Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AGAMA ISLAM

“Meneladani Peran Ulama Penyebar


Ajaran Islam Di Indonesia”

Disusun Oleh :
Zahra Putri Apriliani
Ignes Sabrina Ahmad
Keisha Nadira
Nuur Bariyah
Radithya Alvaro
Zaidan Danish
Guntur Prabowo
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah “Meneladani Peran
Ulama peyenbar Ajaran Islam Di Indonesia.” Pada mata pelajaran "Agama Islam".
Sholawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad saw. yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur'an dan sunah untuk keselamatan umat di dunia.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Ibu Siti Norhaena, S. Ag, selaku guru mata pelajaran Agama Islam dan kepada segenap pihak
yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.
Makalah ini bertujuan untuk menggali lebih dalam peran ulama dalam sejarah penyebaran agama
Islam di Indonesia. Dengan meneladani perjuangan dan dedikasi ulama terdahulu, diharapkan
kita dapat memahami nilai-nilai yang menjadi dasar pembentukan masyarakat Islam di Indonesia
saat ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang warisan berharga
yang ditinggalkan oleh ulama serta menginspirasi kita untuk melanjutkan peran mereka dalam
menjaga dan menyebarkan ajaran Islam di tanah air tercinta.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini maka itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii

BAB I……………………………………………………………………………....1
A. PENDAHULUAN……………………………………………………………...1
B. Masuknya Agama Islam Di Indonesia…………………………………………….1
BAB II…………………………………………………………………………...…2
A. Perkembangan Kesultanan di Indonesia……………………………………….…..2
BAB III…………………………………………………………………………….3
A. Tokoh Penyebar Ajaran Agama Islam Di
Indonesia……………………………..3

BAB IV......................................................................................................................4
A. Keteladanan Para Ulama Penyebar Ajaran Islam Di
Indonesia…………….................4

BAB V
PENUTUP………………………………………………………………....5
A. Hikmah………………………………………………………………………5
B. Kesimpulan………………………………………………………………….5
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Ada banyak teori yang menerangkan bagaimana sejarah masuknya agama Islam masuk
ke Indonesia, dari semua teori tersebut kebanyakan menggambarkan Islam masuk pada
masa awal-awal Hijriah atau sekitar tahun 700 Masehi. Pada masa kekhilafan Islam di
tanah Arab, kekhilafahan tersebut mengutus utusannya untuk datang ke nusantara dan
menyebarkan agama Islam di nusantara.

B. Masuknya Agama Islam Di Indonesia

Wilayah Nusantara sangatlah luas, posisi geografisnya terletak di persimpangan jalur


perdagangan antara India, Cina dan Arabia. Maka sulit sekali untuk memastikan wilayah
mana yang pertama kali menerima ajaran agama islam. Oleh karena itu, ada beberapa
teori mengenai masuknya agama islam di Indonesia.

1. Teori Gujarat oleh Prof. Dr. C. Snouck Hurgronje

Menurut teori ini, Islam masuk ke Indonesia dari Gujarat, Snouck Hurgrone
berkeyakinan bahwa tidak mungkin islam masuk ke Indonesia langsung berasal dari
arabia tanpa melalui ajaran tasawuf yang berkembang di wilayah india. Wilayah Kerajaan
Samudra Pasai merupakan daerah pertama di indonesia yang menerima ajaran agama
islam pada abad ke-13 Masehi. Namun teori ini tidak menjelaskan secara rinci antara
masuk dan berkembangnya ajaran agama islam di wilayah ini. Dan tidak ada penjelasan
mazhab apa yang berkembang di wilayah tersebut.

2. Teori Makkah oleh Prof. Dr. Buya Hamka

Buya Hamka berpendapat bahwa islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi.
Berdasarkan Berita Cina Dinasti Tang, ditemukan permkiman saudagar Arab di wilayah
pantai barat Sumatra. Dari sini dapat disimpulkan bahwa Islam dibawa masuk ke
Indonesia oleh para saudagar yang berasal dari Arab. Kerajaan samudera pasai didirkan
pada abad ke-13 Masehi atau tahun 1275 M, yang artinya bukan awal masuknya islam
tetapi merupakan perkembangan agama islam itu sendiri.

3. Teori Persia oleh Prof. Dr. Husein Djajadiningrat


Husein Djajadiningrat berpendapat bahwa islam masuk ke Indonesia berasal dari Persia.
Kaum muslim bermazhab Syi’ah dilihat dari sistem mengeja bacaan huruf Al-Quran,
Terutama di jawa barat yang menggunakan ejaan Persia. Akan tetapi, Teori ini di
pandang lemah karena tidak semua pengguna sistem baca dipersia menganut Syi’ah. Dan
pada kenyataan nya, mayoritas penduduk agama islam di jawa barat bermazhab Syafi’i
sekaligus pemahaman tentang Ahlussunnah wal jama’ah.

4. Teori China oleh Prof. Dr. Slamet muljana

Slamet Muljana berpendapat bahwa Sultan demak dan Wali Songo merupakan keturunan
china, Pendapat tersebut didasari pada Kronik Klenteng Sam Po Kong. Akan tetapi,
dalam budaya china Semua penulisan sejarah terkait dengan nama tempat, dan nama
orang yang bukan dari negeri china, Juga ditulis dalam Bahasa china. Dengan demikian,
ada kemungkinan nama nama raja majapahit ditulis menggunakan Bahasa china dalam
kronik
klenteng Sam Po Kong Semarang.

5. Teori Maritim Oleh N.A Baloch

N.A Baloch berpendapat bahwa banyak sahabat Rasullah SAW yang berdakwah
diluar dari Madinah dan jazirah arab karena umat islam memiliki kemampuan untuk
menguasai perniagaan melalui jalur Maritim. Pada abad ke-7 M, Islam diperkenalkan
disepanjang jalur perniagaan di pantai-pantai tempat persinggahannya. Didalam hal
ini peran pribumi sangatlah penting bagi penyebaran ajaran islam di Indonesia. Proses
penyebaran nya dimulai di wilayah Aceh pada abad ke-9 M, dan berkembang di
wilayah kerjaan islam di berbagai wilayah nusantara.
BAB II

Perkembangan Kesultanan di Indonesia

Terjadinya perkembangan islam di Nusantara ditandai dengan berdirinya kesultanan


kesultanan islam sebagai bentuk politik. Pada masa itu, banyak sekali raja-raja hindu
yang memeluk agama islam karena Runtuhnya Hindu dan Buddha di india dan didirikan
nya kesultanan mogul menjadi pengaruh besar terhadap berdirinya kesultanan bercorak
islam di Indonesia.

Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Lawati At-Tanji Bin Batutah merupakan
seorang penjelajah muslim yang berasal dari Maroko. Pada perjalanan nya tahun 1345 M,
ia pernah berkunjung ke Kesultanan Samudra Pasai. Ibnu Batutah pernah mengatakan
bahwa di Gujarat berkembang mazhab Syi’ah, sedangkan di Samudera Pasai berkembang
mazhab Syafi’i. Namun Buya Hamka menolak teori Gujarat yang mengatakan bahwa jika
islam berasal dari wilayah Gujarat dan Wilayah pertama yang terpengaruh ajaran islam
adalah Samudera Pasai maka dapat dipastikan bahwa di Kesultanan Samudera Pasai akan
berkembang mazhab Syi’ah.

Sebagai contoh, kesultanan Samudra Pasai di Sumatera Utara pada abad ke-13 M,
kesultanan Leran di Gresik Jawa Timur pada abad ke-11 M.

Perkembangan Islam di Indonesia semakin meluas seiring dengan banyaknya raja-raja


Hindu yang memeluk Islam.

Dengan demikian, terbentuklah kesultanan Islam di berbagai wilayah di Indonesia.

Istilah kerajaan berubah menjadi kesultanan, dan istilah raja berubah menjadi sultan.

Salah satu motif para raja memeluk Islam adalah untuk mempertahankan kekuasaannya,
karena mayoritas rakyatnya sudah memeluk Islam terlebih dahulu.

Rakyat berbondong-bondong masuk Islam karena syarat masuk Islam sangat mudah,
lebih dari itu Islam tidak mengenal sistem kasta.

Islam dianggap sebagai agama pembebas bagi rakyat jelata.


Tumbuhnya kesultanan Islam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari sebab timbulnya
politik di luar Indonesia.

Periode Khulafaur Rasyidin, Bani Umayah, Bani Abbassiyah, Fathimiyah hingga


Kesultanan Turki Ustmani.

Kemudian diikuti dengan runtuhnya pengaruh Hindu Budha di India, dan munculnya
Kerajaan Moghul.

Perkembangan Islam di Peking, Cina berpengaruh terhadap pertumbuhan masjid,


pesantren baik di dalam maupun di luar pulau Jawa.

Perbedaan mazhab antara Gujarat dan Samudra Pasai inilah yang dijadikan alasan oleh
Buya Hamka untuk menolak teori Gujarat.

Jika benar bahwa agama Islam berasal dari Gujarat seperti pendapat Snouck Hurgronje
dan wilayah pertama penerima ajaran Islam adalah Samudra Pasai maka dapat dipastikan
bahwa Samudra Pasai akan bermazhab Syi’ah.

Menurut Ibnu Batutah, kesultanan Samudra Pasai bermazhab Syafi’i, bukan mazhab
Syi’ah.

Oleh karena itu, Buya Hamka berkeyakinan bahwa Islam dibawa langsung oleh Saudagar
dari Makkah, bukan dari Gujarat.
BAB III

Tokoh Penyebar Ajaran Islam Di Indonesia

1. Sultan Malik al-Saleh

Sultan Malik al-Saleh adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Samudera Pasai
yang berdiripada tahun 1267 M, Sultan Malik al-Saleh memeluk agama islam setelah
pertemuan nya dengan Syaikh Ismail Dari Mekkah. Sultan Malik al-Saleh menjadi
pemimpin di Kerajaan Samudera Pasai selama 29 Tahun. Ia menjadi tokoh dalam
penyebaran ajaran agama islam di Nusantara dan Asia Tenggara. Sultan Malik al-
Saleh wafat pada tahun 1297 M. Sultan Malik al-Saleh kemudian digantikan oleh
Sultan Muhammad Malik al-Zahir (1297-1326 M)

2. Sultan Ahmad

Sultan Ahmad bergelar Sultan Malik al-Tahir II saat menjadi sultan di Kerajaan
Samudera Pasai. Saat memerintah, Ibnu Batutah mengunjungi Samudera Pasai. Ibnu
Batutah memukakan bahwa Sultan Ahmad sangat memperhatikan tentang kemajuan
dan Perkembangan Ajaran Islam di Samudera Pasai. Dan ia terus berjuang untuk
menyebarkan Islam ke Berbagai Wilayah di sekitar Samudera Pasai.

3. Sultan Alaudin Riayat Syah

Sultan Alaudin Riayat Syah Merupakan seorang tokoh peletak dasar-dasar Kejayaan
Kerajaan Aceh. Sultan Alaudin Riayat Syah Menyebarkan Islam Di Wilayah Aceh.
Ia mengundang para ulama dari Persia dan India untuk mengajarkan Islam di Aceh
Hingga Agama Islam berhasil disebarluaskan Sampai ke Minangkabau dan Indrapura.

4. Wali Songo

Wali Songo merupakan sembilan tokoh yang memiliki peran penting dalam
penyebaran Islam di Nusantara. Berikut adalah penjabaran singkat mengenai setiap
tokoh Wali Songo:

a. Sunan Gresik (Raden Paku):


Sunan Gresik, atau dikenal juga sebagai Raden Paku, merupakan putra Sunan Ampel.
Dia dikenal sebagai ulama yang menyebarkan Islam di wilayah Gresik dan
sekitarnya.

b. Sunan Ampel (Raden Rahmat):

Sunan Ampel adalah tokoh yang memainkan peran besar dalam penyebaran Islam di
Jawa Timur. Beliau mendirikan pesantren yang menjadi pusat pembelajaran Islam.

c. Sunan Bonang (Raden Maulana Makdum):

Sunan Bonang adalah anak dari Sunan Ampel. Beliau dikenal sebagai penyebar Islam
yang gigih dan memiliki peran dalam pengembangan seni tari sebagai sarana dakwah.

d. Sunan Drajat (Raden Qosim):

Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel. Dia memiliki pesantren di daerah Tuban dan
dikenal sebagai ulama yang mendukung keberagaman budaya lokal dalam
menyebarkan ajaran Islam.

e. Sunan Kalijaga (Raden Said):

Sunan Kalijaga dikenal sebagai tokoh yang ramah dan akrab dengan masyarakat.
Beliau memadukan ajaran Islam dengan budaya Jawa, sehingga lebih mudah diterima
oleh penduduk setempat.

f. Sunan Kudus (Ja'far Shadiq):

Sunan Kudus memiliki makam di Kudus, Jawa Tengah. Beliau dikenal sebagai tokoh
yang berperan dalam perkembangan agama Islam di Jawa Tengah.

g. Sunan Muria (Raden Umar Said):

Sunan Muria, atau Raden Umar Said, memiliki peran dalam penyebaran Islam di
daerah Jawa Tengah. Beliau juga dikenal sebagai tokoh yang mempertahankan tradisi
sufisme.

h. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah):

Sunan Gunung Jati adalah tokoh yang memiliki peran penting dalam menyebarkan
Islam di Jawa Barat. Beliau juga dikenal sebagai pendiri Kesultanan Cirebon.
i. Sunan Kali Jaga (Raden Kusuma):

Sunan Kali Jaga adalah tokoh yang dikenal sebagai pemberi semangat perlawanan
terhadap penjajah. Beliau memiliki pesantren di daerah Cirebon.
Mereka semua memiliki kontribusi besar dalam membentuk wajah keberagamaan
Indonesia dan menjadi panutan dalam penyebaran nilai-nilai Islam di wilayah
Nusantara.

5. Sultan Alaudin

Sultan Alaudin bernama asli I Manga’rangi Daeng Manrabbia. Sultan Alaudin di


angkat sebagai raja Gowa saat usia 7 tahun. Ia adalah penyebar ajaran agama islam di
Sulawesi Selatan. Pada masa pemerintahan Sultan Alaudin, Penyebaran islam
mencapai Buton dan Dompu. Tidak hanya itu, ia juga berhasil mengislamkan
Kerajaan Wajo, Soppeng, Dan Bone.

6. Datuk Tunggang Parangan

Datuk Tunggang Parngan bernama asli Habib Hasyim Bin Musyayakh bin Abdullah
Bin Yahya. Datuk Tunggang Parangan berasal dari Minangkabau dan berdakwah di
kutai Kartanegara. Ia disana berdakwah bersama Datuk Ri Bandang pada tahun 1525-
1589. Raja Aji Mahkota dan Keluarga Kerajaan serta Rakyat Kutai Kartanegara
Memeluk agama islam setelah dakwah yang dilakukan oleh Datuk Tunggang
Parangan.

7. Sultan Zainal Abidin

Sultan Zainal Abidin datang ke Jawa Timur pada tahun 1494 M untuk menimba ilmu
agama di Pesantren Sunan Giri. Sekembalinya dari Jawa, Sultan Zainal Abidin
Mengajak Para ulama terkemuka seperti Tuhubahanul untuk membantu nya
berdakwah di wilayah Maluku.
BAB IV

Keteladanan Para Ulama Penyebar Ajaran Islam Di Indonesia


Adapun, Keteladanan Para Ulama Penyebar Ajaran Islam Di Indonesia, Sebagai Berikut :

1. Hidup Sederhana

Para ulama memilih hidup sederhana meskipun mereka mempunyai harta yang
melimpah. Mereka mengambil secukupnya dan menyedekahkan sisanya kepada yang
membutuhkan.

2. Gigih Dalam Berjuang

Para ulama gigih dalam memperjuangkan ajaran islam. Para ulama di Indonesia selalu
mengutamakan kelacaran dakwah islam dibandingkan kepentingan pribadi. Mereka
selalu optimis mampu melaksanakan tugas dakwah islam dengan baik.

3. Menguasai Ilmu Agama secara luas dan mendalam

Para ulama selalu menyesuaikan ajaran islam dengan tradisi lokal yang ada di dalam
masyarakat Indonesia. Mereka tidak menghilangkan adat yang sudah ad. Oleh karena
itu, para ulama di haruskan menguasai ilmu agama secara luas dan mendalam.

4. Produktif Berkarya

Banyak karya para ulama penyebar ajaran agama islam di Indonesia yang terus
menerus di pelajari oleh umat islam hingga saat ini. Para ulama ingin menyelamatkan
generasi penerus agar terjadi tauhid nya dari pengaruh ajaran sesat.

5. Sabar

Para ulama berhasil melalui berbagai tantangan dakwah dengan kesabaran. Allah
SWT memberikan ujian kepada hamba-Nya untuk mengukur tingkat keimanan
seseorang, para Nabi dan parawali mendapat ujian berat dari Allah SWT.
6. Menghargai Perbedaan

Para ulama sangat menghargai perbedaan yang terdapat pada budaya masyarakat
pribumi. Dengan demikian, ajaran islam dengan budaya lokal mampu berjalan secara
beriiringan. Sikap toleran akan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.

7. Berdakwah secara damai


Dakwah islam yang dilakukan oleh para ulama sangat memperhatikan prosesnya
dengan tidak melalukan kekerasan atau memaksalkan kehendak. Para ulama
memutuskan segala permasalahan dengan musyawarah dan bijaksana.
BAB V
PENUTUP

A. Hikmah

1. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilandasi dengan agama yang kokoh
akan mengantarkan kemajuan umat Islam di masa yang akan datang.

2. Mengkaji Al-Qur’an, hadits, dan ijtihad para ulama sebagai fondasi untuk membangun
peradaban umat Islam yang rahmatan lil aalamiin di masa yang akan datang.

3. Mengkaji ilmu-ilmu keislaman (nahwu, sharaf, - qih, ushul - qih, mantiq, bahasa arab,
ulum Al-Qur’an, ulum al-Haditst dan sebagainya) sebagai fondasi untuk menjadi
mujtahid.

4. Belajar kelemahan-kelemahan pada masa lalu, sebagai bahan introspeksi untuk


menatap masa depan umat Islam.

5. Berpikir dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Islam harus menjadi pelopor
perubahan sebagaimana amanat dalam Q.S. al-Ra’du: 11.

6. Memperkuat semangat ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam),


ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama warga negara), dan ukhuwah basyariyah
(persaudaraan dengan sesama manusia).

7. Semangat untuk berkarya, baik melalui kebijakan yang progresif maupun kitab atau
buku atau majalah untuk menebarkan ideide kretarif dan inovatif untuk perubahan yang
lebih baik di masa yang akan datang.

B. Kesimpulan

Masa perkembangan agama Islam adalah kurun waktu pada saat umat Islam
telahmembangun kesultanan sebagai bentuk kekuasaan politik. Sebagai
contoh,kesultanan Samudra Pasai di Sumatera Utara pada abad ke-13 M, kesultanan
Lerandi Gresik Jawa Timur pada abad ke-11 M.Perkembangan Islam di Indonesia
semakin meluas seiring dengan banyaknya raja-raja Hindu yang memeluk Islam. Dengan
demikian, terbentuklah kesultanan Islam diberbagai wilayah di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai