Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAYI BARU LAHIR DENGAN


RESIKO TINGGI HIPERBILIRUBIN
Disusun Oleh : Kelompok 8
Wiji Anggoro
Grifita J. Mangapeng
Grini A. Domensili
Febriani Tamarongke

Kelas llA
Akper Rumkit TK III Manado
T.A 2018/2019
Definisi

Hiperbiliirubin adalah suatu keadaan dimana


kadar bilirubiin mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi menimbulkan kern-
ikterus, jika tidak ditanggulangi dengan baik.
Etiologi

Pada keadaan normal kadar bilirubin indirek


pada tali pusat 1-3 mg/dL dan meningkat
kurang dari 5 mg/dL/24 jam sehingga
biasanya baru tampak pada hari kedua dan
hari ketiga dan memuncak pada hari kedua
sampai ke empat dengan kadar 5-6 mg/dL
dan turun tiga sampai kelima dan turun
kurang dari 2 mg/dL pada hari ke lima
sampai ke tujuh.
Lanjutan…
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat
terjadi karena keadaan sebagai berikut :
1. Polychetemia
2. Isoimmun Hemolytic Disease
3. Kelainan struktur dan enzim sel darah merah
4. Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat,
kortikosteroid, kloramfenikol)
5. Hemolisis ekstravaskuler
6. Cephalhematoma
7. Ecchymosis
8. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil
transferase, obstruksi empedu (atresia biliari), infeksi,
masalah metabolik galaktosemia, hipotiroid jaundice ASI
9. Adanya komplikasi; asfiksia, hipotermi, hipoglikemi.
Menurunnya ikatan albumin; lahir prematur, asidosis.
Patofisiologi

Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat


terjadi pada beberapa keadaan. Kejadian
yang sering ditemukan adalah apabila
terdapat penambahan beban Bilirubin pada
sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat
ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga
dapat menimbulkan peningkatan kadar
Bilirubin tubuh.
Derajat Area Kadar bilirubin total

1 Kepala dan leher 5 mg/dl

2 Kepala, leher dan bagian atas 9 mg/dl

3 Kepala, leher, badan bagian atas 11 mg/dl


dan bawah tungkai

4 Kepala, leher, badan bagian atas 12mg/dl


dan bawah tungkai dan lutut

5 Kepala, leher, badan bagian atas 16 mg/dl


dan bawah tungkai, lutut. Dan kaki
serta tangan
Manifestasi Klinis

 Bayi baru lahir (neonatus) tampak kuning


apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira
6mg/dl (Mansjoer at al, 2007).
 Ikterus sebagai akibat penimbunan
bilirubin indirek pada kulit mempunyai
kecenderungan menimbulkan warna
kuning muda atau jingga. Sedangkan
ikterus obstruksi (bilirubin direk)
memperlihatkan warna kuningkehijauan
atau kuning kotor. Perbedaan ini hanya
Lanjutan…
Gambaran klinis ikterus fisiologis :
 Tampak pada hari 3,4
 Bayi tampak sehat (normal)
 Kadar bilirubin total <12mg%
 Menghilang paling lambat 10-14 hari
 Tak ada faktor resiko
Gambaran klinik ikterus patologis :
 Timbul pada umur <36 jam
 Cepat berkembang
 Bisa disertai anemia
 Menghilang lebih dari 2 minggu
 Ada faktor resiko
Klasifikasi
Penggolongan Hiperbilirubinemia
berdasarkan saat terjadi Ikterus :
1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
2. Ikterus yang timbul 24 - 72 jam
sesudah lahir.
3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam
pertama sampai akhir minggu pertama.
4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu
pertama dan selanjutnya.
Pemeriksaan Fisik
Secara klinis, ikterus pada neonatus dapat
dilihat segera setelah lahir atau setelah
beberapa hari. Amati ikterus pada siang hari
dengan lampu sinar yang cukup. Ikterus
akan terlihat lebih jelas dengan sinar lampu
dan bisa tidak terlihat dengan penerangan
yang kurang, terutama pada neonatus yang
berkulit gelap. Penilaian ikterus akan lebih
sulit lagi apabila penderita sedang
mendapatkan terapi sinar (Etika et al, 2006).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan
diantaranya :
1. Tes Coomb pada tali pusat bayi baru
lahir.
2. Golongan darah bayi dan ibu :
mengidentifikasi inkompatibilitas ABO.
3. Bilirubin total : kadar direk (terkonjugasi)
bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl,
yang mungkin dihubungkan dengan
sepsis.
4. Protein serum total : kadar kurang dari
3,0 g/dl menandakan penurunan
Lanjutan…
5. Hitung darah lengkap: Hemoglobin (Hb)
mungkin rendah (kurang dari 14 g/dl) karena
hemolisis.
6. Glukosa
7. Daya ikat karbon dioksida. Penurunan
kadar menunjukkan hemolisis.
8. Meter ikterik transkutan : mengidentifikasi
bayi yang memerlukan penentuan bilirubin
seru.
8. Meter ikterik transkutan : mengidentifikasi
bayi yang memerlukan penentuan bilirubin
9. Jumlah retikulosit : peningkatan retikulosit
menandakan peningkatan produksi SDM
dalam respons terhadap hemolisis yang
berkenaan dengan penyakit Rh.
10. Smear darah perifer : dapat
menunjukkan SDM abnormal atau imatur,
eritroblastosis pada penyakit Rh, atau
sferositis pada inkompabilitas ABO.
11. Tes Betke-Kleihauer: evaluasi smear
darah maternal terhadap eritrosit janin.
Penatalasanaan
 Penatalaksanaan Medis
1. Pengawasan antenatal dengan baik dan
pemberian makanan sejak dini (pemberian
ASI).
2. Menghindari obat yang meningkatakan
ikterus pada masa kelahiran, misalnya sulfa
furokolin.
3. Pencegahan dan pengobatan hipoksin pada
neonatus dan janin.
4. Fenobarbital
5. Antibiotik, bila terkait dengan infeksi.
6. Fototerapi
7. Transfusi tukar. : Transfusi tukar dilakukan
bila sudah tidak dapat ditangani dengan foto
Lanjutan…

 Penatalaksanaan non medis :


1. Memenuhi kebutuhan atau nutrisi
2. Mengenal gejala dini mencegah
meningkatnya ikterus
3. Gangguan rasa aman dan nyaman akibat
pengobatan
Komplikasi
 Sebagian besar kasus hiperbilirubinemia
tidak berbahaya, tetapi kadang kadar
bilirubin yang sangat tinggi bisa
menyebabkan kerusakan otak
(keadaannya disebut kern ikterus).
 Kern ikterus adalah suatu keadaan
dimana terjadi penimbunan bilirubin di
dalam otak, sehingga terjadi kerusakan
otak.
 Efek jangka panjang dari kern ikterus
adalah keterbelakangan mental,
kelumpuhan serebral (pengontrolan otot
‘’The End’’

Anda mungkin juga menyukai