Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak keanekaragaman, seperti
keanekaragaman agama. Di Indonesia kebanyakan penduduknya menganut agama islam, karena
dalam agama ini tidak ada sistem kasta atau yang lainnya seperti dalam agama Hindu maupun
agama Budha. Dalam agama Islam derajat seseorang itu sama, baik ia kaya atau miskin, yang
menjadikan derajat orang itu tinggi atau rendah adalah keimanan dan ketakwaan. Inilah yang
menyebabkan kebanyakan orang memilih Islam sebagai agama yang patut untuk di ikuti atau di
yakini.
Seiring dengan berkembangnya Islam para sejarawan melakukan berbagai penelitian
tentang bagaimana cara masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia ini, yang kemudian
adanya berbagai teori yang muncul dalam penelitian-penelitian yang di lakukan oleh para
sejarawan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori masuknya Islam di Indonesia?
2. Apa saja pola penyebaran Islam di Indonesia?
3. Apa saja kerajaan-kerajaan islam yang ada di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui teori masuknya Islam di Indonesia.
2. Mengetahui pola penyebaran Islam di Indonesia.
3. Mengetahui alur sejarah kerajaan Islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Masuknya Islam di Indonesia


Sejak awal abad masehi telah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antar pulau atau
antar daerah. Kawasan timur yang meliputi kepulauan India Timur dan Pesisir Selatan Cina
sudah memiliki hubungan dengan dunia Arab melaluia perdagangan. Pedagang Arab datang ke
Nusantara melalui jalur laut dengan rute dari Aden menyisir pantai menuju Maskat, Raisut, Siraf,
Guadar, Daibul, Pantai Malabar yang meliputi Gujarat, Keras, Quilon, dan Kalicut kemudian
menyisir pantai Karamandel seperti Saptagram ke Chitagong (pelabuhan terbesar di
Bangladesh), Akyab (sekarang wilayah Myanmar), Selat Malaka, Peureulak (Aceh Timur),
Lamno (pantai barat Aceh), Barus, Padang, Banten, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik,
Ampel, Makasar, Ternate, dan Tidore.
Barang dagangan yang populer adalah nekara perunggu (dari Vietnam). Nekara ini
tersebar hingga ke seluruh pelosok nusantara. Perdagangan nekara ini bersumber dari berita Cina
pada awal abad masehi yang menyebut Sumatera, Jawa, serta Kalimantan. Dan yang terpenting
adalah Maluku merupakan wilayah yang menarik bagi para pedagang. Maluku merupakan
penghasil rempah-rempah yakni pala dan cengkeh. Dalam proses penjualan rempah-rempah
tersebut dibawa ke pulau Jawa dan Sumatera. Kemudian dipasarkan kepada pedagang asing dan
dibawa ke negeri asalnya.
Selanjutnya ialah kapur barus menjadi dagangan yang terkenal. Hal ini bersumber dari
India kuno bahwa semenjak permulaan abad masehi sampai abad ke-7 Masehi terdapat
pelabuhan yang sering disinggahi oleh pedagang asing antara lain Lamuri (Aceh), Barus dan
Palembang. Sedangkan di Pulau Jawa antara lain Sunda Kelapa dan Gresik. Sejak tahun 674 M
telah ada kolonial Arab di bagian barat Pulau Sumatera. Ini merupakan berita dari Cina yang
menyebutkan bahwa terdapat seorang Arab yang menjadi pemimpin di koloni bangsa Arab di
pantai barat Sumatera. Besar kemungkinan pantai barat Sumatera tersebut ialah Barus yang
menghasilkan kapur Barus.
Dari uraian di atas dapat diperkirakan bahwa Islam sudah masuk ke Nusantara sejak awal
abad Hijriah. Meskipun sifatnya masih dianut oleh bangsa asing dan belum ada pengakuan dari
pribumi yang beragama Islam. Jelaslah sejarah bagaimana Islam datang ke Indonesia akan tetapi
yang menjadi pertanyaan di atas ialah kepastian asal kedatangan, pembawanya, tempat yang
didatangi, waktu, dan bukti sejarah. Perbedaan sudut pandang dan bukti-bukti tersebut
menyebabkan beragamnya teori-teori masuknya Islam ke Indonesia. Berdasarkan tempat terdapat
lima teori tentang masuknya Islam ke Nusantara, sebagaimana uraian berikut.
Pertama, teori Arab. Teori ini menyatakan bahwa Islam dibawa dan disebarkan ke
Nusantara langsung dari Arab pada abad ke-7/8 M, saat Kerajaan Sriwijaya mengembangkan
kekuasaannya. Tokoh-tokoh teori ini adalah Crawfurd, Keijzer, Niemann, de Hollander, Hasymi,
Hamka, Al-Attas, Djajadiningrat, dan Mukti Ali. Bukti-bukti sejarah teori ini sangat kuat. Pada
abad ke-7/8 M, selat Malaka sudah ramai dilintasi para pedagang muslim dalam pelayaran
dagang mereka ke negeri-negeri Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina Zaman
Tang pada abad tersebut, masyarakat muslim sudah ada di Kanfu (Kanton) dan Sumatera. Ada
yang berpendapat mereka adalah utusan-utusan Bani Umayah yang bertujuan penjajagan
perdagangan. Demikian juga Hamka yang berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia tahun
674 M. Berdasarkan Catatan Tiongkok, saat itu datang seorang utusan raja Arab bernama Ta
Cheh atau Ta Shih (kemungkinan Muawiyah bin Abu Sufyan) ke Kerajaan Ho Ling (Kalingga)
di Jawa yang diperintah oleh Ratu Shima. Ta-Shih juga ditemukan dari berita Jepang yang ditulis
tahun 748 M. Diceritakan pada masa itu terdapat kapal-kapal Po-sse dan Ta-Shih KUo. Menurut
Rose Di Meglio, istilah Po-sse menunjukan jenis bahasa Melayu sedangkan Ta-Shih hanya
menunjukan orang-orang Arab dan Persia bukan Muslim India. Juneid Parinduri kemudian
memperkuat lagi, pada 670 M, di Barus Tapanuli ditemukan sebuah makam bertuliskan HaMim.
Semua fakta tersebut tidaklah mengherankan mengingat bahwa pada abad ke-7, Asia Tenggara
memang merupakan lalu lintas perdagangan dan interaksi politik antara tiga kekuasaan besar,
yaitu Cina di bawah Dinasti Tang (618-907), Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti
Umayyah (660-749).
Dari uraian di atas dapat dipastikan bahwa bangsa Arab berperan penting dalam
perdagangan. Dan telah ditemukan bukti-bukti yang menunjukan bahwa telah terjadi interaksi
perdagangan antara Cina, Arab dan Nusantara. Sehingga Islam sudah mulai masuk ke dalam
kepulauan Nusantara.
Kedua, teori Cina. Dalam teori ini menjelaskan bahwa etnis Cina Muslim sangat berperan
dalam proses penyebaran agama Islam di Nusantara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
pada teori Arab, hubungan Arab Muslim dan Cina sudah terjadi pada Abad pertama Hijriah.
Dengan demikian, Islam datang dari arah barat ke Nusantara dan ke Cina berbarengan dalam
satu jalur perdagangan. Islam datang ke Cina di Canton (Guangzhou) pada masa pemerintahan
Tai Tsung (627-650) dari Dinasti Tang, dan datang ke Nusantara di Sumatera pada masa
kekuasaan Sriwijaya, dan datang ke pulau Jawa tahun 674 M berdasarkan kedatangan utusan raja
Arab bernama Ta cheh/Ta shi ke kerajaan Kalingga yang di perintah oleh Ratu Sima.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Islam datang ke Nusantara
berbarengan dengan Cina. Akan tetapi teori di atas tidak menjelaskan tentang awal masuknya
Islam, melainkan peranan Cina dalam pemberitaan sehingga dapat ditemukan bukti-bukti bahwa
Islam datang ke Nusantara pada awal abad Hijriah.
Ketiga, teori Persia. Berbeda dengan teori sebelumnya teori Persia lebih merujuk kepada
aspek bahasa yang menunjukan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara dan bahasanya telah
diserap. Seperti kata „Abdas‟ yang dipakai oleh masyarakat Sunda merupakan serapan dari
Persia yang artinya wudhu.
Bukti lain pengaruh bahasa Persia adalah bahasa Arab yang digunakan masyarakat
Nusantara, seperti kata-kata yang berakhiran ta’ marbūthah apabila dalam keadaan wakaf dibaca
“h” seperti shalātun dibaca shalah. Namun dalam bahasa Nusantara dibaca salat, zakat, tobat,
dan lain-lain.
Keempat, teori India. Teori ini menyatakan Islam datang ke Nusantara bukan langsung
