Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGARUH AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM

Disusun oleh:

Kelompok 4

Nama:1.Alfeus Kia

2.Dimas Dicky Yanuar

3.Yunita Octora

4.Nolalia Hawini

5.Marcell Pratama Evli

6.Therecia Oktaviana Maharani Mandur

SMA FRATER DON BOSCO BANJARMASIN

TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat -Nya lah makalah PENGARUH
KEBUDAYAAN ISLAM TERHADAP KEBUDAYAAN INDONESIA ini dapat kami selesaikan. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Beti Helen sebagai guru sejarah, Di dalam makalah ini kami
memberikan resume atau ringkasan mengenai proses masuk dan berkembangnya Agama Islam serta pengaruh
kebudayaan Islam di Indonesia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman semua. Kami
menyadari begitu banyak kekurangan pada makalah yang kami susun ini. Untuk itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan di waktu yang akan datang
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3

BAB I ......................................................................................................................................... 4

Pendahulaun............................................................................................................................... 4

Latar belakang ........................................................................................................................ 4

BAB II ....................................................................................................................................... 5

Isi ............................................................................................................................................... 5

Pengaruh agama dan kebudayaan Islam .............................. Error! Bookmark not defined.

BAB III .................................................................................................................................... 12

Penutup .................................................................................................................................... 12

Kesimpulan .......................................................................................................................... 12

Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULAUN

A. Latar belakang

Saat ini, Indonesia menjadi negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Masuknya Islam
berpengaruh besar pada kebudayaan yang ada di Indonesia. Sebelumnya, kebudayaan di Indonesia
adalah kebudayaan yang bercorak Hindu-Budha. Namun setelah masuknya Islam, kebudayaan Islam
tersebut mengalami akulturasi dengan kebudayaan yang ada di Indonesia. Kebudayaan tersebut terus
berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Tidak banyak orang yang mengetahui bagaimana
proses masuknya Islam. Untuk itu, makalah ini membahas bagaimana proses masuknya Islam ke
Indonesia serta pengaruh kebudayaan Islam yang ada di Indonesi.

Ada tiga teori masuknya islam ke Indonesia


1. Teori gujarat: agama Islam masuk ke Indonesia di bawa oleh pedagang gujarat pada abad ke- 13
masehi.
2. Teori persia : agama Islam di bawa oleh pedagang persia/iran
3. Teori mekah: agama Islam di bawa oleh pedagang mekkah

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah masuknya Islam ke Indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh agama dan kebudayaan Islam di Indonesia

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah masuknya Islam
2. Untuk mengetahui apa saja penagaruh kebudayaan Islam di Indonesia

D. Manfaat
Dari penulisan makalah ini adalah agar siswa/siswi lebih mengenal tentang sejarah masuk nya Islam
dan apa pengaruh kebudayaan Islam yang ada di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia

Berbagai teori perihal masuknya Islam ke Indonesia terus muncul sampai saat ini. Fokus diskusi mengenai
kedatangan Islam di Indonesia sejauh ini berkisar pada tiga tema utama, yakni tempat asal kedatangannya, para
pembawanya, dan waktu kedatangannya. Seperti banyak diketahui jika daerah penghasil batu kapur yaitu Kota
Barus (Sibolga-Sumatra Utara) sudah digunakan oleh para firaun di mesir untuk proses pemakaman mumi
firaun. Berdasarkan hal tersebut membuktikan jika jauh sebelum islam datang, masyarakat Nusantara sudah
berhubungan dengan dunia luar. Ada kemungkinan Islam sudah masuk di Nusantara terjadi pada masa
Kenabian atau masa hidupnya Nabi Muhammad. Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh
Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur
Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar. ,

