Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Pendidikan Islam Pada Masa Awal Masuk Di Nusantara


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah SPI
Dosen Pengampu :
Hj. Siti Lathifatus Sun’iyah, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok 11
Noviana Dwi Rahmatika (22051024)
Rif'atus Sholihah (22051025)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
segala anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pendidikan Islam Pada Masa Awal Masuk Di Nusantara” dengan baik guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah SPI.
Dalam pembuatan proses penyusunan makalah , kami mengalami beberapa
kendala dan hambatan , namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak,akhirnya kami dapat mengatasi hal tersebut dengan baik . Maka dari itu,pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam penulisan makalah ini serta sumber sumber yang di ambil sebagai
refrensi .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan , maka dari itu
segala kritik , saran dan masukan yang membangun akan kami terima dengan senang
hati . Disamping itu kami memohon maaf yang sebesar – besarnya atas segala
kesalahan dalam penulisan makalah . Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca nantinya.

Lamongan, 19 Desember 2023

Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................
A. Latar Belakang............................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................
C. Tujuan.........................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN....................................................................
A. Awal Masuk Islam Ke Nusantara...............................................
B. Siapa Yang Membawa Islam Masuk Ke Nusantara...................
C. Metode Yang Digunakan Awal Islam Masuk Ke Nusantara dan
Titik Penyebaran Islam...............................................................
D. Peran Walisongo dalam Penyebaran Agama Islam di Nusantara

BAB III. PENUTUP............................................................................


A. Kesimpulan.................................................................................
B. Saran...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umat Islam di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia. Islam masuk ke negeri ini
dengan jalan damai sesuai dengan misi Islam sebagai agama rahmatan li al-‘ālamīn. Ada lima
teori masuknya Islam ke Nusantara, terutama jika dilihat dari aspek tempat asal pembawanya,
yaitu teori Arab, teori Cina, teori Persi, teori India, dan teori Turki. Adapun strategi
penyebaran Islam di Nusantara dilakukan melalui jalur perdagangan, dakwah, perka-winan,
pendidikan, dan islamisasi kultural. Tokoh yang merupakan sentra penyebaran Islam di
Nusantara ialah para ulama dan raja/sultan. Di tanah Jawa, ulama penyebar Islam tergabung
dalam wadah Wali Songo.
Seiring luasnya area perdagangan, Islam mulai memasuki Nusan tara, dan mulai tersebar
ajaranuya. Untuk bisa mengetahui kapan dan di mana penyebarannya harus merujuk kepada
sejarah. Sejarah Islam Nusantara merupakan sebuah topik yang sering diperbincangkan.
Meski- pun demikian masih banyak kerancuan fakta tentang masuknya pengaruh Islam ke
Indonesia. Dimulai dari kapan masuknya dan di mana tempat- nya. Hal ini merupakan
pertanyaan yang sulit diungkap karena terdapat fakta-fakta yang tidak tertulis, sehingga
menimbulkan perbedaan penda pat para ahli sejarah.
B. Rumusan Masalah
1. Kapan awal islam masuk ke nusantara?
2. Siapakah yang membawa masuk islam pertama ke nusantara?
3. Bagaimana metode yang di gunakan awal islam masuk ke nusantara dan dimana
saja titik penyebaran islam?
4. bagaimana Peran walisongo dalam penyebaran agama islam di nusantara?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Kapan awal islam masuk ke nusantara.
2. Untuk mengetahui Siapakah yang membawa masuk islam pertama ke Nusantara.
3. Untuk mengetahui metode yang di gunakan awal islam masuk ke nusantara dan
dimana saja titik penyebaran islam.
4. Mengetahui Peran walisongo dalam penyebaran agama islam di nusantara.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Islam Masuk Ke Nusantara


Indonesia merupakan Negara dengan penganut agama Islam terbesar di dunia, karena
hampir 87 persen penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam. Hal ini dikarenakan
penyebaran agama Islam di nusantara yang cukup aktif adalah dari pulau Sumatera hingga ke
Sulawesi dan Maluku. Hal tersebut terjadi sejak ratusan tahun yang lalu dan puncak
penyebaran agama Islam terjadi pada masa walisongo.
Ada banyak teori yang menyebutkan bagaimana awal mula sejarah masuknya agama
Islam ke Indonesia dan akhirnya menjadi agama yang banyak dianut oleh sebagian besar
masyarakat di nusantara pada kala itu. Teori-teori tersebut juga memiliki bukti sehingga
dipercaya sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia sesuai dengan teori-teori yang ada.
Berbagai teori sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia tersebut, dapat Grameds
pelajari dalam Ensiklopedi Sejarah Islam oleh Dr Raghib As-Sirjani yang ada di bawah ini.
Untuk itu, berikut beberapa teori yang mengenalkan bagaimana awal mula sejarah masuknya
agama islam ke Indonesia:
Ada banyak teori yang menerangkan bagaimana sejarah masuknya agama Islam
masuk ke Indonesia, dari semua teori tersebut kebanyakan menggambarkan Islam masuk
pada masa awal-awal Hijriah atau sekitar tahun 700 Masehi. Pada masa kekhilafan Islam di
tanah Arab, kekhilafahan tersebut mengutus utusannya untuk datang ke nusantara dan
menyebarkan agama Islam di nusantara.
Hal ini dibuktikan dengan adanya Kampung Arab atau pemukiman Arab di pesisir
barat pantai Sumatera yang banyak dijumpai oleh para pedagang pada masa itu. Dengan
adanya pemukiman Arab inilah yang diyakini menjadi salah satu teori awal mula masuknya
Islam di Indonesia.
Namun ada juga beberapa teori lain misalnya teori dari India, teori Arab, teori Persia
dan teori Cina. Masuknya agama Islam di Indonesia memiliki banyak teori, karena tidak ada
yang tahu pasti, kapan agama Islam mulai masuk ke nusantara. Untuk itu berikut kami
berikan beberapa penjelasan teori masuknya agama Islam ke nusantara.
1. Teori India (Gujarat)
Teori ini dicetuskan oleh GWJ. Drewes dan di kembangkan oleh Snouck Hurgronje
dan kawan-kawan, selain itu teori india atau teori Gujarat ini juga di yakini oleh sejarawan
Indonesia Sucipto Wirjosuprato yang meyakini awal mula sejarah masuknya islam di
Indonesia adalah melalu india (Gujarat).
Teori india atau teori Gujarat adalah teori yang menyebutkan bahwa agama islam
masuk ke Indonesia melalui para pedagang dari india muslim (Gujarat) yang berdagang di
nusantara pada abad ke-13. Para saudagar dari Gujarat yang datang dari Malaka kemudian
menjalin relasi dengan orang-orang di wilayah barat di Indonesia kemudian setelah itu
terbentuklah sebuah kerajaan Islam yang bernama kerajaan Samudra Pasai.Banyak bukti
yang menguatkan teori Gujarat ini, salah satunya adalah makam Malik As-Saleh yang
merupakan salah satu pendiri kerajaan Samudra Pasai. Corak dari batu nisan Malik As-Saleh
sangat mirip dengan batu nisan yang ada di Gujarat. Bahkan makam salah satu walisongo
yakni makam Maulana Malik Ibrahim juga memiliki batu nisan khas Gujarat seperti makam
Malik As-Saleh.

2
2. Teori Arab (Mekah)
Kemudian selanjutnya ada teori Arab (Mekah) yang merupakan teori Islam yang
menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab (Mekah) pada masa
kekhalifahan. Teori ini didukung oleh J.C. van Leur hingga Buya Hamka atau Abdul Malik
Karim Amrullah.
Pada bukunya yang berjudul sejarah umat islam yang terbit pada tahun 1997, Buya
Hamka menjelaskan bukti-bukti masuknya agama Islam di Indonesia. bukti yang dimaksud
Buya Hamka ini adalah berupa sumber dari naskah kuno Cina yang menyebutkan bahwa
sekelompok Bangsa Arab yang bermukim di pesisir barat Pulau Sumatera pada tahun 625
Masehi. Selain itu, di kawasan tersebut yang pada saat itu merupakan kekuasaan Kerajaan
Sriwijaya juga ditemukan batu nisan yang bertuliskan nama Syekh Rukunuddin yang wafat
pada tahun 672 Masehi.
Teori ini juga didukung oleh TW. Arnold yang menyatakan bahwa pada masa itu
Bangsa Arab merupakan bangsa yang dominan dalam perdagangan di nusantara. Kemudian
mereka menikah dengan warga pribumi dan berdakwah di nusantara.
3. Teori Persia (iran)
Teori yang menyatakan bahwa asal mula sejarah masuknya agama islam ke Indonesia
dari Negara Persia (yang sekarang bernama Negara Iran) adalah teori yang didukung oleh
Husen Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen. Djajadiningrat berpendapat jika teori Persia
ini selaras dengan asal mula masuknya Islam ke Indonesia. hal ini dikarenakan menurut
Djajadiningrat kebudayaan Islam di nusantara memiliki banyak kesamaan dengan
kebudayaan Islam di Persia.
Salah satu contoh kebudayaan Islam di nusantara yang mirip dengan kebudayaan
Islam di Persia adalah kaligrafi-kaligrafi yang ada di makam batu nisan di nusantara. Ada
pula beberapa ritual keagamaan seperti tabot di daerah Bengkulu dan Tabuik di daerah
Sumatera Barat yang hampir sama persis dengan ritual keagamaan di Persia yang diadakan
setiap tanggal 10 bulan Muharam.
Akan tetapi seperti yang kita ketahui, aliran Islam di Persia merupakan aliran Islam
Syiah sedangkan aliran Islam yang berkembang di Indonesia adalah aliran Sunni. Sehingga
teori Persia ini di anggap kurang relevan dengan fakta yang ada.
4. Teori Cina
Teori cina merupakan teori yang menyebutkan bahwa asal mula sejarah masuknya
agama islam ke Indonesia berasal dari Cina, agama Islam sendiri berkembang di Cina pada
masa Dinasti Tang (618-905 Masehi). Islam masuk ke Cina sendiri dibawa oleh panglima
Muslim yang bernama Saad bin Waqash yang berasal dari Madinah pada masa kekhalifahan
Utsman bin Affan. Bahkan salah satu kota di Cina pada masa itu yakni kota Kanton pernah
menjadi pusat dakwah muslim di Cina.
Dalam buku Islam in Cina yang ditulis oleh Jean A. Berlie (2004) menyebutkan
bahwa relasi antara orang-orang Islam dari Arab dengan orang-orang di Cina terjadi pada
tahun 713 Masehi. Masuknya Islam ke nusantara juga diyakini bersamaan dengan banyaknya
migrasi orang-orang Cina muslim ke Asia Tenggara terutama wilayah nusantara yang
kebanyakan memasuki wilayah Sumatera bagian selatan pada tahun 879 Masehi atau abad
ke-9 Masehi.
Bukti lain dari teori cina ini adalah banyaknya pendakwah yang berasal dari
keturunan Cina yang mempunyai pengaruh besar pada masa kerajaan Demak. Seperti kita
ketahui, kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di pulau Jawa. Adapun buku
sejarah yang ditulis oleh Nana Supriatna yang menyebutkan bahwa kesultanan Demak
didirikan oleh Raden Patah yang merupakan putra dari Majapahit Islam ini.

3
Banyak yang meyakini bahwa Islam masuk ke Indonesia pada tahun 700 Masehi atau
pada abad ke-7, hal ini dikarenakan dari catatan Cina kuno menerangkan bahwa pada masa
itu terdapat perkampungan Arab atau pemukiman Arab di daerah pesisir barat pulau
Sumatera hingga ke sekitar selat Malaka.Selain dengan berdagang, ada juga penyebar agama
Islam yang murni memang berniat menyebarkan agama Islam dengan cara berdakwah. Salah
satu contoh penyebar agama Islam di nusantara yang sangat terkenal adalah para walisongo.
Para walisongo tidak hanya menyebarkan agama Islam dengan cara mendakwah
namun juga mengajarkan agama Islam dengan cara mendekati masyarakat pribumi dan
berbaur serta mengikuti adat istiadat dan kehidupan sosial budaya di nusantara.
Di Kalimantan islam masuk pada abad ke-18, hal ini terbukti dengan ditemukannya
makam Islam kuno dengan batu nisannya. Sedangkan di wilayah timur Indonesia, Islam
masuk melalui Sulawesi yang pada masa itu merupakan salah satu daerah yang memiliki
kerajan Islam dan tempatnya pun strategis untuk jalur perdagangan di wilayah timur
Indonesia.
Begitu banyaknya sejarah mengenai Agama Islam, membuat umat di dalamnya
memiliki perbedaan masing-masing yang membuat adanya dinamika dan hal ini dibahas
dalam buku Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia oeh Kuntowijoyo.

B. Siapa Yang Membawa Islam Masuk Ke Nusantara


Islam diperkirakan masuk ke Indonesia pertama kali pada tahun 30 hijriyah / 651
Masehi. Ketika itu, Khalifah Usman bin Affan mengirimkan utusan ke Tiongkok untuk
memperkenalkan negara Islam yang baru saja berdiri. Dalam kesempatan tersebut, utusan
Islam beberapa kali mampir ke daratan Nusantara hingga mampu membangun relasi
perdagangan di pantai Sumatra bagian barat pada tahun 674 Masehi. Sebagaimana dijelaskan
oleh Dr. Nur Kholis, S. Ag., S.E.I., M.Sh.Ec dalam webinar Culture Session : Understanding
Indonesia Islam and Its Culture in Indonesia sebagai bagian dari pengenalan Indonesia
kepada mahasiswa asing UII tahun akademik 2021/2022 pada Sabtu (21/8).
Nur Kholis menuturkan Aceh menjadi daerah pertama kunjungan tersebut. Hal ini
kemudian dibuktikan dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di daerah tersebut bernama
Samudra Pasai. Catatan penjelajah Marco Polo juga menyatakan bahwa terdapat banyak
orang Arab menyebarkan agama Islam di Pasai pada tahun 692 Hijriyah/1292
Masehi. Sementara itu, Ibnu Battutah, seorang penjelajah dari Maroko, dalam laporannya
juga mencatat bahwa terdapat sekolah Syafi’I di Aceh pada tahun 746 Hijriyah / 1345
Masehi. Makam Fatimah binti Maimun di Gresik yang bertuliskan tahun 475 Hijriyah / 1082
Masehi juga menjadi bukti kehadiran orang Arab dan Islam di Pulau Jawa pada masa
tersebut.
Masuknya Islam ke tanah Jawa tidak lepas dari peran besar Wali Songo yang mampu
menyebarkan Islam dengan menggunakan pendekatan budaya sehingga bisa diterima dengan
mudah oleh penduduk lokal. “Islam datang dengan cara yang berbeda dengan Portugis dan
Spanyol yang datang ke Indonesia sebagai penakluk, sedangkan Islam hadir dengan cara
yang damai dan menyebarkan semangat rahmatan lil ‘alamin.” Tukas Nur Kholis. Ia juga
membandingkan kehadiran Islam di Indonesia sebagai Islam Wasathiyah melalui organisasi
Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama. Berbeda dengan metode penyebaran Islam di
kawasan Asia Selatan yang kental dengan konflik. Banyak sekte keagamaan dan tidak adanya
keseimbangan yang mampu menghadirkan wasatiyyah Islam. Hal yang hampir sama juga
hadir di kalangan Muslim Barat melalui Islamophobia, konflik antar Muslim yang memiliki

4
latar belakang negara dan mazhab yang berbeda hingga konflik yang berlandaskan tendensi
intelektual. Meskipun menjadi negara Muslim terbesar di dunia, Indonesia menganut sistem
demokrasi alih-alih teokrasi Islam. Selain itu, Nur Kholis juga menegaskan bahwa level
toleransi di Indonesia cukup tinggi yang salah satunya ditunjukkan melalui hubungan Islam
dan Pancasila. Pancasila sendiri merupakan sebuah ideologi Indonesia yang cukup
mengakomodasi berbagai aspek keagamaan. Tokoh-tokoh Muslim menerima Pancasila yang
dijadikan sebagai bagian dari kalimah al-sawa dan penengah antara pemikiran sekuler dan
negara Islam.
C. Metode Yang Digunakan Awal Islam Masuk Ke Nusantara dan Titik Penyebaran
Islam
Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia terjadi secara damai. Kemudian para ahli
menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dari segi peta perjalanannya, melalui dua
jalur, yaitu :
1. Jalur Utara
Arab – Damaskus – Baghdad – Gujarat – Srilangka – Indonesia.
2. Jalur Selatan
Arab – Yaman (Hadralmaut) – Srilangka – Indonesia.
mula-mula daerah masuk Islam pertama kali adalah Samudra Pasai (Aceh Utara) dan
Pantai Barat Pulau Sumatra yang selanjutnya menyebar ke berbagai daerah. Ada beberapa
pendapat para ahli tentang waktu dan daerah yang mula-mula dimasuki Islam di Indonesia, di
antaranya yaitu:
Drs Juned Pariduri, berkesimpulan bahwa agama Islam pertama kali masuk ke
Indonesia melalui daerah Sumatra Utara (Tapanuli) pada abad ke-7. Kesimpulan ini
didasarkan pada penyelidikannya terhadap sebuah makam Syaikh Mukaiddin di Tapanuli
yang berangka tahun 48 H (670 M).
Hamka, berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Jawa pada abad ke-7 M(674). Hal
ini didasarkan pada kisah sejarah yang menceritakan tentang Raja Ta-Cheh yang
mengirimkan utusan menghadap Ratu Sima dan menaruh pundi-pundi berisi emas ditengah-
tengah jalan dengan maksud untuk menguji kejujuran, keamanan dan kemakmuran negeri itu.
Menurut Hamka, Raja Ta-Cheh adalah Raja Arab Islam.
Zainal Arifin Abbas, berpendapat bahwa agama Islam masuk di Sumatra Utara pada abad
7 M (648). Beliau mengatakan pada waktu itu telah datang di Tiongkok seorang pemimpin
Arab Islam yang telah mempunyai pengikut di Sumatra Utara.

Metode yang digunakan dalam penyebaran islam di Nusantara Media dalam Islamisasi
alam buku "Sejarah Indonesia Periode Islam" juga dijelaskan media atau saluran-saluran
dalam perkembangan islam di Indonesia, di antaranya:
1. Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas
perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 M, membuat pedagang pedagang Muslim (Arab,
Persia, dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri Barat, Tenggara,
dan Timur Benua Asia. Media islamisasi melalui perdagangan dinilai sangat menguntungkan
karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan secara langsung.
2. Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik
daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama putri-putri bangsawan,

5
tertarik untuk menjadi istri saudagar. Saat menikah dengan saudagar Islam, proses
sebelumnya adalah memeluk agama Islam terlebih dahulu. Berawal dari situ, kemudian
banyak kampung kampung, daerah-daerah, dan kerajaan-kerajaan muslim yang dikawini oleh
keturunan bangsawan.
3. Tasawuf
Salah satu saluran Islamisasi yang dinilai memiliki peran yang signifikan dalam
penyebaran ajaran Islam adalah tasawuf. Dalam konteks penyebaran ajaran Islam di
Nusantara, para pengajar tasawuf atau para sufi, mengajarkan teosofi yang bercampur dengan
ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia.
4. Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan. Proses pendidikan dan pengajaran Islam ini
sudah berlangsung sejak Islam masuk ke Nusantara. Ketika pemeluk agama Islam sudah
banyak dan telah terbentuk komunitas muslim, maka proses pendidikan dan pengajaran Islam
tidak lagi hanya dilaksanakan secara informal, tetapi sudah dilaksanakan secara teratur di
tempat-tempat tertentu. Secara umum, model pendidikan pada masa itu ada dua, yakni
pendidikan langgar dan pendidikan pesantren.
5. Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.
Dikatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan
wayang.
Sunan Kalijaga tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton
untuk mengikutinya untuk mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang
masih dipetik dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan
ajaran dan nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat Islamisasi,
seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni bangunan, dan seni ukir.
6. Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya
memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di
daerah ini.
Di samping itu, baik di Sumatra dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi
kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan nonIslam.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam
itu masuk Islam.

D. Peran Walisongo dalam Penyebaran Agama Islam di Nusantara


Walisongo dikenal seseorang yang gigih menyebarkan ajaran agama Islam pada abad
ke 14 di tanah Jawa. Para Wali Songo tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Mereka cepat dikenal masyarakat luas karena kerap berdakwah tanpa memaksa harus masuk
Islam.
Masyarakat muslim di nusantara pasti sudah tak asing lagi dengan Wali Songo. Wali
memiliki arti wakil, sementara songo memiliki arti sembilan. Dengan demikian, Wali Songo
adalah sembilan wakil atau wali Allah SWT
Perjalanan dakwah Wali Songo telah dicatat dalam sejarah penyebaran agama Islam di
Indonesia. Mereka telah meninggalkan banyak jejak dalam berdakwah. Wali Songo
membawa perubahan besar terhadap masyarakat Jawa yang dulunya banyak beragama
Hindu-Budha.

6
Kisah Wali Songo dalam Menyebarkan Islam di Indonesia:
1. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) berperan penting dalam penyebaran Islam di
Jawa Barat, khususnya Cirebon. Sunan Gunung Jati adalah pendiri dinasti kesultanan Banten
yang dimulai dengan putranya, Sultan Maulana Hasanudin. Pada tahun 1527, Sunan Gunung
Jati menyerang Sunda Kelapa di bawah pimpinan panglima perang Kesultanan Demak,
Fatahillah.
Sunan Gunung Jati merupakan sosok yang cerdas dan tekun dalam menuntut ilmu.
Karena kesungguhannya, ia diizinkan ibunya untuk menuntut ilmu ke Makkah. Di sana, dia
berguru pada Syekh Tajudin Al-Qurthubi. Tak lama kemudian, ia lanjut ke Mesir dan
berguru pada Syekh Muhammad Athaillah Al-Syadzili, ulama bermadzhab Syafi’i. Di sana,
Sunan Gunung Jati belajar tasawuf tarekat syadziliyah. Setelah diarahkan oleh Syekh
Ataillah, Syarif Hidayatullah memutuskan pulang ke Nusantara untuk berguru pada Syekh
Maulana Ishak di Pasai, Aceh. Kemudian, ia melanjutkan perjalanan ke Karawang, Kudus,
sampai di Pesantren Ampeldenta, Surabaya. Di sana, ia berguru pada Sunan Ampel.
Sunan Gunung Jati lantas diminta untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di
daerah Cirebon dan menjadi guru agama. Ia menggantikan Syekh Datuk Kahfi di Gunung
Sembung. Setelah masyarakat Cirebon banyak yang memeluk agama Islam, Syarif
Hidayatullah lantas lanjut berdakwah ke daerah Banten. Selama berdakwah di Cirebon,
Syarif Hidayatullah menikahi Nyi Ratu Pakungwati, putri dari Pangeran Cakrabuana atau
Haji Abdullah Iman, penguasa Cirebon saat itu. Di sana, ia mendirikan sebuah pondok
pesantren, lalu mengajarkan agama Islam kepada penduduk sekitar. Para santri di sana
memanggilnya dengan julukan Maulana Jati atau Syekh Jati. Selain itu, ia juga mendapatkan
gelar Sunan Gunung Jati karena berdakwah di daerah pegunungan.

2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)


Sunan Ampel memiliki nama asli Raden Rahmat. Ia memulai dakwahnya dari sebuah
pondok pesantren yang didirikan di Ampel Denta, Surabaya. Ia dikenal sebagai pembina
pondok pesantren pertama di Jawa Timur. Sunan Ampel memiliki murid yang mengikuti
jejak dakwahnya, yaitu Sunan Giri, Sunan Bonang, dan Sunan Drajat.
Sepeninggal Mbah Sholeh, Sunan Ampel tak kunjung menemukan pengganti penjaga
masjid yang serajin Mbah Sholeh. Akibatnya, masjid tak terurus dan kotor. Sunan Ampel
kemudian bergumam, “Seandainya Mbah Sholeh masih hidup, pasti masjidnya jadi bersih.”
Seketika itu pula sosok serupa Mbah Sholeh muncul. Ia lantas menjalankan rutinitas yang
biasa dilakukan Mbah Sholeh, namun tak lama kemudian meninggal lagi dan dimakamkan
persis di samping makam Mbah Sholeh. Peristiwa itu terulang hingga sembilan kali. Konon,
Mbah Sholeh baru benar-benar meninggal setelah Sunan Ampel meninggal dunia.
Metode dakwah dari Kanjeng Sunan Ampel terkenal dengan keunikannya dimana ia
melakukan upaya akulturasi dan asimilasi dari aspek budaya pra-Islam dengan Islam, baik
melalui jalan sosial, budaya, politik, ekonomi, mistik, kultus, ritual, tradi keagamaan, maupun
konsep sufisme yang khas untuk merefleksikan keragaman tradisi muslim secara keseluruhan
yang dibahas pada buku Mazhab Dakwah Wasathiyah Sunan Ampel.

3.Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)


Dikenal dengan nama Maulana Maghribi (Syekh Maghribi). Ia diduga berasal dari
wilayah Magribi, Afrika Utara. Namun demikian, hingga saat ini belum diketahui secara pasti
sejarah tempat dan tahun kelahirannya. Sunan Gresik diperkirakan lahir pada pertengahan
abad ke 14. Ia merupakan guru para wali lainnya. Sunan Gresik berasal dari keluarga muslim
yang taat. Kendati ia belajar agama Islam sejak kecil, namun tidak diketahui siapa saja
gurunya hingga ia menjadi ulama. Pada abad ke-14, Sunan Gresik ditugaskan untuk

7
menyebarkan agama Islam ke Asia Tenggara. Ia berlabuh di Desa Leran, Gresik. Saat itu,
Gresik merupakan bandar kerajaan Majapahit. Tentu saja masyarakat saat itu banyak yang
memeluk agama Hindu dan Buddha. Di Gresik, ia menjadi pedagang dan tabib. Di sela-sela
itu, ia berdakwah.
Sunan Gresik berdakwah melalui perdagangan dan pendidikan pesantren. Pada
awalnya, ia berdagang di tempat terbuka dekat pelabuhan agar masyarakat tidak kaget dengan
ajaran baru yang dibawanya. Sunan Gresik berhasil mengundang simpati masyarakat,
termasuk Raja Brawijaya. Akhirnya, ia diangkat sebagai Syahbandar atau kepala pelabuhan.
Tidak hanya jadi pedagang andal, Sunan Gresik juga berjiwa sosial tinggi. Ia bahkan
mengajarkan cara bercocok tanam kepada masyarakat kelas bawah yang selama ini
dipandang sebelah mata oleh ajaran Hindu. Karena strategi dakwah inilah, ajaran agama
Islam secara berangsur-angsur diterima oleh masyarakat setempat.

4.Sunan Bonang (Raden Makhdum)


Sunan Bonang adalah salah satu Wali Songo yang menyebarkan ajaran agama Islam
di Tanah Jawa. Ia memiliki nama asli Syekh Maulana Makdum Ibrahim, putra dari Sunan
Ampel dan Dewi Condrowati (Nyai Ageng Manila). Namun, ada versi lain yang mengatakan
Dewi Condrowati adalah putri Prabu Kertabumi. Dengan demikian, Sunan Bonang adalah
Pangeran Majapahit. Sebab, ibunya adalah putri Raja Majapahit dan ayahnya menantu Raja
Majapahit. Sunan Bonang menyebarkan ajaran agama Islam dengan cara menyesuaikan diri
terhadap corak kebudayaan masyarakat Jawa. Seperti diketahui, orang Jawa sangat
menggemari wayang dan musik gamelan. Karena itulah, Sunan Bonang menciptakan
gending-gending yang memiliki nilai-nilai keislaman.

5. Sunan Giri (Raden Paku)


Sunan Giri memiliki nama asli Raden Paku. Ia merupakan putra Maulana Ishak. Suatu
ketika, ia ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk menyebarkan ajaran agama Islam di
Blambangan. Semasa hidupnya.
Sunan Giri pernah belajar di pesantren Ampel Denta, melakukan perjalanan haji
bersama Sunan Bonang. Sepulangnya dari haji, ia singgah di Pasai untuk memperdalam ilmu
agama. Saat itu, Sunan Giri mendirikan sebuah pesantren di daerah Giri. Kemudian, ia
mengirimkan banyak juru dakwah ke berbagai daerah di nusantara. Sunan Giri juga dikenal
sebagai sang ahli tata negara

6. Sunan Drajat (Raden Qasim)


Sunan Drajat (Raden Qasim) merupakan putra Sunan Ampel. Sunan Drajat
merupakan seorang wali yang dikenal berjiwa sosial tinggi. Ia banyak menolong yatim piatu,
fakir miskin, dan orang sakit. Ia memiliki perhatian yang sangat besar terhadap masalah
sosial. Sunan Drajat menyebarkan agama Islam di Lamongan, Jawa Timur. Sunan Drajat
merupakan Wali Songo yang memiliki banyak nama, yaitu Sunan Mahmud, Sunan Mayang
Madu, Sunan Muryapada, Raden Imam, dan Maulana Hasyim. Pada 1484, ia diberi gelar
oleh Raden Patah dari Demak, yaitu Sunan Mayang Madu. Ketika Sunan Drajat datang ke
Desa Banjaranyar, Paciran, Lamongan, ia mendatangi pesisir Lamongan yang gersang
bernama Desa Jelak. Masyarakat sekitar masih menganut agama Hindu dan Buddha. Di desa
tersebut, Sunan Drajat membangun mushola untuk beribadah dan mengajarkan agama Islam.
Selain itu, Sunan Drajat juga membangun daerah baru di dalam hutan belantara. Ia
mengubahnya menjadi daerah yang berkembang, subur, serta makmur. Daerah tersebut
bernama Drajat, oleh sebab itu ia diberi gelar Sunan Drajat.

7. Kisah Wali Songo Sunan Muria (Raden Umar Said)

8
Sunan Muria merupakan seorang Wali Songo yang sangat berjasa bagi penyebaran
agama Islam di nusantara, terutama di daerah pedesaan. Ia gemar bergaul dengan masyarakat
kalangan bawah. Hal itu membuat masyarakat mudah menerima ajaran yang disampaikannya.
Membaurnya Sunan Muria dengan masyarakat dikenal dengan istilah “topo ngeli”. Artinya,
menghanyutkan diri dalam masyarakat. Sunan Muria berdakwah dengan metode tersebut
hingga ke Gunung Muria.
Sunan Muria sendiri berasal dari nama Gunung Muria dimana tempat beliau
berdakwah, mendirikan masjid dan pesantren, serta tempat beliau dimakamkan kelak. Selain
itu, ia juga berdakwah lewat kesenian seperti gamelan, wayang, dan tembang jawa. Ajaran
Sunan Muria meliputi penghayatan kebenaran dan ketaatan pada Allah SWT, wirid,
kesederhanaan, kedermawanan, dan ajaran dakwah secara bijak dalam menghadapi budaya
masyarakat yang dianut. Karena dakwahnya, ada beberapa hasil kesenian peninggalan Sunan
Muria yang masih bisa dipelajari hingga saat ini. Di antaranya tembang Kinanthi dan Sinom.
Tembang Kinanthi terkenal karena menceritakan tentang bimbingan dan kasih sayang orang
tua kepada anaknya.

8. Kisah Wali Songo Sunan Kudus (Jafar Shadiq)


Sunan Kudus (Jafar Sadiq) diberi gelar oleh para wali dengan nama Wali Al-ilmi
yang memiliki arti orang yang berilmu luas. Sunan Kudus memiliki keahlian khusus dalam
bidang agama. Ia juga dipercaya untuk memegang pemerintahan di daerah Kudus. Sunan
Kudus merupakan salah satu Wali Songo penyebar agama Islam di Jawa, khususnya wilayah
Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan beliau merupakan panglima serta pemimpin peperangan
menggantikan ayahnya yang dapat Grameds. Sunan Kudus merupakan putra dari Raden
Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung di Jipang Panolan, dekat Blora. Selain belajar
agama kepada ayahnya, Sunan Kudus juga belajar kepada beberapa ulama terkenal, seperti
Kiai Telingsing, Ki Ageng Ngerang dan Sunan Ampel. Setelah menimba ilmu agama dari
Kyai Telingsing, Sunan Kudus mewarisi ketekunan dan kedisiplinan dalam mengejar atau
meraih cita-cita. Selanjutnya, Sunan Kudus juga berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya
selama beberapa tahun lamanya.
Perjuangan Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam sesungguhnya tidak jauh
berbeda dengan para wali lainnya. Ia senantiasa menempuh jalan kebijaksanaan. Dengan
siasat dan taktik itu, masyarakat dapat diajak memeluk agama Islam. Saat itu, masyarakat di
Kudus masih banyak yang belum beriman. Tentu saja bukan pekerjaan yang mudah untuk
mengajak mereka memeluk agama. Apalagi mereka yang masih memeluk kepercayaan lama
dan memegang teguh adat-istiadat jumlahnya tidak sedikit. Di dalam masyarakat dengan
kondisi seperti itulah Sunan Kudus harus berjuang menegakkan agama.

9. Kisah Wali Songo Sunan Kalijaga (Raden Sahid)


Sunan Kalijaga (Raden Sahid) merupakan anak dari adipati Tuban, Tumenggung
Wilatikta. Ia dikenal sebagai budayawan dan seniman seni suara, seni ukir hingga seni
busana. Ia juga menciptakan aneka cerita wayang yang bercorak keislaman.
Pelajari kisah hidup Sunan Kalijaga pada buku Sunan Kalijaga Guru Suci Orang Jawa
yan telah membuktikan dirinya mampu merubah masa suram dan melewati rintangan yang
ada. Dalam berdakwah, Sunan Kalijaga memperkenalkan bentuk wayang yang terbuat dari
kulit kambing atau biasa dikenal sebagai wayang kulit. Sebab, pada masa itu wayang populer
dilukis pada semacan kertas atau wayang beber. Dalam seni suara, ia menciptakan lagu
Dandanggula. Sebelum menjadi ulama, Sunan Kalijaga konon pengalaman hidup sebagai
perampok atau begal. Bahkan, ia juga pernah merampok Sunan Bonang. Peristiwa tersebut
diyakini terjadi saat Sunan Kalijaga masih berusia muda. Sunan Kalijaga juga dikenal kerap
melakukan tindak kekerasan. Aksi perampokan yang dilakukan Sunan Kalijaga diketahui

9
oleh ayahnya. Tumenggung Wilantika pun marah, malu dan merasa namanya tercoreng
karena kelakuan buruk sang anak. Ia lantas mengusir Sunan Kalijaga dari rumah mereka.
Padahal, yang sebenarnya terjadi adalah Sunan Kalijaga membongkar Gudang Kadipaten
untuk membagikan bahan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan. Sebab, saat itu
masyarakat Tuban hidup sangat memprihatinkan lantaran adanya upeti ditambah musim
kemarau panjang. Kendati sudah diusir dari Tuban, Sunan Kalijaga tidak berhenti melakukan
aksi pembegalan. Ia bahkan merampok orang-orang kaya di Kadipaten Tuban. Mengetahui
hal itu, ayahnya tentu semakin marah. Sunan Kalijaga kembali diusir. Kali ini ia disuruh
angkat kaki dari wilayah Kadipaten Tuban.
Keluar dari daerah Tuban, Sunan Kalijaga masih juga tidak menghentikan aksi
perampokan itu. Bahkan, ia sampai tega meminta harta seorang yang sepuh. Saat itu, Sunan
Kalijaga bertemu dengan seseorang di hutan Jati Wangi. Ternyata, orang tua tersebut
diketahui sebagai Sunan Bonang. Raden Syahid alias Sunan Kalijaga tidak mengenal orang
tua tersebut. Karena masih memiliki jiwa begal, ia berniat untuk membegal Sunan Bonang.
Bahkan, Sunan Kalijaga berhasil melumpuhkan Sunan Bonang. Ia pun meminta Sunan
Bonang menyerahkan barang bawaannya.Tanpa disangka, Sunan Bonang menolak
permintaan itu. Kemudian, Sunan Kalijaga pun menjelaskan alasannya membegal adalah
untuk membantu orang miskin.
Dalam cerita versi lainnya, Sunan Kalijaga meminta maaf dan bertobat lantaran Sunan
Bonang menasihatinya dan menunjukkan kesaktiannya, yaitu mengubah buah pohon aren
menjadi emas. Pertemuan tersebut membuat Sunan Kalijaga bertobat dan langsung memohon
agar diperbolehkan menjadi muridnya. Sunan Bonang tentu saja menerima permintaan
tersebut. Namun, Sunan Bonang mengajukan suatu syarat, yaitu Sunan Kalijaga harus
bersemedi di pinggir kali sampai Sunan Bonang kembali. Sunan Kalijaga pun menyanggupi
syarat tersebut. Dikisahkan, Sunan Bonang pun akhirnya kembali ke tempat yang sama
setelah tiga tahun lamanya. Ia lantas menemukan tubuh Sunan Kalijaga sudah dirambati oleh
rerumputan. Melihat keteguhan hati Sunan Kalijaga, Sunan Bonang pun takjub. Atas
peristiwa itu lah kemudian Raden Syahid diberi nama “Sunan Kalijaga”. Artinya, penjaga
kali. Selain itu, Sunan Kalijaga juga dapat diartikan sebagai orang yang senantiasa menjaga
semua aliran atau kepercayaan yang dianut masyarakat. Sunan Kalijaga menjadi satu-satunya
wali yang paham dan mendalami segala pergerakan, aliran atau agama yang hidup di tengah
masyarakat.
Selain itu, Sunan Kalijaga juga memiliki cara yang unik saat menyebarkan agama Islam di
pulau Jawa. Ia berhasil mengenalkan ajaran agama Islam dengan memadukan budaya Jawa
seperti wayang. Bahkan, Sunan Kalijaga juga mengarang sebuah tembang Jawa yang sangat
terkenal sampai saat ini, yaitu Ilir-Ilir.

10
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
a. Awal masuk islam ke Nusantara melalui banyak teori:
1. Teori Gujarat
2. Teori india
3. Teori Persia
4. Teori arab
b. Masuknya Islam ke tanah Jawa tidak lepas dari peran besar Wali Songo yang
mampu menyebarkan Islam dengan menggunakan pendekatan budaya sehingga bisa
diterima dengan mudah oleh penduduk lokal.
c. Metode yang digunakan dalam penyebaran islam meliputu:
1. Perdagangan
2. Perkawinan
3. Pendidikan
4. Tassawuf
5. Kesenian
6. Politik
d. Wali Songo dikenal seseorang yang gigih menyebarkan ajaran agama Islam pada
abad ke 14 di tanah Jawa. Para Wali Songo tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah,
dan Jawa Barat. Mereka cepat dikenal masyarakat luas karena kerap berdakwah
tanpa memaksa harus masuk Islam.
B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan dan kekhilafan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu
kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.uii.ac.id/menengok-bagaimana-penyebaran-islam-di-nusantara/
https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia/
https://syariah.radenintan.ac.id/islam-nusantara/
https://an-nur.ac.id/jalur-masuknya-islam-ke-indonesia-utara-dan-selatan/
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5712586/perkembangan-islam-di-indonesia-sejarah-
awal-hingga-masa-wali-songo
https://www.gramedia.com/best-seller/kisah-wali-songo/

12

Anda mungkin juga menyukai