Anda di halaman 1dari 6

Proses Masuknya Islam di Nusantara

Islam di Nusantara adalah bentuk penerapan ajaran Islam yang berkembang di Indonesia sebagai
wujud interaksi kebudayaan di Nusantara dengan ajaran Islam. Terbentuknya Islam di Nusantara
tidak terlepas dari sejarah masuknya Islam dan perkembangannya di Nusantara.

A. Proses Masuknya dan Berkembangnya Islam ke Nusantara

Masuk dan siar Islam di Nusantara sangat ditentukan oleh kondisi sosial, budaya, politik, dan
ekonomi yang ada sebelumnya. Secara geografis, wilayah Nusantara memiliki letak strategis
yang memudahkan masuknya pengaruh dari luar. Terbukanya wilayah Nusantara memungkinkan
masyarakatnya untuk berinteraksi dengan bangsa lain.

1. Teori Masuknya Islam ke Nusantara

Pembawa Islam pertama ke Nusantara, sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Begitu
pula dengan kapan tahun perlama Islam masuk juga belum diketahul. Meskipun demikian, ada
beberapa teori yang menganalisis tentang bangsa yang pem-bawa/penyebar Islam ke Nusanlara
beserla fakla-fakta sejarahnya

 Teori Gujarat (Anak Benua India)

Teori gujarat ada juga yang menyebut teori anak benua india Teori ini intinya menyatakan bahwa
Islam di Nusantara berasal dari muslim India (Gujarat, Malabar, dan Bengal) Diperkirakan Islam
masuk ke Indonesia pada sekilar abad ke-13. Tokoh pendukung teori ini sebagai berikut.

1) J. Pinajnapel : menyatakan bahwa muslim Arab bermazhab Syafii awalnya bermigrasi


dan menetap di wilayah Gujaral dan Malabar sambil menyebarkan Islam. Selanjutnya,
muslim India membawa Islam ke Nusantara.
2) Snouck Hurgronje : menyatakan bahwa Islam telah kual di beberapa kola pelabuhan di
India. Para pedagang muslim itu kemudian menjadi perantara perdagangan Nusantara
dengan Timur Tengah. Mereka datang ke Nusanlara selain berdagang juga untuk siar
Islam.
3) Moquette : menyatakan bahwa artefak nisan makam di Pasai, kawasan utara
Sumatra,berlanggal 17 Dzulhijjah 831 H/27 September 1428 M.Begitu pula dengan nišan
makam Maulana Malik Ibrahim (822 H/1419 M). Kedua batu nisan tersebut me-milikl
bentuk yang,sama dengan batu nisan yang ada di Gujarat, India.
4) S.Q.Fatim : menyatakan bahwa artefak nisan makam yang ada di Pasai, kawasan utara
Sumatra, ber-langgal 17 Dzulhijjah 831 H/27 September 1428 M. Begitu pula nisan
makam Maulana Malik Ibrahim (822 H/1419 M). Kedua jenis batu nisan tersebut berasal
dari Bengal.
5) Marrlson : menyatakan bahwa Islam berasal dari Corromandel dan Malabar karena
persamaan madzab dengan Islam di Nusantara. Sebelum lahun 698H/1297 M (Raja
Samudra Pasai yang pertama meninggal) wilayah Gujarat rajanya maslh beragama
Hindu.

 Teori Arab (Makkah)

Teori arab menyatakan bahwa periyebaran islam di Nusantara langsung dilakukan oleh muslim
Arab. Tokoh pendukung teari sebagai berikut :

1) T.W. Amold : berpendapat bahwa para pedagang Arab monyebarkan Islam kelika mereka
dominan dalam perdagangan Barat--Timui sejak abad awal Hijriah alau abad ke-7 dan
ke-8 Masehi Pendapalnya berdasarkan dani sumber-sumber dari Tiongkok. Dalam
sumber tersebul disebulkan bahwa menjelang akhir perempat abad ketiga abad ke-7,
seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab muslim di pesisir
pantai Sumatra. Orang-orang Arab tersebut melakukan pernikahan dengan wanita lokal
sehingga membenluk komunitas muslim yang terdiri alas orang-orang Arab pendalang
dan penduduk lokal.
2) Crawud : menyatakan bahwa Islam di Nusantara memiliki persamaan madzab dengan
Islam di Makkah, yailu Syafii.
3) Hamka : menyatakan bahwa gelar Raja Samudra Pasai sama dengan gelar raja di Arab,
yaitu al-Malik. Adapun di India menggunakan gelar khan.

 Teori Cina

Menurut teori cina, Islam di Nusanlara, khususnya di Jawa berasal atau dibawa oleh muslim
Tiongkok. Slamel Muljana dalam bukunya “Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya
Negara-Negara Islam di Nusantara" menyatakan berdasarkan Serat Kanda, Babad Tanah Jawi,
dan naskah kuno dari Kelenteng Sam Po Kong bahwa sebagian Wali Sanga ifu berasal dari
Tionghoa peranakan.

Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari pembentukan masyarakat Tionghoa Islam pertama di
Nusantara yang dibentuk Cheng Ho di Palembang pada tahun 1407 setelah Palembang
dibebaskan dari kerusuhan-kerusuhan yang dilakukan peram-pok-perampok Hokkian.

Selanjutnya, Slamet Muljana juga menyatakan bahwa Raden Patah ialah seorang peranakan
Tionghoa bernama Jin Bun dengan ibu seorang putri Tiongkok (wanita peranakan) dan
ayahPrabu Brawijaya V (Kertabhumi-raja terakhir Majapahit) yang lahir di Palembang pada
1455, didik secara Islam,dan datang ke Jawa pada 1474.

Di Jawa, dengan bantuan Wali Sanga yang sebagian juga peranakan Tionghoa, Jin Bun
mendirikan Kesuultanan Demak, kemudian akhirnya menyerang dan meruntuhkan Majapahit
pada 1478 yang sedang diperintah oleh ayahnya sendiri, Kertabhumi. Sejak ilu pupuslah
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Jawa, digantikan oleh kerajaan-kerajaan bercorak Islam.

Beberapa Wali Sanga yang berdarah Tlonghoa peranakan yang membantu Raden Patah
meruntuhkan Majapahit dan menyebarkan agama Islam di Jawa sebagai berikut :

1) Bong Swi Hoo/Raden Rahmat/Sunan Ampel, asal Yunan yang datang ke Jawa pada 1445
dan membenluk masyarakat Islam Jawa dl Ampel.
2) Gan Si Cang/Raden Said/Sunan Kalijaga, asal seorang kapten kapal Tiongkok di
Semarang.
3) Toh A Bo/Syarif Hidayatullah/Sunan Gunung Jati, anak Sultan Trenggana(Tung Ka Lo),
Raja Demak, yang merupakan Panglima Tentara Demak.
4) Dja Tik Su/Jafar Sadik/Sunan Kudus.
5) Sunan Bonang, putra Sunan Ampel, peranakan Tionghoa tidak bisa berbahasa Tionghoa.
6) Sunan Giri, murid Sunan Ampel, peranakan Tionghoa lidak bisa berbahasa Tionghoa.

Selain itu, dikatakan pula bahwa Kesultanan Demak sendiri berturut-turut diperintah oleh raja-
raja beretnis Tionghoa,yaitu Jin Bun (Raden Patah, 1478-1518), Yat Sun (Adipati Unus, 1518-
1521), Tung Ka Lo (Trenggana, 1521-1546), Muk Ming (Sunan Prawata, 1546).

Islamisasi di Nusantara khususnya di Jawa yang dilakukan oleh muslim dari Tiongkok juga
didukung oleh Sumanto Al Qurtuby. Menurutnya, islamisasi di dalam rentang waktu abad ke-15
dan ke-16 yang menjadi babakan pertama dan ulama tersebarnya Islam secara luas dilakukan
oleh "orang-orang Tionghoa muslim".Hasil penelitian Sumanto itu ditulis dalam bukunya yang
berjudul “Arus Cina-Islam-Jawa: Bongkar Sejarah atas Peranan Tionghoa dalam Penyebaran
Islam di Nusantara Abad XV & XVI". Sumanto Al Qurtuby mendukung teori cina dengan dasar
sebagai berikut :

1) Pada abad ke-9 banyak orang muslim Tiongkok di Kanton yang mengungsi ke Jawa
karena ada penumpasan penduduk muslim Tiongkok oleh Huan Chou.
2) Terdapat unsur-unsur arsitektur Tiongkok di bangunan masjid Indonesia.
3) Kesamaan madzab yang ada di Nusantara dengan madzab yang dianut oleh muslim di
Tiongkok, yaitu Syafi.

 Teori Maritim

Teori maritim dikemukakan oleh sejarawan asal Pakistan, yaitu N.A Baloch.Teori ini menyata-
kan bahwa penyebaran Islam di Nusantara tidak bisa dilepaskan dari kemampuan umat Islam
dalam menjelajah samudra. Teori ini tidak men-jelaskan dari mana asal Islam yang berkembang
di Nusantara, namun yang jelas menurut teori ini, masuknya Islam ke Nusantara terjadi di sekitar
abad ke-7 Masehi.
 Teori Bangladesh

Teori Bangladesh dikenal juga dengan nama teori Benggali, Dikemukakan oleh S. Q Fatimi.
Teori ini mengemukakan bahwa Islam datang di Nusantara berasal dari Benggali. Teori ini
didasarkan atas tokoh-tokoh terkemuka di Pasai adalah orang-orang keturunan dari Benggali.
Menurut beberapa pendapat berdasarkan teoriBenggali berarti Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke-11 M.

Note : Semua teori tentang bangsa pembawa Islam ke Nusantara masing-masing memiliki
kelemahan dan kelebihan lersendiri Tidak ada kemutlakan dan kepasiian yang jelas dalam
masing-masing teori tersebut Meminjam istilah Azyumardi Azra dikatakan bahwa,
sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas, artinya tidak berasal
dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang bersamaan.

Cara penyebaran Islam Di Indonesia

1) Perdagangan

Saluran perdagangan merupakan tahap yang paling wala dalam tahap Islamisasi, yang
diperkirakan dimulai pada abad ke-7 M yang melibatkan pedagang-pedagang Arab, Persia, dan
India. Menurut Thome Pires, sekitar Abad ke-7 sampai Abad ke-16 lalu lintas perdagangan yang
melalui Indonesia sangat ramai. Dalam agama Islam, siapapun bisa sebagai penyebar Islam,
sehingga hal ini menguntungkan karena mereka melakukannya sambil berdagang. Pada
saluran ini hampur semua kelompok masyarakat terlibat mulai dari raja, birokrat, bangsawan,
masyarakat kaya, sampai menengah ke bawah. Proses ini dipercepat dengan runtuhnya kerajan-
kerajaan Hindhu-Budha.

2) Perkawinan

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap perdagangan. Para pedagang yang datang lama-
kelamaan menetap dan terbentuklah perkampungan yang dikenal dengan nama pekojan. Tahap
selanjutnya, para pedagang yang menetap ada yang membentuk keluarga dengan penduduk
setempat dengan cara menikah, misalnya Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Manila.
Mengingat pernikahan Islam dengan agama lain tidak sah, maka penduduk lokal yang akan
dinikahi harus memeluk Islam terlebih dahulu. Dan cara untuk memeluk agama Islam pun tidak
terlalu sulit, cukup dengan mengucapkan kalimat Syahadat. Penyebaran agama Islam dengan
saluran ini berjalan lancar mengingat akan adanya keluarga muslim yang menghasilkan
keturunan-keturunan muslim dan mengundang ketertarikan penduduk lain untuk
memeluk agama Islam. Dalam beberapa abad diceritakan adanya proses ini, antara lain :

a) Maulana Ishak menikahi putri Blambangan dan melahirkan Sunan Giri


b) Babad Cirebon diceritakan perkawinan antara Putri Kawunganten dengan
Sunan Gunung Jati
c) Babad Tuban menceritakan perkawinan antara Raden Ayu Teja, Putri
Adipati Tuban dengan Syekh Ngabdurahman

3) Pendidikan

Para ulama, kiai, dan guru agama berperan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan
Islam. Para tokoh ini menyelenggarakan pendidikan melalui pondok pesantren bagi para
santri-santrinya. Dari para santri inilah nantinya Islam akan disosialisasikan di tengah
masyarakat. Pesantren yang telah berdiri pada masa pertumbuhan Islam di Jawa, antara lain :
Pesantren Sunan Ampel di Surabaya dan Pesantren Sunan Giri di Giri. Pada saat itu, terdapat
berbagai kyai dan ulama yang dijadikan guru agama atau penasihat agama di kerajaan-kerajaan.

4) Kesenian

Penyebaran Islam melalui seni budaya dapat dilakukan memalui beberapa cara seperti seni
bangunan, seni pahat atau ukir, tari, musik, dan sastra. Saluran seni yang paling terkenal
adalah pertunjukan wayang dan musik.

5) Politik

Kekuasaan raja memiliki peranan sangat besar dalam penyebaran Islam di


Indonesia. Ketika seorang raja memeluk Islam, maka secara tidak langsung rakyat akan
mengikuti. Dengan demikian, setelah agama Islam mulai tumbuh di masyarakat,
kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan
penyebaran agama.

6) Dakwah

Perkembangan Islam di Jawa tidak lepas dari peranan para mubalig yang ber-tindak sebagai juru
dakwah, perintis, dan penyebarnya.Para mubalig tersebut tentu saja memiliki pengetahuan
tentang agama Islam yang mendalam dan memiliki reputasi yang tinggi sehingga sangat
dihormati dan memiliki banyak pengikut. Para mubalig penyebar agama Islam di Pulau Jawa
sangat banyak jumlahnya, namun yang paling terkenal berjumlah sembilan orang. Oleh karena
itu, mereka dikenal sebagai Wali Sanga (Sembilan Wali).Apabila salah satu anggota Wali ini
wafat, ia akan digantikan oleh mubalig lainnya berdasarkan musyawarah.

7) Tasawuf
Jalur lain yang tidak kalah pentingnya dalam proses penyebaran Islam di Nusantara
adalah tasawuf. Salah satu sifat khas dari ajaran ini adalah mengakomodasi terhadap
budaya lokal,sehingga banyak menyebabkan penduduk Nusantara yang tertarik menerima
ajaran Islam.Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi
mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya beragama Hindu.
Itú sebabnya ajaran Islam dapat mudah diterima

Kelebihan Masuknya Agama Islam ke Indonesia

 Kelebihan :
Adanya persilangan budaya atau akulturasi dari daerah atau bangsa luar yang dimana
terbagi atas :

Seni bangunan : Seni dan arsitektur bangunan Islam di Indonesia sangat unik, menarik
danakulturatif. Seni bangunan yang menonjol di zaman perkembangan Islam ini
terutama masjid, menara serta makam.
Seni Ukir : Pada masa perkembangan Islam di zaman madya, berkembang ajaran
bahwaseni ukir, patung, dan melukis makhluk hidup, apalagi manusia secara nyata,
tidak diperbolehkan. Di Indonesia ajaran tersebut ditaati. Hal ini menyebabkan seni
patung di Indonesia pada zaman madya, kurang berkembang. Padahal pada masa
sebelumnya seni patung sangat berkembang, baik patung-patung bentuk manusia maupun
binatang. Akan tetapi, sesudah zaman madya, seni patung berkembang seperti yang
dapatkita saksikan sekarang ini.
Aksara dan sastra : Tersebarnya Islam di Indonesia membawa pengaruh dalam bidang
aksar atau tulisan. Abjad atau huruf-huruf Arab sebagai abjad yang digunakan untuk
menulis bahasa Arab mulai digunakan di Indonesia. Bahkan huruf Arab digunakan di
bidang seni ukir.
Kesenian : Di Indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernafas Islam yang bertujuan
untuk menyebarkan ajaran Islam. Kesenian tersebut, misalnya seperti : permainan debus,
tarian seudati, dan wayang.

Anda mungkin juga menyukai