Anda di halaman 1dari 8

Nama : Mohammad Faisal Hidayat

Nim : 202223028
Kelas : PJKR 3C
Mata kuliah : Kemuhammadiyahan
Dosen pengampu : Drs. San Susilo, M.M

Dakwah Islam di Nusantara dan Asal Usul Muhammadiyah

1. Teori masuknya Islam di nusantara


Ada banyak teori yang menerangkan bagaimana agama Islam masuk
ke Indonesia, dari semua teori tersebut kebanyakan menggambarkan Islam
masuk pada masa awal-awal Hijriah atau sekitar tahun 700 Masehi. Pada
masa kekhilafan Islam di tanah Arab, kekhilafahan tersebut mengutus
utusannya untuk datang ke nusantara dan menyebarkan agama Islam di
nusantara.

Hal ini dibuktikan dengan adanya Kampung Arab atau pemukiman


Arab di pesisir barat pantai Sumatera yang banyak dijumpai oleh para
pedagang pada masa itu. Dengan adanya pemukiman Arab inilah yang
diyakini menjadi salah satu teori awal mula masuknya Islam di Indonesia.
Namun ada juga beberapa teori lain misalnya teori dari India, teori Arab,
teori Persia dan teori Cina. Masuknya agama Islam di Indonesia memiliki
banyak teori, karena tidak ada yang tahu pasti, kapan agama Islam mulai
masuk ke nusantara. Untuk itu berikut kami berikan beberapa penjelasan
teori masuknya agama Islam ke nusantara.

1. Teori India (Gujarat)


Teori ini dicetuskan oleh GWJ. Drewes dan di kembangkan oleh
Snouck Hurgronje dan kawan-kawan, selain itu teori india atau teori Gujarat
ini juga di yakini oleh sejarawan Indonesia Sucipto Wirjosuprato yang
meyakini awal mula masuknya islam di Indonesia adalah melalu india
(Gujarat).

Teori india atau teori Gujarat adalah teori yang menyebutkan bahwa
agama islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang dari india muslim
(Gujarat) yang berdagang di nusantara pada abad ke-13.

Para saudagar dari Gujarat yang datang dari Malaka kemudian


menjalin relasi dengan orang-orang di wilayah barat di Indonesia kemudian
setelah itu terbentuklah sebuah kerajaan Islam yang bernama kerajaan
Samudra Pasai.
Banyak bukti yang menguatkan teori Gujarat ini, salah satunya adalah
makam Malik As-Saleh yang merupakan salah satu pendiri kerajaan
Samudra Pasai. Corak dari batu nisan Malik As-Saleh sangat mirip dengan
batu nisan yang ada di Gujarat. Bahkan makam salah satu walisongo yakni
makam Maulana Malik Ibrahim juga memiliki batu nisan khas Gujarat
seperti makam Malik As-Saleh.

2. Teori Arab (Mekah)


Kemudian selanjutnya ada teori Arab (Mekah) yang merupakan
teori Islam yang menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung
dari Arab (Mekah) pada masa kekhalifahan. Teori ini didukung oleh J.C.
van Leur hingga Buya Hamka atau Abdul Malik Karim Amrullah.

Pada bukunya yang berjudul sejarah umat islam yang terbit pada
tahun 1997, Buya Hamka menjelaskan bukti-bukti masuknya agama Islam
di Indonesia. bukti yang dimaksud Buya Hamka ini adalah berupa sumber
dari naskah kuno Cina yang menyebutkan bahwa sekelompok Bangsa Arab
yang bermukim di pesisir barat Pulau Sumatera pada tahun 625 Masehi.
Selain itu, di kawasan tersebut yang pada saat itu merupakan kekuasaan
Kerajaan Sriwijaya juga ditemukan batu nisan yang bertuliskan nama Syekh
Rukunuddin yang wafat pada tahun 672 Masehi.

Teori ini juga didukung oleh TW. Arnold yang menyatakan bahwa
pada masa itu Bangsa Arab merupakan bangsa yang dominan dalam
perdagangan di nusantara. Kemudian mereka menikah dengan warga
pribumi dan berdakwah di nusantara.

