DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikumWr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan
Hidayah- Nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas
sehari-hari. Penyusun juga mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
kerido’an-Nya makalah ini terselesaikan.
Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
”Sejarah Islam Asia Tenggara”. Adapun yang penulis bahas dalam makalah sederhana ini
mengenai ”Teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Nusantara”. Dalam penulisan makalah ini
penulis menemui berbagai hambatan yang dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan kami
mengenai hal yang berkenaan dengan penulisan makalah ini.
Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah
ini tidak akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
yang membaca.
Pekanbaru, 11 Maret
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kedatangan Islam di dunia pada abad ke-7 Masehi dianggap oleh para sejarawan
sebagai pembangunan dunia baru dengan pemikiran baru, cita-cita baru, budaya dan
peradaban baru. Selama lebih dari empat belas abad sejak Nabi Muhammad menyebarkan
ajaran baru dalam lingkup kehidupan pribadi, kehidupan masyarakat, dan negara.
Peradaban Islam telah menyebar dari wilayah Spanyol ke benteng Cina, dari Rusia ke Asia
tenggara sehingga bahkan hampir mendunia, dimulai oleh Nabi Muhammad, Khulafa al-
1
Rasyidin, Umayyah, Abbasiyah dan Uthmaniyyah. Ketika Islam masuk ke india, Nusantara
memiliki peradaban karena pengaruh budaya primitif dari peradaban Hindu-Buddha India,
yang pengaruhnya tidak merata. Penyebaran Islam di sebagian wilayah Indonesia
berkembang pesat. Hal ini karena Islam dibawa oleh para saudagar sekaligus para mubaligh
dan ulama, penyebarannya menyebarkan berbagai ajaran dan gaya hidup yang secara
kualitatif lebih maju dari peradaban yang ada. . Dengan datangnya Islam, masyarakat
Indonesia mengalami peralihan dari masyarakat agraris feodal dengan pengaruh Hindu-
Buddha menjadi masyarakat perkotaan dengan pengaruh Islam.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. Teori Gujarat
Teori Gujarat menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari Gujarat, India. Teori
ini dikemukakan oleh sejumlah akademisi Belanda, termasuk Pijnappel, Snouck Hurgronje,
dan Moquette. Teori ini menyatakan bahwa orang-orang Arablah yang pindah ke sana dan
menetap. Islam tidak dibawa ke Nusantara oleh Persia atau Arab, melainkan dari India,
tempat asalnya. Ide batu nisan dan teori mazhab adalah dasar dari teori Gujarat. Menurut
teori ini, ditemukan bahwa Muslim di Gujarat dan Muslim dari Nusantara memiliki
pandangan yang sama. Masing-masing kelompok Muslim ini menganut mazhab Syafi'i.
Mazhab ini semakin didukung oleh hipotesis batu nisan, yang merinci penemuan model dan
bentuk nisan di makam-makam di Pasai, Semenanjung Malaya, dan Gresik yang identik
dengan makam-makam di Gujarat.
Nisan Sultan Malik Al-Saleh dari Samudera Pasai, yang ditulis pada tahun 1297 dan
memiliki gaya Islam Gujarat yang khas, dilaporkan memberikan beberapa dukungan untuk
teori ini, menurut Amirul Ulum (2015). Kisah Marcopolo dan pengaruh sufi pada gerakan
Islam yang berkembang di Indonesia adalah sumber-sumber lainnya. Terlepas dari bukti-
bukti yang ada, dua dari sanggahan tersebut memiliki kesalahan. Pertama, meskipun
mazhab Hanafi lebih populer di Gujarat daripada mazhab Syafii, penduduk Samudera Pasai
adalah pengikut mazhab Syafii. Kedua, Samudra Pasai beralih ke Islam meskipun Gujarat
masih merupakan kerajaan Hindu.
B. Teori Bengal
Teori ini menyatakan bahwa Islam awalnya datang ke nusantara dari Benggala. S.Q.
Fatimah adalah pencetus anggapan ini. Landasan dari hipotesis Benggala Fatimi adalah
konsep makam. Menurut Fatimi, gaya dan bentuk batu nisan Malik al-Raja Salih dari Pasai
sangat berbeda dengan batu nisan yang ditemukan di Gujarat. Gaya dan bentuk batu
nisannya sangat mirip dengan yang ada di Bengal. Dia sampai pada kesimpulan bahwa
4
Islam pasti berakar dari sana juga. Namun, kemudian, teori mazhab ini muncul dan
meruntuhkan hipotesis batu nisan Fatimi. Mazhab ini berpendapat bahwa ada perbedaan
antara Muslim Nusantara yang mengikuti mazhab Syafi'i dan Muslim Bengali yang
mengikuti mazhab Hanafi.
D. Teori Mekah
5
Abza klaim bahwa penjelasan Gujarat cacat didukung oleh teori Mekah, terutama karena
India diperintah oleh seorang Hindu pada saat itu. Kekurangan teori ini juga bisa ditelaah
dari sudut pandang agama atau mazhab yang dianut oleh masyarakat India dan Nusantara,
sedangkan Nusantara menganut mazhab Hanafi, mazhab Syafi'i. Jadi, Gujarat bukanlah
lokasi awal masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara, menurut Azra. Naquib Al-Atas,
menurut Abza, menolak gagasan bahwa Islam datang ke Indonesia dari India dan
menegaskan bahwa Islam dibawa ke sana oleh orang-orang Arab dan Persia. Meskipun
mistik hadir dalam praktik-praktik keagamaan orang Melayu, ini tidak menunjukkan bahwa
Gujarat adalah tempat pertama kali Islam muncul di Aceh.
E. Teori Persia
Teori Persia, yang merupakan teori kelima, juga tidak diabaikan oleh Thomas W.
Arnold. Gagasan ini juga memiliki dasar teori sekte. Benda-benda bermazhab Syiah
ditemukan di Jawa dan Sumatra. Dua ahli fikih lainnya yang dekat dengan Sultan dan
kelahiran Persia juga terdaftar. Salah satunya berasal dari Syiraz, dan yang lainnya berasal
dari Isfahan (Helmiati, 2014:5).
Selain itu, Ahmad Mansyur Surya Negara (2016:100) dan Profesor Dr. Housein
Djaja Diningrat menyatakan bahwa Islam adalah sebuah filosofi filosofi Syiah yang
berawal dari Persia. Perspektifnya didasarkan pada bagaimana aksara Al-Quran dibaca dan
dieja, khususnya di Jawa Barat. Karena tidak semua orang Persia yang menggunakan
sistem bacaan tersebut adalah pengikut Syiah, argumen ini dianggap lemah. Pusat
kekuasaan Khalifah Abashiah yang beraliran Sunni pada saat itu adalah Bagdad. Lebih
tepatnya, para pengikut Syiah tidak membaca Al-Quran dengan gaya Persia, meskipun
faktanya sistem pembacaan Arab di Jawa Barat sebanding dengan sistem pembacaan
tersebut. Apakah para sufi yang tergabung dalam Naksabandiyah Qodariah bukan penganut
Syiah? Jawa Barat secara keseluruhan menganut mazhab Syafi'i, seperti halnya Abasiyah di
Persia.
6
F. Teori Cina
Menurut hipotesis ini, etnis Muslim Tionghoa memiliki peran besar dalam penyebaran
Islam di seluruh nusantara. Kontak antara Muslim Arab dan Tionghoa telah terjalin sejak
abad pertama Hijriah, seperti yang telah disebutkan dalam doktrin Arab. Dengan demikian,
Islam melakukan perjalanan di sepanjang rute komersial yang sama dari barat ke Cina dan
nusantara pada saat yang sama. Islam tiba di Kanton (Guangzhou) pada masa pemerintahan
Dinasti Tang Tai Tsung (627-650), di kepulauan Sumatra pada masa pemerintahan
Sriwijaya, dan di pulau Jawa pada tahun yang sama. Berdasarkan kedatangan utusan raja
Arab Ta cheh / Ta shi ke kerajaan Kalingga, yang diberi mandat oleh Ratu Sima, Sriwijaya
tiba di pulau Jawa pada tahun 674 Masehi.
G. Teeori Mesir
Teori-teori Kaijzer, yang juga didasarkan pada teori mazhab, memasukkan unsur
penting dari mazhab Syafi'i, yang diikuti oleh orang-orang di Mesir dan Nusantara.
Gagasan Arab-Mesir ini didukung oleh Niemann dan de Hollander. Keduanya menegaskan
bahwa Hadramaut, bukan Mesir, adalah tempat di mana Islam Nusantara pertama kali
muncul. Sebaliknya, mereka sampai pada kesimpulan dalam seminar yang diadakan pada
tahun 1969 dan 1978 bahwa Islam masuk ke Nusantara langsung dari Arab, bukan melalui
India.
H. Teori Maritim
7
perjalanan ke Cina Utara pada abad pertama hijriah atau abad ketujuh masehi. Selama abad
keenam dan keduabelas, para pebisnis lokal membantu Islam mulai meluas ke seluruh
nusantara.
Di Indonesia, Islam adalah agama mayoritas dan memiliki pengikut yang cukup
besar. Agama ini memiliki berbagai saluran untuk menyebarkannya.
A. Saluran perdagangan
Sejak abad ke-1, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Melaka, telah memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional
karena posisnya yang menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara,
dan Asia Barat. Kesibukan lalu-lintas di kawasan perdagangan ini berlarutan dari abad ke-7
hingga ke-16 itu, membuat pedagang-pedagang Muslim Arab turut ambil bagian dalam
perdagangan ini.
8
B. Saluran perkahwinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada
kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan,
tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan
terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas,
akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim.
C. Saluran tasawuf
Ajaran Islam sampai ke Asia Tenggara, sangat dipengaruhi oleh ajaran tasawuf. para
sejarahwan menyatakan bahwa inilah yang menyebabkan Islam menarik kepada mereka di
Asia Tenggara dan boleh dikatakan bahwa tasawuf dengan ajaran dan amalannya
menyebabkan berlakunya proses Islamisasi di Asia Tenggara. H. John ahli sejarah Australia
itu menyatakan bahwa Islamisasi terebut berlaku adanya dakwah yang cerdas dilakukan
oleh para penyebar sufi yang datang bersama-sama dengan para pedagang muslim.
D. Saluran Pendidakan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, abaik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu,
calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari
pesantren , mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat tertentu
mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel
Denta Surabaya dan sunan Giri di Giri.ikan
E. Saluran kesenian
9
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.
Dikatakan, sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.
Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik
dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam cerita itu di sisipkan ajaran nama-nama
pahlawan Islam.
F. Saluran politik
Kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh
politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di
Sumatera dan Jawa maupun Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-
kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara
politis banyak menarik penduduk bukan Islam itu masuk Islam.
Tahap ini dianggap menandai dimulainya proses asimilasi Islam di Asia Tenggara.
Di Asia Tenggara, proses sosialisasi dimulai dengan para imigran Muslim yang berinteraksi
dengan penduduk asli pada tingkat sosial budaya. Tidak ada informasi tentang konversi
penduduk asli ke Islam yang ditemukan pada fase awal. Tidak ada informasi yang
ditemukan pada fase awal tentang konversi penduduk asli ke Islam. Hal ini tidak
ditunjukkan secara meyakinkan sampai awal abad ke-13 M / 7 H. Sangat mungkin bahwa
para pedagang Muslim menikahi anggota penduduk setempat sepanjang abad pertama
hingga keempat Hijriah, dan mengislamkan mereka. Namun, ini hanya spekulasi pada saat
ini. Meskipun ada Fatimah binti Maimun di Leran - Gresik yang meninggal pada tahun 475
10
H/1082 M. Batu nisannya, bagaimanapun, menunjukkan pola gaya dekorasi makam abad
ke-16 Masehi yang ditemukan di Campa, yang berisi prasasti dalam bentuk doa kepada
Allah, berdasarkan bentuknya.
Hal ini berlangsung hingga kerajaan Malaka berdiri di Semenanjung Malaysia pada awal
abad ke-14. Sultan Mansyur Syah (wafat 1477 M) adalah sultan keenam Kerajaan
Malaka.Sultan Mansyur Syah (wafat 1477 M) adalah sultan keenam Kerajaan Malaka, dan
Islam berkembang pesat di pesisir timur Sumatra dan Jawa pada saat itu sudah
menunjukkan peran kuat komunitas Muslim.
C. Pelembagaan Islam
Selama periode ini, sosialisasi Islam di pusat-pusat kekuasaan menjadi semakin tak
terbendung, merembes ke hampir semua wilayah. Dengan kata lain, Islam masuk ke pusat-
pusat kekuasaan di Nusantara melalui perdagangan, pernikahan dengan elit birokrasi dan
ekonomi, dan sosialisasi langsung ke masyarakat bawah. Pengaruh Islamisasi, yang pada
awalnya terbatas pada satu wilayah, kini telah menyebar ke wilayah lain di Asia Tenggara.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses masuknya islam ke Nusantara diawali oleh adanya interaksi antara penduduk
pribumi dengan pedagang yang berasal dari kawasan Arab dan India. Setidaknya ada
tiga teori yang menjelaskan tentang proses masuknya islam ke Nusantara yakni teori da’I,
teori pedagang dan teori sufi.Penyebaran islam yang penuh damai di Nusantara berjalan
dalam kurun waktu yang cukup panjang dengan melalui berbagi cara, antara lain;
perdagangan, perkawinan, dakwah, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik. Proses
perkembangan islam di Nusantara diklasifikasikan menjadi tiga fase, yaitu; 1)
singgahnya pedagang-pedagang muslim di pelabuhan-pelabuhan Nusantara, 2)
tumbuhnya komunitas muslim di Nusantara, 3) berdirinya kerajaan/kesultanan islam
di Nusantara.Kerajaan/kesultanan yang mengalami pertumbuhan sangat pesat pada
awal kedatangan islam di Nusantara antara lain kerajaan Perlak, kerajaan
SamudraPasai, kesultanan Malaka dan kesultanan Aceh Darussalam.Ada beberapa teori
yang menjelaskan tentang masuknya islam di Nusantara, antara lain; teori Gujarat, teori
Bengal, teori Coromandel dan Malabar, teori Mekah, teori Persia, teori Cina, teori Mesir,
teori Maritim.
12
DAFTAR PUSTAKA
13