Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK 4

KELOMPOK 5

Anggota :

FANI ANJANI (3222321004)


Sintia Harnum ( 3222421013)
Atik Rosita (22PMM239)
Rahel Maulina Pasaribu (3223121041)
Desman Poulin Sitohang (3223121004)
Sry Yanti Boru Barus(3222321003)
Mata kuliah : sejarah islam

Guru Pengampu: Ika Purnama Sari

Pendidikan Sejarah

Fakultas ilmu sosial

Agustus 2022
Materi 1:Rahel Maulina pasaribu
Materi 2:sry dan Sintia harnum
Materi 3:Fani dan Atik rosita
Buat makalah: Desman Poulin Sitohang
(Rahel)
1.KEDATANGAN DAN PENYEBERAN ISLAM DI ASIA TENGGARA DAN DI
INDONESIA

Agama islam merupakan mayoritas penduduk asia tenggara , khususnya juga di


indonesia , Malaysia dan brunei darussalam.sedangkan untuk yang minoritas bisa kita
temukan di Burma ,Singapura,Filipina,Thailand dan Vietnam.
Asia tenggara merupakan tempat tinggal para penduduk muslim terbesar di dunia.
Masuknya islam ke Asia Tenggara dilakukan secara damai yang berlangsung selama berabat
abat tahun lamanya .penyebaran agama islam dilakukan tanpa adanya pergolakan
politik .Azyumardi mengatakan bahwa penyebaran islam di Asia Tenggara berbeda dengan
ekspanasi islam diwilayah Timur Tengah ,Asia selatan dan Afrika yang oleh sumber sumber
islam di timur tengah disebut fath yakni pembebasan yang dalam praktik nya sering
melibatkan kekuatan militer.
Masuknya agama islam keberbagai wilayah Asia tenggara tidak berlangsung secara cepat
atau dalam waktu yang bersamaan namun masuknya islam ke wilayah asia tenggara
berlangsung selama berabad abad.
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa islam telah masuk ke Asia Tenggara sejak abad
pertama hijrah( 7M ), seperti yang diyakini oleh arnol.Ia menyebutkan bahwa menjelang
akhir perempatan ketiga abad ke 7 seorang pedagang arab menjadi pemimpin sebuah
pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai Sumatra.sebagian orang orang arab ini dilaporkan
melakukan perkawinan dengan wanita local,sehingga membentuk sebuah nukleus komunitas
muslim yang terdiri dari orang orang arab pendatang dan penduduk local.Menurut
Arnol ,anggota anggota komunitas muslim ini juga melakukan kegiatan kegiatan penyebaran
agama islam .islam pada awalnya diperkenalkan melalui hubungan dagang dan
perkawinan.para pedagang muslim arab diyakini menyebarkan islam sekalian melakukan
perdagangandi wilayah ini.
Menurut A.H JOHNS berpendapat bahwa kemungkinan kecil para pedagang itu
berhasil mengislamkan jumlah penduduk yang besar.
Ia berpendapat bahwa para sufi penggembara yang paling utama melakukan penyiaran islam
di kawasan ini.para sufi ini berhasil mengislamkan sejumlah besar penduduk asia
tenggara .Hal ini dikarenakan para sufi tersebut menyampaikan islam dengan cara yang
menarik ,antara lain dengan melakukan kesesuaian dengan budaya dan praktik keagamaan
local misalnya memperkenalkan islam dengan tasawuf. Agama islam juga mudah diterima
karena islam mengajarkan toleransi dan persamaan derajat.

2.MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA


Menurut Azyumarti Azra ,islam datang ke Indonesia yang kompleksitas artinya tidak
berasal dari satu tempat ,peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang bersamaan.
Menurut snouck horgounje ,orang india adalah yang pertama kali membawa islam ke
Indonesia menjelang akhir abad ke13 masehi .pendapat ini menjawab dari mana islam
berasa.pendapat ini didukung oleh van bonkel seorang profesor asal belanda dengan
menunjukkan adanya pengaruh bahasa tamil dalam bahasa Indonesia yaitu adanya istilah
“lebai”atau “lappai” yang artinya pedagang dalam bahasa tamil.

Menurut buku “world history for Malaya,from earliest time to 1551” ciptaan Tregonning
berpendapat bahwa saudara arab dan india adalah dua bangsa yang memegang peran penting
dalam membawa agama islam ke Indonesia namun belum terjawab siapa peran utama dalam
membawa islam ke Indonesia.

(Sintia harnum)
Teori teori masuknya islam ke indonesia
Islam sudah masuk ke Nusantara sejak awal abad Hijriah. Meskipun sifatnya masih
dianut oleh bangsa asing dan belum ada pengakuan dari pribumi yang beragama Islam.
Jelaslah sejarah bagaimana Islam datang ke Indonesia akan tetapi yang menjadi pertanyaan di
atas ialah kepastian asal kedatangan, pembawanya, tempat yang didatangi, waktu, dan bukti
sejarah. Perbedaan sudut pandang dan bukti-bukti tersebut menyebabkan beragamnya teori-
teori masuknya Islam ke Indonesia. Berdasarkan tempat terdapat lima teori tentang masuknya
Islam ke Nusantara, sebagaimana uraian berikut.

1.Teori arab
Pertama, teori Arab. Teori ini menyatakan bahwa Islam dibawa dan disebarkan ke
Nusantara langsung dari Arab pada abad ke-7/8 M, saat Kerajaan Sriwijaya mengembangkan
kekuasaannya. Tokoh-tokoh teori ini adalah Crawfurd, Keijzer, Niemann, de Hollander,
Hasymi, Hamka, Al-Attas, Djajadiningrat, dan Mukti Ali. Bukti-bukti sejarah teori ini sangat
kuat. Pada abad ke-7/8 M, selat Malaka sudah ramai dilintasi para pedagang muslim dalam
pelayaran dagang mereka ke negeri-negeri Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan
berita Cina Zaman Tang pada abad tersebut, masyarakat muslim sudah ada di Kanfu (Kanton)
dan Sumatera. Ada yang berpendapat mereka adalah utusan-utusan Bani Umayah yang
bertujuan penjajagan perdagangan. Demikian juga Hamka yang berpendapat bahwa Islam
masuk ke Indonesia tahun 674 M. Berdasarkan Catatan Tiongkok, saat itu datang seorang
utusan raja Arab bernama Ta Cheh atau Ta Shih (kemungkinan Muawiyah bin Abu Sufyan)
ke Kerajaan Ho Ling (Kalingga) di Jawa yang diperintah oleh Ratu Shima. Ta-Shih juga
ditemukan dari berita Jepang yang ditulis tahun 748 M. Diceritakan pada masa itu terdapat
kapal-kapal Po-sse dan Ta-Shih Kuo. Menurut Rose Di Meglio, istilah Po-sse menunjukan
jenis bahasa Melayu sedangkan Ta-Shih hanya menunjukan orang-orang Arab dan Persia
bukan Muslim India. Juneid Parinduri kemudian memperkuat lagi, pada 670 M, di Barus
Tapanuli ditemukan sebuah makam bertuliskan HaMim. Semua fakta tersebut tidaklah
mengherankan mengingat bahwa pada abad ke-7, Asia Tenggara memang merupakan lalu
lintas perdagangan dan interaksi politik antara tiga kekuasaan besar, yaitu Cina dibawah
Dinasti Tang (618-907), Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749).

2.Teori cina

Dalam teori ini menjelaskan bahwa etnis Cina Muslim sangat berperan dalam proses
penyebaran agama Islam di Nusantara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada teori
Arab, hubungan Arab Muslim dan Cina sudah terjadi pada Abad pertama Hijriah. Dengan
Demikian, Islam datang dari arah barat ke Nusantara dan ke Cina berbarengan dalam satu
jalur perdagangan. Islam datang ke Cina di Canton (Guangzhou) pada masa pemerintahan Tai
Tsung (627-650) dari Dinasti Tang, dan datang ke Nusantara di Sumatera pada masa
kekuasaan Sriwijaya, dan datang ke pulau Jawa tahun 674 M berdasarkan kedatangan utusan
raja Arab bernama Ta cheh/Ta shi ke kerajaan Kalingga yang di Perintah oleh Ratu
Sima.Bukti pendukungnya antara lain banyak orang Islam keturunan Cina yang memiliki
pengaruh besar di Kesultanan Demak.Bukti lainnya, Raden Patah, pendiri kesultanan
tersebut, merupakan putra dari seorang muslimah asli Cina. Raden Patah memiliki nama
Cina, Jin Bun. Selain itu, ada masjid tua beraksitektur China di Jawa.Teori China ini
didukung oleh sejumlah ahli, di antaranya Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby

3.Teori persia

Berbeda dengan teori sebelumnya teori Persia lebih merujuk kepada aspek bahasa
yang menunjukan bahwa Islam Telah masuk ke Nusantara dan bahasanya telah diserap.
Seperti kata “Abdas‟ yang dipakai oleh masyarakat Sunda merupakan serapan dari Persia
yang artinya wudhu.Bukti lain pengaruh bahasa Persia adalah bahasa Arab yang digunakan
masyarakat Nusantara, seperti kata-kata yang berakhiran ta’Marbūthah apabila dalam
keadaan wakaf dibaca “h” seperti shalātunDibaca shalah. Namun dalam bahasa Nusantara
dibaca salat, zakat, tobat, Dan lain-lain. Pencetus dan pendukung Teori Persia adalah Umar
Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat.Keduanya meyakini orang-orang Persia sudah
masuk Indonesia di abad 7 masehi. Bukti pendukung sebagai penguat teori ini adalah:

•Adanya tradisi peringatan 10 Muharam atau Hari Asyura di sejumlah daerah. Di Sumatera
Barat peringatan ini dinamakan Tabuik (Tabut)m dan di Jawa ada pembuatan bubur Syuro.
•Memiliki kesamaan ajaran sufi
•Pemakaian istilah persia dalam mengeja huruf arab
•Adanya kesamaan pada seni kaligrafi di beberapa batu nisan
•Islam aliran Syiah khas Iran marak di awal masuknya Islam di Indonesia
•Terdapat perkampungan Leren (Leran) di Giri, daerah Gresik, Jawa Timur.

4.Teori India
Teori ini menyatakan Islam datang ke Nusantara bukan langsung dari Arab melainkan
melalui India pada abad Ke-13. Dalam teori ini disebut lima tempat asal Islam di India yaitu
Gujarat, Cambay, Malabar, Coromandel, dan Bengal.11 Teori India yang Menjelaskan Islam
berasal dari Gujarat terbukti mempunyai ke Lemahankelemahan. Hal ini dibuktikan oleh G.E.
Marrison dengan argumennya “Meskipun batu-batu nisan yang ditemukan di tempat-tempat
tertentu di Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat atau Bengal, seperti yang Dikatakan
Fatimi. Itu tidak lantas berarti Islam juga didatangkan dari Sana”. Marrison mematahkan teori
ini dengan merujuk pada kenyataan Bahwa ketika masa Islamisasi Samudera Pasai, yang raja
pertamanya wafat pada 698 H/1297 M, Gujarat masih merupakan Kerajaan Hindu.Barulah
setahun kemudian Gujarat ditaklukan oleh kekuasaan muslim. Jika Gujarat adalah pusat
Islam, pastilah telah mapan dan berkembang di Gujarat sebelum kematian Malikush
ShalehDari teori yang dikemukakan oleh G.E. Marrison bahwa Islam Nusantara bukan
berasal dari Gujarat melainkan dibawa para penyebar muslim dari pantai Koromandel pada
akhir abad XIII.Teori yang dikemukakan Marrison kelihatan mendukung pendapat yang
dipegang T.W. Arnold. Menulis jauh sebelum Marrison, Arnold berpendapat bahwa Islam
dibawa ke Nusantara, antara lain dari Koromandel dan Malabar. Ia menyokong teori ini
dengan menunjuk pada persamaan mazhab fiqh di antara kedua wilayah tersebut. Mayoritas
muslim di Nusantara adalah pengikut Mazhab Syafi‟i, yang juga cukup dominan di wilayah
Koromandel dan Malabar, seperti disaksikan oleh Ibnu Batutah (1304-1377), pengembara
dari Maroko, ketika ia mengunjungi kawasan ini. Menurut Arnold, para pedagang dari
Koromandel dan Malabar mempunyai peranan penting dalam perdagangan antara India dan
Nusantara. Sejumlah besar pedagang ini mendatangi pelabuhan-pelabuhan dagang dunia
Nusantara-Melayu, mereka ternyata tidak hanya terlibat dalam perdagangan, tetapi juga
dalam penyebaran Islam.

5.Teori turki
Teori ini diajukan oleh Martin Van Bruinessen yang dikutip dalam Moeflich
Hasbullah. Ia menjelaskan bahwa selain orang Arab dan Cina, Indonesia juga diislamkan oleh
orangorang Kurdi dari Turki. Ia mencatat sejumlah data. Pertama, banyaknya Ulama Kurdi
yang berperan mengajarkan Islam di Indonesia dan kitabkitab karangan ulama Kurdi menjadi
sumber-sumber yang berpengaruh Luas. Misalkan, Kitab Tanwīr al-Qulūb karangan
Muhammad Amin alKurdi populer di kalangan tarekat Naqsyabandi di Indonesia. Kedua, di
Antara ulama di Madinah yang mengajari ulama-ulama Indonesia terekat Syattariyah yang
kemudian dibawa ke Nusantara adalah Ibrahim alKurani. Ibrahim al-Kurani yang kebanyakan
muridnya orang Indonesia Adalah ulama Kurdi. Ketiga, tradisi barzanji populer di Indonesia
dibacakan setiap Maulid Nabi pada 12 Rabi‟ul Awal, saat akikah, syukuran, dan Tradisi-
tradisi lainnya. Menurut Bruinessen, barzanji merupakan nama keluarga berpengaruh dan
syeikh tarekat di Kurdistan. Keempat, Kurdi Merupakan istilah nama yang populer di
Indonesia seperti Haji Kurdi, Jalan Kurdi, gang Kurdi, dan seterusnya. Dari fakta-fakta
tersebut dapat Disimpulkan bahwa orang-orang Kurdi berperan dalam penyebaran Islam Di
Indonesia.

(Sry Yanti Boru Barus)


Strategi penyebaran/ saluran islamisasi, aliran aliran islam dan pengaruh nya, persinggungan
Islam dengan budaya lokal
Strategi penyebaran/ saluran Islamisasi
1.saluran Perdagangan Proses penyebaran Islam di Nusantara pertama kali melalui saluran
perdagangan. Pada abad ke-7 hingga abad ke-16 M, kaum saudagar muslim dari berbagai
belahan dunia seperti Arab, Persia (Iran), India, bahkan Cina, singgah di berbagai pelabuhan
di Nusantara untuk melakukan transaksi perdagangan. Relasi niaga ini kemudian
memunculkan interaksi antara para pedagang asing yang beragama Islam itu dengan orang-
orang Nusantara di berbagai tempat yang disinggahi. Tidak sedikit para saudagar muslim itu
yang menetap di daerah-daerah pesisir di Nusantara.
Lambat-laun, tempat yang mereka tinggali berkembang menjadi perkampungan muslim.
Interaksi yang sering muncul saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya. Pengaruh ini
membuat pergeseran dalam sistem kehidupan bermasyarakat di Nusantara, termasuk dalam
hal kepercayaan.
2.saluran Pernikahan Bermukimnya para pedagang muslim di beberapa wilayah di Nusantara
menimbulkan interaksi dengan masyarakat setempat. Banyak orang asing tersebut yang
kemudian menikah dengan perempuan asli Nusantara yang kemudian Umenjadi salah satu
saluran Islamisasi, yakni melalui pernikahan. Pernikahan antara orang asing beragama Islam
dengan pribumi juga terjadi di kalangan bangsawan atau istana yang membuat penyebaran
Islam semakin masif dan efektif.
3.Saluran Tasawuf Saluran Islamisasi di Nusantara berikutnya adalah melalui tasawuf.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tasawuf adalah ajaran atau cara untuk
mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Para pendakwah Islam di Indonesia
mengajarkan tasawuf kepada masyarakat dengan cara yang mudah dimengerti dan
disesuaikan dengan tradisi yang sudah ada sebelumnya. Cara ini membuat proses Islamisasi
di Nusantara dapat berjalan dengan baik dan efektif.

4.Saluran Pendidikan Kaum wali, ulama, ustaz, syekh, guru agama, tokoh masyarakat, hingga
para pemimpin muslim memiliki peran besar dalam persebaran Islam di Nusantara. Mereka
menyebarkan islam dengan mendirikan pondok-pondok pesantren sebagai tempat untuk
memperdalam ajaran Islam. Murid atau santri yang telah mempelajari ilmu agama dan
kemudian keluar dari pesantren untuk menyebarluaskan ajaran Islam di tempat-tempat lain,
atau mendirikan pesantren sendiri sehingga semakin memperluas proses Islamisasi di
Indonesia.
5.Saluran Kesenian Seni dan budaya juga bisa menjadi saluran Islamisasi yang efektif.
Ajaran Islam dipadukan dengan berbagai jenis seni yang sudah ada sebelumnya, seperti seni
musik, seni tari, seni pahat, seni bangunan, seni ukir, seni pertunjukan, seni sastra, dan lain
sebagainya. Di bidang seni pertunjukan, misalnya, pertunjukan wayang disisipi dengan
cerita-cerita atau tokoh-tokoh dalam ajaran Islam. Begitu pula dengan seni musik. Beberapa
wali sengaja menggubah tembang atau lagu dalam bahasa Jawa yang berisi tentang ajaran
Islam. Penggunaan gamelan juga demikian untuk menarik masyarakat. Dalam sektor seni
bangunan bisa dilihat dari Masjid Menara Kudus yang menampilkan akulturasi antara corak
bangunan Hindu dengan Islam, juga masjid-masjid lain atau bangunan lainnya di Nusantara.

6.Saluran Politik Pengaruh raja dalam persebaran Islam di Nusantara sangat besar. Jika
seorang raja sudah memeluk agama Islam, maka warga istana dan rakyat di wilayah kerajaan
itu akan berbondong-bondong turut masuk Islam. Salah satu contohnya adalah Kesultanan
Demak. Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak, adalah pangeran dari Majapahit. Raden
Patah berguru kepada Wali Songo dan kemudian masuk Islam hingga akhirnya mendirikan
Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa. Berdirinya Kesultanan Demak
dengan Raden Patah sebagai rajanya yang telah masuk Islam kemudian berbondong-bondong
diikuti oleh sebagian besar rakyatnya. Kehadiran Kesultanan Demak pada akhirnya
meruntuhkan Kerajaan Majapahit dan semakin banyak orang yang memeluk Islam.

Aliran islam dan pengaruhnya


Pertama kali penyebab lahirnya  aliran-aliran  dalam Islam tidak bisa dipisahkan dari
masalah politik setelah wafatnya Nabi  Muhamad SAW. Maka lahiralah aliran-aliran syi’ah,
khawarij, mu’tazilah, dan sebagainya di kemudian hari berpengaruh ke negara-negara,
termasuk Negara Indonesia. Syi’ah di Indonesia sebenarnya jauh lebih tua dari kemerdekaan
RI. Kerajaan Islam pertama kali berdiri di Indonesia yaitu di Perlak tahun 225 H atau 845 M,
boleh dikatakan Kerajaan Syi’ah. Kemudian kira-kira pada tahun 457 H atau 1065 M
mulailah pertumbuhan dan kebangkitan keilmuan Sunni yang mendorong pertumbuhan
pendidikan Islam, seperti pendidikan pesantren yang berhaluan Sunni (Ahlu Sunnah wal
Jama’ah). Dari pesantren-pesantren ini maka lahirlah organisasi-organisasi kemasyarakatan
Islam di kemudian hari, seperti Nahdhatul Ulama (NU). Dalam sejarah pertumbuhannya, NU
adalah ormas pertama kali yang menerima Pancasila sebagai satu-satunya asas, dan salah satu
implementasi nilai ideologi Pancasila dalam hidup bermasyarakat di Indonesia adalah
memupuk persaudaraan dan harga-menghargai antar umat Islam dan umat yang beragama
lain. Hal ini membuktikan bahwa toleransi umat beragama mempunyai tempat dalam
pesantren Ahlu Sunnah, NU dan Pancasila
Persinggungan islam dengan budaya lokal
Perkembangan agama Islam di Indonesia yang berlangsung secara evolutif telah berhasil
menanamkan akidah Islamiah dan syari’ah shahihah, memunculkan cipta, rasa, dan karsa
oleh pemeluk-pemeluknya. Sebelum kedatangan Islam, masyarakat telah memeluk agama
yang berkembang secara evolutif pula, baik dari penduduk asli (yang menganut animisme,
dinamisme, veteisme, dan sebagainya) maupun pengaruh dari luar (Hindu-Budha). Yang
menarik, unsur-unsur budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai kepatutan tersingkir
dengan sendirinya, sedangkan yang baik yang mengandung unsur-unsur kepatutan dan
kepantasan, hidup secara berdampingan[1].

Berbicara tentang konsep Islam vis a vis tradisi dalam disiplin antropologi terbagi menjadi
dua bagian yang sering disebut dengan “tradisi besar” (grand tradition) dengan tradisi kecil
(little tradition). Konsep ini dikenalkan oleh Jacques Duchesne Guillemin yang menyatakan
bahwa akan selalu terjadi dialog antara tatanan nilai agama yang menjadi cita-cita religius
dari agama dengan tata nilai budaya lokal. Pertautan dialektis yang kreatif antara nilai
universal dari agama dengan budaya lokal telah menghadirkan corak ajaran Islam dalam
kesatuan spiritual dengan corak budaya yang ragam (unity and diversity).

Lebih jauh melihat kondisi Islam di Indonesia dengan menggunakan kerangka pemahaman
seperti di atas, tidak saja akan menemukan keterkaitan historis dengan realitas kesejarahan
Islam, tetapi juga akan menemukan satu sisi penting dari awal proses transformasi intelektual
Islam yang bertolak dari nilai-nilai universalisme Islam yang dikategorikan sebagai tradisi
besar dengan tata nilai dalam setting kultural dan struktural tertentu yang sudah terpola
sebelumnya
(FANI ANJANI)
A.Kerajaan kerajaan Islam di Indonesia
Pantai Timur Sumatera khususnya kawasan selat Malaka, merupakan wilayah yang pertama
bersentuhan dengan agama Islam.
Kawasan selat Malaka merupakan pelabuhan besar di jalur perdagangan internasional yang
menghubungkan Asia Timur, Asia Selatan dan Timur Tengah, sehingga Islam berkembang
pesat di kawasan ini.Kerajaan Islam pertama di Indonesia juga lahir dan berkembang dari
kawasan selat Malaka. Berikut beberapa kerajaan Islam di Sumatera:

🔸Kerajaan Samudra Pasai (1267-1521)


Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam yang terletak di pesisir timur Aceh. Dalam buku
Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman,
Samudra Pasai didirikan oleh Sultan Malik as Saleh pada sekitar 1267 M. Kerajaan ini
memiliki ibu kota bernama Pasai yang terletak di pesisir timur Aceh.
Samudra Pasai memiliki corak ekonomi perdagangan dan maritim. Kerajaan ini mempunyai
pelabuhan dan kota dagang internasional, sehingga memberikan pemasukan yang besar bagi
kerajaan ini.

Mata uang yang digunakan di Samudra Pasai adalah Dirham. Dalam bidang keagamaan,
Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i yang berasal dari dinasti Mamluk di Mesir.

🔸Kerajaan Aceh (1496-1903)


Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada akhir abad 15 M. Kerajaan ini
dulunya adalah daerah bawahan dari Kerajaan Pidie, namun pada akhir abad 15 M
melepaskan diri dan mendirikan kerajaan yang berdaulat. Kerajaan Aceh terletak di selat
Malaka, tepatnya di pesisir timur Sumatera.

Kerajaan Aceh memiliki corak ekonomi perdagangan dan maritim. Kerajaan ini merupakan
pusat dari perdagangan lada di tingkat nasional dan internasional. Untuk melindungi kawasan
laut, Kerajaan Aceh memiliki armada laut yang kuat.
Puncak kejayaan dari kerajaan Aceh berada pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636).
Di bawah Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mampu mengadakan ekspansi wilayah
hingga Malaysia serta mengusir Portugis dari kawasan Malaka.
Kerajaan Siak Indrapura
Dalam jurnal ilmiah Sisa-sisa Kerajaan Siak Sri Indrapura (1995) karya Marsis Sutopo,
Kerajaan Siak Indrapura didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah pada tahun 1719.

Kerajaan Siak terletak di Buantan, Riau. Corak ekonomi kerajaan Siak adalah agraris dan
pertambangan. Kerajaan ini menghasilkan tanaman-tanaman obat, padi, madu, rotan kayu
gaharu dan emas yang dijadikan sebagai komoditas perdagangan utama.
Pada perkembangannya, kerajaan Siak menjadi kerajaan bawahan (vassal) dari Kerajaan
Malaka. Kemudian pada pertengahan abad 17, Kerajaan Siak dapat dikuasai oleh VOC dalam
bidang politik dan ekonomi. Penguasaan Siak oleh VOC menandakan masa kemunduran dari
Kerajaan Siak Indrapura.

B. Munculnya kerajaan kerjaan islam

*Kerjaan Islam di Sumatra


Sejarah masuknya agama Islam ke Sumatera diperkirakan dimulai pada abad ke-7 Masehi.
Namun, munculnya kerajaan bercorak Islam atau kesultanan di pulau bagian barat Nusantara
itu baru terjadi pada abad ke-13 M setelah runtuhnya Kerajaan Sriwijaya.
Sebelum memasuki era Islam, wilayah Sumatera berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Sriwijaya yang pernah menjadi salah satu pusat pengajaran agama Buddha terbesar di
kawasan Asia Tenggara.
Kerajaan Sriwijaya yang sempat berpusat di Palembang, Sumatera Selatan, menuai
keruntuhan pada abad ke-13, terutama setelah diserbu Kerajaan Chola dari India Selatan dan
kemudian mendapat serangan Kerajaan Majapahit pada 1377 M.Hal ini dibuktikan dengan
ditemukannya makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai Barus. Di nisan pada makam
tersebut tertulis Syaikh Rukunuddin wafat tahun 672 M. Selain itu, ada pula makam Syaikh
Ushuluddin yang panjangnya kira-kira 7 meter.Selain disebarkan oleh para pedagang, ajaran
Islam semakin dikenal di Sumatera berkat syiar yang dilakukan para ulama. Hal inilah yang
kemudian menyebabkan munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Sumatera.
Daftar Kerajaan Bercorak Islam di Sumatera
Kerajaan Perlak
Masih menjadi perdebatan mengenai kerajaan bercorak Islam pertama di Nusantara,
apakah Kesultanan Samudera Pasai atau Kesultanan Perlak (Peureulak). Dua kerajaan ini
sama-sama berdiri di Aceh.
Penguasa pertama Kesultanan Perlak adalah Sultan Alauddin Syah yang memerintah pada
1161–1186 M. Menurut Hikayat Aceh, seperti yang ditafsirkan Teuku Iskandar dan dikutip
Suwedi Montana dalam jurnal Archipel (1997), Sultan Perlak yang ditemukan makamnya
adalah Sulaiman bin Abdullah yang wafat tahun 1211 M.
Lokasi Kesultanan Perlak diperkirakan terletak di Peureulak atau yang saat ini termasuk ke
dalam wilayah Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh.
Antara Perlak dan Samudera Pasai ternyata punya hubungan kekerabatan. Sultan Perlak,
Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II, menikahkan putrinya dengan sultan
pertama Samudera Pasai yakni Sultan Malik as-Saleh.
Sultan Perlak yang diketahui adalah Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat
(1267–1292 M). Setelah ia wafat , Kerajaan Perlak bersatu dengan Kerajaan Samudera Pasai
yang dipimpin oleh Sultan Muhammad Malik al-Zahir, putra Sultan Malik as-Saleh.

Kesultanan Samudera Pasai


Kesultanan Samudera Pasai diperkirakan mulai eksis antara tahun 1270 hingga 1275
M, terletak sekitar 15 km di sebelah timur Lhokseumawe, Nanggroe Aceh Darussalam.
Samudera Pasai didirikan oleh Marah Silu yang setelah memeluk Islam berganti nama
menjadi Sultan Malik as-Shaleh. Pada 1521, Portugis mulai menguasai Samudera Pasai.
Namun, Samudera Pasai benar-benar runtuh setelah dikuasai Kesultanan Aceh Darussalam di
bawah pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah.

Kesultanan Aceh Darussalam


Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1530 M) mendirikan Kesultanan Aceh Darussalam
pada awal abad ke-16. Ia menaklukkan beberapa kerajaan lainnya di Aceh, termasuk Pedir,
Samudera Pasai, dan Daya, serta memperluas wilayah hingga perbatasan Minangkabau.
Puncak kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam terjadi pada era Sultan Iskandar Muda (1607-
1636 M). Ia berhasil menundukkan daerah-daerah di sepanjang pesisir barat dan timur Aceh
serta Johor di Semenanjung Malaya.Kesultanan Aceh Darussalam mulai mengalami
kemunduran sepeninggal Sultan Iskandar Muda karena tidak memiliki pemimpin yang cakap
lagi. Selain itu, terjadi perselisihan berkepanjangan antara golongan teuku (bangsawan) dan
golongan tengku (ulama).

Kesultanan Siak Sri Inderapura


Dikutip dari website Pemerintah Kabupaten Siak, Kesultanan Siak Sri Inderapura
didirikan di Riau oleh Raja Kecik yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1746
M). Abdul Jalil Rahmat Syah adalah putra dari Sultan Mahmud Syah dari Kesultanan Johor
(kini termasuk wilayah Malaysia).Kesultanan Siak Sri Inderapura berpindah-pindah. Pada
masa era Sultan Ismail (1827-1864 M), pusat kerajaan berada di Siak Sri Inderapura yang
kini menjadi ibu kota Kabupaten Siak, Provinsi Riau, hingga sultan terakhir sebelum melebur
dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 1945.
Kesultanan Kampar
Pada abad ke-15 M, raja dari Kesultanan Malaka yakni Sultan Mahmud melarikan diri
dari serangan Portugis ke Riau. Sultan Mahmud kemudian membangkitkan Kesultanan
Kampar.
Kampar dikenal sebagai pusat lahirnya ulama-ulama terkemuka, terutama Tarekat
Naqsyabandiyah, seperti Maulana Syekh Abdul Wahab Rokan Al-Khalidi dan Syekh Abdul
Ghani Batu Basurek Kampar.

Kesultanan Indragiri
Kesultanan Indragiri mulai ada sejak akhir abad ke-12 M yang dikenal dengan
Kerajaan Keritang yang terletak di Indragiri Hilir, Riau. Kerajaan Keritang menjadi
Kesultanan Indragiri pada abad ke-15 M.
Pendiri Kesultanan Indragiri adalah Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan
Zirullah Fil Alam yang bergelar Raja Narasinga II.

Kerajaan Jambi
Menurut kitab Sila-Sila Keturunan Raja Jambi, Kerajaan Jambi didirikan oleh Datuk
Paduko Bahalo. Legenda rakyat setempat meyakini bahwa Datuk Bahalo adalah orang Turki
yang terdampar di Pulau Berhala.
Islam berkembang pesat di Jambi pada abad ke-13. Kedatangan VOC di Jambi menyebabkan
situasi politik di Kerajaan Jambi menjadi tidak stabil. Pengaruh VOC di Kerajaan Jambi
menyebabkan munculnya perlawanan rakyat.

Kesultanan Palembang Darussalam


Pemimpin pertama Kesultanan Palembang Darussalam ialah Sultan Abdurrahman
Khalifat al-Mukminin Sayyid al-Iman (1659-1706 M).
Kesultanan Palembang berturut-turut diperintah oleh 11 sultan sejak 1706. Pada 1821, VOC
atau Belanda menyerang Kesultanan Palembang di bawah pimpinan Jenderal de Kock.
Serangan VOC tersebut berhasil menghancurkan Kesultanan Palembang. Akibatnya, raja saat
itu, Sultan Mahmud Badaruddin II, ditangkap dan diasingkan ke Ternate.

Kesultanan Pagaruyung
Islam masuk ke Minangkabau pada sekitar akhir abad ke-15 M. Wilayah
Minangkabau mempunyai seorang raja yang berkedudukan di Pagaruyung. Raja tetap
dihormati sebagai lambang negara meskipun tidak mempunyai kekuasaan, karena kekuasaan
ada di tangan Dewan Penghulu atau Dewan Negari.
Sejak awal abad ke-19 M, timbul pembaruan Islam di Sumatera Barat yang membawa
pengaruh Wahabiyah dan kemudian memunculkan Perang Padri , perang antara golongan
adat dan golongan agama.

Kerajaan Aru
Kerajaan Aru berdiri pada abad ke-9 M yang semula disebut Aru Besitang. Aru
Besitang kemudian berkembang menjadi Kerajaan Aru di pesisir timur Sumatera Utara.
Kerajaan Aru memiliki sungai yang menjadi jalur utama penyaluran segala hasil alam
terutama pertanian, yang terletak antara sungai Panecitan (Sungai Deli) dan Sungai Buluh
Cina.

Kerajaan Barus
Kerajaan Barus setelah beralih menjadi kerajaan Islam dipimpin oleh Sultan
Ibrahimsyah. Barus pertama kali membangun pusat kerajaan di Toddang, Tukka, Pakkat.
Wilayah Barus terkenal sebagai pusat perdagangan kapur barus dan kemenyan.
Kesultanan Barus di Sumatera Utara berakhir setelah diduduki oleh Belanda pada abad ke-19
M.Selain kerajaan-kerajaan di atas, masih ada beberapa kerajaan bercorak Islam lainnya di
Sumatera, termasuk Arcat, Rupat, Tongkal, Pariaman, Tiku, Panchur, Andalas, Pedir, Biar
dan Lambri, Pirada, serta Pase.

🔸Kerajaan-Kerajaan Islam di Pulau Jawa

Adjarian
setelah runtuhnya kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia, kemudian
berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di pulau Jawa.
Masuknya Islam ke Indonesia sendiri melalui bagian pesisir utara pulau Jawa.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang
wafat pada 1082 M di desa Leren, Gresik.
Nah, jika dilihat dari namanya, Fatimah ini merupakan keturunan dari Hibatullah yang
merupakan salah satu dinasti di Persia.
Ditemukannya makam Fatimah menjadi bukti bahwa Islam sudah lama masuk ke pulau Jawa,
bahkan sebelum masuknya bangsa Barat.

Kerajaan Demak
Kerajaan Demak sendiri berdiri pada tahun 1500 M setelah hancurnya kerajaan
Majapahit.Raden Fatah menjadi raja pertama kerajaan Demak dengan memiliki gelar Sultan
Alam Akbar Al-Fatah.Raden Fatah sendiri memerintah kerajaan Demak dari tahun 1500
sampai 1517 M, di mana Raden Fatah merupakan salah satu keturunan raja terakhir dari
Brawijaya V dari kerajaan Majapahit.Kerajaan Demak di bawah pemerintahan Raden Fatah
mengalami perkembangan pesat karena luasnya daerah pertanian sebagai penghasil beras.
Selain itu, Demak juga tumbuh menjadi kerajaan maritim karena letak kerajaan yang berada
di jalur perdangan antara Maluku dan Malaka.Nah, karena hal itulah kerajaan Demak disebut
sebagai kerajaan agraris-maritim, dan juga memiliki beberapa barang ekspor, di antaranya
madu, beras, dan lilin.

Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram atau disebut juga sebagai kerajaan berdiri setelah runtuhnya
kerajaan Demak, di mana raja pertama kerajaan Mataram ini yaitu Sultan Hadiwijaya.
Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahamn Sultan Agung
pada 1613 sampai 1645 M.Sultan Agung berhasil memperluas wilayah kerajaan Mataram
sampai ke Surabaya, Lasem, Pasuruan, dan juga Tuban.Selain itu, Sultan Agung juga
melakukan perlawanan terhadap VOC di Indonesia, dengan melakukan dua kali serangan ke
Batavia pada 1628 dan 1629. Mataram sendiri merupakan kerajaan agraris yang di mana
banyak daerah-daerah kerajaan Mataram yang mengembangkan persawahan luas.
Pada abad ke 17, Jawa menjadi lumbung padi yang memiliki hasil lain berupa gula, kayu,
kapas, hasil palawija, dan kelapa.Bidang bangunan yang maju pesat di kerajaan Mataram ini
berupa ukiran, lukisan, dan juga patung.
Kerajaan-Kerajaan Islam di Pulau Jawa
Kesultanan Banten

Pada tahun 1526 muncul kerajaan Banten, saat kerajaan Demak sedang memperluas
pengaruhnya ke pesisir barat pulau Jawa.
Anak dari Sunan Gunung Jati yang bernama Maulana Hasanuddin atau lebih dikenal
Fatahillah menjadi raja pertama kerajaan Banten.Fatahillah selain membangun benteng
pertahanan di Banten, juga memperluas daerah kekuasaannya sampai ke daerah Lampung
sebagai daerah penghasil lada.Fatahillah juga memiliki peran penting dalam penyebaran
Islam di kawasan Lampung tersebut.Pada 1570 Fatahillah wafat dan digantikan oleh putranya
yang bernama Pangeran Yusuf.Pemerintahan Kerajaan Banten sendiri mulai mengalami
perkembangan yang cepat saat dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa.Pada
pemerintahaannya, kehidupan sosial budaya kerajaan Banten mengalami kemajuan dan
masyarakat hidup dengan kebudayaan Islam yang kuat.Nah, Adjarian itulah beberapa
kerajaan-kerajaan Islam di pulau Jawa yang dimulai dari berdirinya kerajaan Demak.

(Atik rosita)
Kerajaan Islam di Sulawesi
Kerajaan Gowa-Tallo atau Kesultanan Makassar
Kerajaan Gowa-Tallo merupakan kerajaan Islam pertama di tanah Sulawesi.
Mengutip buku Sejarah karya Nana Supriatna (2008: 42), kerajaan kecil yang ada di Sulawesi
Selatan telah berkembang sejak sekitar abad ke-16. Namun kerajaan-kerajaan kecil ini selalu
bersaing memperebutkan wilayah kekuasaan di tanah Sulawesi. Sehingga menghasilkan
sebuah kerajaan berdasarkan tempat kemenangan.Kerajaan ini menjadi sasaran perang Lawu,
Bone, Soppeng, dan Wajo. Kerajaan Gowa-Tallo resmi menjadi sebuah kerajaan Islam ketika
kedua raja dari Gowa dan Tallo resmi memeluk Islam pada 22 September 1605.Meskipun
sudah menjadi kerajaan Islam, kerajaan Goa-Tallao masih tetap berhubungan baik dengan
bangsa Portugis yang beragama Kristen Katolik.

Kerajaan Buton
Kerajaan yang berlokasi di Buton, Sulawesi Tenggara yang dipimpin raja Lakilaponto
yang mengkomandoi peresmian agama Islam di daerah tersebut. Bentuk pemerintahan yang
awalnya berbentuk kerajaan berubah menjadi kesultanan ketika salah seorang ulama bernama
Syaikh Abdul Wahid tinggal di Buton.
Sultan pertama yang merah tahtanya pada saat itu adalah Halu Oleo. Beliau sebelumnya
sempat menyerahkan posisi kepala pemerintahan kepada adiknya yang bernama La Posasu.
Namun beliau kembali ke kraton dan dilantik sebagai sultan pertama dari tahun 1491 sampai
1537.

Kerajaan Bone
Berdirinya Kerajaan Bone sangat dipengaruhi oleh kerajaan Gowa. Sultan Alauddin
yang merupakan raja ke-14 di Kerajaan Gowa yang menyebarkan agama Islam dengan
damai. Beliau menyearkan sampai kepada kerajaan-kerajaan tetangga. La Tenri Ruwa
sebagai Raja Bone XI yang menerima ajaran agama Islam. Kemudian warganya diikuti
beberapa masyarakat Bone.
Kerajaan Islam di Kalimantan
Kesultanan Pasir (1516)
Dilansir dari website Pemerintah Daerah Kabupatan Paser, Kesultanan Pasir
sebelumnya bernama Kerajaan Sadurengas yang dipimpin oleh seorang wanita (Ratu I)
bernama Putri Di Dalam Petung. Wilayahnya meliputi Kabupaten Pasir, Kabupaten Penajam
Paser Utara, dan sebagian Provinsi Kalimantan Selatan.
Islamisasi di Kerajaan Pasir dilakukan melalui perdagangan dan perkawinan. Salah satunya
yaitu perkawinan antara Putri Di Dalam Petung dengan Abu Masyur Indra Jaya (pimpinan
ekspedisi agama Islam dari Kesultanan Demak).

Kesultanan Banjar (1526-1905)


Dalam buku Sejarah Kesultanan dan Budaya Banjar karya Sahriansyah (2015:3-5),
Pangeran Samudra merupakan raja pertama Kesultanan banjar dengan gelar Sultan
Suriansyah dan merupakan raja pertama yang masuk Islam. Sebelumnya Pangeran Samudra
dibantu oleh Kerajaan Demak hingga berhasil memperoleh kemenangan atas Kerajaan
Negara Daha.
Wilayah Kesultanan Banjar meliputi 5 distrik besar di Kalimantan Selatan yaitu Kuripan
(Amuntai), Daha (Nagara Margasari), Gagelang (Alabio), Pudak Sategal (Kalua) dan Pandan
Arum (Tanjung). Pada awal abad ke-16 Kesultanan banjar bertindak sebagai wakil
Kesultanan Demak di Kalimantan.

Kesultanan Kotawaringin (1679)


Dilansir melalui website Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat, Kerajaan
Kotawaringin merupakan pecahan dari Kesultanan Banjar. Pada masa kepemimpinan Sultan
Mustainbillah, ia memberikan daerah kekuasaan baru untuk putranya, Pangeran Adipati
Antakusuma.Keraton Kesultanan dibangun pertama kali di Kotawaringin Lama dengan nama
Astana Alnusari. Selanjutnya pada tahun 1814 Keraton Kesultanan dipindahkan ke Pangkalan
Bun sebagai pusat pemerintahan yang disebut dengan Keraton Kuning atau Indra Kencana.

Kerajaan Pagatan (1750)


Raja pertama Kerajaan Pagatan yakni La Pangewa yang digelari Kapiten laut pulo
(Pulau laut) oleh Sultan Banjar. Kerajaan Pagatan yang dahulunya diserah-kuasakan oleh
Sultan Banjar meliputi sebuah wilayah yang cukup luas.Namun setelah sistem pemerintahan
kerajaan Pagatan dihapuskan oleh Belanda, menjadikan wilayahnya semakin mengecil.
Bahkah dewasa ini, Pagatan tak lebih dari sebuah wilayah setingkat desa yang menjadi
ibukota kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Kota Baru, propinsi Kalimantan Selatan.
Demikian yang tercantum dalam jurnal Strategi Budaya Orang Bugis Pagatan dalam Menjaga
Identitas Kebugisan di Tengah Situasi Masyarakat Multikultur.

Kesultanan Sambas (1671)


Dalam website Kemendikbud, sekitar tahun 1671, Raden Sulaiman mendirikan
Kesultanan Sambas. Raden Sulaiman juga merupakan sultan pertama Kesultanan Sambas
dengan gelar Sultan Muhammad Shafiuddin. Pusat pemerintahan Kesultanan Sambas berada
di dekat muara Sungai Teberrau yang bernama Lubuk Madung.
Kesultanan Kutai Kartanegara (1575)
Kutai Kartanegara mulai menjadi kerajaan Islam sejak 1575 dengan Aji Raja Mahkota
Mulia Alam sebagai sultan pertamanya. Sebelumnya kerajaan ini menganut ajaran Hindu.
Berdasarkan website Dinas Pariwisata Pemkab Kutai Kartanegara, pada masa kejayaannya,
Kesultanan Kutai Kartanegara memiliki beberapa wilayah otonom yakni Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, Kota Balikpapan, Kota
Bontang, Kota Samarinda, dan Kecamatan Penajam.

Kesultanan Berau (1400)


Dilansir melalui website Pemerintah Kabupaten Berau, kesultanan Berau didirikan
sekitar abad ke-14. Raja pertama yang memerintah bernama Baddit Dipattung dengan gelar
Aji Raden Surya Nata Kesuma. Pusat pemerintahannya berada di Sungai Lati. Belanda
berhasil memecah belah Kerajaan Berau dengan politik adu domba, sehingga kerajaan
terpecah menjadi dua yakni Kesultanan Sambaliung dan Kesultanan Gunung Tabur. Ajaran
agama Islam masuk ke Berau dibawa oleh Imam Sambuayan dengan pusat penyebarannya di
sekitar Sukan.

Kesultanan Sambaliung (1810)


Kesultanan Sambaliung merupakan pecahan dari Kesultanan Berau. Sultan pertama di
Kesultanan Sambaliung adalah Raja Alam yang bergelar Alimuddin.

Kesultanan Gunung Tabur (1820)


Sama dengan Kesultanan Sambaliung, Kesultanan Tabur juga merupakan pecahan
dari Kesultanan Berau. Sultan Muhammad Zainal Abidin merupakan sultan pertama dari
Kesultanan Gunung Tabur.

Kesultanan Pontianak (1771)


Menurut jurnal Jejak Sejarah Kesultanan Pontianak karya Firmanto (2012),
kesultanan Pontianak dikenal dengan nama Kesultanan Qadriah, karena didirikan oleh dinasti
Al-Qadrie. Pendiri kesultanan ini adalah Syarif Abdurrahman Al-Qadrie.Pada tahun 1768
Abdurrahman Al-Qadrie menikahi putri Raja Banjar bernama Syarifah Anum atau Ratu
Syahranum dan memperoleh gelar Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam. Pernikahan ini
dimaksudkan untuk memperkuat aliansi politik antara kerajaan Banjar dan Mempawah.
Istana Kesultanan Pontianak berada di kawasan tepi Sungai Kapuas yang tidak jauh dari
muara Sungai Landak.

Kesultanan Tidung (1076)


Kerajaan Tidung diperkirakan ada sejak 1076 masehi. Peralihan islamisasi Kerajaan
Tidung dilakukan melalui perkawinan antara Ratu Ikenawai (pimpinan Tidung Kuno
terakhir) dengan Amiril Rasyd yang diduga datang dari suku Sulu (kini termasuk wilayah
Filipina). Diperkirakan lokasi kerajaan ini berpindah-pindah dari Binalatung di sesisir timur
Tarakan ke Tanjung Batu dan Sungai Bidang di pesisir barat.

Kesultanan Bulungan (1731)


Dalam website Indonesia.go.id, Kesultanan Bulungan dipimpin oleh Datuk Mencang
pada awal masa berdirinya. Wilayah kekuasaannya meliputi Bulungan, Tana Tidung,
Malinau, Nunukan, Tarakan, hingga Jawi (kini Sabah) Malaysia. Pada tahun 1777 tampuk
kekuasaan Kesultanan Bulungan dipegang oleh Wira Amir yang berganti nama menjadi Aji
Muhammad setelah memeluk agama Islam. Aji Muhammad kemudian digelari Sultan Amirul
Mukminin.

Kerajaan Islam di Maluku

Kerajaan Jailolo
Kerajaan Jailolo terletak di bagian pesisir utara pulau Seram dan sebagian Halmahera.
Kerajaan ini termasuk ke dalam kerajaan tertua di wilayah Maluku. Menurut sejarah kerajaan
Jailolo berdiri sejak tahun 1321 dan mulai masuk Islam setelah kedatangan mubaligh dari
Malaka.

Kerajaan Ternate
Menurut sejarah kerajaan Ternate telah berdiri sekitar abad ke 13 Masehi. Kerajaan
ini berada di Maluku Utara dan beribukotakan di Simpalu. Penyebaran Islam di kerajaan
Ternate dipengaruhi oleh ulama-ulama dari Jawa, Arab dan Melayu.Kemudian, kerajaan ini
pun resmi memeluk Islam setelah raja Zainal Abidin belajar tentang Islam dari Sunan Giri
pada tahun 1486 Masehi. Sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, maka banyak
pedagang dari berbagai penjuru dunia yang singgah di wilayah Ternate.

Kerajaan Tidore
Kerajaan ini terletak di sebagian pulau Halmahera dan sebagian lagi di pulau Seram.
Kerajaan Tidore memeluk Islam sekitar abad ke 15 Masehi. Cirali Lijitu merupakan sultan
Tidore yang pertama kali memeluk agama Islam dan memiliki gelar Sultan Jamaludin.
Sultan Jamaludin memeluk Islam berkat seorang mubaligh bernama Syekh Mansyur.
Kerajaan ini sendiri terkenal karena ekonomi perdagangan di sektor rempah-rempah.
Menurut sumber sejarah, kerajaan Tidore kala itu memiliki persekutuan yang disebut dengan
Ulisiwa yang terdiri atas wilayah Halmahera, Makyan, Kai, Jailolo serta pulau-pulau lainnya
di wilayah sebelah timur Maluku.

Kerajaan Bacan
Kekuasaan kerajaan Bacan telah meliputi seluruh kepulauan Bacan, Obi, Waigeo,
Solawati hingga di wilayah Irian Barat. Penyebaran agama Islam di kerajaan Bacan ini
sendiri bermula ketika seorang Mubalig dari kerajaan Islam Maluku lainnya datang dan mulai
menyebarkan Islam.Adapun raja pertama dari kerajaan Bacan ini bernama Zainal Abidin.
Ketika memimpin Kerajaan Bacan, Zainal Abidin pun mulai menerapkan ajaran dan aturan-
aturan Islam di wilayah Kerajaan Bacan.

Anda mungkin juga menyukai