Disusun Oleh :
Kelompok 11
Noviana Dwi Rahmatika (22051024)
Rif'atus Sholihah (22051025)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
segala anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pendidikan Islam Pada Masa Awal Masuk Di Nusantara” dengan baik guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah SPI.
Dalam pembuatan proses penyusunan makalah , kami mengalami beberapa
kendala dan hambatan , namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak,akhirnya kami dapat mengatasi hal tersebut dengan baik . Maka dari itu,pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam penulisan makalah ini serta sumber sumber yang di ambil sebagai
refrensi .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan , maka dari itu
segala kritik , saran dan masukan yang membangun akan kami terima dengan senang
hati . Disamping itu kami memohon maaf yang sebesar – besarnya atas segala
kesalahan dalam penulisan makalah . Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca nantinya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................
A. Latar Belakang............................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan.........................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN....................................................................
A. Awal Masuk Islam Ke Nusantara...............................................
B. Siapa Yang Membawa Islam Masuk Ke Nusantara...................
C. Metode Yang Digunakan Awal Islam Masuk Ke Nusantara dan
Titik Penyebaran Islam...............................................................
D. Peran Walisongo dalam Penyebaran Agama Islam di Nusantara
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat Islam di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Islam masuk ke negeri ini
dengan jalan damai sesuai dengan misi Islam sebagai agama rahmatan li al-‘ālamīn. Ada lima
teori masuknya Islam ke Nusantara, terutama jika dilihat dari aspek tempat asal pembawanya,
yaitu teori Arab, teori Cina, teori Persi, teori India, dan teori Turki. Adapun strategi
penyebaran Islam di Nusantara dilakukan melalui jalur perdagangan, dakwah, perka-winan,
pendidikan, dan islamisasi kultural. Tokoh yang merupakan sentra penyebaran Islam di
Nusantara ialah para ulama dan raja/sultan. Di tanah Jawa, ulama penyebar Islam tergabung
dalam wadah Wali Songo.
Seiring luasnya area perdagangan, Islam mulai memasuki Nusan tara, dan mulai tersebar
ajaranuya. Untuk bisa mengetahui kapan dan di mana penyebarannya harus merujuk kepada
sejarah. Sejarah Islam Nusantara merupakan sebuah topik yang sering diperbincangkan.
Meski- pun demikian masih banyak kerancuan fakta tentang masuknya pengaruh Islam ke
Indonesia. Dimulai dari kapan masuknya dan di mana tempat- nya. Hal ini merupakan
pertanyaan yang sulit diungkap karena terdapat fakta-fakta yang tidak tertulis, sehingga
menimbulkan perbedaan penda pat para ahli sejarah.
B. Rumusan Masalah
1. Kapan awal islam masuk ke nusantara?
2. Siapakah yang membawa masuk islam pertama ke nusantara?
3. Bagaimana metode yang di gunakan awal islam masuk ke nusantara dan dimana
saja titik penyebaran islam?
4. bagaimana Peran walisongo dalam penyebaran agama islam di nusantara?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Kapan awal islam masuk ke nusantara.
2. Untuk mengetahui Siapakah yang membawa masuk islam pertama ke Nusantara.
3. Untuk mengetahui metode yang di gunakan awal islam masuk ke nusantara dan
dimana saja titik penyebaran islam.
4. Mengetahui Peran walisongo dalam penyebaran agama islam di nusantara.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Teori Arab (Mekah)
Kemudian selanjutnya ada teori Arab (Mekah) yang merupakan teori Islam yang
menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab (Mekah) pada masa
kekhalifahan. Teori ini didukung oleh J.C. van Leur hingga Buya Hamka atau Abdul Malik
Karim Amrullah.
Pada bukunya yang berjudul sejarah umat islam yang terbit pada tahun 1997, Buya
Hamka menjelaskan bukti-bukti masuknya agama Islam di Indonesia. bukti yang dimaksud
Buya Hamka ini adalah berupa sumber dari naskah kuno Cina yang menyebutkan bahwa
sekelompok Bangsa Arab yang bermukim di pesisir barat Pulau Sumatera pada tahun 625
Masehi. Selain itu, di kawasan tersebut yang pada saat itu merupakan kekuasaan Kerajaan
Sriwijaya juga ditemukan batu nisan yang bertuliskan nama Syekh Rukunuddin yang wafat
pada tahun 672 Masehi.
Teori ini juga didukung oleh TW. Arnold yang menyatakan bahwa pada masa itu
Bangsa Arab merupakan bangsa yang dominan dalam perdagangan di nusantara. Kemudian
mereka menikah dengan warga pribumi dan berdakwah di nusantara.
3. Teori Persia (iran)
Teori yang menyatakan bahwa asal mula sejarah masuknya agama islam ke Indonesia
dari Negara Persia (yang sekarang bernama Negara Iran) adalah teori yang didukung oleh
Husen Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen. Djajadiningrat berpendapat jika teori Persia
ini selaras dengan asal mula masuknya Islam ke Indonesia. hal ini dikarenakan menurut
Djajadiningrat kebudayaan Islam di nusantara memiliki banyak kesamaan dengan
kebudayaan Islam di Persia.
Salah satu contoh kebudayaan Islam di nusantara yang mirip dengan kebudayaan
Islam di Persia adalah kaligrafi-kaligrafi yang ada di makam batu nisan di nusantara. Ada
pula beberapa ritual keagamaan seperti tabot di daerah Bengkulu dan Tabuik di daerah
Sumatera Barat yang hampir sama persis dengan ritual keagamaan di Persia yang diadakan
setiap tanggal 10 bulan Muharam.
Akan tetapi seperti yang kita ketahui, aliran Islam di Persia merupakan aliran Islam
Syiah sedangkan aliran Islam yang berkembang di Indonesia adalah aliran Sunni. Sehingga
teori Persia ini di anggap kurang relevan dengan fakta yang ada.
4. Teori Cina
Teori cina merupakan teori yang menyebutkan bahwa asal mula sejarah masuknya
agama islam ke Indonesia berasal dari Cina, agama Islam sendiri berkembang di Cina pada
masa Dinasti Tang (618-905 Masehi). Islam masuk ke Cina sendiri dibawa oleh panglima
Muslim yang bernama Saad bin Waqash yang berasal dari Madinah pada masa kekhalifahan
Utsman bin Affan. Bahkan salah satu kota di Cina pada masa itu yakni kota Kanton pernah
menjadi pusat dakwah muslim di Cina.
Dalam buku Islam in Cina yang ditulis oleh Jean A. Berlie (2004) menyebutkan
bahwa relasi antara orang-orang Islam dari Arab dengan orang-orang di Cina terjadi pada
tahun 713 Masehi. Masuknya Islam ke nusantara juga diyakini bersamaan dengan banyaknya
migrasi orang-orang Cina muslim ke Asia Tenggara terutama wilayah nusantara yang
kebanyakan memasuki wilayah Sumatera bagian selatan pada tahun 879 Masehi atau abad
ke-9 Masehi.
Bukti lain dari teori cina ini adalah banyaknya pendakwah yang berasal dari
keturunan Cina yang mempunyai pengaruh besar pada masa kerajaan Demak. Seperti kita
ketahui, kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Adapun buku
sejarah yang ditulis oleh Nana Supriatna yang menyebutkan bahwa kesultanan Demak
didirikan oleh Raden Patah yang merupakan putra dari Majapahit Islam ini.
3
Banyak yang meyakini bahwa Islam masuk ke Indonesia pada tahun 700 Masehi atau
pada abad ke-7, hal ini dikarenakan dari catatan Cina kuno menerangkan bahwa pada masa
itu terdapat perkampungan Arab atau pemukiman Arab di daerah pesisir barat pulau
Sumatera hingga ke sekitar selat Malaka.Selain dengan berdagang, ada juga penyebar agama
Islam yang murni memang berniat menyebarkan agama Islam dengan cara berdakwah. Salah
satu contoh penyebar agama Islam di nusantara yang sangat terkenal adalah para walisongo.
Para walisongo tidak hanya menyebarkan agama Islam dengan cara mendakwah
namun juga mengajarkan agama Islam dengan cara mendekati masyarakat pribumi dan
berbaur serta mengikuti adat istiadat dan kehidupan sosial budaya di nusantara.
Di Kalimantan islam masuk pada abad ke-18, hal ini terbukti dengan ditemukannya
makam Islam kuno dengan batu nisannya. Sedangkan di wilayah timur Indonesia, Islam
masuk melalui Sulawesi yang pada masa itu merupakan salah satu daerah yang memiliki
kerajan Islam dan tempatnya pun strategis untuk jalur perdagangan di wilayah timur
Indonesia.
Begitu banyaknya sejarah mengenai Agama Islam, membuat umat di dalamnya
memiliki perbedaan masing-masing yang membuat adanya dinamika dan hal ini dibahas
dalam buku Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia oeh Kuntowijoyo.
4
latar belakang negara dan mazhab yang berbeda hingga konflik yang berlandaskan tendensi
intelektual. Meskipun menjadi negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia menganut sistem
demokrasi alih-alih teokrasi Islam. Selain itu, Nur Kholis juga menegaskan bahwa level
toleransi di Indonesia cukup tinggi yang salah satunya ditunjukkan melalui hubungan Islam
dan Pancasila. Pancasila sendiri merupakan sebuah ideologi Indonesia yang cukup
mengakomodasi berbagai aspek keagamaan. Tokoh-tokoh Muslim menerima Pancasila yang
dijadikan sebagai bagian dari kalimah al-sawa dan penengah antara pemikiran sekuler dan
negara Islam.
C. Metode Yang Digunakan Awal Islam Masuk Ke Nusantara dan Titik Penyebaran
Islam
Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia terjadi secara damai. Kemudian para ahli
menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari segi peta perjalanannya, melalui dua
jalur, yaitu :
1. Jalur Utara
Arab – Damaskus – Baghdad – Gujarat – Srilangka – Indonesia.
2. Jalur Selatan
Arab – Yaman (Hadralmaut) – Srilangka – Indonesia.
mula-mula daerah masuk Islam pertama kali adalah Samudra Pasai (Aceh Utara) dan
Pantai Barat Pulau Sumatra yang selanjutnya menyebar ke berbagai daerah. Ada beberapa
pendapat para ahli tentang waktu dan daerah yang mula-mula dimasuki Islam di Indonesia, di
antaranya yaitu:
Drs Juned Pariduri, berkesimpulan bahwa agama Islam pertama kali masuk ke
Indonesia melalui daerah Sumatra Utara (Tapanuli) pada abad ke-7. Kesimpulan ini
didasarkan pada penyelidikannya terhadap sebuah makam Syaikh Mukaiddin di Tapanuli
yang berangka tahun 48 H (670 M).
Hamka, berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 M(674). Hal
ini didasarkan pada kisah sejarah yang menceritakan tentang Raja Ta-Cheh yang
mengirimkan utusan menghadap Ratu Sima dan menaruh pundi-pundi berisi emas ditengah-
tengah jalan dengan maksud untuk menguji kejujuran, keamanan dan kemakmuran negeri itu.
Menurut Hamka, Raja Ta-Cheh adalah Raja Arab Islam.
Zainal Arifin Abbas, berpendapat bahwa agama Islam masuk di Sumatra Utara pada abad
7 M (648). Beliau mengatakan pada waktu itu telah datang di Tiongkok seorang pemimpin
Arab Islam yang telah mempunyai pengikut di Sumatra Utara.
Metode yang digunakan dalam penyebaran islam di Nusantara Media dalam Islamisasi
alam buku "Sejarah Indonesia Periode Islam" juga dijelaskan media atau saluran-saluran
dalam perkembangan islam di Indonesia, di antaranya:
1. Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas
perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M, membuat pedagang pedagang Muslim (Arab,
Persia, dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri Barat, Tenggara,
dan Timur Benua Asia. Media islamisasi melalui perdagangan dinilai sangat menguntungkan
karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan secara langsung.
2. Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik
daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan,
5
tertarik untuk menjadi istri saudagar. Saat menikah dengan saudagar Islam, proses
sebelumnya adalah memeluk agama Islam terlebih dahulu. Berawal dari situ, kemudian
banyak kampung kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim yang dikawini oleh
keturunan bangsawan.
3. Tasawuf
Salah satu saluran Islamisasi yang dinilai memiliki peran yang signifikan dalam
penyebaran ajaran Islam adalah tasawuf. Dalam konteks penyebaran ajaran Islam di
Nusantara, para pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan
ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
4. Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan. Proses pendidikan dan pengajaran Islam ini
sudah berlangsung sejak Islam masuk ke Nusantara. Ketika pemeluk agama Islam sudah
banyak dan telah terbentuk komunitas muslim, maka proses pendidikan dan pengajaran Islam
tidak lagi hanya dilaksanakan secara informal, tetapi sudah dilaksanakan secara teratur di
tempat-tempat tertentu. Secara umum, model pendidikan pada masa itu ada dua, yakni
pendidikan langgar dan pendidikan pesantren.
5. Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.
Dikatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan
wayang.
Sunan Kalijaga tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton
untuk mengikutinya untuk mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang
masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan
ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat Islamisasi,
seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni bangunan, dan seni ukir.
6. Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya
memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
daerah ini.
Di samping itu, baik di Sumatra dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi
kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan nonIslam.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam
itu masuk Islam.
6
Kisah Wali Songo dalam Menyebarkan Islam di Indonesia:
1. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) berperan penting dalam penyebaran Islam di
Jawa Barat, khususnya Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah pendiri dinasti kesultanan Banten
yang dimulai dengan putranya, Sultan Maulana Hasanudin. Pada tahun 1527, Sunan Gunung
Jati menyerang Sunda Kelapa di bawah pimpinan panglima perang Kesultanan Demak,
Fatahillah.
Sunan Gunung Jati merupakan sosok yang cerdas dan tekun dalam menuntut ilmu.
Karena kesungguhannya, ia diizinkan ibunya untuk menuntut ilmu ke Makkah. Di sana, dia
berguru pada Syekh Tajudin Al-Qurthubi. Tak lama kemudian, ia lanjut ke Mesir dan
berguru pada Syekh Muhammad Athaillah Al-Syadzili, ulama bermadzhab Syafi’i. Di sana,
Sunan Gunung Jati belajar tasawuf tarekat syadziliyah. Setelah diarahkan oleh Syekh
Ataillah, Syarif Hidayatullah memutuskan pulang ke Nusantara untuk berguru pada Syekh
Maulana Ishak di Pasai, Aceh. Kemudian, ia melanjutkan perjalanan ke Karawang, Kudus,
sampai di Pesantren Ampeldenta, Surabaya. Di sana, ia berguru pada Sunan Ampel.
Sunan Gunung Jati lantas diminta untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di
daerah Cirebon dan menjadi guru agama. Ia menggantikan Syekh Datuk Kahfi di Gunung
Sembung. Setelah masyarakat Cirebon banyak yang memeluk agama Islam, Syarif
Hidayatullah lantas lanjut berdakwah ke daerah Banten. Selama berdakwah di Cirebon,
Syarif Hidayatullah menikahi Nyi Ratu Pakungwati, putri dari Pangeran Cakrabuana atau
Haji Abdullah Iman, penguasa Cirebon saat itu. Di sana, ia mendirikan sebuah pondok
pesantren, lalu mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitar. Para santri di sana
memanggilnya dengan julukan Maulana Jati atau Syekh Jati. Selain itu, ia juga mendapatkan
gelar Sunan Gunung Jati karena berdakwah di daerah pegunungan.
7
menyebarkan agama Islam ke Asia Tenggara. Ia berlabuh di Desa Leran, Gresik. Saat itu,
Gresik merupakan bandar kerajaan Majapahit. Tentu saja masyarakat saat itu banyak yang
memeluk agama Hindu dan Buddha. Di Gresik, ia menjadi pedagang dan tabib. Di sela-sela
itu, ia berdakwah.
Sunan Gresik berdakwah melalui perdagangan dan pendidikan pesantren. Pada
awalnya, ia berdagang di tempat terbuka dekat pelabuhan agar masyarakat tidak kaget dengan
ajaran baru yang dibawanya. Sunan Gresik berhasil mengundang simpati masyarakat,
termasuk Raja Brawijaya. Akhirnya, ia diangkat sebagai Syahbandar atau kepala pelabuhan.
Tidak hanya jadi pedagang andal, Sunan Gresik juga berjiwa sosial tinggi. Ia bahkan
mengajarkan cara bercocok tanam kepada masyarakat kelas bawah yang selama ini
dipandang sebelah mata oleh ajaran Hindu. Karena strategi dakwah inilah, ajaran agama
Islam secara berangsur-angsur diterima oleh masyarakat setempat.
8
Sunan Muria merupakan seorang Wali Songo yang sangat berjasa bagi penyebaran
agama Islam di nusantara, terutama di daerah pedesaan. Ia gemar bergaul dengan masyarakat
kalangan bawah. Hal itu membuat masyarakat mudah menerima ajaran yang disampaikannya.
Membaurnya Sunan Muria dengan masyarakat dikenal dengan istilah “topo ngeli”. Artinya,
menghanyutkan diri dalam masyarakat. Sunan Muria berdakwah dengan metode tersebut
hingga ke Gunung Muria.
Sunan Muria sendiri berasal dari nama Gunung Muria dimana tempat beliau
berdakwah, mendirikan masjid dan pesantren, serta tempat beliau dimakamkan kelak. Selain
itu, ia juga berdakwah lewat kesenian seperti gamelan, wayang, dan tembang jawa. Ajaran
Sunan Muria meliputi penghayatan kebenaran dan ketaatan pada Allah SWT, wirid,
kesederhanaan, kedermawanan, dan ajaran dakwah secara bijak dalam menghadapi budaya
masyarakat yang dianut. Karena dakwahnya, ada beberapa hasil kesenian peninggalan Sunan
Muria yang masih bisa dipelajari hingga saat ini. Di antaranya tembang Kinanthi dan Sinom.
Tembang Kinanthi terkenal karena menceritakan tentang bimbingan dan kasih sayang orang
tua kepada anaknya.
9
oleh ayahnya. Tumenggung Wilantika pun marah, malu dan merasa namanya tercoreng
karena kelakuan buruk sang anak. Ia lantas mengusir Sunan Kalijaga dari rumah mereka.
Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah Sunan Kalijaga membongkar Gudang Kadipaten
untuk membagikan bahan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Sebab, saat itu
masyarakat Tuban hidup sangat memprihatinkan lantaran adanya upeti ditambah musim
kemarau panjang. Kendati sudah diusir dari Tuban, Sunan Kalijaga tidak berhenti melakukan
aksi pembegalan. Ia bahkan merampok orang-orang kaya di Kadipaten Tuban. Mengetahui
hal itu, ayahnya tentu semakin marah. Sunan Kalijaga kembali diusir. Kali ini ia disuruh
angkat kaki dari wilayah Kadipaten Tuban.
Keluar dari daerah Tuban, Sunan Kalijaga masih juga tidak menghentikan aksi
perampokan itu. Bahkan, ia sampai tega meminta harta seorang yang sepuh. Saat itu, Sunan
Kalijaga bertemu dengan seseorang di hutan Jati Wangi. Ternyata, orang tua tersebut
diketahui sebagai Sunan Bonang. Raden Syahid alias Sunan Kalijaga tidak mengenal orang
tua tersebut. Karena masih memiliki jiwa begal, ia berniat untuk membegal Sunan Bonang.
Bahkan, Sunan Kalijaga berhasil melumpuhkan Sunan Bonang. Ia pun meminta Sunan
Bonang menyerahkan barang bawaannya.Tanpa disangka, Sunan Bonang menolak
permintaan itu. Kemudian, Sunan Kalijaga pun menjelaskan alasannya membegal adalah
untuk membantu orang miskin.
Dalam cerita versi lainnya, Sunan Kalijaga meminta maaf dan bertobat lantaran Sunan
Bonang menasihatinya dan menunjukkan kesaktiannya, yaitu mengubah buah pohon aren
menjadi emas. Pertemuan tersebut membuat Sunan Kalijaga bertobat dan langsung memohon
agar diperbolehkan menjadi muridnya. Sunan Bonang tentu saja menerima permintaan
tersebut. Namun, Sunan Bonang mengajukan suatu syarat, yaitu Sunan Kalijaga harus
bersemedi di pinggir kali sampai Sunan Bonang kembali. Sunan Kalijaga pun menyanggupi
syarat tersebut. Dikisahkan, Sunan Bonang pun akhirnya kembali ke tempat yang sama
setelah tiga tahun lamanya. Ia lantas menemukan tubuh Sunan Kalijaga sudah dirambati oleh
rerumputan. Melihat keteguhan hati Sunan Kalijaga, Sunan Bonang pun takjub. Atas
peristiwa itu lah kemudian Raden Syahid diberi nama “Sunan Kalijaga”. Artinya, penjaga
kali. Selain itu, Sunan Kalijaga juga dapat diartikan sebagai orang yang senantiasa menjaga
semua aliran atau kepercayaan yang dianut masyarakat. Sunan Kalijaga menjadi satu-satunya
wali yang paham dan mendalami segala pergerakan, aliran atau agama yang hidup di tengah
masyarakat.
Selain itu, Sunan Kalijaga juga memiliki cara yang unik saat menyebarkan agama Islam di
pulau Jawa. Ia berhasil mengenalkan ajaran agama Islam dengan memadukan budaya Jawa
seperti wayang. Bahkan, Sunan Kalijaga juga mengarang sebuah tembang Jawa yang sangat
terkenal sampai saat ini, yaitu Ilir-Ilir.
10
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
a. Awal masuk islam ke Nusantara melalui banyak teori:
1. Teori Gujarat
2. Teori india
3. Teori Persia
4. Teori arab
b. Masuknya Islam ke tanah Jawa tidak lepas dari peran besar Wali Songo yang
mampu menyebarkan Islam dengan menggunakan pendekatan budaya sehingga bisa
diterima dengan mudah oleh penduduk lokal.
c. Metode yang digunakan dalam penyebaran islam meliputu:
1. Perdagangan
2. Perkawinan
3. Pendidikan
4. Tassawuf
5. Kesenian
6. Politik
d. Wali Songo dikenal seseorang yang gigih menyebarkan ajaran agama Islam pada
abad ke 14 di tanah Jawa. Para Wali Songo tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah,
dan Jawa Barat. Mereka cepat dikenal masyarakat luas karena kerap berdakwah
tanpa memaksa harus masuk Islam.
B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.uii.ac.id/menengok-bagaimana-penyebaran-islam-di-nusantara/
https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia/
https://syariah.radenintan.ac.id/islam-nusantara/
https://an-nur.ac.id/jalur-masuknya-islam-ke-indonesia-utara-dan-selatan/
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5712586/perkembangan-islam-di-indonesia-sejarah-
awal-hingga-masa-wali-songo
https://www.gramedia.com/best-seller/kisah-wali-songo/
12