Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SEJARAH ISLAM ASIA TENGGARA

Teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Bisri Mustofa, M.Pd

DISUSUN OLEH:

SYAHMI AQIL BIN SYAIRUL FAHMI [12260113230]

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan
Hidayah- Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas
sehari-hari. Penyusun juga mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
kerido’an-Nya makalah ini terselesaikan.

Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
”Sejarah Islam Asia Tenggara”. Adapun yang penulis bahas dalam makalah sederhana ini
mengenai ”Teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara”. Dalam penulisan makalah ini
penulis menemui berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan kami
mengenai hal yang berkenaan dengan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah
ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
yang membaca.

Pekanbaru, 11 Maret

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori masuknya Islam di Nusantara......................................................................................... 3


2.2 Proses penyebaran Islam di Nusantara......................................................................................8
2.3 Tahap perkembangan Islam di Nusantara................................................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama terbesar di Indonesia, dengan 86,7% penduduk Indonesia


mengidentifikasi diri sebagai Muslim dalam survei tahun 2018. Indonesia adalah negara
berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, dengan sekitar 231 juta pengikut.
Kualitas utama Islam Nusantara adalah tawasut (moderat), rahmah (cinta), anti-
ekstremisme, inklusi, dan toleransi. Islam Nusantara mengadopsi strategi budaya untuk
menangani budaya lokal yang menghormati ajaran Islam tanpa menghapus, menyakiti, atau
membasmi budaya lokal. Sebaliknya, Islam Nusantara merangkul budaya lokal dengan
menghormati, mempertahankan, dan melindunginya. Salah satu aspek-aspek budaya
Indonesia dalam pengembangan fikih adalah ciri khas utama Islam Nusantara dan
pendidikan traddisional lokal yang mendukung Islam nusantara. Pendidikan ini berakar
pada etika dan tata krama timur yang sangat menekankan penghormatan kepada ulama dan
kiai sebagai ustadz. Ustadz harus memberikan arahan kepada siswa untuk mencegah
mereka menyimpang dan menginspirasi pemikiran yang salah atau radikal. Penekanan pada
prinsip Islam rahmatan lil-alamin (rahmat bagi seluruh alam), yang mempromosikan
keharmonisan, toleransi, rasa hormat satu sama lain, dan keragaman pendapat dalam
hubungan antara Muslim dan penganut agama lain, adalah salah satu ciri khasnya.

Kedatangan Islam di dunia pada abad ke-7 Masehi dianggap oleh para sejarawan
sebagai pembangunan dunia baru dengan pemikiran baru, cita-cita baru, budaya dan
peradaban baru. Selama lebih dari empat belas abad sejak Nabi Muhammad menyebarkan
ajaran baru dalam lingkup kehidupan pribadi, kehidupan masyarakat, dan negara.
Peradaban Islam telah menyebar dari wilayah Spanyol ke benteng Cina, dari Rusia ke Asia
tenggara sehingga bahkan hampir mendunia, dimulai oleh Nabi Muhammad, Khulafa al-

1
Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah dan Uthmaniyyah. Ketika Islam masuk ke india, Nusantara
memiliki peradaban karena pengaruh budaya primitif dari peradaban Hindu-Buddha India,
yang pengaruhnya tidak merata. Penyebaran Islam di sebagian wilayah Indonesia
berkembang pesat. Hal ini karena Islam dibawa oleh para saudagar sekaligus para mubaligh
dan ulama, penyebarannya menyebarkan berbagai ajaran dan gaya hidup yang secara
kualitatif lebih maju dari peradaban yang ada. . Dengan datangnya Islam, masyarakat
Indonesia mengalami peralihan dari masyarakat agraris feodal dengan pengaruh Hindu-
Buddha menjadi masyarakat perkotaan dengan pengaruh Islam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana teori masuknya Islam ke Nusantara?


2. Bagaimana proses penyebaran Islam di Nusantara?
3. Bagaimana tahap perkembangan Islam di Nusantara?
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, dapat disimpulkan tujuan penulisan


makalah ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui teori masuknya Islam di Nusantara.


2. Untuk mengetahui proses penyebaran Islam di Nusantara.
3. Untuk mengetahui tahap perkembangan Islam di Nusantara .

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori masuknya Islam di Nusantara

Azyumardi Azra menyatakan dalam Helmiyati bahwa terdapat banyak pendapat di


kalangan para ahli mengenai masuknya Islam ke Nusantara. Perkembangan Islam di
Nusantara asal-usulnya, para pembawa dan da'i Islam, dan saat kedatangan Islam pertama
kali di Nusantara merupakan tiga topik utama yang menjadi inti dari perbedaan pendapat
tersebut, menurut Azyumardi Azra. Rute pelayaran dan perdagangan antar pulau atau antar
wilayah sudah ada sejak abad-abad pertama Masehi. Perdagangan telah menjalin hubungan
antara wilayah timur, yang meliputi kepulauan India Timur dan pantai selatan Cina. Para
pedagang Arab melakukan perjalanan melalui air dari Aden ke Maskat, Raisut, Siraf,
Guadar, Daibul, pantai Malabar yang meliputi Gujarat, Akyab (sekarang Burma), Selat
Malaka, Peureulak (Aceh Timur), Lamno (Aceh Barat), Barus, Padang, Demak, Gresik,
Ampel, dan Makasar sebelum tiba di Nusantara. Masuknya Islam ke nusantara dimulai
pada abad pertama Hijriah. Meskipun penduduk asli Muslim belum mengakuinya, orang-
orang asing tetap menerimanya apa adanya. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia sudah
banyak diketahui, namun yang menjadi pertanyaan adalah mengenai kepastian asal muasal,
pembawa, lokasi yang dikunjungi, tanggal, dan bukti-bukti sejarahnya. Banyak gagasan
tentang bagaimana Islam masuk ke Indonesia yang dihasilkan dari berbagai sudut pandang
dan fakta yang berbeda. Masuknya Islam ke Nusantara merupakan persoalan yang dibahas
dalam lima teori, seperti yang tertera di bawah ini.

3
A. Teori Gujarat

Teori Gujarat menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari Gujarat, India. Teori
ini dikemukakan oleh sejumlah akademisi Belanda, termasuk Pijnappel, Snouck Hurgronje,
dan Moquette. Teori ini menyatakan bahwa orang-orang Arablah yang pindah ke sana dan
menetap. Islam tidak dibawa ke Nusantara oleh Persia atau Arab, melainkan dari India,
tempat asalnya. Ide batu nisan dan teori mazhab adalah dasar dari teori Gujarat. Menurut
teori ini, ditemukan bahwa Muslim di Gujarat dan Muslim dari Nusantara memiliki
pandangan yang sama. Masing-masing kelompok Muslim ini menganut mazhab Syafi'i.
Mazhab ini semakin didukung oleh hipotesis batu nisan, yang merinci penemuan model dan
bentuk nisan di makam-makam di Pasai, Semenanjung Malaya, dan Gresik yang identik
dengan makam-makam di Gujarat.

Nisan Sultan Malik Al-Saleh dari Samudera Pasai, yang ditulis pada tahun 1297 dan
memiliki gaya Islam Gujarat yang khas, dilaporkan memberikan beberapa dukungan untuk
teori ini, menurut Amirul Ulum (2015). Kisah Marcopolo dan pengaruh sufi pada gerakan
Islam yang berkembang di Indonesia adalah sumber-sumber lainnya. Terlepas dari bukti-
bukti yang ada, dua dari sanggahan tersebut memiliki kesalahan. Pertama, meskipun
mazhab Hanafi lebih populer di Gujarat daripada mazhab Syafii, penduduk Samudera Pasai
adalah pengikut mazhab Syafii. Kedua, Samudra Pasai beralih ke Islam meskipun Gujarat
masih merupakan kerajaan Hindu.

B. Teori Bengal

Teori ini menyatakan bahwa Islam awalnya datang ke nusantara dari Benggala. S.Q.
Fatimah adalah pencetus anggapan ini. Landasan dari hipotesis Benggala Fatimi adalah
konsep makam. Menurut Fatimi, gaya dan bentuk batu nisan Malik al-Raja Salih dari Pasai
sangat berbeda dengan batu nisan yang ditemukan di Gujarat. Gaya dan bentuk batu
nisannya sangat mirip dengan yang ada di Bengal. Dia sampai pada kesimpulan bahwa

4
Islam pasti berakar dari sana juga. Namun, kemudian, teori mazhab ini muncul dan
meruntuhkan hipotesis batu nisan Fatimi. Mazhab ini berpendapat bahwa ada perbedaan
antara Muslim Nusantara yang mengikuti mazhab Syafi'i dan Muslim Bengali yang
mengikuti mazhab Hanafi.

C. Teori Coromandel dan Malabar

Harrison mengemukakan gagasan ini berdasarkan sudut pandang Thomas W. Arnold.


Bentuk Islam Nusantara diperkirakan muncul di Koromandel dan Malabar, menurut teori
Koromandel dan Malabar, yang juga menarik kesimpulan dari gagasan mazhab. Umat
Islam di Nusantara, Koromandel, dan Malabar menganut mazhab Syafi'i. Marrison
mengklaim bahwa pada tahun 1292, ketika Pasai menjadi sebuah kerajaan Islam, Gujarat
masih merupakan sebuah kerajaan Hindu. Sangat diragukan bahwa Gujarat adalah asal
mula penyebaran Islam.

D. Teori Mekah

Hamka mengeluarkan hipotesis Makkah, menyanggah pandangan Barat Gujarat bahwa


bukan Arab adalah lokasi masuknya Islam ke Nusantara. Selain itu, Hamka menolak
hipotesis Gujarat yang menyatakan bahwa Islam tiba di Nusantara pada abad ke-13 dan
dibawa ke sana melalui Arab atau Mekah. Proses ini terjadi pada abad ketujuh Masehi, atau
abad pertama Hijriah. Crawfurd (1820 M), Keyzer (1859 M), dan Veith adalah beberapa
sejarawan Barat pertama yang mengadvokasi dan mempromosikan teori Makkah (1878 M).
Malabar dan Koromandel bukanlah satu-satunya tempat di mana Islam diperkenalkan,
menurut Thomas W. Arnold. Ia mengatakan bahwa ketika para pedagang Arab menguasai
perdagangan Barat-Timur pada awal Hijriah atau abad ke-7 dan ke-8 Masehi, mereka juga
menyebarkan Islam. Hal ini didasarkan pada catatan Cina yang menyatakan bahwa
menjelang akhir abad ke-7, seorang pedagang Arab bangkit untuk memimpin komunitas
Arab-Muslim di pantai barat Sumatra.

5
Abza klaim bahwa penjelasan Gujarat cacat didukung oleh teori Mekah, terutama karena
India diperintah oleh seorang Hindu pada saat itu. Kekurangan teori ini juga bisa ditelaah
dari sudut pandang agama atau mazhab yang dianut oleh masyarakat India dan Nusantara,
sedangkan Nusantara menganut mazhab Hanafi, mazhab Syafi'i. Jadi, Gujarat bukanlah
lokasi awal masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara, menurut Azra. Naquib Al-Atas,
menurut Abza, menolak gagasan bahwa Islam datang ke Indonesia dari India dan
menegaskan bahwa Islam dibawa ke sana oleh orang-orang Arab dan Persia. Meskipun
mistik hadir dalam praktik-praktik keagamaan orang Melayu, ini tidak menunjukkan bahwa
Gujarat adalah tempat pertama kali Islam muncul di Aceh.

E. Teori Persia

Teori Persia, yang merupakan teori kelima, juga tidak diabaikan oleh Thomas W.
Arnold. Gagasan ini juga memiliki dasar teori sekte. Benda-benda bermazhab Syiah
ditemukan di Jawa dan Sumatra. Dua ahli fikih lainnya yang dekat dengan Sultan dan
kelahiran Persia juga terdaftar. Salah satunya berasal dari Syiraz, dan yang lainnya berasal
dari Isfahan (Helmiati, 2014:5).

Selain itu, Ahmad Mansyur Surya Negara (2016:100) dan Profesor Dr. Housein
Djaja Diningrat menyatakan bahwa Islam adalah sebuah filosofi filosofi Syiah yang
berawal dari Persia. Perspektifnya didasarkan pada bagaimana aksara Al-Quran dibaca dan
dieja, khususnya di Jawa Barat. Karena tidak semua orang Persia yang menggunakan
sistem bacaan tersebut adalah pengikut Syiah, argumen ini dianggap lemah. Pusat
kekuasaan Khalifah Abashiah yang beraliran Sunni pada saat itu adalah Bagdad. Lebih
tepatnya, para pengikut Syiah tidak membaca Al-Quran dengan gaya Persia, meskipun
faktanya sistem pembacaan Arab di Jawa Barat sebanding dengan sistem pembacaan
tersebut. Apakah para sufi yang tergabung dalam Naksabandiyah Qodariah bukan penganut
Syiah? Jawa Barat secara keseluruhan menganut mazhab Syafi'i, seperti halnya Abasiyah di
Persia.

6
F. Teori Cina

Menurut hipotesis ini, etnis Muslim Tionghoa memiliki peran besar dalam penyebaran
Islam di seluruh nusantara. Kontak antara Muslim Arab dan Tionghoa telah terjalin sejak
abad pertama Hijriah, seperti yang telah disebutkan dalam doktrin Arab. Dengan demikian,
Islam melakukan perjalanan di sepanjang rute komersial yang sama dari barat ke Cina dan
nusantara pada saat yang sama. Islam tiba di Kanton (Guangzhou) pada masa pemerintahan
Dinasti Tang Tai Tsung (627-650), di kepulauan Sumatra pada masa pemerintahan
Sriwijaya, dan di pulau Jawa pada tahun yang sama. Berdasarkan kedatangan utusan raja
Arab Ta cheh / Ta shi ke kerajaan Kalingga, yang diberi mandat oleh Ratu Sima, Sriwijaya
tiba di pulau Jawa pada tahun 674 Masehi.

G. Teeori Mesir

Teori-teori Kaijzer, yang juga didasarkan pada teori mazhab, memasukkan unsur
penting dari mazhab Syafi'i, yang diikuti oleh orang-orang di Mesir dan Nusantara.
Gagasan Arab-Mesir ini didukung oleh Niemann dan de Hollander. Keduanya menegaskan
bahwa Hadramaut, bukan Mesir, adalah tempat di mana Islam Nusantara pertama kali
muncul. Sebaliknya, mereka sampai pada kesimpulan dalam seminar yang diadakan pada
tahun 1969 dan 1978 bahwa Islam masuk ke Nusantara langsung dari Arab, bukan melalui
India.

H. Teori Maritim

Menurut seorang sejarawan Pakistan, pengenalan dan perluasan Islam di nusantara


merupakan hasil dari para pelaut dan pengusaha Muslim yang energik dalam bidang
kelautan dan kekuatan pasar. Para pengusaha Arab menggunakan inisiatif ini untuk mulai
menyebarkan Islam di sepanjang pelabuhan yang mereka kunjungi ketika melakukan

7
perjalanan ke Cina Utara pada abad pertama hijriah atau abad ketujuh masehi. Selama abad
keenam dan keduabelas, para pebisnis lokal membantu Islam mulai meluas ke seluruh
nusantara.

2.2 Proses penyebaran Islam di Nusantara

Di Indonesia, Islam adalah agama mayoritas dan memiliki pengikut yang cukup
besar. Agama ini memiliki berbagai saluran untuk menyebarkannya.

Kemajuan dan perkembangan Islam di Indonesia kemudian disorot pada platform-platform


ini. Saluran-saluran ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proses penyebaran
Islam yang luas dan diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Beberapa saluran
yang tercantum di bawah ini dapat digunakan untuk menjelaskan proses tersebut.

A. Saluran perdagangan

Sejak abad ke-1, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Melaka, telah memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional
karena posisnya yang menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara,
dan Asia Barat. Kesibukan lalu-lintas di kawasan perdagangan ini berlarutan dari abad ke-7
hingga ke-16 itu, membuat pedagang-pedagang Muslim Arab turut ambil bagian dalam
perdagangan ini.

Pengaruh inilah yang kemudian menjadikan pergeseran dalam sistem kehidupan


masyaarakat Asia Tenggara. Jika sebelumnya di masa kerajaan berjaya, kepercayaan yang
dominan di kalangan masyarakat adalah dinamisme. Namun dengan adanya pengaruh dari
pedagang Islam, banyak masyarakat yang kemudian beralih menganut monotheisme.

8
B. Saluran perkahwinan

Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada
kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan,
tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan
terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas,
akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim.

C. Saluran tasawuf

Ajaran Islam sampai ke Asia Tenggara, sangat dipengaruhi oleh ajaran tasawuf. para
sejarahwan menyatakan bahwa inilah yang menyebabkan Islam menarik kepada mereka di
Asia Tenggara dan boleh dikatakan bahwa tasawuf dengan ajaran dan amalannya
menyebabkan berlakunya proses Islamisasi di Asia Tenggara. H. John ahli sejarah Australia
itu menyatakan bahwa Islamisasi terebut berlaku adanya dakwah yang cerdas dilakukan
oleh para penyebar sufi yang datang bersama-sama dengan para pedagang muslim.

D. Saluran Pendidakan

Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, abaik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu,
calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari
pesantren , mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat tertentu
mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel
Denta Surabaya dan sunan Giri di Giri.ikan

E. Saluran kesenian

9
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.
Dikatakan, sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.
Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik
dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam cerita itu di sisipkan ajaran nama-nama
pahlawan Islam.

F. Saluran politik

Kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh
politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di
Sumatera dan Jawa maupun Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-
kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara
politis banyak menarik penduduk bukan Islam itu masuk Islam.

2.4 Tahap-tahap perkembangan Islam di Nusantara

A. Kehadiran para pedagang muslim

Tahap ini dianggap menandai dimulainya proses asimilasi Islam di Asia Tenggara.

Di Asia Tenggara, proses sosialisasi dimulai dengan para imigran Muslim yang berinteraksi
dengan penduduk asli pada tingkat sosial budaya. Tidak ada informasi tentang konversi
penduduk asli ke Islam yang ditemukan pada fase awal. Tidak ada informasi yang
ditemukan pada fase awal tentang konversi penduduk asli ke Islam. Hal ini tidak
ditunjukkan secara meyakinkan sampai awal abad ke-13 M / 7 H. Sangat mungkin bahwa
para pedagang Muslim menikahi anggota penduduk setempat sepanjang abad pertama
hingga keempat Hijriah, dan mengislamkan mereka. Namun, ini hanya spekulasi pada saat
ini. Meskipun ada Fatimah binti Maimun di Leran - Gresik yang meninggal pada tahun 475

10
H/1082 M. Batu nisannya, bagaimanapun, menunjukkan pola gaya dekorasi makam abad
ke-16 Masehi yang ditemukan di Campa, yang berisi prasasti dalam bentuk doa kepada
Allah, berdasarkan bentuknya.

B. Terbentuknya Kerajaan Islam ( 13 – 16 M)

Pada fase kedua, Islam semakin disosialisasikan di Nusantara dengan terbentuknya


pusat-pusat kekuasaan Islam. Sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia, kerajaan
Samudera Pasai merebut jalur perdagangan di Selat Malaka yang sebelumnya dikuasai oleh
kerajaan Sriwijaya pada akhir abad ke-13.Kerajaan Sriwijaya sebelumnya menguasai jalur
perdagangan di Selat Malaka.

Hal ini berlangsung hingga kerajaan Malaka berdiri di Semenanjung Malaysia pada awal
abad ke-14. Sultan Mansyur Syah (wafat 1477 M) adalah sultan keenam Kerajaan
Malaka.Sultan Mansyur Syah (wafat 1477 M) adalah sultan keenam Kerajaan Malaka, dan
Islam berkembang pesat di pesisir timur Sumatra dan Jawa pada saat itu sudah
menunjukkan peran kuat komunitas Muslim.

C. Pelembagaan Islam

Selama periode ini, sosialisasi Islam di pusat-pusat kekuasaan menjadi semakin tak
terbendung, merembes ke hampir semua wilayah. Dengan kata lain, Islam masuk ke pusat-
pusat kekuasaan di Nusantara melalui perdagangan, pernikahan dengan elit birokrasi dan
ekonomi, dan sosialisasi langsung ke masyarakat bawah. Pengaruh Islamisasi, yang pada
awalnya terbatas pada satu wilayah, kini telah menyebar ke wilayah lain di Asia Tenggara.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses masuknya islam ke Nusantara diawali oleh adanya interaksi antara penduduk
pribumi dengan pedagang yang berasal dari kawasan Arab dan India. Setidaknya ada
tiga teori yang menjelaskan tentang proses masuknya islam ke Nusantara yakni teori da’I,
teori pedagang dan teori sufi.Penyebaran islam yang penuh damai di Nusantara berjalan
dalam kurun waktu yang cukup panjang dengan melalui berbagi cara, antara lain;
perdagangan, perkawinan, dakwah, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik. Proses
perkembangan islam di Nusantara diklasifikasikan menjadi tiga fase, yaitu; 1)
singgahnya pedagang-pedagang muslim di pelabuhan-pelabuhan Nusantara, 2)
tumbuhnya komunitas muslim di Nusantara, 3) berdirinya kerajaan/kesultanan islam
di Nusantara.Kerajaan/kesultanan yang mengalami pertumbuhan sangat pesat pada
awal kedatangan islam di Nusantara antara lain kerajaan Perlak, kerajaan
SamudraPasai, kesultanan Malaka dan kesultanan Aceh Darussalam.Ada beberapa teori
yang menjelaskan tentang masuknya islam di Nusantara, antara lain; teori Gujarat, teori
Bengal, teori Coromandel dan Malabar, teori Mekah, teori Persia, teori Cina, teori Mesir,
teori Maritim.

Di Indonesia, terdapat beberapa proses asimilasi, termasuk jalur perdagangan dan


lalu lintas perdagangan yang ramai pada abad ke-7. Para pedagang Muslim dari Arab,
Persia, dan India turut berpartisipasi di Indonesia. Dari sudut pandang ekonomi, para
pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada kebanyakan penduduk
asli, sehingga penduduk asli, terutama anak perempuan bangsawan, tertarik untuk menikah
dengan para pedagang ini. Mereka diislamkan terlebih dahulu sebelum menikah. Islamisasi
juga dilakukan melalui pendidikan, termasuk pesantren dan pondok. Islamisasi juga
dilakukan melalui kesenian, termasuk pertunjukan wayang, permata, dan lagu-lagu.
Kekuasaan raja, melalui jalur politik, memainkan peran penting dalam proses Islamisasi.

Tahapan Perkembangan Islam; 1) Kehadiran pedagang Muslim (7 - 12M). 2) Pendirian


Kerajaan Islam (13 - 16 M). 3) Pelembagaan Islam.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Andi Herawati. Eksistensi Islam di Asia Tenggara. Jurnal Ash-Shahabah, volume 4


Nomor 2, Juli 2018
2. Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara.Lembaga Penelitiandan Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru,
2014
3. Nurbati, Pendidikan Islam Pada Awal Islamisasi Di Asia Tenggara,PT.
Rajagrafindo Persada, Depok, 2019

13

Anda mungkin juga menyukai