D
I
S
U
S
U
N
Oleh
Elsa Anggriani Saputri
XII IPA 2
Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan
mudahkan baginya jalan menuju surga.”
Kata pengantar
Dan saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan,
untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Demikian kata pengantar
ini saya buat, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi saya sendiri
dan pembaca
DAFTAR ISI
Lembaran pengesahan
Kata motivasi
Kata pengantar
DAFTAR ISI
Bab 1
PENDAHULUAN
● Latar belakang
● Rumusan masalah
● Tujuan
BAB 2
MASUKNYA ISLAM DI NUSANTARA
A. Teori sejarah masuknya Islam ke Indonesia.
1. Teori gujarat
2. Teori Mekah
3. Teori Iran
4. Teori Cina
B. Sejarah masuknya Islam ke Indonesia menurut catatan
1. Demografi
2. Arsitektur
3. Politik
BAB 3
MASUKNYA ISLAM DI DUNIA
BAB 4
● KESIMPULAN
● SARAN
BAB 5
PENUTUP
Bab 1
Pendahuluan
● Latar belakang
● Rumusan masalah
● Tujuan penulisan
Bab 2
Masuknya Islam di Nusantara
Hal ini dibuktikan dengan adanya Kampung Arab atau pemukiman Arab
di pesisir barat pantai Sumatera yang banyak dijumpai oleh para
pedagang pada masa itu. Dengan adanya pemukiman Arab inilah yang
diyakini menjadi salah satu teori awal mula masuknya Islam di
Indonesia.
Namun ada juga beberapa teori lain misalnya teori dari India, teori Arab,
teori Persia dan teori Cina. Masuknya agama Islam di Indonesia memiliki
banyak teori,
karena tidak ada yang tahu pasti, kapan agama Islam mulai masuk ke
nusantara. Untuk itu berikut kami berikan beberapa penjelasan teori
masuknya agama Islam ke nusantara.
Pada bukunya yang berjudul sejarah umat islam yang terbit pada tahun
1997, Buya Hamka menjelaskan bukti-bukti masuknya agama Islam di
Indonesia. bukti yang dimaksud Buya Hamka ini adalah berupa sumber
dari naskah kuno Cina yang menyebutkan bahwa sekelompok Bangsa
Arab yang bermukim di pesisir barat Pulau Sumatera pada tahun 625
Masehi. Selain itu, di kawasan tersebut yang pada saat itu merupakan
kekuasaan Kerajaan Sriwijaya juga ditemukan batu nisan yang
bertuliskan nama Syekh Rukunuddin yang wafat pada tahun 672
Masehi.
Teori ini juga didukung oleh TW. Arnold yang menyatakan bahwa pada
masa itu Bangsa Arab merupakan bangsa yang dominan dalam
perdagangan di nusantara. Kemudian mereka menikah dengan warga
pribumi dan berdakwah di nusantara.
4. Teori Cina
Teori cina merupakan teori yang menyebutkan bahwa asal mula
sejarah masuknya agama islam ke Indonesia berasal dari Cina,
agama Islam sendiri berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang
(618-905 Masehi). Islam masuk ke Cina sendiri dibawa oleh
panglima Muslim yang bernama Saad bin Waqash yang berasal
dari Madinah pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Bahkan
salah satu kota di Cina pada masa itu yakni kota Kanton pernah
menjadi pusat dakwah muslim di Cina.
Dalam buku Islam in Cina yang ditulis oleh Jean A. Berlie (2004)
menyebutkan bahwa relasi antara orang-orang Islam dari Arab dengan
orang-orang di Cina terjadi pada tahun 713 Masehi. Masuknya Islam ke
nusantara juga diyakini bersamaan dengan banyaknya migrasi
orang-orang Cina muslim ke Asia Tenggara terutama wilayah nusantara
yang kebanyakan memasuki wilayah Sumatera bagian selatan pada
tahun 879 Masehi atau abad ke-9 Masehi.
Bukti lain dari teori cina ini adalah banyaknya pendakwah yang berasal
dari keturunan Cina yang mempunyai pengaruh besar pada masa
kerajaan Demak. Seperti kita ketahui, kerajaan Demak merupakan
kerajaan Islam pertama di pulau Jawa.
Selain dengan berdagang, ada juga penyebar agama Islam yang murni
memang berniat menyebarkan agama Islam dengan cara berdakwah.
Salah satu contoh penyebar agama Islam di nusantara yang sangat
terkenal adalah para walisongo.
Di Kalimantan islam masuk pada abad ke-18, hal ini terbukti dengan
ditemukannya makam Islam kuno dengan batu nisannya. Sedangkan di
wilayah timur Indonesia, Islam masuk melalui Sulawesi yang pada masa
itu merupakan salah satu daerah yang memiliki kerajan Islam dan
tempatnya pun strategis untuk jalur perdagangan di wilayah timur
Indonesia.
1. Demografi
Demografi persebaran umat Islam di Indonesia banyak berada di
wilayah Indonesia agian barat, terutama di wilayah Jawa dan
Sumatera. Sementara untuk wilayah timur persebaran umat Islam
berada di daerah Sulawesi, Nusa Tenggara hingga Maluku. Untuk
wilayah Papua bisa dibilang jarang karena wilayah Papua pada
saat itu bukanlah prioritas untuk penyebaran agama Islam karena
penduduknya yang masih jarang.
2. Arsitektur
Pengaruh arsitektur Islam sangat banyak di Indonesia, bahkan
hampir sebagian besar bangunan yang ada di Indonesia
mendapat pengaruh arsitektur dari Islam. Misalnya saja arsitektur
rumah adat Betawi yang mana memiliki ciri khas teras lebar dan
memiliki balai yang luas. Balai yang luas dan teras yang lebar
biasanya difungsikan untuk tempat berkumpul seperti untuk
mengaji, berdakwah, berceramah dan lainnya yang berhubungan
dengan ajaran umat Islam.
Balai yang luas serta teras yang luas juga menjadi ciri khas
peninggalan peradaban Islam di Indonesia pada masa itu. Salah
satu arsitektur peninggalan Islam yang merupakan asli dari
peninggalan Islam itu sendiri adalah masjid. Masjid merupakan
tempat yang digunakan untuk beribadah oleh umat muslim,
arsitektur masjid di manapun sangat kental dengan suasana Islami
dan budaya timur tengah.
3. Politik
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk umat Muslim, maka
keadaan politik di Indonesia tak lepas dari pengaruh Islam.
Solidaritas antar negara Islam di dunia pun sangat tinggi, bahkan
saling bahu membahu dan saling membantu serta membuat
kerjasama di berbagai bidang untuk mencapai kesejahteraan
bersama.
agama Islam pertama kali muncul di Jazirah Arab pada abad ke-7
Masehi. Nabi Muhammad adalah sosok yang mula-mula
memperkenalkan agama Islam kepada Mekah. Hanya dalam kurun
waktu dua dekade dari awal dakwahnya, Muhammad telah berhasil
menjadikan umat Islam menyebar begitu pesat sehingga sampai ke luar
Jazirah Arab. Benson Bobrik (2013) dalam Kejayaan Harun ar-Rasyid
mencatat, pasukan Muslim telah mulai mengembangkan jangkauan
kuasanya hingga kawasan di sepanjang perbatasan Kekaisaran
Byzantium.Lulusan Phd dari Columbia University itu meneruskan,
setelah manusia pilihan itu wafat, tercatat kemenangan demi
kemenangan terus ditorehkan di atas pundak sejarah penyebaran Islam.
Hanya dua tahun setelah itu, pasukan umat Islam telah mencapai
Kaldea (Irak Selatan) dan memberinya Kota Hira. Perang Yarmuk pada
634 membuka jalan penguasaan bagi Syria. Damaskus takluk pada 635.
Antiokia dan Yerusalem pada 636, Seleucia-Ctesiphon, yaitu Ibu Kota
Kaldea, pada 637, dan Kaesarea pada 638.