1. Teori Gujarat
Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang India muslim pada
sekitar abad ke-13 M. Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda.
Sarjana pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden pada abad ke-
19. Menurutnya, orang-orang Arab bermazhab Syafei telah bermukim di Gujarat dan Malabar sejak
awal Hijriyyah (abad ke7 Masehi), namun yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel
bukanlah dari orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan
berdagang ke dunia timur, termasuk Indonesia. Dalam perkembangan selanjutnya, teori Pijnapel ini
diamini dan disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya,
Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat telah
lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam
pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang Arab yang
datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif
” di depan namanya. Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta (1912) yang
memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat pada tanggal 17
Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu nisan di Pasai dan makam Maulanan Malik
Ibrahim yang wafat tahun 1419 di Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang
terdapat di Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari
Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas
Gujarat. Alasan lainnya adalah kesamaan mazhab Syafi’i yang di anut masyarakat muslim di Gujarat
dan Indonesia. Dalam perkembangannya, teori Gujarat dibantah oleh banyak ahli. Bukti-bukti yang
lebih akurat seperti berita dari Arab, Persia, Turki, dan Indonesia memperkuat keterangan bahwa Islam
masuk di Indonesia bukan dibawa pedagang Gujarat. Sejarawan Azyumardi Azra menjelaskan bahwa
Gujarat dan kota-kota di anak benua India hanya tempat persinggahan bagi pedagang Arab sebelum
melanjutkan perjalanan ke Asia Tenggara dan Asia Timur. Selain itu, pada abad XII-XIII Masehi
wilayah Gujarat masih dikuasai pengaruh Hindu yang kuat. Dari berbagai argumen teori Gujarat yang
dikemukakan oleh beberapa sejarawan, ahli antropologi, dan ahli ilmu politik, analisis mereka terlihat
Hindu Sentris, karena beranggapan bahwa seluruh perubahan sosial, politik, ekonomi, budaya dan
agama di Indonesia tidak mungkin terlepas dari pengaruh India.
2. Teori Makkah.
Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim
sekitar abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau
HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini
pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN)
di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam
datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan
HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan
orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran
agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah
berlangsung jauh sebelum tarikh masehi. Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap
Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis
Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya
yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani
yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba
ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari
orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini
hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para
musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya
mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.
Terdapat fakta menarik dalam hal pelayaran bangsa Arab yang ditulis oleh T.W. Arnold. Dinyatakan
bahwa bangsa Arab sejak abad ke-2 sebelum Masehi telah menguasai perdagangan di Ceylon. Jika kita
hubungkan dengan penjelasan kepustakaan Arab Kuno yang menyebutkan Al-Hind berarti India atau
pulau-pulau sebelah timurnya sampai ke Cina, dan Indonesia pun disebut sebagai pulau-pulau Cina,
besar kemungkinan pada abad ke-2 SM bangsa Arab telah sampai ke Indonesia. Hanya penyebutannya
sebagai pulau-pulau Cina atau Al-Hind. Bila memang benar telah ada hubungan antara bangsa Arab
dengan Indonesia sejak abad ke-2 SM, maka bangsa Arab merupakan bangsa asing pertama yang datang
ke Nusantara.
3. Teori Persia.
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau
Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam
memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan
tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia Islam tiba di Indonesia melalui peran
para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar
abad ke-13 M. Mereka berargumen akan fakta bahwa banyaknya ungkapan dan kata-kata Persia dalam
hikayat-hikayat Melayu, Aceh, dan bahkan juga Jawa. Melalui Kesultanan Tidore yang juga
menguasai Tanah Papua, sejak abad ke-17, jangkauan terjauh penyebaran Islam sudah mencapai
Semenanjung Onin di Kabupaten Fakfak, Papua Barat. Kalau Ahli Sejarah Barat beranggapan bahwa
Islam masuk di Indonesia mulai abad 13 adalah tidak benar, Abdul Malik Karim Amrullah berpendapat
bahwa pada tahun 625 M sebuah naskah Tiongkok mengkabarkan bahwa menemukan kelompok bangsa
Arab yang telah bermukim di pantai Barat Sumatra (Barus). Pada saat nanti wilayah Barus ini akan
masuk ke wilayah kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 30 Hijriyah atau 651 M semasa
pemerintahan Khilafah Islam Utsman bin Affan (644-656 M), memerintahkan mengirimkan utusannya
(Muawiyah bin Abu Sufyan) ke tanah Jawa yaitu ke Jepara (pada saat itu namanya Kalingga). Hasil
kunjungan duta Islam ini adalah raja Jay Sima, putra Ratu Sima dari Kalingga, masuk Islam.Namun
menurut Hamka sendiri, itu terjadi tahun 42 Hijriah atau 672 Masehi. Pada tahun 718 M raja
Srivijaya Sri Indravarman setelah pada masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717 - 720 M) (Dinasti
Umayyah) pernah berkirim surat dengan Umar bin Abdul Aziz sekaligus berikut menyebut gelarnya
dengan 1000 ekor gajah, berdayang inang pengasuh di istana 1000 putri, dan anak-anak raja yang
bernaung di bawah payung panji. Baginda berucap terima kasih akan kiriman hadiah daripada Khalifah
Bani Umayyah tersebut.[5] Dalam hal ini, Hamka mengutip pendapat SQ Fatimi yang membandingkan
dengan The Forgotten Kingdom Schniger bahwa memang yang dimaksud adalah Sriwijaya
tentang Muara Takus, yang dekat dengan daerah yang banyak gajahnya, yaitu Gunung Suliki. Apalagi
dalam rangka bekas candi di sana, dibuat patung gajah yang agaknya bernilai di aana. Tahun surat itu
disebutkan Fatemi bahwa ia bertarikh 718 Masehi atau 75 Hijriah. Dari situ, Hamka menepatkan bahwa
Islam telah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriah. Selain itu, fakta yang juga tak bisa diabaikan
adalah bahwa adanya kitab Izh-harul Haqq fi Silsilah Raja Ferlak yang ditulis Abu Ishaq al-Makrani
al-Fasi yang berasal dari daerah Makran, Balochistan menyebut bahwa Kerajaan Perlak didirikan pada
225 H/847 M diperintah berturut-turut oleh delapan sultan.

Sanggahan Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui Pedagang Gujarat

Teori Islam Masuk Indonesia abad 13 melalui pedagang Gujarat, menurut pendapat sebagian besar
orang, adalah tidaklah benar. Apabila benar maka tentunya Islam yang akan berkembang kebanyakan di
Indonesia adalah aliran Syi'ah karena Gujarat pada masa itu beraliran Syiah, akan tetapi kenyataan Islam di
Indonesia didominasi Mazhab Syafi'i.
Sanggahan lain adalah bukti telah munculnya Islam pada masa awal dengan bukti Tarikh Nisan Fatimah binti
Maimun (1082M) di Gresik

Masa kolonial

Anak-anak mengaji Al Quran di Jawa pada masa kolonial Hindia Belanda

Pada abad ke-17 masehi atau tahun 1601 kerajaan Hindia Belanda datang ke Nusantara untuk
berdagang, tetapi pada perkembangan selanjutnya mereka menjajah daerah ini. Belanda datang ke Indonesia
dengan kamar dagangnya, VOC, sejak itu hampir seluruh wilayah Nusantara dikuasainya kecuali Aceh. Saat
itu antara kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara belum sempat membentuk aliansi atau kerja sama. Hal ini yang
menyebabkan proses penyebaran dakwah terpotong.

Dengan sumuliayatul (kesempurnaan) Islam yang tidak ada pemisahan antara aspek-aspek kehidupan
tertentu dengan yang lainnya, ini telah diterapkan oleh para ulama saat itu. Ketika penjajahan datang, para
ulama mengubah pesantren menjadi markas perjuangan, para santri (peserta didik pesantren)
menjadi jundullah (pasukan Allah) yang siap melawan penjajah, sedangkan ulamanya menjadi panglima
perang. Potensi-potensi tumbuh dan berkembang pada abad ke-13 menjadi kekuatan perlawanan terhadap
penjajah. Ini dapat dibuktikan dengan adanya hikayat-hikayat pada masa kerajaan Islam yang syair-syairnya
berisi seruan perjuangan. Para ulama menggelorakan jihad melawan penjajah Belanda.

Di akhir abad ke-19, muncul ideologi pembaruan Islam yang diserukan oleh Jamal-al-Din
Afghani dan Muhammad Abduh. Ulama-ulama Minangkabau yang belajar di Kairo, Mesir banyak berperan
dalam menyebarkan ide-ide tersebut, di antara mereka ialah Muhammad Djamil Djambek dan Abdul Karim
Amrullah. Pembaruan Islam yang tumbuh begitu pesat didukung dengan berdirinya sekolah-sekolah pembaruan
seperti Adabiah (1909), Diniyah Putri (1911), dan Sumatra Thawalib (1915). Pada tahun 1906, Tahir bin
Jalaluddin menerbitkan koran pembaruan al-Iman di Singapura dan lima tahun kemudian, di Padang terbit
koran dwi-mingguan al-Munir.
B.Pengaruh Agama dan Kebudayaan Islam

1. Kehidupan Ekonomi
Masih ingat kalau kerajaan Islam bertumpu pada perdagangan ‘kan? Ternyata, perdagangan antarpulau dan
antarnegara itu memiliki peran yang penting, seperti menghubungkan penduduk antarpulau maupun terjadi
penyebaran budaya antardaerah.

2. Bahasa
Bahasa Melayu menjadi bahasa yang tumbuh berkembang sejalan dengan penyebaran Islam, serta
pelayaran dan perdagangan di Nusantara. Bahasa Melayu sebagai bahasa pergaulan antarsuku bangsa
sehingga disebut lingua franca. Bangsa Melayu tersebar ke mayoritas wilayah Nusantara seiring dengan
pesatnya perdagangan pada abad ke-15. Aktivitas bangsa Melayu yang menggunakan bahasa Melayu
sehari-hari semakin menyebarkan bahasa dan budaya Melayu ke berbagai wilayah Nusantara.

Salah satu naskah huruf Arab gundul dan Bahasa Melayu Kuno

3. Jaringan Keilmuan di Nusantara


Ketika di masa jayanya, Samudra Pasai pernah menjadi pusat studi Islam di Nusantara, dan menyiarkan
Islam di wilayah Malaka. Sistem pendidikan Islam ini diadaptasi oleh sekolah-sekolah saat ini seperti
pesantren ataupun madrasah.

Pesantren Al-Kahfi Somalangu merupakan pesantren pertama di Asia Tenggara.