dari Arab melainkan melalui India pada abad ke-13. Dalam teori ini disebut lima tempat asal
Islam di India yaitu Gujarat, Cambay, Malabar, Coromandel, dan Bengal. Teori India yang
menjelaskan Islam berasal dari Gujarat terbukti mempunyai kelemahankelemahan. Hal ini
dibuktikan oleh G.E. Marrison dengan argumennya “Meskipun batu-batu nisan yang ditemukan
di tempat-tempat tertentu di Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat atau Bengal, seperti yang
dikatakan Fatimi. Itu tidak lantas berarti Islam juga didatangkan dari sana”. Marrison
mematahkan teori ini dengan menuujuk pada kenyataan bahwa ketika masa Islamisasi Samudera
Pasai, yang raja pertamanya wafat pada 698 H/1297 M, Gujarat masih merupakan Kerajaan
Hindu. Barulah setahun kemudian Gujarat ditaklukan oleh kekuasaan muslim. Jika Gujarat
adalah pusat Islam, pastilah telah mapan dan berkembang di Gujarat sebelum kematian Malikush
Shaleh. Dari teori yang dikemukakan oleh G.E. Marrison bahwa Islam Nusantara bukan berasal
dari Gujarat melainkan dibawa para penyebar muslim dari pantai Koromandel pada akhir abad
XIII.
Teori yang dikemukakan Marrison kelihatan mendukung pendapat yang dipegang T.W.
Arnold. Menulis jauh sebelum Marrison, Arnold berpendapat bahwa Islam dibawa ke Nusantara,
antara lain dari Koromandel dan Malabar. Ia menyokong teori ini dengan menunjuk pada
persamaan mazhab fiqh di antara kedua wilayah tersebut. Mayoritas muslim di Nusantara adalah
pengikut Mazhab Syafi‟i, yang juga cukup dominan di wilayah Koromandel dan Malabar,
seperti disaksikan oleh Ibnu Batutah (1304-1377), pengembara dari Maroko, ketika ia
mengunjungi kawasan ini. Menurut Arnold, para pedagang dari Koromandel dan Malabar
mempunyai peranan penting dalam perdagangan antara India dan Nusantara. Sejumlah besar
pedagang ini mendatangi pelabuhan-pelabuhan dagang dunia Nusantara-Melayu, mereka
ternyata tidak hanya terlibat dalam perdagangan, tetapi juga dalam penyebaran Islam.
Kelima, teori Turki. Teori ini diajukan oleh Martin Van Bruinessen yang dikutip dalam
Moeflich Hasbullah. Ia menjelaskan bahwa selain orang Arab dan Cina, Indonesia juga
diislamkan oleh orangorang Kurdi dari Turki. Ia mencatat sejumlah data. Pertama, banyaknya
ulama Kurdi yang berperan mengajarkan Islam di Indonesia dan kitabkitab karangan ulama
Kurdi menjadi sumber-sumber yang berpengaruh luas. Misalkan, Kitab Tanwīr al-Qulūb
karangan Muhammad Amin alKurdi populer di kalangan tarekat Naqsyabandi di Indonesia.
Kedua, di antara ulama di Madinah yang mengajari ulama-ulama Indonesia terekat Syattariyah
yang kemudian dibawa ke Nusantara adalah Ibrahim alKurani. Ibrahim al-Kurani yang
kebanyakan muridnya orang Indonesia adalah ulama Kurdi. Ketiga, tradisi barzanji populer di
Indonesia dibacakan setiap Maulid Nabi pada 12 Rabi‟ul Awal, saat akikah, syukuran, dan
tradisi-tradisi lainnya. Menurut Bruinessen, barzanji merupakan nama keluarga berpengaruh dan
syeikh tarekat di Kurdistan. Keempat, Kurdi merupakan istilah nama yang populer di Indonesia
seperti Haji Kurdi, jalan Kurdi, gang Kurdi, dan seterusnya. Dari fakta-fakta tersebut dapat
disimpulkan bahwa orang-orang Kurdi berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Dari teori-teori tersebut tampak sekali bahwa fakta-fakta Islamisasi diuraikan dengan
tidak membedakan antara awal masuk dan masa perkembangan atau awal masuk dan pengaruh
kemudian. Kedatangan Islam ke Nusantara telah melalui beberapa tahapan dari individualis,
kelompok, masyarakat, negara kerajaan, sampai membentuk mayoritas.
Teori Persia, India, Cina, dan Turki semuanya menjelaskan tentang pengaruh-pengaruh
setelah banyak komunitas dan masyarakat muslim di Nusantara. Jadi, sebenarnya teori tersebut
tidak menggugurkan atau melemahkan teori sebelumnya, tetapi melengkapi proses Islamisasi.
(Syafrizal Achmad, 2015)

B. Pola Penyebaran Islam di Indonesia


1. Perdagangan
Saluran perdagangan merupakan tahap yang paling awal dalam proses Islamisasi. Tahap
ini diperkirakan pada abad ke-7 M yang melibatkan pedagang Arab, Persia, dan India. Proses ini
sangat menguntungkan, sebab bisa dilaksanakan pada saat mereka berdagang. Dalam agam
Islam, semua orang Islam adalah penyampai ajaran Islam. Pada saluran ini hampir semua
kelompok masyarakat terlibat mulai dari raja, birokrat, bangsawan, masyarakat kaya, sampai
masyarakat bawah. Proses dipercepat dengan mulai runtuhnya kerajaan- kerajaan bercorak
Hindu-Budha.

2. Perkawinan
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap yang pertama. Para pedagang lama kelamaan
mulai menetap, baik untuk sementara maupun permanen. Lambat laun para pedagang ini
membentuk perkampunganperkampungan yang dikenal dengan nama Pekojan. Pada tahap
selanjutnya para pedagang ini ada yang mulai membentuk keluarga dengan cara menikahi para
penduduk lokal, misalnya antara Raden Rahmat (Sunan Ampel) dengan Nyai Manila. Namun
proses ini tidak begitu mudah, mengingat perkawinan dengan orang penganut berhala dianggap
kurang sah, karena itu wanita tersebut harus masuk Islam terlebih dahulu. Hal ini dapat
dijalankan dengan sederhana, karena tidak memerlukan upacara. Cukup dengan mengucapkan
kalimat Syahadat. Adanya proses ini menyebabkan penyebaran agama Islam berjalan lancar
karena keluarga hasil perkawinan akan membentuk keluarga muslim. Selain itu, tidak mustahil
dari pihak keluarga kedua mempelai timbul ketertarikkan untuk masuk agama Islam. Dalam
beberapa abad diceritakan adanya proses ini, misalnya Maulana Ishak menikahi Putri
Blambangan dan melahirkan Sunan Giri. Dalam Babad Cirebon diceritakan perkawinan antara
Putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati, Babad Tuban menceritakan tentang perkawinan
antara Raden Ayu Teja, Putri Adipati Tuban dengan Syekh Ngabdurahman.
3. Pendidikan
Para ulama, kyai, dan guru agama sangat berperan penting dalam penyebaran agama dan
kebudayaan Islam. Para tokoh Islam ini menyelenggarakan pendidikan melalui pondok pesantren
bagi para santri-santrinya. Dari para santri inilah nantinya Islam akan disosialisasikan ditengah-
tengah masyarakat.

4. Politik
Kekuasaan raja memiliki peranan sangat besar dalam proses Islamisasi. Ketika seorang
raja memeluk agama Islam, maka secara tidak langsung biasanya rakyat mengikuti jejak rajanya.
Dengan demikian, setelah agama Islam mulai tumbuh di masyarakat, kepentingan politik
dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan penyebaran agama.
Contohnya, Sultan Demak mengirimkan pasukannya di bawah Fatahillah untuk menduduki
wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan agama Islam.

5. Tasawuf
Tasawuf merupakan ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga
memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan Allah SWT. dan memperoleh ridha-Nya.
Saluran tasawuf termasuk yang berperan membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia. Hal ini
dimungkinkan karena sifat taswuf yang memberikan kemudahan dalam pengkajian ajarannya
karena disesuaikan dengan alam pikiran masyarakatnya. Bukti-bukti mengenai hal ini dapat kita
ketahui dari Sejarah Banten, Babad, Tanah Jawi, dan Hikayat Raja-raja Pasai. Tasawuf masuk ke
Indonesia pada abad ke-13 M dan mazhab yang paling berpengaruh adalah Mazhab Syafi’i.

6. Seni Budaya
Islamisasi melalui bidang seni budaya dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti, seni
bangunan, seni pahat, atau ukir, tari, musik, dan sastra. Saluran seni yang paling terkenal adalah
pertunjukkan wayang dan musik. Sunan Kalijaga merupakan salah satu wali yang aktif
menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana wayang. Sementara untuk musik, banyak
dilakukan oleh Sunan Bonang. Karya Sunan Bonang yang paling populer adalah Tombo Ati,
hingga hari ini masih dinyanyikan orang.
(Baiti Rosita, 2014)

C. Kerajaan-Kerajaan Islam yang Ada di Indonesia


Setelah pengaruh Kerajaan Hindu-Budha mulai surut, muncul kerajaan-kerajaan islam di
Nusantara. Misalkan saja, semenjak pengaruh Kerajaan Sriwijaya mulai menurun, mubaligh-
mubaligh yang telah memeluk agama Islam terlebih mulai semakin gencar menyebarkan agama
islam ini di sekitar Malaka, dan puncaknya terdapat beberapa kerajaan islam di sekitar selat
malaka, seperti Kerajaan Perlak, Kerajaan Malaka, dan Kerajaan Samudra Pasai.
Begitu juga di pulau jawa, semenjak Kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran,
terdapat kerajaan islam yang muncul, seperti Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Islam
Mataram, Kerajaan Islam Cirebon, Kerajaan Islam Banten, dan lainnya.
Kerajaan-kerajaan tersebut pastinya memiliki banyak sekali pengaruh di masanya.
Berikut dijelaskan 2 kerajaan islam di Indonesia secara rinci.
(Saddoen Arifin, 2018)
1. Kerajaan Samudara Pasai
 Letak Geografis

Letak Kesultanan Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan islam pertama di Indonesia. Letak Samudra
Pasai di pantai timur Pulau Sumatrabagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran perdagangan
internasional waktu itu, yaitu Selat Malaka. Pusat pemerintahanya di kota pasai. Dengan posisi
yang strategis tersebut Kerajaan Samudra Pasai berkembang dengan cukup pesat baik dalam
kehidupan politik, ekonomi, dan social budaya.

 Awal masuk islam di Kerajaan Samudra Pasai


Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Sekitar abad ke-7
dan 8, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya ke
negeri-negeri di Asia Tenggara dan Asia Timur. Di Sumatera, daerah yang pertama kali
disinggahi oleh orang-orang Islam adalah pesisir Samudera
Kehadiran agama Islam di Pasai mendapat tanggapan yang cukup berarti di kalangan
masyarakat. Di Pasai agama Islam tidak hanya diterima oleh lapisan masyarakat pedesaan atau
pedalaman malainkan juga merambah lapisan masyarakat perkotaan. Dalam perkembangan
selanjutnya, berdirilah kerajaan Samudera Pasai.

 Kehidupan politik
Raja-raja yang pernah memerintah kerajaan samudra pasai
1. Nazimuddin Al-Kamil
Adalah seorang Laksamana dari Dinasti Fatimah di Mesir yang pada tahun1238
ditugaskan merebut pelabuhan Kambayat, Gujarat, India. Selain itu, ia juga membangun sebuah
kerajaan di ujung utara pulau Sumatera yang dinamakan kerajaan Samudra Pasai. Tujuannya
tentu adalah untuk menguasai perdagangan Lada di Jalur Selat Malaka.

2. Sultan Malik Al-Saleh (1285-1297)


Setelah Dinasti Mamluk yang beraliran Islam Syafei menaklukan Dinasti Fatimah di
Mesir, Ia juga ingin merebut Kerajaan Samudra Pasai. Maka, dikirimlah Syekh Ismail yang
nantinya akan bersekutu dengan Marah Silu (putra seorang bangsawan Persia, Marah Gajah).
Kerajaan ini berhasil direbut dan Marah Silu menerima gelar Sultan Malik Al-Saleh. Pada
masanya, ia memperkuat Samudra Pasai sebagai pusat perdagangan di Selat Malaka. Ia
meninggal tahun 1297.

3. Sultan Malik Al-Thahir / Sultan Muhammad (1297-1326)


putra Sultan Malikul Al-Saleh. Pada masa pemerintahannya, terjadi perpecahan antara
kedua putranya yaitu Sultan Mahmud dan Sultan Mansyur. Sultan Mansyur memilih untuk
memisahkan diri ke Aru dan kembali menganut Islam Syiah.

4. Sultan Ahmad Perumadat Perumal


Pada masanya, kerajaan Samudra Pasai mendapt kunjungan dari utusan Sultan Delhi,
Muhammad Tuqhluq, yaitu Ibnu Batutah pada tahun 1345 dan 1346. Ibnu Batutah singgah dua
kali saat pergi ke dan dari China. Ia mengatakan bahwa Islam yang dianut adalah Islam Syafei
dan ada golongan bangsawan Persia yang disebut Amir.

5. Zainal Abidin (1383-1405)


Kerajaan Samudra Pasai mengalami kemunduran pada masa pemerintahannya karena
Kerajaan Islam lainnya telah muncul yaitu Kerajaan Malaka di bawah Iskandar Syah.

6. Sultan Shalahudin (1405 - 1412).


Pada perkembangan selanjutnya, Kerajaan Samudra Pasai sempat ditaklukkan oleh bangsa
Portugis tahun 1521 dan oleh Kerajaan Aceh di bawah pimpinan Ali Mughayat Syah tahun
1524.

 Kehidupan Ekonomi
Karena letak geografisnya yang strategis, ini mendukung kreativitas mayarakat untuk
terjun langsung ke dunia maritim. Samudera pasai juga mempersiapkan bandar – bandar yang
digunakan untuk :
1. Menambah perbekalan untuk pelayaran selanjutnya.
2. Mengurus soal-soal atau masalah-masalah perkapalan.
3. Mengumpulkan barang-barang dagangan yang akan dikirim ke luar negeri.
4. Menyimpan barang-barang dagangan sebelum diantar ke beberapa daerah di Indonesia
Perkembangan ekonomi masyarakat Kerajaan Samudera Pasai bertambah pesat, sehingga
selalu menjadi perhatian sekaligus incaran dari kerajaan – kerajaan di sekitarnya. Setelah
Samudera Pasai dikuasai oleh Kerajaan Malaka maka pusat perdagangan dipindahkan ke Bandar
Malaka.

 Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Samudera Pasai diatur menurut aturan – aturan
dan okum – okum Islam. Dalam pelaksanaannya banyak terdapat persamaan dengan kehidupan
sosial masyarakat di negeri Mesir maupun di Arab. Karena persamaan inilah sehingga daerah
Aceh mendapat julukan Daerah Serambi Mekkah.
Kerajaan Samudera Pasai berkembang sebagai penghasil karya tulis yang baik. Beberapa
orang berhasil memanfaatkan huruf Arab yang dibawa oleh agama Islam untuk menulis karya
mereka dalam bahasa Melayu, yang kemudian disebut dengan bahasa Jawi dan hurufnya disebut
Arab Jawi. Di antara karya tulis tersebut adalah Hikayat Raja Pasai (HRP). Bagian awal teks ini
diperkirakan ditulis sekitar tahun 1360 M. HRP menandai dimulainya perkembangan sastra
Melayu klasik di bumi nusantara.

 Di bidang agama
Sesuai dengan berita dari Ibn Battutah tentang kehadiran ahli-ahli agama dari Timur
Tengah, telah berperan penting dalam proses perkembangan Islam di Nusantara. Berdasarkan hal
itu pula, diceritakan bahwa Sultan Samudra Pasai begitu taat dalam menjalankan agama Islam
sesuai dengan Mahzab Syafi’I dan ia selalu di kelilingi oleh ahli-ahli teologi Islam. Dengan raja
yang telah beragama Islam, maka rakyat pun memeluk Islam untuk menunjukan kesetiaan dan
kepatuhannya kepada sang raja.