Lanjut Mesopotamia dianeksasi, Kota Basra dan Kufah didirikan.
Langkah menentukan semakin terlihat, sebagian Persia dicaplok pada
638-40, dan Perang Nahawand pada 642 berhasil mengakhiri
kekuasaan Sassaniyah di Persia dan meletakkan seluruh Persia di
bawah kendali kaum Muslim. Kekaisaran Persia saat itu mudah
ditundukkan karena ia kelelahan sehabis berperang dengan Kekaisaran
Byzantium selama tiga puluh tahun. Kemenangan ini juga berarti
sekaligus menempatkan Kekaisaran Byzantium jadi negara “pinggiran”
dan mencabik-cabik wilayah Kekaisaran Romawi. Setahun sebelum
penundukan Persia itu, 641, Mesir juga telah menjadi bagian dari
kekuasaan Islam.
Hingga, praktis hanya butuh tiga puluh tahun setelah berpulangnya
penyandang gelar Al-Amin ini, lanjut Bobrik, pasukan kaum Muslim
bahkan telah berhasil menyapu kawasan seluas bekas Kekaisaran
Romawi.Perluasan teritorial ini terus berlanjut. Seiring menyingsingnya
abad ke-8, kekuatan umat Muslim ini telah mencapai perbatasan
Tiongkok, di Kasghar, sehingga perjanjian dengan bangsa Tiongkok pun
dicapai. Dan tak berselang lama setelah itu, Dinasti Tang di kawasan
timur pun behasil diporak-porandakan. Awal abad ke-8 pulalah Islam
mulai masuk ke wilayah Barat yaitu Spanyolkini. Sebelumnya, umat
Islam telah menguasai beberapa wilayah di Afrika Utara seperti Maroko.
Selanjutnya dari sanalah, peta perluasan kekuasaan Islam bergerak ke
wilayah Spanyol, di mana saat Islam berkuasa daerah ini sohor dengan
nama Andalusia.
Jika dilihat pada peta modern penyebaran Islam di seluruh dunia, maka
kawasan Asia dan Afrika adalah wilayah yang paling dominan. Islam
tumbuh berkembang tidak hanya menjadi sistem kepercayaan yang
dianut masyarakat dunia, tetapi juga menjadi sebuah peradaban dengan
banyak imperium.
Ya, sejarah mencatat keberadaan Kerajaan Umayyah (muncul di
pertengahan abad ke-7), Abbasiyah (muncul di pertengahan abad ke-8)
atau sering disebut periode awal, hingga kerajaan Turki Usmani (muncul
abad ke-13), Safawi (muncul awal abad ke-16), dan Mughal (muncul
awal abad ke-17) pada periode akhir keemasan Islam, adalah
imperium-imperium kuat dan besar di dunia.
Menarik dicatat, di era keemasan sejarah Islam, perjalanan dan
perluasan pengaruh Islam di dunia ini bukan saja telah menorehkan
kemajuan perkembangan Ilmu pengetahuan. Islam juga berhasil
mengguratkan peradaban yang bernafaskan nilai-nilai Islam. Saat
periode keemasan itu berlangsung, bisa dikatakan peradaban Barat
justru tengah berada di titik nadir zaman kegelapan.
Tapi perluasan agama Islam tak semuanya serta-merta berjalan dengan
jalan penundukan atau kekerasaan. Adalah wilayah Asia Tenggara, yang
sering disebut-sebut oleh banyak peneliti sejarah, Islam diyakinimasuk
ke wilayah ini dengan jalan damai. Ataupun sekiranya ada aspek
penundukan atau kekerasaan, kasus ini diyakini hanyalah kasus minor
dan bukanlah sejarah arus utama. Mekanisme jalan dakwah,
perdagangan dan penyebaran Sufisme Islam, disinyalir merupakan
katalisator utama tersebarnya Islam secara meluas di Asia Tenggara,
termasuk di Indonesia, melalui jalan damai.
Islam Asia Tenggara
Asia Tenggara adalah tempat tinggal bagi penduduk Muslim terbesar di
dunia. Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia, Malaysia, dan
Brunei Darussalam. Selain itu, minoritas Muslim juga ditemukan di
Burma (Myanmar), Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
Istilah Islam Asia Tenggara (Southeast Asian Islam) sendiri sering
digunakan secara bergantian dengan istilah 'Islam Melayu-Indonesia'
(Malay-Indonesian Islam).
Penyebutan secara sinonim ini wajar, mengingat jumlah populasi
pemeluk Islam di Malaysia dan Indonesia secara keseluruhan diestimasi
mencapai lebih dari 40 persen jumlah penduduk di Asia Tenggara dan
kisaran 25 persen penduduk Muslim dunia.
Helmiati (2014) dalam Sejarah Islam Asia Tenggara sengaja
membedakan tahapan atau fase konversi keagamaan di AsiaTenggara
ke dalam tiga terminologi, yaitu “kedatangan Islam”, “penetrasi
(penyebaran) Islam, dan “islamisasi”. Bicara kedatangan Islam lazimnya
dibuktikan dengan melihat peninggalan artefak-artefak sejarah, seperti
prasasti, batu bertulis, batu nisan, dan lain sebagainya. Dari bukti
pelbagai artefak inilah kemudian diperkirakan awal kedatangan Islam di
suatu tempat tertentu.
Sudah tentu kedatangan Islam sebagai suatu interaksi awal dengan
masyarakat setempat ini tidak selalu berarti bahwa masyarakat tersebut
telah serta-merta menganut Islam. Meskipun tidak terlalu jelas dari mana
asumsi tersebut ia rumuskan, seturut tulisan Helmiati lazimnya proses
konversi menjadi Islam pada kasus Asia Tenggara, seringkali berselang
waktu kurang lebih setengah abad setelah fase kedatangan Islam itu
sendiri.
Sedangkan Islamisasi merupakan suatu proses panjang yang
berlangsung selama berabad-abad bahkan sampai sekarang juga masih
terus berproses. Islamisasi, selain mengandung arti mengajak orang
untuk memeluk Islam, juga mengandung arti upaya pemurnian Islam
dari unsur-unsur kepercayaan nonIslam.
Selain itu, masih seturut Helmiati, Islamisasi juga berarti suatu upaya
agar Islam dilaksanakan dalam berbagai aspek kehidupan, yang bukan
hanya mencakup ritual keagamaan, melainkan juga implementasi
nilai-nilai Islam ke dalam domain ekonomi, sosial-budaya, politik, hukum
dan pemerintahan. Dengan demikian, menurut dia, Islamisasi
terkait-mait dengan upaya gerakan pemurnian dan pembaharuan Islam.
Ya, banyak sejarawan berpendapat Islam masuk ke Asia Tenggara
melalui suatu proses damai. Prosesnya juga nisbi berlangsung selama
berabad-abad dan berjalan secara gradual, serta tidak berlangsung
secara bersamaan di wilayah kepulauan tersebut. Penyebaran Islam di
kawasan ini hampir terjadi tanpa pergolakan politik atau bukan melalui
ekspansi pembebasan yang melibatkan kekuatan militer, atau juga tidak
melalui pemaksaan struktur kekuasaan dan norma-norma masyarakat
dari luar terhadap masyarakat setempat.
Dus, Islam masuk di Asia Tenggara melalui jalur perdagangan,
perkawinan, dakwah, dan pembauran masyarakat Muslim Arab, Persia,
dan India dengan masyarakat pribumi. Kesimpulan akan watak sejarah
masuknya Islam di kawasan ini diakui oleh banyak pengamat, di
antaranya, ialah Thomas W Arnold. Dalam buku klasiknya The
Preaching of Islam, Arnold mengatakan bahwa penyebaran dan
perkembangan historis Islam di Asia Tenggara berlangsung secara
damai.
Tak kecuali Azyumardi Azra (1999). Dalam karyanya Renaisans Islam
Asia Tenggara, Sejarah Wacana dan Kekuasaan, juga mencatat hal
yang kurang lebih sama. Azra bahkan menambahkan, berbeda dengan
ekspansi Islam di banyak wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, dan
Afrika yang oleh sumber-sumber Islam di Timur Tengah disebut sebagai
mengemban spirit ‘fath’ (atau ‘futuh’), yakni pembebasan, yang dalam
praktiknya sering melibatkan kekuatan militer. Sebaliknya, penyebaran
Islam di Asia Tenggara hampir bisa dikata tidak pernah disebut sebagai
futuh yang disertai kehadiran kekuatan militer.
Banyak peneliti mengatakan, bahwa Islam telah datang ke Asia
Tenggara sejak abad pertama Hijrah atau abad ke-7 Masehi. Asumsi
sejarah ini diyakini oleh Arnold, misalnya. Ia mendasarkan pendapat
sejarahnya ini pada sumber-sumber Tiongkok. Berita dari Tiongkok itu
menginformasikan, menjelang akhir abad ke-7 terdapat seorang
pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di
pesisir pantai Sumatra. Berita Tiongkok menyebutkan, di masa Dinasti
Tang, tepatnya pada abad ke-9 dan ke-10, orang-orang Ta-Shih sudah
tercatat tinggal di daerah Kanton (Kan-fu) dan Sumatra. Ta-Shih adalah
sebutan untuk orang-orang Arab dan Persia, yang ketika itu jelas sudah
memeluk Islam.
Komunitas pedagang Arab ini dilaporkan melakukan perkawinan dengan
wanita setempat. Sehingga hasilnya terbentuklah sebuah komunitas
Muslim, yang terdiri dari orang-orang Arab pendatang dan penduduk
lokal. Lebih jauh, menurut Arnold, anggota-anggota komunitas Muslim
ini juga melakukan kegiatan-kegiatan penyebaran Islam.
Pendapat yang sama juga ditegaskan oleh JC van Leur, Indonesian
Trade and Society. Menurut Leur, koloni-koloni Arab Muslim telah
berdomisili di barat laut Sumatra, yaitu Barus, daerah penghasil kapur
barus terkenal sejak tahun 674. Pendapat Leur ini didasarkan pada
cerita perjalanan para pengembara yang sampai ke wilayah Asia
Tenggara.
Taufik Abdullah (1991) dalam sebuah buku yang dieditorinya yaitu
Sejarah Ummat Islam Indonesia, justru tiba pada kesimpulan berbeda.
Menurut Abdullah, sejauh ini belum ada bukti di tempat-tempat yang
telah disinggahi oleh para pedagang Muslim itu masyarakat lokalnya
telah menganut Islam. Seturut analisisnya, adanya koloni yang terdiri
dari para pedagang Arab itu bisa jadi karena mereka berdiam di sana
untuk menunggu musim yang baik untuk berlayar melanjutkan
perjalanan.
Bicara proses konversi Islam di kalangan pribumi Asia Tenggara
kemungkinan besar barulah terjadi setelah abad ke-12. Azyumardi Azra
(1994) dalam karya klasiknya Jaringan Ulama Timur Tengah dan
Kepulauan Nusantara Abab XVII dan XVIII, Melacak Akar-akar
Pembaharuan Islam di Indonesia, menyimpulkan:
“Mungkin benar bahwa Islam sudah diperkenalkan ke dan ada di
Nusantara pada abad-abad pertama Hijriah, sebagaimana dikemukakan
Arnold dan dipegangi banyak sarjana Indonesia-Malaysia, tetapi
hanyalah setelah abad ke-12 pengaruh Islam kelihatan lebih nyata.
Karena itu proses Islamisasi tampaknya mengalami akselerasi antara
abad ke-12 dan ke-16.”Ya, para sejarawan tampaknya masih kesulitan
untuk menjawab secara tepat dan general terhadap pertanyaan “kapan,
di mana, mengapa, dan dalam bentuk apa” Islam mulai menimbulkan
dampak secara signifikan bagi dinamika masyarakat Asia Tenggara
untuk pertama kalinya. Pasalnya, kondisi wilayah-wilayah di Asia
Tenggara pada saat itupun berada dalam situasi politik dan kondisi
sosial budaya yang berbeda-beda.
Ambil contoh, misalnya pada paruh kedua abad ke-13, para penguasa di
Sumatra Utara (Aceh, sekarang) sudah menganut Islam. Namun pada
saat yang sama, di Pulau Jawa, hegemoni politik ketika itu masih berada
di tangan raja-raja beragama Syiwa dan Budha di Kediri atau Singasari.
Ibu Kota Majapahit, yang pada abad ke-14 memiliki peranan penting di
Asia Tenggara, pada waktu itu juga belum berdiri. Begitu pula kerajaan
Islam Demak barulah tercatat berdiri bersamaan dengan melemahnya
kekuasaan Majapahit setelah memasuki kisaran pertengahan abad
ke-15-an.
Sekalipun fenomena Islam di Asia Tenggara katakanlah jauh dari
keseragaman dan generalisasi teoritis—atau sebutlah itusebagai “teori
tunggal”—terkait persoalan “kapan, di mana, mengapa, dan dalam
bentuk apa” Islam mulai menimbulkan dampak yang signifikan,
setidaknya Azra (1999) berhasil menunjukkan suatu hipotesa kuat.
Yakni, di sepanjang abad ke-16 dan abad ke-17, sejarah Asia Tenggara
menyaksikan suatu kesuburan dalam penulisan literatur Islam baik di
bidang sastra, filsafat, metafisika, maupun teologi rasional.
Ya, di sepanjang masa itu yaitu abad ke-16 dan abad ke-17, lahirnya
beragam literatur tersebut bisa dikata menandakan suatu epos
pembangunan rasionalisme dan intelektualisme di Asia Tenggara, di
mana Islam dalam warna sufisme atau tasawuf saat itu pernah
memegang peranan penting dalam mempelopori kemajuan, toleransi
dan keberagaman.
BAB 4
Kesimpulan
Perkembangan sejarah Islam di dunia dan Nusantara melalui beberapa
tahap,yaitu.
Mulai pertama kali Islam muncul di jazirah Arab pada abad ke-7 Masehi.
Dan dalam kurun waktu 2 dekade Islam telah menyebar pada saat
hingga keluar di Asia Arab. Kemudian kejayaan Islam yang dipimpin
Harun ar-rasyid menjabat penyebaran Islam telah sampai di perbatasan
kekaisaran Bizantium. Hingga hingga 2 tahun setelah itu Islam telah
sampai ke Irak Selatan dan memberi kota Hira. Pertanian pada 634
membuka jalan penguasaan bagi Syria sehingga persia di caplok pada
634-640, dan melakukan peran nahwand pada 642 sehingga berhasil
mengakhiri kekuasaan sassaniyah di Persia dibawa kendali umat
muslim. Seiring berjalannya waktu wilayah kekuasaan Islam semakin
menyebar ke penjuru dunia. Dan dilihat pada peta modern penyebaran
Islam dominan ke kawasan Asia dan Afrika. Penyebaran Islam tidak
semuanya berjalan dengan jalan pendudukan atau kekerasan.
Berdasarkan pengertian di wilayah Asia Islam diyakini masuk lewat jalan
damai, jika pun ada hanyalah kasus mirror.
SARAN
penutup
terima kasih kepada bapak guru agama Islam yang telah memberikan
tugas makalah ini, sehingga para pembaca dan terkhususnya untuk
saya bisa lebih tau tentang sejarah perkembangan Islam,dan
terimakasih juga kepada para pembaca yang telah memberikan saran
dan komentar untuk makalah ini.
Daftar pustaka
-https://www.bola.com/ragam/read/4356372/30
-https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/1505/islam
-https://www.gramedia.com/literasi/