Anda di halaman 1dari 7

2.

3 Patomekanisme Ikterus

Ikterus dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu; ikterus prehepatik, ikterus


intrahepatik, dan ikterus pascahepatik.4

1. Ikterus prehepatik terjadi karena meningkatnya produksi bilirubin, misalnya pada


kedaan hemolisis sel darah merah yang mengalami destruksi (anemia hemolitik atau
toksin), eritropoiesis yang kurang adekuat (anemia megaloblastic), transfusi massif
(eritrosis yang diberikan berusia pendek), atau penyerapan hematom besar. Ikterus
prehepatik biasanya disebut ikterus hemolitik. Ikterus hemolitik terjadi ketika sel
darah merah dihancurkan pada tingkat lebih dari kemampuan hati untuk
menghilangkan bilirubin dari darah. Pada semua keadaan tersebut, bilirubin tak
terkonjugasi dapat meningkat didalam plasma.

2. Ikterus intrahepatik disebabkan oleh gangguan secara langsung yang mempengaruhi


kemampuan hati untuk proses konjugasi bilirubin. Penyebab utama ikterus intra
hepatik yaitu defek spesifik pengambilan bilirubin oleh sel hati (sindrom Gillbert),
konjugasi (ikterus neonates, sindrom Crigler-Najjar), atau sekresi bilirubin di
kanalikulus empedu (sindrom Dubin-Johnson, sindrom Rotor). Dalam dua defek
pertama, bilirubin yang meningkat terutama bilirubin tak terkonjugasi. Selain itu
ikterus intrahepatik dapat terjadi karena penyakit dan gangguan hati, misalnya pada
hepatitis virus, penyalahgunaan alcohol, efek samping obat, kongesti hati, sepsis, atau
keracunan.

3. Ikterus pascahepatik atau ikterus obstruktif biasanya disebut cholestatic jaundice


dapat terjadi karena adanya obstruksi atau penyumbatan pada saluran empedu, hal ini
terutama di sebabkan karena batu empedu, tumor (karsinoma kaput pankreas),
kolangitis atau pankreasitis. Pada kondisi ini, terjadi peningkatan bilirubin
terkonjugasi yang terutama meningkat dalam plasma karena dapat larut dalam air.
Pada ikterus pascahepatik, ditemukan tinja berwarna seperti tanah liat karena
kurangnya kadar bilirubin dalam empedu, sedangkan urin berwarna gelap.
Gambar
Patofisiologi Ikterus.
Sumber :
Janghel V, Patel P, Chandel
SS. Plants used for the
treatment of icterus
(jaundice) in central
india: a review. Annals of
Hepatology.
2019;18(5):658- 72p

2.5
Anamnesis

Berdasarkan Kasus Skenario

Anamnesis digunakan untuk mengetahui faktor risiko dan menyingkirkan


diagnosis banding yang lain. Ikterus neonatorum fisiologis tidak pernah terjadi dalam 24
jam pertama dan lebih dari 2 minggu. Kondisi ini biasanya terjadi setelah hari kedua atau
ketiga setelah bayi lahir, mencapai puncak pada hari ke 4 sampai hari ke 5 pada neonatus
aterm dan hari ke 7 pada neonatus preterm, dan hilang dalam 2 minggu.

Beberapa hal yang perlu digali melalui anamnesis:

a. Pemberian Air Susu Ibu (ASI): menanyakan apakah ASI sudah lancar keluar,
bagaimana hisapan bayi saat menyusu, frekuensi menyusui, dan cara
menyusui bayi

b. Riwayat penyakit keluarga, seperti misalnya: anemia, splenektomi,


sferositosis, defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD), penyakit
Gilbert, sindrom Crigler-Najjar tipe 1 dan II. Riwayat ikterus atau anemia
pada saudara, mengarahkan pada kemungkinan inkompatibilitas golongan
darah atau breast milk jaundice
c. Riwayat sakit selama kehamilan, menandakan kemungkinan infeksi virus atau
toksoplasma

d. Riwayat persalinan traumatik yang berpotensi menyebabkan perdarahan atau


hemolisis. Bayi asfiksia dapat mengalami hiperbilirubinemia yang disebabkan
ketidakmampuan hati memetabolisme bilirubin atau akibat perdarahan
intrakranial

e. Riwayat persalinan kurang bulan menjadi faktor risiko prematuritas dan


BBLR (berat bayi lahir rendah)

2.5 Pemeriksaan Fisik

Sebelum dilakukan pemeriksaan penunjang dan tatalaksana, penting melakukan


anamnesis terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, diagnosis banding, tatalaksana serta pemberian terapi.

Pada pemeriksaan fisik, dapat dilakukan berdasarkan panduan WHO untuk


mengetahui cara menentukan ikterus secara visual, seperti :

1. Pemeriksaan dilakukan pada pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya
matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan
buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang.

2. Kulit bayi ditekan dengan jari secara lembut untuk mengetahui warna di bawah kulit
dan jaringan subkutan.

3. Keparahan ikterus ditentukan berdasarkan usia bayi dan bagian tubuh yang tampak
kuning.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, selanjutnya dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan penunjang seperti :

1. Pemeriksaan kadar bilirubin serum total


Tes kadar bilirubin total adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk
mengetahui kadar bilirubin total dalam tubuh seseorang. Pemeriksaan kadar bilirubin
total mengukur kadar bilirubin direk dan indirek. Bilirubin indirek merupakan hasil
pemecahan heme yang terdapat dalam darah sebelum diproses oleh organ hati.
Sedangkan bllirubin direk adalah bilirubin indirek yang telah diproses oleh hati.
Pada bayi baru lahir, dapat terjadi kuning dalam beberapa hari pertama setelah
bayi dilahirkan akibat terjadinya peningkatan kadar bilirubin total. Hal ini disebabkan
oleh organ hati bayi yang masih belum cukup matang untuk memproses bilirubin
indirek menjadi bilirubin direk. Kondisi ini merupakan suatu hal yang relatif normal
dan disebut sebagai ikterus fisiologis. Kuning akan menghilang sendiri dalam
beberapa hari sampai 2 minggu. Namun pada bayi yang kadar bilirubin totalnya
terlalu tinggi atau meningkat secara cepat dari hari ke hari, merupakan suatau kedaan
ikterus patologis.1
Peningkatan kadar bilirubin total yang tidak normal pada bayi baru lahir dapat
disebabkan oleh ketidaksesuaian golongan darah antara ibu dan bayi (inkompatibilitas
ABO dan Rh), infeksi kongenital, bayi kekurangan oksigen, penyakit lain yang
mengganggu fungsi hati bayi. Ikterus fisiologis pada bayi cukup bulan, bilirubin
indirek munculnya icterus 2-3 hari dan hilang 4-5 hari dengan kadar bilibirum yang
mencapai puncak 10-12 mg/dl. Sedangkan pada bayi premature, bilirubin indirek
muncul 3-4 hari dan hilang 7-9 hari dengan bilirubin mencapai puncak 15 mg/dl/hari.
Pada icterus patologis, meningkatnya bilirubin lebih dari 5 mg/dl/hari dan kadar
bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl.

2. Pemeriksaan darah lengkap


Mencakup pemeriksaan kadar hemoglobin, hematocrit, sel darah merah, sel darah
putih, dan platelet dalam darah. Hasil yang abnormal menunjukkan kemungkinan
hemolisis, kelainan darah, atau infeksi. Pemeriksaan DL juga dilakukan untuk melihat
Mean Corpuscular Volume (MCV) atau rata-rata ukuran sel darah merah sebagai data
penunjang dalam menentukan kemungkinan penyebab anemia.

3. Pemeriksaan Urin Lengkap


Pemeriksaan Urin Lengkap dilakukan untuk menemukan hemoglobin pada
sampel urin. Apabila kapasitas hemoglobin bebas melebihi yang dapat diabsorbsi,
maka hemoglobin dapat ditemukan dalam urine. Hal ini mengindikasikan bahwa telah
terjadi lisis sel darah merah yang sangat banyak sebagai akibat dari inkompatibilitas
ABO pada sel darah merah.

4. Pemeriksaan kadar enzim G6PD


Enzim G6PD membantu sel darah merah tetap berfungsi normal dan menjaga sel
darah merah dari senyawa berbahaya. Dimana peningkatan kadar bilirubin yang
tinggi pada neonatus, merupakan akibat dari defisiensi enzim G6PD.2
5. Tes Coombs
Coombs test adalah sebuah pengujian atau tes darah yang dilakukan untuk
menemukan antibodi tertentu yang menyerang sel-sel darah merah. Uji coombs direk
untuk menegakkan diagnosis penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, hasil positif
mengindikasikan sel darah merah bayi telah terpajan (diselimuti antibodi). Uji
coombs indirek: mengukur antibodi Rh positif dalam darah ibu.
Gambar Skema Patologis Ikterus.
Sumber : Muhammad A, Shodikin M, Kes SA, Fakultas LM, Universitas K, Disampaikan J, et al.
KARYA ILMIAH PRESENTASI ILMIAH Ikterus Neonatorum Digital Repository Universitas
Jember. 2019.

Pada pemeriksaan bilirubin direct dan indirect misalnya saat si bayi lahir,
hasilnya akan memperlihatkan data bahwa ke arah mana penyakit atau penyebab
ikterus. Misalnya untuk peningkatkan bilirubin direct, biasanya diakibatkan karena
adanya infeksi tertentu atau bisa sepsis juga. Sedangkan jika bilirubin indirect yang
meningkat, dilakukan lagi tes untuk melihat hasilnya itu positif atau negatif. Kalau
positif berarti kemungkinan gangguan pada golongan darah di ABO inkompeten atau
Rhesusnya berbeda antara ibu dan anak (kasus skenario). Tetapi kalau tesnya negatif
berarti gangguannya pada hemoglobin (apakah Hb naik, normal atau turun).
Sumber :

1. Prasetyo D. Update Diagostik Dan Tatalaksana Ikterik Pada Bayi. PhD Propos [Internet].
2015;1:1–18. Available from: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/06/14-
Update-diagnostik-dan-tatalaksana-ikterik-pada-bayi_opt.pdf

2. Rahardjani KB. Kadar Bilirubin Neonatus dengan dan Tanpa Defisiensi Glucose-6-
Phosphate Dehydrogenase yang Mengalami atau Tidak Mengalami Infeksi. Sari Pediatr.
2016;10(2):122.

Anda mungkin juga menyukai