Anda di halaman 1dari 10

Volume 3 Nomor 1 Mei 2021

ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099


http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

Pola Komunikasi Penyuluh Pertanian Dalam Program Peningkatan


Kapasitas Petani Jagung Di Kabupaten Sumbawa
(Studi Kasus Kelompok Tani Desa Luk Kecamatan Rhee Kabupaten Sumbawa)

¹Ade Mula Mulyana, ¹Fahrunnisa*


¹Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Teknologi Sumbawa
Corresponding author: fahrunnisa@uts.ac.id

Abstrak
Desa Luk merupakan salah satu wilayah yang menjadi tempat berlangsungnya program peningkatan
kapasitas petani jagung yang diadakan oleh penyuluh pertanian pada kelompok tani Desa Luk. Hal ini terbukti
bahwa produksi jagung petunia Desa Luk dalam 5 tahun sebelumnya mengalami peningkatan. Dalam
peningktan kapasitas petani ini disebabkan oleh sebuah proses komunikasi yang dilakukan penyuluh pertanian
dengam kelompok tani. Jadi dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana pola
komunikasi penyuuluh pertanian dalam program peningkatan kapasitas petani jagung di Kabupaten Sumbawa.
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif studi kasus. Analisis teori yang digunakan yaitu teori SMCRE
dari David Kennet Berlo dan Pola Komunikasi dari Effendy dengan demikian petani dapat mengetahui proses
komunikasi dan pola komunikasi yang terjadi pada penyuluh pertanian dengan kelompok tani Desa Luk.
Informan dari penelitian ini yaitu penyuluh pertanian dan kelompok tani desa Luk. Pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam program
peningkatan kapasitas terdapat proses komunikasi SMCR, Proses SMCR itu sendiri meliputi: Sumber pesan,
Pesan, Saluran Komunikasi, Penerima Pesan, dan terakhir Efek Komunikasi. Kemudian terdapat 3 pola
komunikasi yang dilakukan olen penyuluh pertanian pada kelompok tani jagung Desa Luk diantaranya pola
komunikasi satu arah, pola komunikasi dua arah, dan pola komunikasi multiarah.
Kata Kunci: Pola Komunikasi, Penyuluh Pertanian, Kelompok Petani Jagung.

ABSTRACT
This is evident from the fact that Luk Village's petunia corn production has increased in the previous 5
years. In increasing the capacity of farmers this is caused by a communication process carried out by
agricultural extension agents with farmer groups. So in this study the researcher intends to find out how the
communication patterns of agricultural extension agents in the program to increase the capacity of maize
farmers in Sumbawa Regency.This research uses a case study qualitative method. The theoretical analysis used
is the SMCRE theory from David Kennet Berlo and the Communication Patterns from Effendy so that farmers
can find out the communication process and communication patterns that occur at the agricultural extension
agent with the Luk Village farmer groups. The informants of this study were agricultural extension workers and
farmer groups in Luk. Collecting data through observation, interviews, and documentation. The results of
this study indicate that in the capacity building program there is an SMCR communication process, the SMCR
process itself includes:Message source, message, communication channel, message recipient, and finally the
communication effect. Then there were 3 communication patterns carried out by the agricultural extension
agents in the corn farmer groups of Luk Village including one-way communication patterns, two-way
communication patterns, and multidirectional communication patterns
Keywords: Communication Patterns, Agricultural Extension, Corn Farmer Group.

10
Volume 3 Nomor 1 Mei 2021
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara yang berbasis Agrararia sehingga pertanian merupakan sektor
penting dalam meningkatkan kesejahteraan kehidupan masyarakat (Narti, 2015). Mayoritas
mata pencaharian masyarakat Indonesia bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian
sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian
nasional, (Kris, et.al, 2019 dalam Azizah 2017). Mengingat sebagian besar penunjang
keberhasilan petani tidak hanya pada sarana produksi yang disediakan, tetapi juga
dikarenakan oleh peningkatan kapasitas petani itu sendiri. Seperti yang dijelaskan (veronice,
et. al, 2018:3 dalam Badamas, 2009) bahwa, kapasitas perlu dikembangkan untuk
membangun potensi dalam meningkatkan informasi dan transfer pengetahuan.
Dalam rangka mendukung peningkatan kapasitas petani, pemerintah mengeluarkan
peraturan Menteri nomor 273/KPTS/OT.160/4/2007/ tentang pedoman pembinaan
kelembagaaan petani. Dalam hal ini, petani diatur dan ditata dalam wadah kelompok tani
ditiap desa ditingkat kecamatan sehingga memudahkan proses penyuluhan pertanian.
Aturan ini didukung oleh Undang-undang nomor 19 Tahun 2013 tentang pemberdayaan
petani dan Undang-undang nomor 16 Tahun 2006 tentang Revitalisasi pertanian,
perkebunan dan kehutanan (RPPK). Penyuluh pertanian merupakan salah satu kunci yang
mensukseskan program peningkatan kapasitas petani. Untuk itu penyuluh pertanian harus
memiliki kualitas yang mumpuni di bagian pertanian sehingga materi dan metode dapat di
terima oleh para petani. Abubakar dan Siregar (2010) menjelaskan bahwa kegiatan
penyuluhan pertanian diharapkan mampu menjembatani berbagai fenomena-fenomena yang
terjadi di lingkungan petani dengan perkembangan ilmu pengetahuan, baik yang bersifat
temporer maupun bersifat tetap.
Penyuluh pertanian (PP) memiliki peran strategis dalam pembangunan pertanian,
mengingat keterbatasan yang masih dimiliki SDM pertanian dalam mendorong terwujudnya
kemandirinan petani. Sumardjo (1999, 2010) menjelaskan bahwa membangun petani
sebagai pelaku utama pertanian yang handal berarti membangun kemandirian petani. Seperti
yang dikutip dalam Inraningsih (2010) Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku
utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengordinasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisisen usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Seperti yang dijelaskan Sadono (2009) bahwa dalam proses desiminasi inovasi
pertanian kepada petani, maka komunikasi memegang peranan penting. Proses komunikasi
dalam penyuluhan pertanian tersebut sedikitnya melibatkan lima unsur stakeholders, yaitu:
(1) Lembaga penelitian – didalamnya ada para peneliti, yang melakukan penelitian untuk
menghasilkan teknologi yang diharapkan berguna bagi masyarakat petani, (2) Lembaga

11
Volume 3 Nomor 1 Mei 2021
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

penyuluhan – yang didalamnya terdapat parah penyuluh, yang berperan dalam


menyebarluaskan teknologi yang berguna bagi petani, dan (3) masyarakat petani itu sendiri
yang menjadi subyek penyuluhan, (4) Lembaga pengaturan, dan (5) Lembaga pelayanan.
Untuk menyukseskan peningkatan kapasitas petani penyuluh pertanian ditempatkan
hingga titik terkecil yaitu pada pemerintahan desa. Dimana penyuluh pertanian
mendampingi kelompok-kelompok tani yang ada didesa guna memberikan dan
menyalurkan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh petani. Seperti di Desa Luk Kec.
Rhee Kab. Sumbawa, Propinsi NTB. Penyuluh pertanian sangat dibutuhkan oleh petani desa
luk dalam rangka peningkatan kemampuan bertani jagung yang sudah dikembangkan
selama 10 tahun ini. Dengan adanya pengembangan kapasitas, secara tidak langsung
penyuluh pertanian memberikan kemampuan berfikir bagi para petani desa. Hal ini terbukti
bahwa produksi jagung petani luk dalam 5 tahun mengalami peningkatan. Peningkatan Ini
disebabkan oleh salah satunya adalah proses komunikasi yang intens dari penyuluh
pertanian dengan kelompok tani. Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah
yang akan di teliti adalah bagaimana Pola Komunikasi Penyuluh Pertanian dalam Program
Peningkatan Kapasitas Petani Jagung di Desa Luk?

METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini metode yang digunakan peneliti adalah metode kualitatif studi
kasus. peneliti akan menggunakan metode kualitatif studi kasus karena ingin mengetahui
secara mendalam tentang pola komunikasi yang dilakukan oleh penyuluh pertanian dalam
program peningkatan kapasitas petani jagung di Desa Luk Kec. Rhee, Kab. Sumbawa.
Adapun Informan dalam penelitian ini merupakan Penyuluh Pertanian dan Kelompok Tani
Desa Luk.
Sumber data dalam penelitian inidiperoleh melalui data primer, yang berasal dari objek
penelitian melalui wawancara penyuluh pertanian dan kelompok tani pada desa Luk kec.
Rhee Kab. Sumbawa. Kemudian data skunder diperoleh dari dokumen-dokement dan profil
desa Luk Kec. Rhee Kab.Sumbawa. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi.Analisa data dalm peneitian ini
dilakukan secara bertahap. Tahap pertama yaitu mengolah data yang diperoleh dari
lapangan. Kemudian reduksi data dengan memilih informasi atau data yang terdapat
dilapangan berdasarkan transkip wawancara, selanjutnya penyajian data dengan
mengelompokkan data yang didapat dari hasil reduksi data, dan yang terakhir adalah
verifikasi data dengan menguji kebenarannya dan pernyataanya yang merupakan validitas.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Komunikasi merupakan salah satu cara dalam berinteraksi dengan orang lain. Dimana
terjadi suatu proses yang dapat mengakibatkan terjadinya komunikasi antara komunikan dan

12
Volume 3 Nomor 1 Mei 2021
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

komunikator. Proses komunikasi ini dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung.
Kemudian pada proses komunikasi dapat terjadi pada individu dengan individu maupun
individu dengan kelompok. Seperti dalam komunikasi ini terdapat beberapa proses kounikasi
yang menunjang keberhasilam dalam komunikasi.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa proses komunikasi yang terjadi dalam
kegiatan program peningkatan kapasitas kelompok tani desa Luk. Dari hasil wawancara
informan menunjukkan bahwa dalam program peningkatan kapasitas petani terdapat 3 pola
komunikasi yang digunakan oleh penyuluh pertanian dengan kelompok tani. Merujuk pada
teori SMCR pola komunikasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa proses komunikasi yang
meliputi pengirim pesan, pesan, saluran komunikasi, penerima pesan dan yang terakhir
adalah efek. Dalam proses ini penyuluh pertanian merupakan pengirim pesan, sementara
pesan yang disampaikan oleh penyuluh pertanian berupa informasi-informasi seperti
program yang diadakan oleh penyuluh pertanian kemudian mengenai pembibitan jagung dan
pupuk, dilanjutkan dengan pemberian informasi tentang ilmu-ilmu baru yang bermanfaat
untuk petani dan pertanian di desa Luk. Selanjutnya yaitu saluran komunikasi yang
digunakan oleh penyuluh dalam berkomunikasi kepada kelompok tani desa Luk melalui
komunikasi secara langsung dengan tatap muka dan ada juga dari berbagai media lainnya
seperti pampflet, brosur, baliho dan media lainnya. Kemudia penerima pesan pada penelitian
ini melipui kelompok-kelompok tani pada desa Luk. Selanjutnya yang terakhir adalah efek
dari proses komunikasi ini adalah perubahan, dampak yang di terima oleh kelompok tani itu
sendiri. Kemudian berikut adalah uraian tentang proses komunikasi:
a. Pengirim pesan
Dalam program peningkatan kapasitas ini penyuluh adalah salah satu yang
bertanggung jawab dalam mengirim pesan atau yang menjadi sumber dalam
memberikan informasi. Kemudian kelompok tani yang menerima pesan. Adapun
dalam proses pengiriman pesan ini penyuluh yang bertugas dalam pendampingan
kelompok tani di desa Luk diharuskan memiliki kemampuan yang memumpuni agar
proses penyampain pesan dapat diterima dengan baik oleh kelompok tani tersebut.
Sejalan dengan hal tersebut, penyuluh harus memimiliki kualifikasi seperti
keterampilan komunikasi, sikap, dan pengetahuan.
Dari hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa penyuluh pertanian
memiliki skill komunikasi yang sangat baik dalam memberikan pesan atau informasi
yang dsampaikannya kepada kelompok tani desa Luk, selain dikarenakan memiliki
Pendidikan yang cukup tinggi dan memiliki pengalaman dalam bidang pertanian
sehingga memudahakan pada saat berkomunikasi. Kemudian dalam hal yang lain
yaitu tak terlepas dari sikap dan pengetahuan yang sangat luas dalam hal pertanian.
Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata bebrapa kelompok tani masih ada
yang kurang merima pesan yang disampaikan penyuluh diakibatkan masih kurangnya

13
Volume 3 Nomor 1 Mei 2021
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

pengetahuan yang dimiliki petani sehingga antara penyuluh dengan petani kurang
sinkron.

b. Pesan
Pada umumnya pesan disampaikan oleh pengirim pesan dan diterima oleh
penerima pesan. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyuluh pertanian
sebagai pengirim pesan kepada kelompok tani. Kemudian pesan yang disampaikan
berupa informasi terkait pembibitan, pupuk, hingga program pertanian yang
disampaikan pada saat pertemuan dengan kelompok tani desa Luk. Pesan yang
disampaikan oleh penyuluh diterima dengan baik oleh kelompok tani atau sebaliknya,
hingga kemudian pesan tersebut dapat menjadi pengetahuan baru bagi kelompok tani
desa Luk.
c. Saluran atau media
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran yang digunakan oleh penyuluh
untuk menyampaikan informasi dapat berupa secara langsung seperti face to face.
Sejalan dengan itu ternyata penyuluh pertanian secara langsung berkomunikasi
dengan petani, melalui pertemuan antar kelompok dan perkelompok. Biasanya
penyuluh mengkomunikasikan kepada ketua kelompok dan selanjutnya ketua
kelompok yang menyampaikan kembali kepada anggota. Saluran atau media
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran yang digunakan oleh penyuluh
untuk menyampaikan informasi dapat berupa secara langsung seperti face to face.
Sejalan dengan itu ternyata penyuluh pertanian secara langsung berkomunikasi
dengan petani, melalui pertemuan antar kelompok dan perkelompok. Biasanya
penyuluh mengkomunikasikan kepada ketua kelompok dan selanjutnya ketua
kelompok yang menyampaikan kembali kepada anggota.
d. Penerima pesan
Dalam proses komunikasi, komunikan adalah sebagai penerima pesan. Sehingga
dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa petani sebagai penerima pesan. Dalam
proses penerima pesan petani setidaknya memiliki bebrapa kemampuan agar dapat
menerima pesan yang disampaikan oleh petani. Sedikit tidaknya seperti keterampilan
komunikasi yang terlati sehingga pelajaran atau pembahasan dalam penyuluhan dapat
dimengerti dan diterima dengan baik.
e. Efek
Dampak atau efek dari suatu komunikasi yakni sikap atau tingkah laku orang
sebagai komunikan. Namun jika dilihat lagi dari sisi lain masing-masing petani
memiliki cara sendiri untuk memahami apapun informasi atau pelatihan yang
diberikan. Karena beda orang maka beda pula pemahamnnya.

14
Volume 3 Nomor 1 Mei 2021
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

Dalam rangka meneliti pola komunikasi penyuluh pertanian dalam program


peningkatan kapasoitas petani jagung dikabupaten sumbawa, peneliti mencoba menganalisis
dengan tiga pola yaitu pola komunikasi satu arah, pola komunikasi dua arah, dan pola
komunikasi multiarah.

1. Pola Komunikasi Satu Arah (One Way Communication)

PL

P P P

Gambar 5.1 Pola Komunikasi Satu Arah

Pada dasarnya pola kounikasi satu arah adalah proses penyampaian pesan dari
komunikator pada komunikan, baik adanya media maupun tanpa media dan tidak adanya
umpan balik dari komunikan itu sendiri. Karena pada hakikatnya komunikasi yang baik
adalah komunikasi yang memiliki timbal balik atau respon dari komunikan sehingga
dapat terjadilah interaksi dari pemberi pesan dengan penerima pesan. Dilihat dari proses
penyampaian pesan oleh penyuluh kepada kelompok petani jagung desa Luk,
penggunaan Pola komunikasi satu arah ini tidaklah efektif dikarenakan pada komunikasi
satu arah komunikan atau petani hanya menjadi pendengar saja. Sedangkan pada
penyuluhan, penyuluh dan petani aktif dalam berkomunikasi setiap ketua atau anggota
dilibatkan dalam pertemuan antara penyuluh dengan kelompok tani jagung desa Luk.
Komunikasi searah digunakan pada saat penyuluh berkomunikasi secara individu
dengan petani. Cara ini digunakan saat petani malu bertanya pada saat pertemuan
kelompok atau massa dan kurang paham dalam mempraktikan biasanya petani langsung
menghubungi secara pribadi. Dalam penyuluhan, penyuluh pertanian dengan kelompok
tani ternyata tidak berlangsung satu arah sebagaimana arti dari satu arah tersebut
bahwasannya satu arah yaitu tidak adanya timbal balik dari petani pada penyuluh. Hal
ini dikarenakan pada setiap ada penyuluhan atau pertemuan antara penyuluh dengan
kelompok tani selalu dalam sebuah forum dan diskusi yang intesif.

2. Pola Komunikasi Dua Arah (Two Way Communication)

15
Volume 3 Nomor 1 Mei 2021
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

PL

P P P
Gambar 5.3 Pola Komunikasi Dua Arah

Pada tahap ini yaitu pada pola komunikasi dua arah yang merupakan kmunikator
dan komunikan menjadi saling tukar fungsi dalam menjalani fungsi mereka. Dalam hal
ini, ada dua tahap komunikasi. Tahap pertama penyuluh dapat menjadi komunikan dan
tahap kedua petani dapat menjadi komunikator. Pada pola komunikasi dua arah proses
komunikasi pada tahap ini yaitu berlangsung dialogis antara penyuluh pertanian sebagai
komunikator, dan adanya timbal balik yang diberikan oleh setiap penyampaian
kelompok tani sebagai komunikan. Seperti yang di jelaskan oleh (Effendy, 1989:32),
bahwa komunikator utama mempunyai tujuan tertentu melalui proses komunikasi
tersebut, prosesnya dialogis, serta umpan balik terjadi secara langsung. Pada tahap pola
komunikasi dua arah adalah proses yang sering dilakukan oleh penyuluh pada saat
penyuluhan terhadap kelompok tani desa Luk. Adanya diskusi antara penyuluh dengan
setiap ketua atau anggota kelompok. Pertemuan pada tahap ini dilakukan kepada
masing-masing kelompok yang ada pada satu dusun, dan dikumpulkan pada satu tempat
dan biasanya di rumah ketua kelompok itu. Hal ini dilakukan dalam jangka waktu 1-2
kali dalam 1 bulan.
Dalam program peningkatan kapasitas petani jagung yang dilakukan oleh
penyuluh pertanian dapat dikatakan berhasil, dilihat dari hasil panen petani yang
meningkat walaupun tidak keseluruhan. Pola komunikasi dua arah sebagai salah satu
faktor dari keberhasilan petani. Seperti penyuluh pertanian melihat langsung kegiatan
petani dilahan, kemudian penyuluh dapat mengetahui apa saja kendala yang dirasakan
petani hingga di penanaman jagung selanjutnya lebih meningkat lagi dari yang
sebelumnya.
Pemilihan tempat dalam pertemuan penyuluhan biasanya ditentukan oleh
penyuluh itu sendiri yaitu di rumah ketua kelompok tani pada masing masing dusun. Hal
ini dikarenakan mempermudah penyuluh mengumpulkan anggota-anggota yang lain.
Waktu pertemuannya pun sekitar 1- 2 jam berdiskusi mengenai pupuk dan bibit jagung
yang akan diguanakan oleh petani pada saat penanaman tiba. Pada kegiatan penyuluhan
ini penyuluh selaku penyampai informasi mengharakan semua ketua kelompok beserta

16
Volume 3 Nomor 1 Mei 2021
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

anggota yang sudah dibentuk tersruktur diwajibkan hadir agar bisa berdiskusi atau
sharing segalah masalah pertanian yang sedang dihadapi oleh petani. Pada pola
komunikasi penyuluh dengan petani, pola komunikasi ini menggunakan pola dua arah
dimana penyuluh menjadi pemberi pesan pada petani yang merupakan penerima pesan.
Kemudian begitupun sebaliknya penyuluh juga dapat menjadi penerima pesan dan
petani dapat menjadi pemberi pesan yang pada dasarnya pemberi pesan yang utama
adalah penyuluh pertanian. Pada pertemuan ini komunikasi yang terjadi dialogis karena
penyuluh dan petani dapat saling bertukar fungsi.

3. Pola Komunikasi Multiarah (Multy Way Communication)

PL

P P P
Gambar 5.5 Pola Komunikasi Multiarah

Pada pola komunikasi multiarah, proses komunikasi yang terjadi dalam tahap ini
yaitu penyuluh dan petani akan saling bertukar pikiran secara dialogis. Pada pola
komunikasi ini tidak hanya terjadi komunikasi dinamis antara penyuluh dengan petani,
namun sesama anggota petani atau kelompok tani juga mengembangkan komunikasi,
sehingga kegiatan penyuluhan atau penyampain informasi akan lebih interaktif dan
makin banyak menimbulkan pemikiran baru, maka akan terjadi komunikasi antara
penyuluh, petani, dan sesama petani.
Dalam penjelasan diatas menjelaskan bahwa dalam komunikasi multiarah penyuluh
melakukan pertemuan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Seperti rapat tahunan
yang dilakukan sekali dalam setahun dan rapat-rapat dalam menyampaikan laporan
tahunan ataupun sosialisasi dari dinas pertanian. Kemudian di pertemuan massal ini
penyuluh juga menyampaikan informsih terkait pupuk, bibit dan sebaginya guna dapat
menyiapkan untuk proses penanman selanjutnya. Dalam praktek komunikasi multiarah
terjadi dialogis antara penyuluh dengan petani begitupun antara petani yang lainnya.

17
Volume 3 Nomor 1 Mei 2021
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pola komunikasi penyuluh pertanian dalam
program peningkatan kapasitas petani jagung di kabupaten sumbawa dapat disimpulkan
bahwa dalam proses komunikasi ini terdapat lima proses komunikasi dan tiga pola
komunikasi. Proses komunikasi itu sendiri melibatkan Pengirim pesan, pesan, media
penyaluran pesan, penerima pesan dan efek yang di akibatkan. Dari proses komunikasi
tersebut, terdapat tiga pola yang terjadi pada saat penyuluh pertanian berkomunikasi dengan
kelompok tani di desa Luk. Pola komunikasi yang pertama yaitu pola komunikasi satu arah,
yang kedua pola komunikasi dua arah, dan yang terakhir pola komunikasi multiarah.
Pola komunikasi satu arah dalam penelitian ini terjadi ketika penyuluh berkomunikasi
dengan salah seorang petani, sedangkan pola komunikasi dua arah yaitu komunikasi yang
terjadi antara penyuluh dengan kelompok tani yang dilakukan dalam pertemuan 1-2 kali
dalam seminggu pada setiap kelompok pada pola komunikasi ini terjadi komunikasi timbal
balik atau dialogis dari penerima pesan. Selanjutnya yang terakhir pola komunikasi multiarah
pola komunikai yang terjadi pada lingkup massa pada saat pertemuan 1 kali dalam setahun
pada pola ini terjadi secara dialogis. Sehingga dilihat dari keefektifan komunikasi petani yaitu
pada pola komuikasi yang terjadi secara dialogis antara penyuluh dengan kelompok tani desa
Luk. Dengan hal ini komunikasi yang dominan pada pola komunikasi ini adalah komunikasi
dua arah dimana pola komuniksi ini sering digunakan dilihat dari pertemun yang dilakukan
penyuluh dengan kelompok tani.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2006). Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang system penyuluh Pertanian,
Perikanan, Dan Kehutanan.
Amanah, Siti. (2007). Makna penyuluhan dan transformasi perilaku manusia. Jurnal
Penyuluhan. Vol 3: 64.
Efenddy. Onong Uchjana. (1989). Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya
Indraningsih, suci Kurnia. (2010). Kinerja Penyuluh dari perspektif petani dan eksistensi
penyulu swadaya sebagai pendamping penyuluhan pertanian. Jurnal Analisis
kebijakan pertanian. Vol 8. No 4. hlm 304 dan 309.
Narti, sri. (2015). Hubungan Karakteristik Petani Dengan Efektivitas Komunikasi
Penyuluhan pertanian dalam program SL-PTT. Jurnal Professional FIS UNIVED.
Vol 2. No 2. hlm 40.
Rante, Kris Natali. et.al. (2019). Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian DiKota
Tomohon. Jurnal Agrirud. Vol 1. No 2. hlm 182.
Sadono, dwi. (2009). Perkembangan pola komunikasi dalam penyuluhan diIndonesia. Jurnal
Komunikasi Pembangunan. Vol 07 No 2. hlm 44.

18
Volume 3 Nomor 1 Mei 2021
ISSN 2715-7520 E-ISSN 2715-5099
http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA

Sundari, et. al. (2015). Peran penyuluhan terhadap peningkatan produksi usaha tani di
kabupaten Pontianak. Jurnal Social economic of agriculture. vol 4:28.
Veronice, et. al. (2018). Pengembangan kapasitas dan kelembagaan petani kecil di Kawasan
pertanian melalui pendekatan manajemen pengetahuan. Journal of Applied
Agricultural Science and technology. Vol 2: 3.

19

Anda mungkin juga menyukai