4. Akulturasi Budaya Islam dengan Nusantara
Ketika pertama kali masuk, Islam tidak bisa diterima begitu saja oleh masyarakat Nusantara, karena mereka
saat itu masih beragama Hindu-Buddha atau masih menganut animisme, dinamisme, dll. Agar dapat
diterima, Islam perlu berbaur dengan budaya asli Nusantara. Akulturasi budaya itu dapat kamu lihat pada:
a. masjid dan menara
Pada beberapa masjid peninggalan kerajaan Islam, Masjid Agung Demak, misalnya. Atapnya berbentuk
seperti meru (nama gunung) yang bersusun, semakin ke atas semakin kecil. Kemudia, di bagian puncak
menara masjidnya ada mustaka. Perpaduan praislam juga ada pada menara seperti Masjid Kudus.
Menara Masjid Kudus mirip candi Jawa Timur.

Mustaka di Kubah Masjid Agung Yogyakarta.

b. Makam
Makam-makam biasanya terdapat dekat dengan masjid agung. Seperti makam sultan-sultan Demak di
samping Masjid Agung Demak, kompleks makam di Samudra Pasai, makam sultan-sultan Aceh di
Kandang XII, makam sultan-sultan Gowa di Tamalate.
c. Seni Ukir
Pada masa Islam, mulai berkembang seni-seni kaligrafi. Ini disebabkan karena seni ukir patung kurang
berkembang karena adanya ajaran yang tidak boleh menggambarkan manusia atau hewan. Sampai saat
ini, kamu masih bisa menemukan seni kaligrafi di banyak tempat.
d. Aksara dan Sastra
Huruf Arab-Melayu mulai dikenal pada masa kerajaan Islam Nusantara dan digunakan dalam surat,
kaligrafi, dan karya sastra. Pengaruh Persia (banyak pedagang datang dari sana) cukup kuat pada bidang
sastra seperti cerita tentang Amir Hamzah, Bayan Budiman, dan Cerita 1001 Malam. Ada empat macam
seni sastra masa Islam yaitu:
 Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa berisi cerita, peraturan, dan silsilah bersifat
rekaan, keagamaan, historis, maupun biografis. Contohnya: Hikayat Raja-raja Pasai dan Hikayat
Iskandar Zulkarnaen.
 Babad adalah karya sastra kisahan berbahasa Jawa, Sunda, Bali, Sasak, dan Madura yang berisi tentang
sejarah dengan balutan mitos. Contohnya: Babad Tanah Jawi dan Babad Cirebon.
 Suluk yaitu kitab-kitab tentang tasawuf. Contohnya: Suluk Sukarsa dan Suluk Wujil.
 Syair adalah sajak-sajak yang terdiri atas empat baris dalam setiap baitnya. Contohnya: syair pada
nisan makam putri Pasai di Minye Tujoh.
5. Kalender
Pernah dengar perayaan 1 Sura di Yogyakarta? Itu adalah salah satu pengaruh Islam yang masih bisa ikuti
sekarang. Akulturasi budaya pada perayaan tersebut berawal dari penyampuran Kalender Saka dengan
Kalender Islam yang akhirnya melahirkan Kalender Jawa. Dalam Kalender Saka, ada nama hari
seperti Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon. Sedangkan dalam Kalender Islam, ada nama
bulan Muharram, Shafar, Rabiul Awal, Rajab, Syakban, Ramadhan, dan Syawal. Selain itu, nama-nama
harinya adalah Ahad, Isnen, Tsulatsa, Arba’a, Khomis, Jumuah, dan Sabtu. Perpaduan keduanya
melahirkan Kalender Jawa yang memiliki nama bulan Sura, Safar, Mulud, Rajab, Ruwah, Pasa,
dan Sawal. Selain itu, nama-nama harinya menjadi seperti Legi, Pahing, Pon, Wage, dan Kliwon.

Perayaan Malam Satu Suro selalu diadakan setiap tanggal satu di bulan Muharram.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Banyak teori yang menyatakan tentang masuknya Agama Islam ke Indonesia, teori-teori tersebut dibuat
berdasarkan masing-masing bukti tentang awal mula masuknya islam ke Indonesia.
Masuknya Islam berpengaruh besar pada kebudayaan yang ada di Indonesia. Sebelumnya, kebudayaan di
Indonesia adalah kebudayaan yang bercorak Hindu-Budha. Namun setelah masuknya Islam, berdirilah
kerajaan-kerajaan islam yang menjadikan kebudayaan Islam tersebut mengalami akulturasi dengan kebudayaan
yang ada di Indonesia. Kebudayaan tersebut terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman.
Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia
httphttps://blog.ruangguru.com/pengaruh-islam-di-kehidupan-masa-kini https://kumparan.com/muhamad-
alief-raflie/sejarah-masuknya-islam-di-indonesia
https://ikifuturity.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai