Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA DAN PERADABAN ISLAM

SEJARAH AWAL KEDATANGAN ISLAM DI INDONESIA, SEJARAH AWAL


MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA, AGAMA DAN KEKUATAN POLITIK MASA
KOLONIALISME

Dosen Pengampu :

Ibu Dr. Nik Haryanti, M.Pd.I

Disusun oleh :

Anantasya Dian Karunia Putri NIM. 22105520017

Tegar Perdana Syahputra NIM. 22105520028

UNIVERSITAS ISLAM BALITAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
JUNI 2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah terhadap ke hadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul "Sejarah Awal Kedatangan Islam di Indonesia, Sejarah Awal Mas

uknya Islam di Indonesia, Agama dan Kekuatan Politik Masa Kolonialisme" dalam keadaan
sehat walafiat tanpa kurang suatu apa pun.
Tujuan utama penulisan makalah ini agar pembaca dapat mengetahui dan paham
mengenai bagaimana latar belakang, maksud dan tujuan sejarah awal kedatangan Islam di
Indonesia, sejarah awal masuknya Islam di Indonesia, agama dan kekuatan politik masa
kolonialisme.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak lain, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. H. Soebiantoro, M.Si. selaku rektor Universitas Islam Balitar yang telah
memberikan berbagai fasilitas dalam membuat makalah ini.
2. Ibu Endah Siswati, S.I.P., M.S.W. selaku Dekan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Balitar.
3. Ibu Dr. Nik Haryanti, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama
dan Peradaban Islam atas bimbingan dan arahannya selama proses pembuatan
makalah.
4. Teman penulis dan teman-teman Administrasi Publik A yang senantiasa memberikan
motivasi serta dorongan selama proses pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, sehingga kritik dan saran kami
harapkan untuk membangun agar ke depan menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan berkah yang melimpah bagi tim penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya. Terima kasih.

Blitar, 18 April 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1 Pengertian Sejarah Islam..................................................................................................3
2.2 Sejarah Kedatangan Islam di Indonesia..........................................................................3
2.3 Awal Masuknya Islam di Indonesia..................................................................................8
2.3 Peran Agama dan Kekuatan Politik di Masa Kolonialisme.........................................11
BAB III....................................................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................14
3.2 Saran..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sejarah Islam?
2. Bagaimana sejarah datangnya Islam di Indonesia?
3. Bagaimana awal masuknya Islam di Indonesia?
4. Bagaimana peran Agama dan kekuatan politik di masa kolonialisme?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sejarah Islam.
2. Untuk mengetahui sejarah datangnya Islam di Indonesia.
3. Untuk mengetahui awal masuknya Islam di Indonesia.
4. Untuk mengetahui peran Agama dan kekuatan politik di masa kolonialisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sejarah Islam

Pengertian sejarah secara etimologi berasal dari kata Arab syajarah artinya “pohon”.
Dalam bahasa Inggris istilah sejarah disebut dengan history yang berarti pengetahuan tentang
gejala-gejala alam, khususnya manusia yang bersifat kronologis. Pengertian sejarah juga
berarti ilmu pengetahuan yang berusaha melukiskan tentang peristiwa masa lampau umat
manusia yang disusun secara kronologis untuk menjadi pelajaran bagi manusia yang hidup
sekarang maupun yang akan datang.1
Sejarah Islam adalah peradaban agama Islam yang dimulai dari turunnya wahyu
pertama pada tahun 700M tahun yang diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu
Muhammad bin Abdullah di Gua Hira, (Arab Saudi) sampai dengan sekarang. 2 Sejarah Islam
di Indonesia sendiri berarti serangkaian peristiwa masuknya agama Islam di Indonesia sejak
sekitar abad ke 7 Masehi.

2.2 Sejarah Kedatangan Islam di Indonesia

 Teori Arab

Teori ini didukung oleh Krrawfurl, Keijzer, Nieman, de Hollender, J.C. Van Leur,
Thomas W. Arnold, al-Attas. HAMKA, Djajadiningrat, Mukti Ali dan tokoh yang paling
gigih mempertahankan teori ini adalah Naquib Al-Attas. Teori ini menyatakan bahwa Islam
datang ke Indonesia langsung dari Arab pada abad ke 7-8 masehi. HAMKA secara tegas
menyatakan Islam datang ke Indonesia pada tahun 674 Masehi. Dibawa oleh pedagang-
pedagang Arab.
Pedagang Arab pertama kali datang di Indonesia di daerah Barus Tapanuli (Barus-
Sibolga kab. TAPTENG). Ini dibuktikan dengan adanya makam yang bertulis Ha-Mim yang
diartikan tahun 670 Masehi. Teori ini mendapat perhatian dan pembenaran dalam seminar-
seminar sejarah masuknya Agama Islam ke Indonesia (1963); sejarah Islam di Minangkabau
(1969); sejarah Islam Riau (1975); sejarah masuknya Islam ke Kalimantan (1976), dan

