami sampaikan dalam makalah ini.

Purwokerto, 22 Mei 2022


Penyusun,

Kelompok 10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................... 4
A. Islam Nusantara................................................................................................................................. 4
1. Pengertian Islam Nusantara.......................................................................................................... 4
2. Sejarah Islam d Nusantara............................................................................................................. 5
3. Strategi Penyebaran Islam di Nusantara........................................................................................ 7
B. Islam Berkemajuan atau Islam Progresif........................................................................................... 8
1. Pengertian Islam Berkemajuan atau Islam Progresif..................................................................... 8
2. Gerakan Islam Berkemajuan atau Islam Progresif...........................................................................................9
BAB III PENUTUP............................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 11
B. Saran...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang bersifat universal, humanis, dinamis, kontekstual dan
akan kekal sepanjang masa. Islam merupakan agama yang menyempurnakan agama-agama
sebelumnya. Ibarat bangunan tempat tinggal yang kekurangan satu batu bata, agama Islam
menyempurnakan ajaran-ajaran sebelumnya. Islam juga adalah agama yang sering
menjelaskan mengenai keberagaman.
Banyaknya tokoh- tokoh ulama islam yang menyampaikan pokok pikiran mereka
yang memiliki latar belakang yang beragam sehingga memunculkan perbedaan
argumentasi yang mereka miliki. Salah satunya yakni mengenai Islam nusantara dan Islam
berkemajuan. Pada pembahasan ini Islam nusantara yang dimanan agama itu memiliki lima
ajaran pokok atau rukun islam yang sebagaimana telah diajarkan oleh Nabi Muhammad
SAW. Sedangkan nusantara sendiri merupakan penggambaran dari wilayah Indonesia dari
Sumatera hingga Papua.
Selanjutnya Islam berkemajuan merupakan istilah yang sering digunakan oleh
kalangan muda NU dan Muhammadiyah, dengan tujuan mencoba mengembangkan lebih
mendalam gagasan moderasi (Islam Moderat) yang merupakan paham dasar NU maupun
Muhammadyah. Pemikiran islam progresif memperlihatkan penafsiran teologis berkaitan
dengan problem-problem kontemporer,terutamaisu sekularisme, liberalism, dan pluralism.
Oeh karena itu, dengan pembuatan makalah ini bertujuan untuk membahas lebih rinci
mengenai Islam nusantara dan Islam berkemajuan di Indonesia agar pembaca dapat
wawasan materi tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Islam nusantara dan Islam berkemajuan?
2. Bagaimana sejarah Islam di Nusantara?
3. Bagaimana strategi penyebaran Islam di Nusantara?
4. Apa saja gerakan yang dibentuk pada Islam berkemajuan?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Islam nusantara dan Islam berkemajuan.
2. Mengetahui sejarah Islam di Nusantara.
3. Mengetahui strategi penyebaran Islam di Nusantara.
4. Mengetahui gerakan yang dibentuk pada Islam berkemajuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam Nusantara

1. Pengertian Islam Nusantara


Islam Nusantara terdiri dari dua kata, Islam dan Nusantara. Islam berarti “penyerahan,
kepatuhan, ketundukan, dan perdamaian”. Agama ini memiliki lima ajaran pokok /rukun islam
sebagaimana diungkapkan Nabi Muhammad. Nusantara adalah istilah yang menggambarkan
wilayah kepulauan di Indonesia dari Sumatera hingga Papua. Kata ini berasal dari manuskrip
berbahasa Jawa sekitar abad ke-12 sampai ke-16 sebagai konsep Negara Majapahit. Sementara
dalam literatur berbahasa Inggris abad ke-19, Nusantara merujuk pada kepulauan Melayu. Ki
Hajar Dewantoro, memakai istilah ini pada abad 20-an sebagai salah satu rekomendasi untuk
nama suatu wilayah Hindia Belanda (Kroef 1951, 166–171).

Karena kepulauan tersebut mayoritas berada di wilayah negara Indonesia, maka Nusantara
biasanya disinonimkan dengan Indonesia. Istilah ini, di Indonesia secara konstitusional juga
dikukuhkan dengan Keputusan Presiden (Kepres) MPR No.IV/MPR/1973, tentang Garis Besar
Haluan Negara Bab II Sub E. Kata Nusantara ditambah dengan kata wawasan. Berdasarkan
pengertian di atas, Islam Nusantara adalah ajaran agama yang bersumber dari Alquran dan
Hadith, dipraktekkan oleh Nabi Muhammad, dan diikuti oleh penduduk Nusantara (Indonesia).

Terdapat perdebatan mengenai istilah Islam Nusantara di kalangan intelektual NU terletak


pada label kata “nusantara” yang mengikuti kata “Islam”. Kata ini bisa memengaruhi makna
Islam yang tidak hanya dimaknai secara normatif, tapi juga variatif. Ketika Islam dan
Nusantara menjadi frase Islam Nusantara, artinya sangat beragam. Tergantung cara pandang
atau pendekatan keilmuan yang dipakai. Jika menggunakan pendekatan filosofis, maka
memunculkan beberapa istilah. Sebagai istilah, Islam Nusantara, seperti diungkapkan Isom
Yusqi, diposisikan sebagai salah satu pendekatan dalam mengkaji Islam yang akan melahirkan
berbagai disiplin ilmu. Seperti fikih nusantara, siyasah nusantara, muamalah nusantara, qanun
nusantara, perbankan Islam nusantara, ekonomi Islam nusantara, dan berbagai cabang ilmu
Islam lain atas dasar sosio-epistemologi ke-nusantara-an.
Pendekatan selanjutnya adalah pendekatan historis-antropologis yang memunculkan dua
istilah, yaitu Islam Khas Indonesia dan islam budaya nusantara. Maksud Islam Nusantara
sebagai Islam khas Indonesia adalah:

Islam yang khas ala Indonesia, gabungan nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal,
budaya, dan adat istiadat di Tanah Air. Dalam konteks ini, budaya suatu daerah atau negara
tertentu menempati posisi yang setara dengan budaya Arab dalam menyerap dan menjalankan
ajaran Islam. Suatu tradisi Islam Nusantara menunjukkan suatu tradisi Islam dari berbagai
daerah di Indonesia yang melambangkan kebudayaan Islam dari daerah tersebut. Istilah ini
dimunculkan Said Aqil Siradj, Ketua PBNU. Menurutnya, Islam Nusantara merupakan Islam
yang hanya dimiliki Indonesia, yakni corak Islam Nusantara yang heterogen. Satu daerah
dengan daerah lainnya memiliki ciri khas masing-masing, tetapi memiliki ruh yang sama.
Kesamaan nafas, merupakan saripati dan hikmah dari perjalanan panjang Islam berabad-abad
di Indonesia yang telah menghasilkan suatu karakteristik yang lebih mengedepankan aspek
esotoris hakikah, ketimbang eksoteris syariat.

2. Sejarah Islam Nusantara


Agama Islam dibawa oleh pedagang Arab yang datang ke Nusantara melalui jalur laut
dengan rute dari Aden menyisir pantai menuju Maskat, Raisut, Siraf, Guadar, Daibul, Pantai
Malabar yang meliputi Gujarat, Keras, Quilon, dan Kalicut kemudian menyisir pantai
Karamandel seperti Saptagram ke Chitagong (pelabuhan terbesar di Bangladesh), Akyab
(sekarang wilayah Myanmar), Selat Malaka, Peureulak (Aceh Timur), Lamno (pantai barat
Aceh), Barus, Padang, Banten, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Ampel, Makasar,
Ternate, dan Tidore. Terdapat lima teori tentang masuknya Islam ke Nusantara, antara lain :

a. Teori Arab
Teori ini menyatakan bahwa Islam dibawa dan disebarkan ke Nusantara langsung
dari Arab pada abad ke-7/8 M, saat Kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya.
Tokoh-tokoh teori ini adalah Crawfurd, Keijzer, Niemann, de Hollander, Hasymi, Hamka,
Al-Attas, Djajadiningrat, dan Mukti Ali. Bukti-bukti sejarah teori ini sangat kuat. Pada
abad ke-7/8 M, selat Malaka sudah ramai dilintasi para pedagang muslim dalam pelayaran
dagang mereka ke negeri-negeri Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina
Zaman Tang pada abad tersebut, masyarakat muslim sudah ada di Kanfu (Kanton) dan
Sumatera. Ada yang berpendapat mereka adalah utusan-utusan Bani Umayah yang
bertujuan penjajagan perdagangan. Demikian juga Hamka yang berpendapat bahwa Islam
masuk ke Indonesia tahun 674 M. Berdasarkan Catatan Tiongkok, saat itu datang seorang
utusan raja Arab bernama Ta Cheh atau Ta Shih (kemungkinan Muawiyah bin Abu Sufyan)
ke Kerajaan Ho Ling (Kalingga) di Jawa yang diperintah oleh Ratu Shima. Ta-Shih juga
ditemukan dari berita Jepang yang ditulis tahun 748 M. Diceritakan pada masa itu terdapat
kapal-kapal Po-sse dan Ta-Shih Kuo. Menurut Rose Di Meglio, istilah Po-sse menunjukan
jenis bahasa Melayu sedangkan Ta-Shih hanya menunjukan orang-orang Arab dan Persia
bukan Muslim India.

b. Teori Cina
Dalam teori ini menjelaskan bahwa etnis Cina Muslim sangat berperan dalam
proses penyebaran agama Islam di Nusantara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
pada teori Arab, hubungan Arab Muslim dan Cina sudah terjadi pada Abad pertama Hijriah.
Dengan demikian, Islam datang dari arah barat ke Nusantara dan ke Cina berbarengan
dalam satu jalur perdagangan. Islam datang ke Cina di Canton (Guangzhou) pada masa
pemerintahan Tai Tsung (627-650) dari Dinasti Tang, dan datang ke Nusantara di Sumatera
pada masa kekuasaan Sriwijaya, dan datang ke pulau Jawa tahun 674 M berdasarkan
kedatangan utusan raja Arab bernama Ta cheh atau Ta shi ke kerajaan Kalingga yang
diperintah oleh Ratu Sima.

c. Teori Persia
Berbeda dengan teori sebelumnya teori Persia lebih merujuk kepada aspek bahasa
yang menunjukan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara dan bahasanya telah diserap.
Seperti kata 'Abdas' yang dipakai oleh masyarakat Sunda merupakan serapan dari Persia
yang artinya wudhu. Lalu ada juga seperti kata-kata yang berakhiran ta’marbūthah apabila
dalam keadaan wakaf dibaca “h” seperti shalātundibaca shalah. Namun dalam bahasa
Nusantara dibaca salat, zakat, tobat.
d. Teori India
Teori ini menyatakan Islam datang ke Nusantara bukan langsung dari Arab
melainkan melalui India pada abad ke-13. Dalam teori ini disebut lima tempat asal Islam
di India yaitu Gujarat, Cambay, Malabar, Coromandel, dan Bengal. Namun, teori India
yang menjelaskan Islam berasal dari Gujarat mempunyai kelemahan-kelemahan.

e. Teori Turki
Teori ini diajukan oleh Martin Van Bruinessen yang dikutip dalam Moeflich
Hasbullah. Ia menjelaskan bahwa selain orang Arab dan Cina, Indonesia juga diislamkan
oleh orang-orang Kurdi dari Turki.

3. Strategi Penyebaran Islam di Nusantara


Pertama, melalui jalur perdagangan. Awalnya Islam merupakan komunitas kecil yang
kurang berarti. Interaksi antar pedagang muslim dari berbagai negeri seperti Arab, Persia, Anak
Benua India, Melayu, dan Cina yang berlangsung lama membuat komunitas Islam semakin
berwibawa, dan pada akhirnya membentuk masyarakat muslim. Selain berdagang, para
penyebar agama Islam dari berbagai kawasan tersebut, juga menyebarkan agama yang
dianutnya, dengan menggunakan sarana pelayaran.
Kedua, melalui jalur dakwah bi al-hāl yang dilakukan oleh para muballigh yang merangkap
tugas menjadi pedagang. Proses dakwah tersebut pada mulanya dilakukan secara individual.
Mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban syari'at Islam dengan memperhatikan kebersihan,
dan dalam pergaulan mereka menampakan sikap sederhana.
Ketiga, melalui jalur perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim, muballigh
dengan anak bangsawan Nusantara. Berawal dari kecakapan ilmu pengetahuan dan pengobatan
yang didapati dari tuntunan hadits Nabi Muhammad Saw. ada di antara kaum muslim yang
berani memenuhi sayembara yang diadakan oleh raja dengan janji, bahwa barang siapa yang
dapat mengobati puterinya apabila perempuan akan dijadikan saudara, sedangkan apabila laki-
laki akan dijadikan menantu. Dari perkawinan dengan puteri raja lah Islam menjadi lebih kuat
dan berwibawa.
Keempat, melalui jalur pendidikan. Setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka
menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-pusat perekonomian itu
berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Pusat-pusat pendidikan dan
dakwah Islam di kerajaan Samudra Pasai berperan sebagai pusat dakwah pertama yang
didatangi pelajar-pelajar dan mengirim muballigh lokal, di antaranya mengirim Maulana Malik
Ibrahim ke Jawa.
Kelima, melalui jalur kultural. Awal mulanya kegiatan islamisasi selalu menghadapi
benturan denga tradisi Jawa yang banyak dipengaruhi Hindu-Budha. Setelah kerajaan
Majapahit runtuh kemudian digantikan oleh kerajaan Islam. Di Jawa Islam menyesuaikan
dengan budaya lokal sedang di Sumatera adat menyesuaikan dengan Islam.

B. Islam Berkemajuan atau Islam Progresif

1. Pengertian Islam Berkemajuan atau Islam Progresif


Islam Progresif merupakan istilah yang sering digunakan oleh kalangan muda NU
dan Muhammadiyah, dengan tujuan mencoba mengembangkan lebih mendalam
gagasan moderasi (Islam Moderat) yang merupakan paham dasar NU maupun
Muhammadyah. Islam progresif dimaksudkan untuk member penekanan utama kepada
pengembangan ilmu pengetahuan, diskursus keadilan/kesetaraan, keterbukaan, sikap
toleransi, dan perlunya membangun integritas moral kaum muslim dalam membangun
kebangsaan Indonesia. Islam progresif bukan hanya memhami islam sebagai agama,
namun lebih jauh lagi islam sebagai peradaban. Pemikiran islam progresif
memperlihatkan penafsiran teologis berkaitan dengan problem-problem
kontemporer,terutamaisu sekularisme, liberalism, dan pluralism. Hal-hal yang
dilakukan dalam mengembangkan islamprogresif adalah:
Pertama, pembaruan pemahaman keislaman (khususnya fiqih atau hukum islam),
terutama dalam menyelaraskan pemahaman keagamaan dengan perkembangan
kekinian. Misal, umat islam dituntut untuk mengembangkan fiqih yang bisa berdialog
dengan isu demokrasi (fiqih demokrasi), pluralisme (fiqih toleransi, atau fiqih lintas
agama), liberalisme (fiqih politik, fiqih hak asasi manusia, fiqih gender), dan seterusnya.
Kedua, sosialisasi informasi yang benar tentang islam. Belakangan ini, suara atas
nama islam direpresentasikan oleh kelompok-kelompok yang tidak mewakili sebagian
besar umat islam, yaitu kelompok islam radikal. Umat islam secara keseluruhan
mendapatkan stigma negatif karena ulah kelompok ini, kelompok yang melakukan
kekerasan dan teror atas nama tuhan. Oleh karena itulah, pemikir islam progresif
bekerja keras menampilkan wajah islam yang progresif, dalam arti islam yang penuh
kedamaian, toleran, moderat, dan berkeadaban.

2. Gerakan Islam Progresif


Gerakan Islam progresif dari kalangan tradisional yang diwakili oleh NU dan
gerakan islam modern yang diwakili oleh Muhammadiyah.
a. NU dan Islam Progresif
Di antara lembaga-lembaga islam progresif dari kalangan tradisional,
terutama NU15yang muncul pasca reformasi adalah: Jaringan Islam Liberal
(JIL) yang dimotori oleh Ulil Abshar Abdalla. Mereka mempunyai sumbangan
penting dalam menyuburkan ide-ide islam progresif tentang sekularisme,
liberalisme, dan pluralisme melalui program radio, media, iklan layanan
masyarakat, dan terbitan-terbitan buku.
Gerakan kaum muda NU pada umumnya bersifat liberal dan terbuka,
apresiatif terhadap hal-hal baru, namun tetap merakyat. Mereka memiliki sikap
toleransi yang sangat tinggi dan menghormati hak-hak asasi manusia. Djohan
Efendi berpendapat, salah satu hal yang menarik dari gerakan kaum muda NU
ini adalah bahwa kyai muda mengembangkan dan mengapresiasi gagasan-
gagasan baru dengan berpijak pada tradisi-tradisi intelektualnya yang kaya.
b. Muhammadiyah dan Islam Progresif
Pemikir muda muhammadiyah juga tidak ketinggalan dalam sepak
terjangnya melakukan diskusi-diskusi yang menghasilkan wacana kritis.
Mereka fokus dalam menerjemahkan ajaran dasar muhammadiyah, yakni al
Ma’un (pemihakan kepada kaum miskin), seperti yang dirintis oleh
pendahulunya, KH. Ahmad Dahlan. Semasa hidupnya, KH. Ahmad Dahlan
dikenal sebagai sosok yang dekat dengan para pendeta dan pastor. Hal ini
mengindikasikan bahwa Dahlan adalah orang yang menghargai berbagi
kelompok agama dan menunjukkan sikap inklusif dan plural.
Para pemikir muda progresif muhammadiyah berkembang untuk suatu
tujuan utama, yaitu merajut jejaring dan solidaritas kaum intelektual muda
muslim untuk pencerahan akal budi dan nurani, pembebasan, mewujudkan
demokrasi, dan transformasi social. Isu sekularisme, liberalisme, dan
pluralisme termasuk salah satu isu yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga
islam modernis ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam Nusantara terdiri dari dua kata, Islam dan Nusantara. Islam berarti “penyerahan,
kepatuhan, ketundukan, dan perdamaian”. Agama ini memiliki lima ajaran pokok /rukun islam
sebagaimana diungkapkan Nabi Muhammad. Nusantara adalah istilah yang menggambarkan
wilayah kepulauan di Indonesia dari Sumatera hingga Papua. Islam Nusantara adalah ajaran
agama yang bersumber dari Alquran dan Hadith, dipraktekkan oleh Nabi Muhammad, dan
diikuti oleh penduduk Nusantara (Indonesia). Agama Islam dibawa oleh pedagang Arab yang
datang ke Nusantara melalui jalur laut dengan rute dari Aden menyisir pantai menuju Maskat,
Raisut, Siraf, Guadar, Daibul, Pantai Malabar yang meliputi Gujarat, Keras, Quilon, dan
Kalicut kemudian menyisir pantai Karamandel seperti Saptagram ke Chitagong (pelabuhan
terbesar di Bangladesh), Akyab (sekarang wilayah Myanmar), Selat Malaka, Peureulak (Aceh
Timur), Lamno (pantai barat Aceh), Barus, Padang, Banten, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban,
Gresik, Ampel, Makasar, Ternate, dan Tidore.
Islam Progresif merupakan istilah yang sering digunakan oleh kalangan muda NU dan
Muhammadiyah, dengan tujuan mencoba mengembangkan lebih mendalam gagasan moderasi
(Islam Moderat) yang merupakan paham dasar NU maupun Muhammadyah. Islam progresif
dimaksudkan untuk member penekanan utama kepada pengembangan ilmu pengetahuan,
diskursus keadilan/kesetaraan, keterbukaan, sikap toleransi, dan perlunya membangun
integritas moral kaum muslim dalam membangun kebangsaan Indonesia.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kelompok kami pasti masih terdapat beberapa
kesalahan baik dalam segi penulisan kaliat, tata bahasa, dan tanda baca. Oleh karena itu,
kami sangat membutuhkan saran dan masukan dari pembaca sekalian agar kami dapat
memperbaiki dan lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Tjandrasasmita, U. (2009). Arkeologi Islam Nusantara. Kepustakaan Populer Gramedia.

Syafrizal, A. (2015). Sejarah islam nusantara. Islamuna: Jurnal Studi Islam, 2(2), 235-253.

Qodir, Z. (2019). Islam berkemajuan dan strategi dakwah pencerahan umat. Jurnal
Sosiologi Reflektif, 13(2), 209-234.

Anda mungkin juga menyukai