3. Teori Persia (iran)


Teori yang menyatakan bahwa asal mula Islam masuk ke Indonesia
dari Negara Persia (yang sekarang bernama Negara Iran) adalah teori yang
didukung oleh Husen Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen.
Djajadiningrat berpendapat jika teori Persia ini selaras dengan asal mula
masuknya Islam ke Indonesia. hal ini dikarenakan menurut Djajadiningrat
kebudayaan Islam di nusantara memiliki banyak kesamaan dengan
kebudayaan Islam di Persia.

Salah satu contoh kebudayaan Islam di nusantara yang mirip dengan


kebudayaan Islam di Persia adalah kaligrafi-kaligrafi yang ada di makam
batu nisan di nusantara. Ada pula beberapa ritual keagamaan seperti tabot
di daerah Bengkulu dan Tabuik di daerah Sumatera Barat yang hampir sama
persis dengan ritual keagamaan di Persia yang diadakan setiap tanggal 10
bulan Muharam.

Akan tetapi seperti yang kita ketahui, aliran Islam di Persia


merupakan aliran Islam Syiah sedangkan aliran Islam yang berkembang di
Indonesia adalah aliran Sunni. Sehingga teori Persia ini di anggap kurang
relevan dengan fakta yang ada.

4. Teori Cina
Teori cina merupakan teori yang menyebutkan bahwa ajaran agama
Islam masuk ke Indonesia berasal dari Cina, agama Islam sendiri
berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 Masehi). Islam
masuk ke Cina sendiri dibawa oleh panglima Muslim yang bernama Saad
bin Waqash yang berasal dari Madinah pada masa kekhalifahan Utsman bin
Affan. Bahkan salah satu kota di Cina pada masa itu yakni kota Kanton
pernah menjadi pusat dakwah muslim di Cina.

Dalam buku Islam in Cina yang ditulis oleh Jean A. Berlie (2004)
menyebutkan bahwa relasi antara orang-orang Islam dari Arab dengan
orang-orang di Cina terjadi pada tahun 713 Masehi. Masuknya Islam ke
nusantara juga diyakini bersamaan dengan banyaknya migrasi orang-orang
Cina muslim ke Asia Tenggara terutama wilayah nusantara yang
kebanyakan memasuki wilayah Sumatera bagian selatan pada tahun 879
Masehi atau abad ke-9 Masehi.

Bukti lain dari teori cina ini adalah banyaknya pendakwah yang
berasal dari keturunan Cina yang mempunyai pengaruh besar pada masa
kerajaan Demak. Seperti kita ketahui, kerajaan Demak merupakan kerajaan
Islam pertama di pulau Jawa.

Adapun buku sejarah yang ditulis oleh Nana Supriatna yang


menyebutkan bahwa kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah yang
merupakan putra dari Majapahit Islam ini.

Banyak yang meyakini bahwa Islam masuk ke Indonesia pada tahun


700 Masehi atau pada abad ke-7, hal ini dikarenakan dari catatan Cina kuno
menerangkan bahwa pada masa itu terdapat perkampungan Arab atau
pemukiman Arab di daerah pesisir barat pulau Sumatera hingga ke sekitar
selat Malaka.
Selain dengan berdagang, ada juga penyebar agama Islam yang
murni memang berniat menyebarkan agama Islam dengan cara berdakwah.
Salah satu contoh penyebar agama Islam di nusantara yang sangat terkenal
adalah para walisongo.

Para walisongo tidak hanya menyebarkan agama Islam dengan cara


mendakwah namun juga mengajarkan agama Islam dengan cara mendekati
masyarakat pribumi dan berbaur serta mengikuti adat istiadat dan kehidupan
sosial budaya di nusantara.

Di Kalimantan islam masuk pada abad ke-18, hal ini terbukti dengan
ditemukannya makam Islam kuno dengan batu nisannya. Sedangkan di
wilayah timur Indonesia, Islam masuk melalui Sulawesi yang pada masa itu
merupakan salah satu daerah yang memiliki kerajan Islam dan tempatnya
pun strategis untuk jalur perdagangan di wilayah timur Indonesia.

2. Proses perkembangan Islam di nusantara

Indonesia adalah negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di


seluruh dunia. Pada saat ini diperkirakan bahwa jumlah umat Muslim
mencapai 207 juta orang, sebagian besar menganut Islam aliran Suni.
Jumlah yang besar ini mengimplikasikan bahwa sekitar 13% dari umat
Muslim di seluruh dunia tinggal di Indonesia dan juga mengimplikasikan
bahwa mayoritas populasi penduduk di Indonesia memeluk agama Islam
(hampir 90% dari populasi Indonesia). Namun, kendati mayoritas penduduk
beragama Islam, Indonesia bukanlah negara Islam yang berdasarkan pada
hukum-hukum Islam.

Justru, Indonesia adalah sebuah negara sekuler demokratik tetapi


dengan pengaruh Islam yang kuat. Sejak awal berdirinya negara ini, sudah
ada banyak perdebatan politik mengenai dasar ideologi negara Indonesia.
Sejumlah kelompok Islam konservatif (termasuk sejumlah partai politik)
berpendapat bahwa Indonesia seharusnya menjadi sebuah negara Islam.
Namun, karena ada puluhan juta penduduk non-Muslim - apalagi banyak
penduduk yang menganut Islam di Indonesia bukan orang Muslim yang
mempraktekkannya dengan sangat ketat (nominal Muslim) -, berdirinya
sebuah negara Islam (sekaligus penerapan hukum syariah) selalu dianggap
sebagai pemicu perpecahan dan separatisme.

Bahkan, partai-partai politik yang mendukung pendirian negara


Islam di Indonesia belum pernah sempat meraih suara mayoritas penduduk
sepanjang sejarah perpolitikan di Indonesia. Bahkan berdasarkan hasil
pemilihan-pemilihan setelah Orde Baru Suharto, partai-partai Islam yang
konservatif sepertinya justru kehilangan dukungan dibandingkan partai-
partai sekuler dan karena itu tampaknya kecil kemungkinan bahwa
Indonesia akan menjadi negara Islam di masa mendatang. Namun, memang
benar juga bahwa aliran Islam yang konservatif dalam masyarakat Indonesia
tampaknya sempat meningkatkan pengaruhnya terhadap politik regional
dan politik nasional sejak 2017 (topik ini dibahas lebih lanjut di bawah).

Proses Islamisasi di Indonesia (atau tepatnya di wilayah yang


sekarang dikenal sebagai Indonesia) telah berlangsung selama berabad-abad
dan terus berlanjut hingga saat ini. Islam menjadi sebuah kekuatan yang
berpengaruh melalui serangkaian gelombang dalam berjalannya sejarah
(gelombang-gelombang ini yaitu perdagangan internasional, pendirian
berbagai kesultanan Islam yang berpengaruh, dan gerakan-gerakan sosial)
yang akan dijelaskan lebih lanjut dengan detail di bawah ini.

Namun, juga benar bahwa penerapan agama Islam di Indonesia pada


saat ini memiliki karakter yang beragam karena setiap wilayah memiliki
sejarah tersendiri yang dipengaruhi oleh sebab-sebab yang unik dan
berbeda-beda. Mulai dari akhir abad ke-19 sampai saat ini, Indonesia –
secara keseluruhan – memiliki sejarah umum yang lebih seragam karena
para penjajah (dan dilanjutkan oleh para pemimpin nasionalis Indonesia)
menetapkan dasar-dasar nasional di wilayahnya. Proses unifikasi ini juga
membuat agama Islam di Indonesia – dalam proses yang lambat – semakin
kehilangan keanekaragamannya. Namun, hal ini bisa dipandang sebagai
perkembangan yang logis dalam proses Islamisasi di Indonesia.

Di dalam beberapa tahun terakhir, media – baik nasional dan


internasioanal – melaporkan penyerangan-penyerangan pada kelompok-
kelompok agama minoritas di Indonesia (seperti Ahmadiyah dan Kristen).
Sejumlah kelompok Muslim radikal seperti Front Pembela Islam (FPI)
menggunakan kekerasan (atau ancaman kekerasan) untuk
memeperjuangkan idealisme mereka; termasuk dengan melawan umat
Islam lainnya, contohnya dengan menyerang penduduk beragama Islam
yang menjual makanan pada siang hari selama bulan puasa (Ramadhan).
Sangat menguatirkan bahwa Pemerintah Indonesia dan pengadilan di
Indonesia tidak bertindak tegas melawan kelompok-kelompok radikal
semacam ini. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah memiliki monopoli
yang lemah dalam hal penggunaan kekerasan (weak monopoly on violence).
Namun, perlu ditekankan bahwa mayoritas penduduk Muslim di Indonesia
sangat mendukung pluralisme dan kerukunan antar umat agama.

Pulau-pulau Indonesia dengan mayoritas penduduk Muslim:

1. Sumatra
2. Jawa
3. Kalimantan (daerah pesisir)
4. Sulawesi
5. Lombok
6. Sumbawa
7. Maluku Utara

Wilayah barat Indonesia yang padat penduduknya pada umumnya


memiliki jumlah penduduk Muslim yang lebih besar dibandingkan dengan
wilayah timur Indonesia. Karena perdagangan memiliki peran yang
signifikan dalam proses Islamisasi di Indonesia, pulau-pulau yang lebih
dekat dengan rute-rute perdagangan utama menerima lebih banyak
pengaruh Islam. Wilayah barat Indonesia, yang telah menjadi bagian dari
jalur perdagangan global sejak sejarah awal manusia, lebih banyak
menerima pengaruh-pengaruh Islam yang disebarkan melalui proses
perdagangan, dan karena itu mengalami proses kebangkitan dan kejatuhan
kesultanan-kesultanan Islam sejak abad ke-13. Hal ini terutama terjadi di
wilayah sekitar Selat Malaka (yang terletak di antara Malaysia dan
Indonesia) yang dari dulu (sampai sekarang) adalah salah satu jalur
perdagangan laut tersibuk di dunia.

Melompat ke masa kini, Indonesia mengalami pertumbuhan


ekonomi yang cukup cepat sejak tahun 1970an: jumlah penduduk kelas
menengah bertambah dengan cepat dan hal ini ditunjukkan dengan
peningkatan berkelanjutan produk domestik bruto per kapita (berarti
penduduk semakin banyak mengonsumsi produk dan jasa). Apalagi
masyarakat Indonesia – seperti juga trennya di seluruh dunia – semakin
mengalami proses urbanisasi (sebuah proses yang berhubungan erat dengan
modernisasi dan industrialisasi).

Mengingat penduduk Muslim setara dengan hampir 90% dari


jumlah total penduduk Indonesia, mereka dipengaruhi oleh perkembangan-
perkembangan ini (yaitu peningkatan konsumsi dan urbanisasi). Di kota-
kota besar (terutama di pulau Jawa yang merupakan pulau paling padat
penduduk di Indonesia) kelompok masyarakat ini menunjukkan gaya hidup
yang semakin konsumtif. Hal ini terutama berlaku untuk komponen
kelompok Muslim moderat yang berjumlah sangat besar. Mereka semakin
menerapkan gaya hidup perkotaan yang modern, yang didukung dengan
alat-alat elektronik dan gaya busana terbaru. Walaupun peminat fashion
Islam sedang meningkat cukup cepat di Indonesia, permintaan untuk
perbankan syariah dan pelancongan halal masih tetap rendah (bahkan
pelancongan halal justru dikembangkan sebagai strategi untuk menarik
wisatawan Muslim asing untuk menghabiskan liburan di Indonesia).

3. Corak Islam di Nusantara

Dikatakan Lukman, akhir-akhir ini, ada kecenderungan sekelompok


umat yang jumawa. Merasa paling benar dan paling baik dalam
menjalankan ajaran agama. Sehingga secara tidak sadar menegasikan,
menafikan corak keislaman yang tidak sama dengan yang berkembang di
Indonesia.

“Banyak sorotan dunia Islam ke Indonesia. Karena itu kita harus mampu
menjelaskan Islam yang berkembang di Indonesia dengan penuh
kerendahatian, sebab boleh jadi berbeda dengan penerapan nilai-nilai Islam
di belahan dunia lain,” ucap Lukman di sela penutupan Rapat Kerja
Nasional (Rakernas) Fatayat NU tahun 2017, yaitu ‘Meneguhkan Islam
Nusantara Melalui Pembedayaan Organisasi Kemasyarakatan Perempuan’,
di Istana Isen Mulang (IIM) Rumah Jabatan Gubernur Provinsi Kalteng di
Palangka Raya, akhir pekan.

Lukman mencontohkan, terkait penghormatan kaum perempuan.


Umat Islam di seluruh penjuru dunia sepakat bahwa Islam sangat
menghormati, memuliakan, dan menunjung tinggi serta melindungi kaum
perempuan. Namun dalam implementasinya, karena terjadi perbedaan
budaya dan latar belakang, penghormatan terhadap kaum perempuan pun
tidak sama.

“Di Arab Saudi misalnya, kaum perempuan diharamkan menyupir mobil.


Ketentuan itu dibuat semata-mata untuk menghormati, menjaga dan
melindungi kaum perempuan. Karena Arab memiliki tradisi dan budaya
sendiri,” katanya.

Berbeda dengan Indonesia, mengimplementasikan ajaran


penghormatan terhadap kaum perempuan dengan memberikan hak yang
luas. Jangankan hanya menyopir mobil pribadi, menjadi hakim bahkan
hakim di pengadian agama pun diperbolehkan. “Dan hasil putusanya setara
dengan hakim pria,” ucap Lukman.

Karena itu, dalam melihat dua fenomena yang berbeda ini, umat
Islam Indonesia tidak perlu merasa lebih bagus, lebih baik dan lebih benar
dan menyalahkan orang lain, karena berbeda konteks budaya dan latar
belakang. “Fatayat sebagai bagian dari Nahdlatul Ulama harus mampu
mengusung nilai-nilai Islam moderat, Islam wasatiyah, Islam Indonesia dan
Islam rahmatan lil alamin,” kata Menag.

4. Kedatangan dan Penjajahan bangsa barat di Nusantara

Indonesia sempat dijajah oleh beberapa bangsa Barat atau Eropa


selama lebih dari tiga abad. Pada masa penjajahan, sejumlah bangsa Barat
merebut kekayaan Tanah Air dan mendatangkan penderitaan bagi rakyat
Indonesia.

Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia sebenarnya dipicu oleh


kekayaan alam Tanah Air. Kala itu, bangsa Barat sudah tertarik dengan
Nusantara yang memiliki tanah subur, lautan luas, keanekaragaman hayati,
hingga rempah-rempah yang melimpah.

Akhirnya, bangsa Barat pun berlayar dan mendatangi Nusantara


untuk berdagang dan mendapat rempah-rempah. Kendati demikian,
keinginan berdagang itu pupus karena sifat keserakahan.

Niat untuk berdagang akhirnya tergantikan dengan praktik


penjajahan. Bangsa Barat berupaya menguasai Indonesia sebagai negara
penghasil rempah terbaik dan terbesar di dunia.

Di sisi lain, praktik penjajahan bangsa Barat juga dipengaruhi


dengan beberapa faktor, di antaranya:

• Gold

Bangsa barat ingin mendapatkan kekayaan sebanyak-banyaknya


untuk meningkatkan perkonomian negara. Karena itulah, mereka
mendatangi Indonesia sebagai sumber rempah-rempah. Sebab, rempah
memiliki harga yang tinggi jika dijual.

• Glory

Selain mendapat kekayaan, bangsa Barat juga berupaya meraih


kejayaan. Mereka hendak menjadi penguasa dari berbagai negara. Ini karena
negara yang memenangkan perang dan banyak mengusasai tanah dianggap
sebagai negara paling unggul.

• Gospel

Bangsa Barat berusaha memperluas keyakinannya di Asia untuk


memenuhi tugas mulia sebagai umat Nasrani. Oleh karena itu, mereka
menyiarkan ajaran agama Nasrani ke seluruh wilayah Nusantara.

Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia didukung oleh revolusi


industri. Awalnya, bangsa tersebut kesulitan mendatangi Indonesia karena
transportasi yang terbatas.

Namun, perkembangan revolusi industri yang ada berhasil


melahirkan penempuan baru seperti mesin uap. Teknologi tersebut pun
memudahkan bangsa Barat untuk melakukan pelayaran ke Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai