Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH STUDI ISLAM

SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
Muhammad Kelpin Nurhidayatulkarim 11200920000015
Desty Janah 11200920000029
Afifah Arva Nabila 11200920000059
Rafif Dzakwan Zuhair Nurcahyo 11200920000087
Syifa Aulia Putri 11200920000090

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF


HIDAYATULLAH JAKARTA

2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
2.1 Teori – Teori Proses Masuknya Islam di Indonesia...............................................................5
2.2 Corak Paham Keislaman yang Masuk Ke Indonesia.............................................................7
2.3 Saluran-saluran Islamisasi......................................................................................................9
2.3 Para Tokoh yang Berperan dalam Memasukkan Islam ke Indonesia..................................12
2.5 Pengaruh Islam dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia...................................................16
BAB III..........................................................................................................................................20
PENUTUP.....................................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang memiliki populasi orang islam terbesar di dunia.
Oleh karena itu, umat muslim harus bangga akan tingginya jumlah masyarakat
Indonesia yang menganut agama Islam. Akan tetapi, banyak masyarakat Indonesia
yang belum mengetahui tentang sejarah masuknya Islam di Indonesia. Sudah
seharusnya sebagai masyarakat Indonesia dan kaum muslimin untuk mempelajari
sejarah tentang proses masuknya Islam ke Indonesia. Proses masuknya agama Islam
berlangsung selama berabad-abad dan terus berlanjut hingga saat ini.
Pada umumnya, jumlah penduduk muslim banyak terdapat di wilayah barat
Indonesia yang memiliki kepadatan penduduk dibanding dengan wilayah timur
Indonesia. Hal ini disebabkan wilayah barat Indonesia menjadi jalur perdagangan
global sejak sejarah awal manusia dan menjadi lintasan penting antara Cina dan
India. Selain itu, pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera dan Jawa sering
disinggahi oleh pedagang asing pada abad ke-1 dan ke-7 Masehi.
Agama Islam mudah diterima oleh masyarakat Indonesia karena penyebaran
dan penyampaian dilakukan secara damai tanpa paksaan. Selain itu, islam juga
mengajarkan kebaikan, persatuan, kesatian dan persaudaraan. Islam merupakan
agama rahmatan lil’alamin, rahmat bagi seluruh alam sehingga islam adalah agama
yang dapat melengkapi seluruh aspek kehidupan.
Atas dasar hal tersebut, kami menyusun makalah ini agar bisa mempelajari
bagaimana sejarah proses masuknya islam ke Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, dapat dirumuskan pertanyaan
berikut:
1. Apa saja teori yang menjelaskan tentang proses masuknya Islam di Indonesia
2. Bagaimana corak paham keislaman yang masuk Indonesia
3. Apa saja saluran masuknya Islam ke Indoneisa

3
4. Siapa saja tokoh yang berperan dalam masuknya Islam ke Indonesia
5. Bagaimana pengaruh Islam dalam kehidupan masyarakat Indonesia (adat istiadat,
tradisi, budaya, agama dan lainnya)

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui berbagai teori tentang proses masuknya Islam di Indonesia
2. Untuk memahami corak paham keislaman yang masuk Indonesia
3. Untuk memahami berbagai saluran masuknya Islam ke Indoneisa
4. Untuk mengetahui para tokoh yang berperan dalam masuknya Islam ke
Indonesia
5. Untuk mengetahui pengaruh Islam dalam kehidupan masyarakat Indonesia (adat
istiadat, tradisi, budaya, agama dan lainnya)

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori – Teori Proses Masuknya Islam di Indonesia


Masuknya agama Islam di Nusantara pada umumnya berlangsung melalui dua
proses, yaitu penduduk pribumi berhubungan dengan agama Islam kemudian
menganutnya dan orang asing Asia, seperti Arab, India, dan Cina yang beragama
Islam menetap di wilayah Indonesia. Proses dan berkembangnya agama Islam di
Indonesia menurut para sarjana dan peneliti, Islamisasi berjalan secara damai.
Mereka menerima Islam tanpa meninggalkan kepercayaan keagamaan yang lama.
Hal ini sering dilakukan oleh juru dakwah di Jawa yaitu Walisongo yang
mengajarkan Islam dalam bentuk kompromi dengan kepercayaan – kepercayaan
setempat.

Secara umum terdapat 3 teori tentang proses masuknya Islam di Indonesia, yaitu
teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia. Teori – teori tersebut adalah jawaban
tentang permasalahan waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang
pelaku penyebar atau pemvawa agama Islam ke Indonesia.

A. Teori Gujarat

Snouck Hurgronje menyatakan bahwa masuknya Islam ke Indonesia


berasal dari Gujarat, India pada abad ke-13. Ia menitikberatkan pandangannya ke
Gujarat berdasakan dari kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab
dalam menyebarkan agam Islam di Indonesia, hubungan Indonesia dengan India
sudah terjalin lama, serta inskripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatra
memberikan gambaran bahwa adanya hubungan antara Sumatra dengen Gujarat.
Para ahli yang mendukung teori ini, lebih memusatkan perhatiannya pada saat
timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya Samudra Pasai. Hal ini juga
bersumber dari Marcopolo dari Venesia yang pernah singgah di Perlak tahun

5
1292, bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang beragama Islam dan banyak
pedagang Islam yang berasal dari India menyebarkan agama Islam.

B. Teori Makkah

Teori ini adalah teori terbaru yang muncul untuk menyanggah terhadap
teori Gujarat. Menurut Hamka, teori ini masuk ke Indonesia pada abad ke 7M
yang dibawa oleh bangsa Arab. Dasar dari teori ini yaitu pada abad ke 7 tahun
674 di pantai barat Sumatra terdapat perkampungan Islam (Arab) dengan
pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton
sejak abad ke – 4, hal ini juga sesuai dengan Cina. Selain itu, Kerajaan Samudra
Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, di mana pengaruh mazhab tersebut teresar
pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah, sedangkan Gujarat penganut mazhab
Hanafi. Terakhir, raja – raja Samudra Pasar memakai gelar Al Malik yaitu gelar
dari Mesir. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa pada abad ke
– 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, maka dari itu masuknya Islam ke
Indonesia sudah terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke – 7 dan yang
menyebarkan adalah banga Arab.

C. Teori Persia

Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13
di Sumatra dan dibawa oleh bangsa Persia. Dasar dari teori ini adalah
dikarenakan budaya Persia dengan masyarakay Islam Indonesia sama, di
antaranya adalah pada peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari
peringatan Syi’ah atas kematian syahidnya Husain. Di Sumatra Barat peringatan
ini disebut dengan upacara Tabuik atau Tabut, sedangkan di Pulau Jawa ditandai
dengan membuat bubur Syuro. Dasar teori Persia lainnya adalah adanya
kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu
Al-Hallaj dan penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab
untuk tanda-tanda bunyi Harakat. Selain itu, adanya nisan pada makam Malikus
Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim (1419) di Gresik dipesan dari Gujarat.
Dengan begitu Teori Persia ini memiliki kesamaan mutlak dengan teori Gujarat.

D. Teori China

6
Teori ini menyatakan bahwa Islam datang ke Indonesia bukan dari Arab
maupun Gujarat, tetapi dari Cina. Banyak orang Cina di Kanton dan wilayah
Cina selatan mengungsi ke Jawa, sebagian ke Kedah dan Sumata pada abad ke –
9 M. Kejadian ini terjadi karena pada masa Huan Chou terjadi penumpasan
terhadap penduduk Kanton dan wilayah Cina selatan yang mayoritas beragama
Islam. Pada abad – abad berikutnya peranan Cina semakin tampak yaitu dengan
adanya bukti – bukti artefak, yakni adanya unsur- unsur Cina yang terdapat pada
masjid – masjid Jawa Kuno, seperti masjid Banten, Mustaka, yang berbentuk
bola dunia yang menyerupai stupa dengan dikelilingi empat ular hampir selalu
ada di masjid – masjid kuno di Jawa sebelum arsitektur Timur Tengah memasuki
wilayah ini.

2.2 Corak Paham Keislaman yang Masuk Ke Indonesia


Corak menurut KBBI arti ketiganya adalah sifat (paham, macam, bentuk)
tertentu. Corak awal paham keislaman di Nusantara dapat di lihat dari tiga aspek
penting yang terdapat dalam kehidupan masyarakat yaitu aspek hukum, aspek
politik, dan aspek bahasa. Corak paham keislaman ini dipengaruhi juga oleh tasawuf.
Tasawuf adalah salah satu upaya atau usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk men-sucikan jiwa dengan cara menjauhi pengaruh kehidupan yang bersifat
kesenangan duniawi dengan cara mendekatkan diri kepada Allah sehingga kehadiran
Allah senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan1 (Pemadi, 2004).
Tujuan tasawuf adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan aspek moral. Aspek ini meliputi mewujudkan kestabilan jiwa yang
berkeseimbangan, penguasaan dan pengendalian hawa nafsu sehingga manusia
konsisten dan komitmen hanya kepada keluhuran moral. Tasawuf yang bertujuan
moralitas ini bersifat praktis. 
2. Ma'rifatullah melalui penyingkapan langsung atau metode al-kasyaf al-hijab.
Tasawuf jenis ini sudah bersifat teoritis dengan seperangkat ketentuan khusus
yang diformulasikan secara sistematis analitis. 
3. Membahas bagaimana sistem pengenalan dan pendekatan diri kepada Allah
secara mistis filosofis, pengkajian garis hubungan antara Tuhan dengan makhluk,
terutama hubungan manusia dengan Tuhan2 (Rivay, 2002).
Dalam aspek hukum, Adanya sebuah kerajaan, akan melahirkan undang-
undang untuk mengatur jalannya kehidupan di sebuah kerajaan. Karena dengan
undang-undang inilah masyarakat akan diatur. Sebelum masuknya Nusantara, telah
7
ada sistem hukum yang bersumber dari hukum Hindu dan tradisi lokal (hukum adat).
Berbagai perkara dalam masyarakat diselesaikan dengan kedua hukum tersebut.
Setelah agama Islam masuk, terjadi perubahan tata hukum. Hukum Islam
berhasil menggantikan hukum Hindu di samping berusaha memasukkan pengaruh ke
dalam masyarakat dengan mendesak hukum adat, meskipun dalam batas-batas
tertentu hukum adat masih tetap bertahan. Pengaruh hukum Islam tampak jelas
dalam beberapa segi kehidupan dan berhasil mengambil kedudukan yang tetap bagi
penganutnya.
Berbagai kitab undang-undang yang ditulis pada masa-masa awal Islam di
Nusantara yang menjadi panduan hukum bagi negara dan masyarakat, memang
bersumber dari kitab-kitab karya ulama Sunni di berbagai pusat keilmuan dan
kekuasaan Islam di Timur Tengah. Kitab undang-undang Melayu menunjukkan
ajaran-ajaran syari’ah sebagai bagian integral dalam pembinaan tradisi politik di
kawasan ini.Sebagai contoh, yaitu kitab Undang-Undang Melaka. Kitab undang-
undang ini menunjukkan kuatnya pengaruh unsur-unsur hukum Islam, khususnya
yang berasal dari Mazhab Syafi’i.
Undang-Undang Melaka pada intinya meletakkan beberapa prinsip
pertemuan antara hukum Islam dan adat setempat. Pertama, gagasan tentang
kekuasaan dan dan sifat daulat ditentukan berdasarkan prinsip-prinsip Islam. Kedua,
pemeliharaan ketertiban umum dan penyelesaian perkara hukum didasarkan pada
ketentuan-ketentuan Islam dan adat. Ketiga, hukum kekeluargaan pada umumnya
didasarkan pada ketentuan-ketentuan fiqh Islam. Keempat, hukum dagang
dirumuskan berdasarkan praktek perdagangan kaum Muslimin. Kelima, hukum yang
berkaitan dengan kepemilikan tanah umumnya berdasarkan adat.Dengan demikian,
dalam perkembangan tradisi politik Melayu di Nusantara, pembinaan hukum
dilakukan dengan mengambil prinsip-prinsip hukum Islam, dan mempertahankan
ketentuan-ketentuan adat yang dipandang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
Dalam aspek politik dengan cara perlahan dan bertahap, tanpa menolak
dengan keras terhadap sosial kultural masyarakat sekitar, Islam memperkenalkan
toleransi dan persamaan derajat. Ditambah lagi kalangan pedagang yang mempunyai
orientasi kosmopolitan, panggilan Islam ini kemudian menjadi dorongan untuk
mengambil alih kekuasaan politik dari tangan penguasa yang masih kafir.
Pengambil alihan kekuasaan dari penguasa yang masih kafir ini merupakan
konflik yang terjadi antara rakyat dengan penguasa. Karena, rakyat yang sudah

8
memeluk agama Islam menginginkan kehidupan yang adil di bawah pimpinan yang
adil pula. Maka dalam hal ini, keadilan tersebut akan sangat mungkin didapatkan
apabila pemimpin sudah memeluk Islam dan melaksanakan ajarannya.
Islam semakin tersosialisasi dalam masyarakat Nusantara dengan mulai
terbentuknya pusat kekuasaan Islam. Kerajaan Samudera Pasai diyakini sebagai
kerajaan Islam pertama di Indonesia. Bukti paling kuat yang menjelaskan tentang itu
adalah ditemukannya makam Malik al-Shaleh yang terletak di kecamatan Samudera
di Aceh Utara. Makam tersebut menyebutkan bahwa, Malik al-Shaleh wafat pada
bulan Ramadhan 696 H/ 1297 M. Dalam Hikayat Raja-Raja Pasai dan Sejarah
Melayu Malik, Malik al-Shaleh digambarkan sebagai penguasa pertama kerajaan
Samudera Pasai.
Pada tahap-tahap selanjutnya, banyak kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri di
wilayah Nusantara, seperti kerajaan Aceh, Demak, Pajang, Mataram, Ternate,
Tidore, dan sebagainya. Banyaknya kerajaan Islam yang berdiri di wilayah
Nusantara tidak terlepas dari adanya peran para ulama yang dekat dengan Raja.
Dengan demikian, terjadi kontak antara Raja dengan ulama yang selanjutnya
mengislamkan raja kemudian diikuti oleh rakyatnya. Pada tahap berikutnya, raja
yang muslimpun akan membantu penyebaran dan pengembangan agama Islam ke
wilayah-wilayah di Nusantara, dan diikuti dengan banyaknya kerajaan Islam yang
berdiri.
Dalam aspek bahasa, Kedalaman pengaruh bahasa Arab dalam politik Islam
di Asia Tenggara (nusantara) tidak diragukan lagi banyak berkaitan dengan sifat
penyebaran Islam di kawasan, khususnya pada masa-masa awal. Hal ini berbeda
dengan Islamisasi di wilayah Persia dan Turki yang melibatkan penggunaan militer,
Islamisasi di Nusantara pada umumnya berlangsung damai.Konsekuensi dari sifat
proses penyebaran itu sudah jelas.
Wilayah Muslim Asia Tenggara (Nusantara) menerima Islam secara
berangsur-angsur. Dengan demikian, Muslim Melayu tidak mengadopsi budaya Arab
secara keseluruhan , bahkan warna lokal cukup menonjol dalam perjalanan Islam di
kawasan ini. Walaupun kurang terarabisasi, bahasa Arab memainkan peran penting
dalam kehidupan sosial keagamaan kaum Muslim.Berbagai suku bangsa Melayu
tidak hanya mengadopsi peristilahan Arab, tetapi juga aksara Arab yang kemudian
sedikit banyak disesuaikan dengan kebutuhan lidah lokal.

9
Dari aspek tersebut, kemunculan Islam dan penerimaan aksara Arab
merupakan langkah signifikan bagi sebagian penduduk di Nusantara untuk masuk ke
dalam kebudayaan tulisan.