1
Universitas Islam An Nur Lampung, “Pengertian dan Periode Sejarah Peradaban Islam,” an-
nur.ac.id, 3 November 2022, https://an-nur.ac.id/pengertian-dan-periode-sejarah-peradaban-islam/ .

2
Kementerian Agama Kabupaten Banjarnegara. “Sejarah Islam Yang Perlu Kamu Ketahui.”
banjarnegara.kemenag.go.id, 13 April 2022, https://banjarnegara.kemenag.go.id/simak-yuks-sejarah-
islam-yang-perlu-kamu-ketahui/#:~:text=Banjarnegara%2DSejarah%20Islam%20adalah
%20peradaban,Arab%20Saudi)%20sampai%20dengan%20sekarang.

3
dibicarakan pula pada seminar pendahuluan sejarah Islam di Indonesia. Teori ini menyatakan
bahwa Islam datang langsung dari Arab, dibawa oleh pedagang-pedagang Arab pada Abad
pertama hijriah.
Teori yang menyatakan bahwa Barus adalah daerah pertama yang disinggahi
pedagang-pedagang muslim Arab ini dibuktikan dengan penemuan arkeolog akan sumber-
sumber epigrafi yang berbentuk batu nisan. Dari sekian banyak batu nisan hanya 38 buah
yang mempunyai tulisan. 36 buah tersebar di Kompleks Makam Ibrahim, Kompleks Makam
Ambar, Kompleks Makam Maqdum, Kompleks Makam Mahligai dan makam Papan Tinggi
sedangkan dua lagi ada di museum Medan.

 Teori Gujarat India

Para sarjana dari Belanda memegang teori bahwa asal muasal Islam di nusantara
adalah anak benua India, Gujarat dan Malabar. Teori ini dikemukakan oleh Pojnappel,
menurutnya orang-orang Arab yang bermazhab Syafi’i yang berimigrasi dan menetap di India
yang kemudian membawa Islam ke nusantara. Teori ini kemudian dikembangkan oleh
Snouck Hurgronje, menurutnya ulama-ulama Gujaratlah penyebar Islam pertama di
nusantara, baru kemudian disusul orang-orang Arab. Meski tidak menyebutkan secara ekplisit
daerah mana yang pertama kali didatangi Islam tapi menurutnya abad ke-12 adalah periode
paling mungkin permulaan penyebaran Islam di nusantara, alasan Snouck menyebutkan teori
ini adalah :
1. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam ke
Indonesia
2. Hubungan dagang India-Indonesia telah lam terjalin; dan
3. Inskripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatera menunjukkan hubungan antara
Sumatera dan Gujarat.
Pendapat Snouck ini didukung oleh Moquette yang menyimpulkan tempat asal Islam
adalah Gujarat. Kesimpulan ini didasarkan pada pengamatannya akan batu nisan di Pasai, dan
di Gresik Jawa Timur yang sama bentuknya dengan batu nisan di Cambay Gujarat. Pendapat
Moquette ini didukung oleh Kern, Winstedt, Bosquet, Vlekke, Gonda, Schrieke dan Hall.
Sementara Pijnapel mengemukakan tiga argumen untuk teori ini; Pertama, alasan Mazhab
Fiqh. Menurutnya dua wilayah India; Gujarat dan Malabar adalah yang pertama kali
menganut Mazhab Syafi’iyah sebelum dibawa dan berkembang di Asia Tenggara. Kedua,
alasan politik, dengan keruntuhan kekuasaan Baghdad, banyak para Syufi yang kemudian

4
melakukan perjalanan ke wilayah Asia Tenggara melalui India. Ketiga, alasan arkeologi
berupa batu nisan yang ditemukan memiliki kesamaan dengan batu nisan dari India.
Sebaliknya Fatimi menentang pendapat Moquette. Menurutnya tidak ada kesamaan
batu nisan di Pasai dengan batu nisan di Gujarat, sebaliknya batu nisan tersebut justru mirip
dengan batu nisan di Bengal. Ini menjadi alasannya untuk menyatukan bahwa tempat asal
Islam ke Nusantara adalah Bengal. Teori ini kemudian dinilai lemah karena adanya perbedaan
mazhab muslim nusantara (Syafi’iyah) dengan muslim Bengal (Hanafiyah). Selain Fatimi,
teori Gujarat juga dibantah oleh Marison. Menurutnya boleh jadi batu nisan yang ditemukan
di nusantara berasal dari Gujarat atau bahkan dari Bengal, namun tidak lantas Islam berasal
dari daerah ini. Berdasarkan data sejarah raja Pasai pertama wafat pada tahun 698H/1928
Masehi sedangkan Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu, setahun kemudian barulah
kerajaan ini menjadi kerajaan Islam.
Penentang keras teori Gujarat lainnya adalah Naguib al-Attas, menurutnya batu nisan
yang di nusantara berasal dari Gujarat, karena jarak tempuhnya yang lebih dekat dibanding
dengan Arab. Menurutnya bukti paling penting untuk membahas daerah asal Islam di
Nusantara adalah karakteristik internal Islam di dunia Melayu-Indonesia. Oleh karena ia
berpendapat bahwa Islam di Nusantara berasal langsung dari Arab. Kelemahan teori ini selain
data-data yang ditampilkan lemah, terkesan juga tidak menjelaskan antara masuknya Islam
dengan perkembangan penyebaran Islam di Indonesia.

 Teori Persia

Bukti yang diajukan teori ini adalah ditemukan pengaruh Persia dalam kehidupan
masyarakat pada abad ke-11. Bukti tersebut mengacu pada pengaruh bahasa, dapat dilihat
dari bahasa arab yang digunakan masyarakat Indonesia. Kata-kata yang berakhiran huruf “ta”
pada kata marbuthah ketika berhenti dibaca “h”. Menurut Nurkholis ini menunjukkan bahwa
bahasa Arab, tapi dari Persia. Salah seorang tokoh teori ini adalah P. A Hoesein
Djajadiningrat. 3
Teori ini menitikberatkan tinjauannya kepada budaya yang hidup di kalangan
masyarakat Islam Indonesia memiliki kesamaan dengan India/Gujarat di antaranya:

3
Fauziah Nasution,

“Kedatangan dan Perkembangan Islam ke Indonesia.” MAWA IZH JURNAL DAKWAH DAN
PENGEMBANGAN SOSIAL KEMANUSIAAN, Vol. 11, No. 1 (Juni 2020), 34-35.

5
1. Peringatan 10 Muharram atau hari Asyura sebagai hari peringatan Syiah atas
syahidnya Husain cucu Nabi Muhammad Saw yang sangat dijunjung tinggi oleh
orang Syiah (Ahmad Mansur Suryanegara: 1998)
2. Adanya kesamaan ajaran antara Syekh Siti Jenar dengan ajaran Sufi dari Iran al-
Haliaj.
3. Adanya kesamaan dalam penggunaan istilah bahasa Iran pada sistem mengeja
huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi harakat,
4. Ditemukannya batu nisan makam Sultan Malik as Shaleh 1297 dan makam Malik
Ibrahim 1419 di Gresik yang mana batu nisan tersebut memiliki corak batu yang
serupa dari Gujarat India dan adanya kampung Muslim di Leran Gresik. Teori
Persia mempunyai kesamaan mutlak dengan teori Gujarat.
5. Pengakuan umat Islam terhadap Mazhab Syafi’i sebagai mazhab yang paling
utama di daerah Malabar.4

 Teori Cina

Teori Cina merupakan teori yang menyebutkan bahwa asal mula sejarah masuknya
agama Islam ke Indonesia berasal dari Cina dan agama Islam berkembang di Cina pada masa
Dinasti Tang (618-905 M) Islam masuk ke Cina dibawa langsung oleh panglima perang
Muslim yang bernama Sa'ad bin Abi Waqqash yang berasal dari Kota Madinah pada masa
kekhalifahan Usman Bin Affan. Bahkan wilayah Kanton pernah menjadi pusat para
pendakwah Muslim dari Tiongkok.
Menurut teori ini Islam datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang-pedagang Muslim
Cina, melalui jalur perdagangan pada 7-8 Masehi. Adapun tempat yang pertama didatangi
adalah daerah Sumatera. Perlu dipahami bahwa teori ini tidak berbicara tentang awal
datangnya Islam ke Indonesia, melainkan tentang peran para Muslim Cina dalam
menyumbangkan data informasi tentang adanya komunitas muslim di Indonesia serta dan
perannya dalam perkembangan abad ke 15/16 Masehi.
Kondisi ini dapat dipahami, karena selain Islam di Cina datang lebih awal tak hanya
itu juga lebih berkembang. Ini dibuktikan dengan data sejarah yang menyebutkan adab ke-7
Gangzhou sudah memiliki masjid Wha-Zhin-Zi, sementara di Indonesia baru ditemukan
makam-makam individu dan atau interaksi utusan dagang. Teori ini menjadi lemah, karena
tidak ditemukan satu pun tanda tentang kehadiran masyarakat Cina di zaman Lobu Tua,
4
Marti Widiya dan Alimni. “Sejarah Sosial Pendidikan Di Dunia Islam Dan Proses Islamisasi Dan
Penyebaran Islam Di Nusantara.” Jurnal Pendidikan Tematik, Vol. 4, No. 1 (April 2023), 20.

6
Barus, meski banyak ditemukan keramik Cina. Menurut Guillot berdasarkan observasi
lapangan dan kajian terhadap sumber-sumber tertulis bahwa keramik mencapai Barus melalui
perantara non-Cina.5
Peranan orang Cina terhadap Islamisasi atau penyebaran Islam di Indonesia perlu
mendapat perhatian khusus. Hal ini karena banyaknya unsur kebudayaan etnis Cina dalam
beberapa unsur kebudayaan Islam di Indonesia. Banyak tokoh-tokoh besar seperti Sunan
Ampel (Raden Rahmat/Bong Swi Hoo) dan Raja Demak (Raden Fatah/Jin Bun) merupakan
orang-orang keturunan Cina yang mempunyai pengaruh besar pada masa kerajaan Demak
yang merupakan putra dari Raja Maja pahit dari istri seorang perempuan asal Cina yang telah
memeluk agama Islam. Pandangan ini juga mendapat dukungan dari sejarawan Indonesia,
Slamet Mulyana, dalam bukunya yang kontroversial, Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan
Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara.
Dalam bukunya Islam dalam Arus Sejarah Indonesia, Jajat Burhanudin menuliskan
beberapa keterangan tentang masuknya Islam ke Indonesia dilihat dari catatan Tionghoa.
Tulisan tersebut merupakan bukti perkembangan perdagangan jarak jauh yang
menghubungkan antara Sriwijaya dengan dunia Muslim di Timur Tengah dan Persia hingga
ke Cina di Timur sejak abad ke-7 Masehi.6

 Teori Turki

Teori perkembangan ini diajukan oleh Martin Van Bruinessan, menurutnya selain
orang Arab dan Cina, orang Indonesia juga menerima Islam dari orang-orang Kurdi dari
Turki. Alasan yang diajukan adalah:
1. Banyak ulama Kurdi yang berperan aktif dalam dakwah Islam di Indonesia;
2. Kitab karangan Ulama Kurdi menjadikan rujukan yang berpengaruh luas diantaranya;
3. Pengaruh ulama Ibrahim Al-Kuarani, seorang ulama Turki di Indonesia melalui
tarekat syatariyah.
4. Tradisi Barjanzi popular di Indonesia.

5
Fauziah Nasution, op.cit., hlm 35
6
Marti Widya dan Alimni, op.cit., hlm. 21

7
2.3 Awal Masuknya Islam di Indonesia
Masuknya Islam di Indonesia merupakan hasil dari berbagai faktor historis dan proses
yang berlangsung selama berabad-abad. Berikut adalah beberapa cara yang menjelaskan
bagaimana Islam masuk dan berkembang di Indonesia :

1. Penyebaran melalui perdagangan


Jalur ini adalah tahap awal yang mendasari masuknya Islam di Indonesia dan
terjadi sekitar abad ke-7 M hingga abad ke-16 M. Islam dibawa oleh pedagang
muslim dengan jalur yang damai. Pada waktu itu, terdapat banyak pedagang Muslim
yang berdagang ke Indonesia hingga akhirnya mereka membentuk sebuah
pemukiman. Di sini, mereka semua bekerja sama dan menyebarkan Islam. Para
pedagang Muslim ini telah melaksanakan aktivitas ganda, aktivitas pokoknya sebagai
pedagang dan disisi lain melaksanakan dakwah Islam.7
Diawali dengan berdagang, selanjutnya kegiatan dakwah dilakukan lewat
aktivitas pendidikan informal. Pada aktivitas pendidikan informal ini terjadi kontak
personal antara pedagang yang merangkap sebagai mubalig dengan masyarakat
sekitar. Para dai dan pedagang muslim berbudi pekerti luhur serta arif dalam
mengajarkan agama Islam, sehingga agama Islam memperoleh banyak simpati dari
masyarakat dan menarik masyarakat untuk masuk Islam.
2. Pernikahan campuran dan penyebaran budaya
Pernikahan campuran antara pedagang Muslim dan penduduk lokal juga
menjadi faktor penting dalam penyebaran Islam. Melalui pernikahan, ajaran Islam dan
budaya Muslim mulai menyebar ke komunitas lokal, dan ini membantu dalam
penerimaan dan pemahaman Islam oleh masyarakat Indonesia.
Dari segi aspek ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang
lebih baik daripada kebanyakan penduduk pribumi, sehingga penduduk pribumi,
terutama putri-putri bangsawan atau kerajaan, tertarik untuk menjadi istri para
saudagar-saudagar tersebut. Menikah dengan para bangsawan Nusantara semakin
mempercepat proses Islamisasi atau penyebaran ajaran agama Islam di mana rakyat
tunduk dan patuh kepada raja atau pimpinannya. Tapi tentunya sebelum menikah
dengan saudagar Muslim, mereka masuk ke agama Islam terlebih dahulu.

7
Intan Permatasari dan Hudaidah. “Proses Islamisasi dan Penyebaran Islam di Nusantara.” Jurnal
Humanitas: Katalisator Perubahan dan Inovator Pendidikan, Vol. 8, No. 1 (Desember 2021), 5-6.

8
Ketika mereka sudah mempunyai keturunan, lingkungan mereka pun semakin luas
dan banyak. Hingga akhirnya timbullah kampung-kampung, daerah-daerah dan
kerajaan-kerajaan Muslim.
3. Tasawuf
Ajaran tasawuf atau sufisme yaitu di mana suatu sistem yang mengajarkan
teosofi, yaitu suatu sistem yang mana sudah menggunakan ajaran yang sudah sangat
erat dengan suatu ajaran atau kebudayaan yang sudah di Nusantara Tasawuf juga
merupakan salah satu jalur kontak penyebaran Islam yang tidak kalah pentingnya.
Pengobatan Islam dengan ajaran tasawuf yang mencampur unsur magis membuat
masyarakat bisa memahami dan mengerti serta menerima Islam dengan mudah.
Masuknya Islam di Indonesia lebih banyak diperankan oleh kaum Sufi karena
mereka bersifat kompromis dan penuh kasih sayang, sehingga manusia lebih
cenderung terbuka. Makhdum Ibrahim atau yang lebih populer dikenal kalangan
masyarakat dengan sebutan Sunan Bonang, beliau merupakan tokoh terkemuka sufi
yang hidup sezaman dengan mundurnya Hindu Maja pahit dan munculnya kesultanan
Demak, kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Setelah belajar dari Malaka dan Pasai,
pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, beliau menulis risalah tasawuf. yang
berisikan wacana peralihan perjumpaan nilai-nilai Islam dengan budaya lokal. 8
4. Peranan para wali
Di Jawa, peranan para wali sangat besar. Wali adalah seseorang yang sudah
mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dan para wali
ini sangat dekat dengan kalangan istana dan mereka juga adalah penasihat sultan.
Mereka menyebarkan dan mengenalkan Islam melalui pendekatan sosial, seni,
kebudayaan dan pendidikan pesantren. Kemudian mereka mengajak masyarakat untuk
masuk Islam tanpa ada unsur paksaan. 9
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam dilakukan oleh Wali Songo (9 wali).
Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut:
 Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim), menyiarkan Islam di sekitar Gresik.
 Sunan Ampel (Raden Rahmat), menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa
Timur.
 Sunan Drajat (Syarifudin), menyiarkan agama di sekitar Surabaya.

8
Marti Widya dan Alimni, op.cit., hlm. 22
9
H. Fida’ Abdilah dan Yasak Burhanudin, 2021, “Sejarah Kebudayaan Islam.” (Jakarta: Bumi Aksara.)

9
 Sunan Bonang (Makdum Ibrahim), menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan
Rembang.
 Sunan Kalijaga (Raden Mas Said/Jaka Said), menyiarkan Islam di Jawa
Tengah.
 Sunan Giri (Raden Paku), menyiarkan Islam di luar Jawa, yaitu Madura,
Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku.
 Sunan Kudus (Jafar Sodiq), menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah.
 Sunan Muria (Raden Umar Said), menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria,
terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa Tengah.
 Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), menyiarkan Islam di Banten, Sunda
Kelapa, dan Cirebon.10
5. Pendidikan
Adanya pesantren-pesantren yang didirikan oleh para kiai dan para ulama
bertujuan untuk membentuk generasi santri yang berilmu dan paham agama Islam
agar siap dan bisa kembali ke kampung halaman untuk menyiarkan ajaran agama
Islam atas apa yang sudah didapatkan dari pesantren, supaya agama Islam semakin
cepat dikenal masyarakat luas dan semakin banyak penduduk yang masuk ke Islam.
Pesantren merupakan tempat di mana orang-orang diajarkan syariat Islam,
mencetak generasi Islami yang kaya akan ilmu agama, para alim ulama, ustaz, bahkan
kiai yang kemudian bisa menyebarluaskan dan mengajarkan ilmu agama di kampung
halaman masing-masing.11
6. Penyebaran melalui kerajaan Islam
Beberapa kerajaan Islam yang berdiri di Indonesia juga berperan penting
dalam penyebaran Islam. Misalnya, Kerajaan Samudera Pasai di Aceh, Kesultanan
Demak di Jawa Tengah, dan Kesultanan Banten di Jawa Barat. Para pemimpin dan
kerabat kerajaan ini mendukung penyebaran Islam dan menjadikannya sebagai agama
resmi di wilayah mereka.
7. Proses akulturasi budaya
Islam yang masuk ke Indonesia mengalami proses akulturasi dengan budaya
lokal. Ajaran Islam disesuaikan dengan nilai-nilai dan tradisi lokal, yang membantu
dalam penerimaan dan adaptasi agama tersebut oleh masyarakat Indonesia. Hal ini

10
Abdul Mujib. “Sejarah Masuknya Islam dan Keragaman Kebudayaan Islam di Indonesia.” Jurnal Dewantara,
Vol. 11, No. 1 (Januari-Juni 2021), 121
11
Marti Widya, dan Alimni, op.cit., hlm. 23

10
menciptakan bentuk Islam yang unik dan khas di Indonesia, seperti adanya tradisi
keagamaan seperti Marhaban, Tahlilan, dan Maulid Nabi.
8. Kontinuitas dan perkembangan
Setelah masuknya Islam di Indonesia, ajaran ini terus berkembang dan
menjadi agama mayoritas di negara ini. Masyarakat Muslim di Indonesia membentuk
berbagai organisasi keagamaan, lembaga pendidikan, dan lembaga sosial yang
memperkuat identitas dan pemahaman Islam di negara ini.

2.3 Peran Agama dan Kekuatan Politik di Masa Kolonialisme

Selama periode kolonialisme di Indonesia, agama dan kekuatan politik memiliki


hubungan yang kompleks. Kolonialisme di Indonesia dimulai pada abad ke-16 dengan
kedatangan bangsa Eropa, terutama Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, dan Jepang. Agama-
agama yang ada di Indonesia pada saat itu meliputi Islam, Hindu-Buddha, dan kepercayaan
tradisional.
Pada awal kedatangan bangsa Eropa, agama Kristen menjadi instrumen penting dalam
penyebaran pengaruh politik mereka. Misalnya, pada abad ke-16, Portugis dan Spanyol
menggunakan agama Kristen Katolik sebagai alat untuk memperluas kekuasaan mereka di
wilayah Maluku. Di sisi lain, Belanda yang menguasai Indonesia pada akhir abad ke-16
hingga pertengahan abad ke-20, tidak menggunakan agama secara langsung sebagai
instrumen politik utama mereka. Namun, mereka memanfaatkan perbedaan agama di
Indonesia untuk membagi dan menguasai masyarakat setempat.
Setelah penyebaran agama Islam meluas dan mayoritas penduduk Indonesia telah
menganutnya, Belanda perlu memusatkan perhatian pada politik terhadap Islam. Ideologi
Islam merupakan kekuatan sosial yang besar dalam mengadakan perlawanan terhadap asing.
Baik perang besar seperti Perang Padri dan Perang Aceh maupun pemberontakan petani
seperti peristiwa Cilegon dan Cimareme, semuanya dipimpin oleh pemuka Islam dan dijiwai
oleh ideologi Islam. Karena pengetahuan penguasa kolonial mengenai Islam di Indonesia
sangat kurang, politik yang mereka jalankan terlalu didasarkan atas perasaan takut dan curiga
dengan akibat bahwa setiap gerakan kaum muslim dicap sangat membahaya- kan pemerintah
kolonial.
Sejak kedatangan Snouck Hurgronje di Indonesia pada abad ke – 18, kekuatan politik
terhadap Islam mulai didasarkan atas fakta-fakta dan tidak atas rasa takut saja. Ia
mengemukakan bahwa para pemimpin agama tidak secara apriori bermusuhan dengan

11
pemerintah kolonial. Islam sebagai kekuatan politik dan religius tidak boleh dipandang
rendah.
Ketika ideologi Islam disebarkan sebagai doktrin politik maka di sini ada bahaya bahwa
fanatisme agama akan menggerakkan rakyat untuk menghapuskan orde kolonial. Politik yang
disarankan perlu membedakan antara Islam sebagai ajaran agama dan Islam sebagai ajaran
politik. Apabila Islam disalahgunakan sebagai alat agitasi politik, pemerintah harus
memberantasnya. Politik itu selaras dengan netralitas agama, pendirian seperti ini berakar
pada liberalisme dan humanitarisme.
Politik yang dianjurkan oleh Snouck Hurgronje merupakan bagian dari pandangan
mengenai perkembangan masa depan Indonesia. Menurut Snouck Hurgronje, Islam hanya
dapat menerima pemerintahan asing secara terpaksa beserta suatu koeksistensi antara
penguasa Kristen dan umat muslim. Dengan demikian, tidak mungkin dikembangkan suatu
hubungan kekal antara Indonesia dan negeri Belanda.
Kejadian-kejadian sekitar abad ke-19 yang diikuti pendirian Sarekat Islam
menunjukkan betapa besar peran ideologi Islam dalam menggerakkan rakyat, terutama di
daerah perdesaan di mana kegelisahan sosial memberi suasana baik bagi pergolakan dan
pemberontakan. Dalam keadaan penuh dengan kegelisahan itu segala perasaan dapat
disalurkan melalui agama dan membangkitkan pergerakan total. Politik yang disarankan oleh
beberapa pejabat seperti Snouck Hurgronje, Rinkes, dan Gonggrijp ialah agar Sarekat Islam
diakui pendiriannya karena melihat bahwa Sarekat Islam merupakan kebangkitan suatu
bangsa menjadi dewasa, baik dalam bidang politik maupun sosial.
Setelah Sarekat Islam pada abad ke-19, organisasi-organisasi Islam lain seperti
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama muncul sebagai kekuatan politik yang berperan dalam
memperjuangkan keadilan sosial dan kemerdekaan. Pemimpin-pemimpin Muslim seperti
Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy'ari memiliki pengaruh yang kuat dalam gerakan nasional
Indonesia.
Namun, tidak semua agama dan kekuatan politik pada masa kolonialisme memiliki
hubungan yang harmonis. Ada konflik dan ketegangan antara agama-agama yang berbeda
serta kelompok-kelompok politik yang berbeda. Misalnya, pada awal abad ke-20, terjadi
konflik antara Islam dan Hindu di wilayah Bali, yang disebabkan oleh perbedaan agama dan
perjuangan politik antara kelompok-kelompok yang berbeda.
Pada abad ke–20 gerakan nasionalis Indonesia muncul. Gerakan ini memadukan
elemen agama dengan tujuan perjuangan kemerdekaan. Agama, terutama Islam, menjadi
dasar moral dan inspirasi untuk melawan penjajahan. Pemimpin nasionalis seperti Sukarno

12
dan Hatta menggabungkan pesan-pesan keagamaan dalam retorika politik mereka untuk
mempersatukan berbagai kelompok etnis dan agama dalam perjuangan nasional.12
Pada masa pendudukan Jepang selama Perang Dunia II, agama dan kekuatan politik
juga saling berinteraksi. Jepang mencoba memanfaatkan agama-agama yang ada di Indonesia
untuk memperkuat propaganda mereka. Jepang mengadopsi pendekatan yang lebih terbuka
terhadap agama-agama lokal dan Islam. Jepang menghormati agama-agama tersebut namun
Jepang tetap menggunakan agama sebagai alat untuk mengonsolidasikan kekuatan politik
mereka untuk menggalang kekuatan rakyat. Mereka juga mendirikan organisasi-organisasi
baru yang dikendalikan oleh mereka sendiri, seperti Kaikyō Seinenkai, untuk mengendalikan
pemuda Indonesia.

12
Mawardi Djoened Poesponegoro. 2019, “SEJARAH NASIONAL INDONESIA, Zaman Kebangkitan
Nasional dan Masa Hindia Belanda,” Edisi Pemutakhiran (Jakarta: Balai Pustaka), 56-58.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sejarah Islam adalah peradaban agama Islam yang dimulai dari turunnya wahyu
pertama pada tahun 700M tahun yang diturunkan kepada rasul yang terakhir yaitu
Muhammad bin Abdullah di Gua Hira, (Arab Saudi) sampai dengan sekarang. Sejarah Islam
di Indonesia sendiri berarti serangkaian peristiwa masuknya agama Islam di Indonesia sejak
sekitar abad ke-7 Masehi.
Proses sejarah kedatangan Islam di Indonesia sendiri memiliki beberapa teori yang
dipercayai, yakni teori Arab, teori Gujarat India, teori Persia, teori Cina dan teori Turki.
Setiap teori memiliki keunggulan dan keterbatasan, tidak ada teori yang baku dan pasti.
Sebagian besar teori mengatakan bahwa kedatangan Islam diawali oleh perdagangan dari
negara mereka di Indonesia.
Secara keseluruhan, masuknya Islam di Indonesia melibatkan peran pedagang,
pernikahan, ajaran tasawuf, wali dan ulama, pendidikan, kerajaan Islam, proses akulturasi
budaya serta kontinuitas dan perkembangan. Proses ini terus berlanjut dan menghasilkan
keragaman budaya Islam yang khas di Indonesia.

Hubungan antara agama dan kekuatan politik selama masa kolonialisme di Indonesia
sangat kompleks. Agama digunakan sebagai alat politik oleh penjajah Eropa, tetapi juga
menjadi sumber inspirasi dan kekuatan bagi gerakan perlawanan dan nasionalisme Indonesia.
Konflik agama dan persaingan politik antara kelompok-kelompok yang berbeda juga terjadi
di sepanjang masa kolonialisme.

3.2 Saran

Sejarah merupakan suatu hal yang sangat penting, diharapkan kepada seluruh
masyarakat agar dapat mempelajari sejarah supaya menambah wawasan mereka tentang
peristiwa atau kejadian di masa lampau. Khususnya bagi umat muslim sejarah Islam
diharapkan mampu membuat kita mengetahui bagaimana perjalanan Islam hingga sampai ke
Indonesia dan menyebar luas hingga saat ini menjadi agama yang dipeluk oleh mayoritas
penduduk Indonesia.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdilah, F dan Burhanudin, Y. (2021). “Sejarah Kebudayaan Islam.” Jakarta: Bumi Aksara.
Kementerian Agama Kabupaten Banjarnegara. (13 April 2022). “Sejarah Islam Yang Perlu
Kamu Ketahui.” banjarnegara.kemenag.go.id. Diambil dari
https://banjarnegara.kemenag.go.id/simak-yuks-sejarah-islam-yang-perlu-kamu-
ketahui/#:~:text=Banjarnegara%2DSejarah%20Islam%20adalah%20peradaban,Arab
%20Saudi)%20sampai%20dengan%20sekarang.
Mujib, A. (2021). “Sejarah Masuknya Islam dan Keragaman Kebudayaan Islam di
Indonesia.” Jurnal Dewantara, 11 (1), 121.
Nasution, F. (2020). “Kedatangan dan Perkembangan Islam ke Indonesia.” MAWA IZH
JURNAL DAKWAH DAN PENGEMBANGAN SOSIAL KEMANUSIAAN, 11 (1),
26-46.
Permatasari, I dan Hudaidah. (2021) “Proses Islamisasi dan Penyebaran Islam di
Nusantara.” Jurnal Humanitas: Katalisator Perubahan dan Inovator Pendidikan, 8 (1),
5-6.
Poesponegoro, M. (2019). “SEJARAH NASIONAL INDONESIA, Zaman Kebangkitan
Nasional dan Masa Hindia Belanda.” Jakarta: Balai Pustaka.
Universitas Islam An Nur Lampung. (3 November 2022). “Pengertian dan Periode Sejarah
Peradaban Islam.” an-nur.ac.id. Diambil dari https://an-nur.ac.id/pengertian-dan-
periode-sejarah-peradaban-islam/ .
Widiya, M dan Alimni. (2023) “Sejarah Sosial Pendidikan Di Dunia Islam Dan Proses
Islamisasi Dan Penyebaran Islam Di Nusantara.” Jurnal Pendidikan Tematik, 4 (1),
20-27.

15

Anda mungkin juga menyukai