 Kemunduran Kerajaan Samudra Pasai


Faktor-faktor yang menyebabkan keemunduran kerajaan samudra pasai yaitu:
1. Kekalahan Acah dalam melawan portugis di malaka pada tahun 1629M.
2. Tokoh penggganti Sultan Iskandar Muda tidak secakap pendahulunya.
3. Permusuhan yang hebat di antara kaum ulama yang menganut ajaran Syamsudin as-Sumatrani
dan penganut ajaran Naruddin ar Raniri.
4. Daerah-daerah yang jauh dari pemerintahan pusat seperti Johor, Perlak, Pahang,
Minangkabau, dan Siak melepaskan diri dari Aceh.

 Peninggalan dari Kerajaan Samudra Pasai


1. Makam Sultan Malik AL-Saleh

Makam Malik Al-Saleh terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar 17 km


sebelah timur Lhokseumawe. Nisan makam sang sultan ditulisi huruf Arab.

2. Makam Sultan Maulana Al Zhahir


Malik Al-Zahir adalah putera Malik Al- Saleh, Dia memimpin Samudera Pasai sejak
1287 hingga 1326 M. Pada nisan makamnya yang terletak bersebelahan dengan makam Malik
Al-Saleh, tertulis kalimat; Ini adalah makam yang dimuliakan Sultan Malik Al-Zahir, cahaya
dunia dan agama. Al-Zahir meninggal pada 12 Zulhijjah 726 H atau 9 November 1326.

3. Makam Nahriyah
Nahrisyah adalah seorang ratu dari Kerajaan Samudera Pasai yang memegang pucuk
pimpinan tahun 1416-1428 M. Ratu Nahrisyah dikenal arif dan bijak. Ia bertahta dengan sifat
keibuan dan penuh kasih sayang. Makamnya terletak di Gampông Kuta Krueng, Kecamatan
Samudera ± 18 km sebelah timur Kota Lhokseumawe, tidak jauh dari Makam Malikussaleh.

2. Kerajaan Demak

Masjid Agung Demak

 Sejarah Kerajaan Demak


Demak adalah kesultanan atau kerajaan islam pertama di pulau jawa. Kerajaan ini
didirikan oleh Raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, Raden patah adalah bangsawan
kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak. Pamor kesultanan
ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri atas sembila orang ulama besar, pendakwah islam
paling awal di pulau jawa.

 Kehidupan Politik
Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Demak
1. Raden Fatah
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, Raden Fatah termasuk keturunan raja terakhir dari
kerajaan Majapahit, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah dewasa, Raden Fatah di angkat menjadi
bupati di Bintaro Demak dengan Gelar Sultan Alam Akbar al-Fatah.
Raden Fatah memerintah Demak dari tahun 1500-1518 M. Di bawah pemerintahannya,
kerajaan Demak berkembang dengan pesat, karena memiliki daerah pertanian yang luas sebagai
penghasil bahan makanan, terutama beras. Oleh karena itu, kerajaan Demak menjadi kerajaan
agraris-maritim.
Pada masa pemerintahan Raden Fatah, dibangun masjid Demak yang proses
pembangunan masjid itu di bantu oleh para wali atau sunan.
2. Adipati Unus
Setelah Raden Fatah wafat, tahta kerajaan Demak dipegang oleh Adipati Unus. Ia
memerintah Demak dari tahun 1518-1521 M. Masa pemerintahan Adipati Unus tidak begitu
lama, karena ia meninggal dalam usia yang masih muda dan tidak meninggalkan seorang putera
mahkota. Walaupun usia pemerintahannya tidak begitu pasukan Demak menyerang Portugis di
Malaka, keberanian Adipati Unus menyerang Malaka membuat Adipai Unus dijiluki Pangeran
Sabrang Lor. Setelah Adipati Unus meninggal, tahta kerajaan Demak dipegang oleh saudaranya
yang bergelar Sultan Trenggana.