2.3 Saluran-Saluran Islamisasi


1. Saluran Perdagangan
Diantara saluran Islamisasi di Indonesia pada awalnya ialah melalui
perdagangan. Hal ini sesuai dengan kesibukan lalu lintas perdagangan abad-7
sampai abad ke-16, perdagangan antara negeri-negeri di bagian barat, Tenggara
dan Timur benua Asia dan dimana pedagang-pedagang Muslim (Arab, Persia,
India) turut serta menggambil bagiannya di Indonesia. Penggunaan saluran
islamisasi melalui perdagangan itu sangat menguntungkan. Hal ini menimbulkan
jalinan di antara masyarakat Indonesia dan pedagang.
Dijelaskan di sini bahwa proses islamisasi melalui saluran perdagangan
itu dipercepat oleh situasi dan kondisi politik beberapa kerajaan di mana adipati-
adipati pesisir berusaha melepaskan diri dari kekuasaan pusat kerajaan yang
sedang mengalami kekacauan dan perpecahan. Secara umum Islamisasi yang
dilakukan oleh para pedagang melalui perdagangan itu mungkin dapat
digambarkan sebagai berikut: mulal-mula mereka berdatangan di tempat-tempat
pusat perdagangan dan kemudian diantaranya ada yang bertempat tinggal, baik
untuk sementara maupun untuk menetap. Lambat laun tempat tinggal mereka
berkembang menjadi perkampungan- perkampungan. Oleh kareba itu, penduduk
yang pertana kali memeluk agama Islam adalah orang-orang yang berada di
daerah sekitar pelabuhan

2. Saluran Perkawinan
Perkawinan merupakan salah satu dari saluran-saluran Islamisasi yang
paling memudahkan. Karena ikatan perkawinan merupakan ikatan lahir batin,
tempat mencari kedamaian diantara dua individu. Kedua individu yaitu suami
istri membentuk keluarga yang justru menjadi inti masyarakat. Dalam hal ini
berarti membentuk masyarakat muslim.
Saluran Islamisasi melalui perkawinan yakni antara pedagang atau
saudagar dengan wanitia pribumi juga merupakan bagian yang erat berjalinan
dengan Islamisasi. Jalinan baik ini kadang diteruskan dengan perkawinan antara
putri kaum pribumi dengan para pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah
10
terlahir seorang muslim. Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki
status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk
pribumi, terutama putri-putri bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-
saudagar itu. Sebelum kawin, mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah setelah
mereka mempunyai kerturunan, lingkungan mereka makin luas. Akhirnya timbul
kampung-kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim. Contohnya
perkawinan antara Maulana Iskhak dengan Putri Raja Blemabangan yang nanti
melahirkan Sunan Giri

3. Saluran Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu saluran yang penting dalam proses
Islamisasi. Tasawuf termasuk kategori yang berfungsi dan membentuk
kehidupan sosial bangsa Indonesia yang meninggalkan bukti-bukti yang jelas
pada tulisan- tulisan antara abad ke-13 dan ke-18. hal itu bertalian langsung
dengan penyebaran Islam di Indonesia.
Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari ke-Tuhanan dengan
menggunakan pendekatan mistis. Pengajar-pengajar tasawuf mengajarkan ajaran
yang sudah dikenal luas oleh masyarakat. Para ahli tasawuf biasanya memiliki
keahlian untuk menyembuhkan penyakit dan lain-lain. alam kelanjutannya,
mereka berbaur dengan masyarakat sehingga ada yang mengawini puteri-puteri
bangsawan setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada
penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang
sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti
dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang
mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah
Hamzah Fansuri di Aceh, Syeh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa.
Ajaran mistik seperti ini masih berkembang di abad ke-19 bahkan di abad ke-20
ini.

4. Saluran Pendidikan
Para ulama, guru-guru agama, raja berperan besar dalam proses
Islamisasi, mereka menyebarkan agama Islam melalui pendidikan yaitu dengan
mendirikan pondok-pondok pesantren merupakan tempat pengajaran agama
Islam bagi para santri. Pada umumnya di pondok pesantren ini diajarkan oleh

11
guru-guru agama, kyai-kyai, atau ulama-ulama. Mereka setelah belajar ilmu-ilmu
agama dari berbagai kitab-kitab, setelah keluar dari suatu pesantren itu maka
akan kembali ke masing- masing kampung atau desanya untuk menjadi tokoh
keagamaan, menjadi kyai yang menyelenggarakan pesantren lagi untuk
mengajarkan agama Islam. Semakin terkenal kyai yang mengajarkan semakin
terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan mencapai radius yang lebih jauh
lagi. Pesantren yang terkemuka pada awal penyebara Islam adalah Pesantren
Sunan Ampel di Surabaya.

5. Saluran Kesenian
Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah wayang.
Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.
Beliau meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat
syahadat. Cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana,
tetapi dalam cerita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam.
Saluran Islamisasi lainnya seperti seni bangunan, seni pahat atau ukir,
seni tari, musik dan seni sastra. Misalnya pada seni bangunan ini telihat pada
masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Kasepuhan di Cirebon, masjid
Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, Ternate dan sebagainya.

6. Saluran Politik
Pengaruh kekuasan raja sangat berperan besar dalam proses Islamisasi.
Ketika seorang raja memeluk agama Islam, maka rakyat juga akan mengikuti
jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang sangat tinggi dan raja sebagai
panutan bahkan menjadi tauladan bagi rakyatnya. Misalnya di Sulawesi Selatan
dan Maluku, kebanyakan rakyatnya masuk Islam setelah rajanya memeluk agama
Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam
di daerahnya.

2.3 Para Tokoh yang Berperan dalam Memasukkan Islam ke Indonesia


1) Hamzah Fansuri
Ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda sekitar tahun
1590. Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur-Aceh, tetapi juga ke
India, Persia, Mekkah dan Madinah. Dalam pengembaraan itu ia sempat
mempelajari ilmu fiqh, tauhid, tasawuf, dan sastra Arab. Tiga karyanya yang
12
dianggap sangat monumental hingga kini masih menjadi bahan kajian baik oleh
sarjana Islam (Timur) dan Barat (Orientalis) adalah kitab Asrar al-‘Arifin, Syarab
al-‘Asyiqin, dan al-Muntahi. Tiga buah kitab ini telah menjadikan Hamzah
Fansuri sebagai tokoh, bahkan dianggap sebagai pelopor tasawuf Nusantara.

2) Syaikh Muhammad Yusuf Al-Makasari


Beliau lahir di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli
1626 M/1037 H. Syekh Yusuf memiliki pokok-pokok pemikiran serta pengaruh
terhadap perkembangan Islam di bidang mistik. Di dalam upaya menjalankan
pengajaran dan dakwah Islam melalui tasawuf, Syekh Yusuf selalu mengaitkan
tasawufnya dengan aqidah Islamiah. Akidah yang benar, adalah akidah yang
berdasarkan kepada ittiba’ al-Rasûl. Artinya apa yang patut diyakini oleh hamba
terhadap Allah adalah sebagaimana yang telah termaktub dalam Alquran dan al-
Sunnah.

3) Syaikh Abdussamad Al-Palimbani


Ia merupakan salah seorang ulama terkenal yang berasal dari Sumatra
Selatan. Beberapa pemikiran beliau terkait dengan tujuan dakwah yang ditujukan
kepada sasaran dakwah adalah mengajak untuk ikhlas dalam beramal ibadah,
yaitu hanya untuk mencari ridho Allah, membersihkan hati dan selalu berkata
benar, selalu berzikir kepada Allah, beradab kepada guru, mengisi hari-hari
dengan zikir dan wirid, berhati-hati terhadap dunia, jangan melalaikan ibadah
karena sibuk dengan dunia, mengajak untuk mempelajari ilmu tasawuf, serta
memiliki adab adab untuk mencapai kedekatan kepada Allah.

4) Syaikh Muhammad bin Umar n-Nawawi Al-Bantani


Beliau lahir di Tanar, Serang,Banten. Sejak kecil ia dan kedua
saudaranya, Tamim dan Ahmad, di didik oleh ayahnya dalam bidang agama;
ilmu nahwu, fiqh dan tafsir. Syaikh Nawawi menggunakan metode dakwah dan
penyebaran Islam dengan karya tulis atau menuliskan materi-materi dakwah ke
dalam karya-karyanya. Sebagaimana dapat kita ketahui, bahwa dengan tradisi
kepenulisan ini, maka ajaran-ajaran Islam dapat lebih menyebar luas ke berbagai
tempat, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Hal ini sangat efektif sebab dengan
karya tulis pesan-pesan dakwah dapat disampaikan dengan jangkauan yang lebih

13
luas menembus segala ruang dan waktu serta dapat dikaji dalam waktu yang
lama.

5) Walisongo
Para penulis sejarah sepakat menunjuk para ulama yang kemudian
dikenal dengan julukan Walisongo (Sembilan Wali) sebagai tokoh sentral
penyebaran Islam di Pulau Jawa. Berikut adalah para Walisongo dan pendekatan
dakwah yang mereka lakukan dalam proses islamisasi:
a) Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim, sebagai wali perintis, mengambil
wilayah dakwah Gresik. Nama lain yang dipakai oleh beliau adalah
Maulana Magribi atau Maulana Ibrahim. Saat datang di Pulau Jawa
beliau menetap di Desa Leran yang terletak di kota Gresik. Beliau
mengajak Raja Majapahit untuk memeluk Islam dan diberi hadiah
sebidang tanah. Di atas tanah tersebut kemudian dibangun masjid untuk
tempat beribadah dan tempat mengajarkan Islam. Maulana Malik Ibrahim
menyebarkan Islam dengan cara melayani kebutuhan sehari-hari
masyarakat yang diajaknya dan tidak secara langsung mengajarkan apa
itu Islam. Dalam penyebaran Islam, Maulana Malik Ibrahim berdakwah
dengan cara diplomasi yang ulung yang bisa diterima oleh akal pikiran
masyarakat sehingga Islam dapat diterima masyarakat. Selain itu, beliau
mengajarkan cara bercocok tanam dengan mengalirkan air dari gunung
untuk mengairi sawah dan ladang.

b) Sunan Ampel
Sunan Ampel dihubungkan dengan Ampel yang kini menjadi
bagian dari kota Surabaya. Nama lain yang sering disebut Raden Rahmat,
orang suci dari Ampel Denta, tepatnya Sunan Ampel Denta. Dia
mengenalkan istilah “Mo Limo” (moh main, moh ngombe, moh maling,
moh madat, moh madon), yakni seruan untuk “tidak berjudi, tidak minum
minuman keras, tidak mencuri, tidak menggunakan narkoba, dan tidak
berzina” yang sarat dengan makna moral.

14
c) Sunan Bonang
Sunan Bonang memiliki nama lain yakni Raden Makdum atau
Maulana Makdum Ibrahim. Ia adalah anak dari Sunan Ampel, yang
berarti cucu dari Sunan Gresik. Sejak kecil ia sudah mendapat pelajaran
dari ayahnya di Pesantren Ampel Denta. Ajaran yang terdapat dalam
primbon Sunan Bonang yaitu mengajarkan ilmu fiqih, tauhid dan tasawuf
yang lengkap dan tersusun rapi menurut ajaran aqidah Ahlussunnah wa
al-Jamaah dengan mazhab Syafi’i. Sunan Bonang memahami bahwa
dakwah melalui kesenian adalah suatu cara yang tepat untuk menarik
simpati mereka sehingga beliau mempelajari kesenian Jawa antara lain
seni bonang. Sunan Bonang dalam menyebarkan Islam banyak
menggunakan karya sastra berupa pewayangan dan suluk atau tembang
tamsil yang berisikan nilai-nilai keislaman sehingga tanpa terasa
penduduk sudah mempelajari agama Islam dengan senang hati tanpa
paksaan. Sunan Bonang membuat tembang yang dikenal dengan tembang
Tombo Ati/ penyembuh hati.

d) Sunan Drajat
Sunan Drajat menyebarkan Islam di wilayah Sedayu. Nama
aslinya adalah Syarifuddin Hasyim, putra Sunan Ampel. Sunan Drajat
memperkenalkan islam melalui konsep dakwah bil-hikmah dengan cara
bijak, tanpa memaksa. Empat pokok ajaran Sunan Drajat adalah : paring
teken marang kang kalunyon lan wuta, paring pangan marang kang
kaliren, paring sandang marang kang kawudan, dan paring payung kang
kodanan yang artinya berikan tongkat kepada orang buta, berikan makan
kepada yang kelaparan, berikan pakaian kepada yang telanjang, dan
berikan payung kepada yang kehujanan.

e) Sunan Giri
Setelah Maulana Malik Ibrahim wafat, wilayah Gresik dikuasai
oleh Sunan Giri. Nama lain Sunan Giri adalah Joko Samudro (diberikan
ibu angkatnya, Nyai Gede pinatih), Raden Paku (diberikan Sunan Ampel
atas permintaan ayah Sunan Giri yaitu Maulana Ishak), dan Prabu

15
Satmata (diberikan Sunan Kalijaga). Ia mendirikan Pesantren Giri yang
muridnya kebanyakan berasal dari Maluku. Dalam bidang budaya Sunan
Giri mengembangkan dakwah islam juga dengan mamanfaatkan seni
pertunjukan yang menarik minat masyarakat. Sunan Giri juga dikenal
pencipta tembang Asmaradhana dan Pucung kemudian Padang Bulan,
Jor, Gula Ganti, dan permainan anak-anak Cublak-cublak suweng. Selain
itu Sunan Giri juga dikenal sebagai seorang raja, yang memungkinkan
lebih leluasa dalam usaha dakwahnya menyebarkan ajaran islam.

f) Sunan Kalijaga
Nama lain Sunan Kalijaga adalah Muhammad Said atau Joko
Said. Peranannya dalam bidang politik pemerintahan sudah mulai sejak
awal berdirinya Kesultanan Demak sampai akhir Kesultanan. Ia menjabat
sebagai Waliyul Amri yang memberi nasihat tentang pelaksanaan
pemerintahan dengan senantiasa dijiwai roh Islam. Selain itu, ia
memasukkan pengaruh Islam kepada kebiasaan orang Jawa. Kecintaan
orang Jawa yang tidak bisa dilepas terhadap wayang, menyebabkan
beliau memasukan hikayat-hikayat Islam ke dalam permainan wayang. Ia
memasukkan tokoh Punakawan diantaranya yaitu, Semar Mbangun
Khayangan, Petruk Dadi Ratu, Jamus Kalimasada, dll yang bermuatan
pesan dakwah seperti sebagai seorang pemimpin harus memperhatikan
nasihatnasihat dari rakyat, lalu pesan lain adalah seseorang yang
memegang teguh agama Islam akan menjadi orang yang selamat. Hal ini
karena di dalam Islam banyak mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang
sangat dalam sehingga menjadikan pemeluknya bahagia di dunia dan di
akhirat. Selain itu, ia juga berdakwah menggunakan lagu lir-ilir yang
diciptakan oleh Sunan Giri yang memiliki nilai ma’rifat kepada Pencipta.

g) Sunan Kudus
Nama lain Sunan Kudus yang adalah Ja’afar Shadiq, Raden
Undung atau Raden Untung dan Raden Amor Haji. Sunan Kudus terkenal
sebagai ulama besar yang mengusai ilmu ushul hadist, ilmu tasfir al-
Qur’an, ilmu sastra, matiq dan yang terutama sekali adalah ilmu fiqih.
Karena itu di antara para Walisongo, beliau diberikan julukan Waliyul

16
Ilmi,yang artinya Wali yang menjadi segudang ilmu. Di dalam
menyebarkan Islam beliau memiliki cara sendiri, yaitu:
1. Melakukan pendekatan kepada masyarakat secara perlahan,
misalnya membiarkan adat istiadat yang sudah mendarah daging
di dalam masyarakat kemudian mengubahnya sedikit demi sedikit,
adat istiadat yang tidak sesuai dengan syari’at langsung diubah,
melakukan dakwah bi al-hal, memilih jalan damai dan
menghindari konfrontasi.
2. Menarik simpati masyarakat Hindu dengan cara menghormati
mereka. Salah satunya yaitu tidak menyembelih sapi yang
dianggap suci oleh orang Hindu.
3. Menarik simpati masyarakat Budha dengan cara memberikan
nuansa Budha pada arsitektur bangunan menara Kudus, seperti
delapan jalan Budha (Asta Saghika Marga) yang tergambar pada
tempat wudhu masjid Sunan Kudus yang berjumlah delapan.
4. Memberikan sentuhan Islami pada ritual-ritual Jawa, seperti
pembacaan sejarah Nabi (Maulid) pada selamatan mitoni.

h) Sunan Muria
Sunan Muria dikenal dengan Raden Prawoto. Nama lainnya
adalah Raden Said bin Raden Syahid. Sunan Muria adalah seorang
sufi/ahli tasawuf. Beliau mengajarkan santrinya untuk menyelami
tasawuf. Dalam menyebarkan Islam di Jawa, ia menggunakan pendekatan
seperti yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga. Tradisi yang ada bukan
dimusnahkan, tetapi diberi warna Islam seperti upacara selamatan yang
dilakukan orang Jawa pada waktu itu tetap dipelihara.

i) Sunan Gunung Jati


Sunan Gunung Jati adalah salah satu Wali yang terkenal
menyebarkan Islam di pulau Jawa. Nama lain dari Sunan Gunung Jati
adalah Syarif Hidayatullah. Sunan Gunung Jati diangkat oleh Sultan
Demak menjadi penguasa Cirebon. Disanalah beliau menyebarkan agama
Islam. Strategi Sunan Gunung Jati dalam menyebarkan agama Islam di
Cirebon dilakukan dengan pendekatan agama, ekonomi, politik dan

17
kultural. Dengan pendekatan tersebut maka dalam waktu yang relatif
singkat Islam dapat menyebar hampir keseluruh wilayah Jawa Barat
terutama di Cirebon. Selain menjadi Raja ia juga menjabat sebagai
Dewan Wali Songo untuk membantu para-para wali dalam penyebaran
agama Islam. Peranan Sunan Gunung Jati dalam memimpin Kesultanan
Cirebon banyak memberikan kontribusi pada perkembangan dan
penyebaran agama Islam di Tanah Jawa khususnya di Cirebon.

2.5 Pengaruh Islam dalam Kehidupan Masyarakat Indonesia


Masuknya kebudayaan Islam memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan
masyarakat Indonesia. Perpaduan kebudayaan lokal dan Islam menghasilkan
akulturasi dalam berbagai bidang kehidupan di Indonesia. Pengaruh kebudayaan
Islam pada masyarakat tercermin pada berbagai bidang, antara lain sebagai berikut :
a) Bidang Sosial
Datangnya islam di Nusantara menghilangkan sistem kasta agama
Hindu. Hal ini menyebabkan pengaruh Islam berkembang pesat dan
mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama Islam. Begitu juga
dengan sistem penanggalan, pada awalnya masyarakat Indonesia
mengenal kalender Saka yang merupakan kalender Hindu. Dalam
kalender Saka terdapat nama hari pasaran seperti pahing, pon, wage,
kliwon, dan legi. Seiring perkembangan Islam, Sultan Agung dari
kerajaan Mataram menciptakan Kalender Jawa. Kalender itu
menggunakan perhitungan seperti Hijriah (Islam). Sultan Agung
mengganti nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadan
diganti dengan Pasa. Nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai
dengan bahasa Arab dan hari pasaran pada Kalender Saka juga
dipergunakan.

b) Bidang Pendidikan
Pada awal-awal masuknya Islam di Indonesia, mulanya
pendidikan agama dilaksanakan di Masjid, Langgar, atau Surau. Pelajaran
yang diberikan adalah membaca Al-Qur'an, tata cara peribadatan, akhlak,
dan keimanan. Seiring berjalannya waktu, kemudian muncul pesantren
yang merupakan pengadopsian dari agama Hindu. Pesantren adalah
sebuah asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal bersama untuk
18
belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru atau sering dikenal
dengan sebutan Kiai. Siswa diajarkan mendalami ilmu agama Islam
sesuai dengan syariat-syariat agama Islam. Pesantren dalam bahasa Jawa
memiliki makna seseorang yang mengikuti aktivitas gurunya.

c) Bidang Adat Istiadat


Adat istiadat dan kebiasaan yang banyak berkembang dari budaya
Islam dapat berupa ucapan salam, acara tahlilan, syukuran, yasinan.
Selain itu pengaruh kebudayaan Islam di bidang adat istiadat dapat dilihat
dalam bentuk upacara adat di daerah Priangan, dapat dilihat dari
akulturasi atau penggabungan budaya Islam dan budaya sunda. Misalnya
dalam upacara pernikahan adat Sunda. Adat Sunda terlihat dalam
penggunaan pakaian adat Sunda, bahasa Sunda dan tata cara pernikahan
seperti seserahan dan siraman. Sementara pengaruh budaya Islam terlihat
dalam ijab qabul dan pesan pernikahan dari tokoh agama Islam.

d) Bidang Politik
Masuknya budaya Islam, kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha
mulai runtuh dan peranannya mulai digantikan oleh kerajaan-kerajaan
yang bercorak Islam. Pengaruh ini dapat dilihat dalam sistem
pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia seperti konsep
khilafah atau kesultanan yang sering kita jumpai pada kerajaan-kerajaan
seperti Aceh, Mataram. Demak, Banten dan Tidore. Dalam sistem
pemerintahan Islam di Nusantara rajanya bergelar Sultan atau Sunan.
Nama raja juga disesuaikan dengan nama Islam.

e) Bidang Arsitektur dan Kesenian


Islam memperkenalkan tradisi baru dalam teknologi arsitektur
seperti masjid dan istana. Ada perbedaan antara masjid-masjid yang
dibangun pada awal masuknya Islam ke Indonesia dan masjid yang ada di
Timur Tengah. Masjid di Indonesia tidak memiliki kubah di puncak
bangunan. Kubah diganti dengan atap tumpang atau atap bersusun.
Jumlah atap tumpang selalu ganjil, tiga tingkat atau lima tingkat serupa
dengan arsitektur Hindu. Islam juga memperkenalkan seni kaligrafi.

19
Kaligrafi adalah seni menulis aksara indah yang merupakan kata atau
kalimat. Kaligrafi ada yang berwujud gambar binatang atau manusia
(hanya bentuk siluetnya). Ada pula yang berbentuk aksara yang
diperindah. Teks dari Al- Qur'an merupakan tema yang sering dituangkan
dalam seni kaligrafi. Media yang sering digunakan adalah nisan makam,
dinding masjid, mihrab, kain tenun, kayu, dan kertas sebagai pajangan.
Ketika agama Islam masuk ke Indonesia kebudayaan Hindu masih
berakar kuat. Para penyebar agama Islam tidak mengubah kesenian
tersebut bahkan menggunakan seni budaya Hindu sebagai sarana
menyebarkan agama Islam seperti wayang kulit.

f) Bidang Ekonomi
Daerah-daerah pesisir Nusantara sering dikunjungi para pedagang
Islam dari Arab, Parsi,dan Gujarat hal ini yang mendorong terjadinya
peningkatan ekonomi. Selain itu perdagangan didasarkan pada syariat
Islam sehingga terhindar dari kecurangan atau pengurangan takaran dan
kecurangan lainnya. Dan juga adanya kewajiban membayar zakat atau
amal jariyah yang lainnya, seperti sedekah, infak, waqaf, menyantuni
yatim, piatu, fakir dan miskin. Hal itu membuat perekonomian umat
Islam semakin berkembang.

g) Bidang Agama
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di
dunia. Dengan jumlah umat Muslim sebanyak 229,2 juta orang per tahun
2017 menandakan perkembangan yang pesat dan pengaruh besar dari
ajaran Islam. Walaupun Islam masuk setelah Hindu dan Buddha,
nyatanya saat ini Islam menjadi agama utama di Indonesia dengan 88%
penganut dari semua penduduk. Hal ini dikarenakan ajaran Islam yang
dikenal damai dan nyaman. Selain itu, penyebarannya dilakukan tanpa
adanya paksaan atau peperangan.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam proses masuknya Islam ke Indonesia terdapat tiga teori yaitu teori
Gujarat yang menyatakan bahwa masuknya islam berasal dari Gujarat, teori
Makkah yang menyangga teori Gujarat bahwa masuknya islam ke Indonesia berasal
dari orang Arab (Mesir) dan teori Persia yang menyatakan Islam masuk ke
Indonesia dibawa oleh bangsa Persia. Corak awal paham keislaman dapat dilihat
dari tiga aspek penting yaitu aspek hukum, politik dan aspek bahasa.
Proses islamisasi Indonesia melalui beberapa saluran yaitu saluran
perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, kesenian dan politik. Dalam proses
islamisasi juga terlibat para tokoh yang berperan dalam penyebaran agama Islam di
Indonesia antara l-Makassari, Syeikh Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-
Bantani dan Walisongo yang beranggotakan 10 orang. Setiap tokoh memiliki cara
yang berbeda dalam menyebarkan agama Islam. Masuknya agama Islam di
Indonesia memberikan pengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia dalam
bidang sosial, pendidikan, adat istiadat, poltik, arsitektur dan kesenian, ekonomi dan
agama.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. https://media.neliti.com/media/publications/140046-ID-kajian-proses-islamisasi-di-
indonesia-st.pdf
2. Miftakhul Jannah, M. Nasir, ISLAMISASI NUSANTARA DAN PROSES
PEMBENTUKAN MASYARAKAT MUSLIM hlm. 65-66.
3. https://www.donisetyawan.com/saluran-masuknya-islam-di-indonesia/
4. Anita, D. E. (2016). Walisongo: Mengislamkan Tanah Jawa (Suatu Kajian Pustaka).
Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam dan Sosial, 1(2), 243-266 diakses dari
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/wahana/article/view/815 pada tanggal 9
Desember 2020
5. Pratiwi, W. S. (2020). Kesenian Sebagai Media Dakwah Sunan Kalijaga (Doctoral
dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
6. https://gomuslim.co.id/read/khazanah/2017/11/24/6205/mengenal-sunan-bonang-
wali-asal-tuban-yang-berdakwah-lewat-sastra.html
7. Setyonugroho, E. A., & Rosyiana, Y. Proses Masuknya Islam dan Strategi Dakwah
Sunan Giri dalam Islamisasi di Nusantara.
8. https://guruilmu.wordpress.com/2018/12/11/tokoh-tokoh-perkembangan-islam-di-
indonesia/amp/
9. http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/sls/article/view/9948
10. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/ghaidan/article/view/2032/1541
11. https://www.google.com/url?q=https://media.neliti.com/media/publications/145377-
ID-peran-syaikh-nawawi-al-bantani-dalam-
pen.pdf&usg=AFQjCNGCbYApdegyIVmwUCJ16jYL0X4Lbg
12. https://www.academia.edu/40231298/Pengaruh_budaya_Islam_masuk_ke_Indonesia
_1_Bidang_Politik
13. https://pahamify.com/blog/artikel/sejarah-bukti-bukti-pengaruh-islam-yang-masih-
ada-hingga-kini/amp/
14. https://www.google.com/amp/s/gds2020.com/pengaruh-islam-terhadap-masyarakat-

22
di-indonesia/
15. Subchi, Imam. 2016. Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII. Jakarta
: PT Karya Toha Putra

23

Anda mungkin juga menyukai