3. Sultan Trenggana
Sulltan Trenggana memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Dibawah
pemerintahannya, kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Sultan Trenggana berusaha
memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah Jawa Barat. Pada tahun 1522 M kerajaan
Demak mengirim pasukannya ke Jawa Barat di bawah pimpinan Fatahillah. Daerah-daerah yang
berhasil di kuasainya antara lain Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Penguasaan terhadap
daerah ini bertujuan untuk menggagalkan hubungan antara Portugis dan kerajaan Padjajaran.
Armada Portugis dapat dihancurkan oleh armada Demak pimpinan Fatahillah. Dengan
kemenangan itu, fathillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (berarti kemenangan
penuh). Peristiwa yang terjadi pada tanggal 22 juni 1527 M itu kemudian di peringati sebagai
hari jadi kota Jakarta.
Di masa jayanya, Sultan Trenggana berkunjung kepada Sunan Gunung Jati. Dari Sunan
gunung jati, Trenggana memperoleh gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Gelar Islam seperti itu
sebelumnya telah diberikan kepada raden patah, yaitu setelah ia berhasil mengalahkan
Majapahit.

 Kehidupan sosial budaya


Salah satu peninggalan budaya Kerajaan Demak adalah Masjid Agung Demak yang
terkenal dengan salah satu tiangnya yang terbuat dari pecahan kayu (tatal). Pembangunan masjid
dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Di pendopo masjid inilah Sunan Kalijaga meletakkan dasar-dasar
perayaan sekaten yang tujuannya untuk menyebarkan tradisi Islam. Tradisi tersebut sampai
sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Surakarta.

 Keruntuhan Kerajaan Demak


Setelah wafatnya Sultan Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat di
keraton Demak. Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak mengakui
lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara para waris yang saling
berebut tahta. Hal itu menyebabkan runtuhnya Kerajaan Demak.
(Faridah Nur, 2017)
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Agama Islam masuk ke Indonesia berdasarkan beberapa teori diantaranya yaitu Teori
Persia, India, Cina, dan Turki semuanya menjelaskan tentang pengaruh-pengaruh setelah banyak
komunitas dan masyarakat muslim di Nusantara. Jadi, sebenarnya teori tersebut tidak
menggugurkan atau melemahkan teori sebelumnya, tetapi melengkapi proses Islamisasi.
Pola penyebaran Islam di Indonesia sangat beragam mulai dari perdagangan,
perkawinan,pendidikan, politik, tasawuf serta seni budaya sebagai mana yang telah di jelaskan
pada bagian pembahasan di atas.
Kemudian muncul berbagai kerajaan Islam di Indonesia salah satunya kerajaan Samudra
Pasai yang berada di Sumatra dan kerajaan Demak yang berada di Jawa.Setiap kerajaan pasti
mengalami proses dalam berkembang,baik pada masa puncak keyajaan hingga kemunduran
hingga runtuhnya kerajaan tersebut.Begitu juga yang terjadi pada Kerajaan Islam di
Indonesia.Walau seiring berjalannya waktu, kejayaan yang pernah dicapai hanya bisa dikenang
saja. Di karenakah membangun dan mempertahankan tidak semudah membalikkan telapak
tangan, namun rintangan, tantangan, permusuhan, perkhianatan, juga perang kekuasaan dan
agama pun terjadi sehingga pada hari ini,kita hanya mengenang dan mengkaji menelusuri ke
dalam masa lampau, kita akan memakai mesin waktu untuk melihat perjuangan dan mencicipi
kejayaaan Islam kala itu.

B.SARAN
Saran Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun referensi pengetahuan
mengenai Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia. Namun, kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan, karena melihat masih banyak hal-hal yang belum bisa dikaji lebih mendalam
dalam makalah ini .
Daftar Pustaka

Baiti, R dan Razzaq, A. 2014. Teori Dan Proses Islamisasi di Indonesia. No. XXVIII/ Th. XV/
Desember 2014 : 133-135.

Faridah, N. 2017. Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia.URL:https://nfaridah1412.blogspot.com


/2017/07/makalah-kerajaan-kerajaan-islam-di.html. Diakses tanggal 12 Februari 2020.

Syafrizal, A. 2015. Sejarah Islam Nusantara. Islamuna. 2(2) : 235-253.

Saddoen, A. 2018. Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia, Raja, dan Peninggalannya. URL:
https://moondoggiesmusic.com/kerajaan-islam-di-indonesia/. Diakses tanggal 12 Februari 2020.

Anda mungkin juga menyukai