Anda di halaman 1dari 10

Asuhan Keperawatan Pada Anak

Hiperbilirubinemia

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Ajar Keperawatan Anak I

Dosen:

Disusun oleh:
Vina Oktaviana Putri 191FK03068

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
BULAN NOVEMBER, TAHUN 2020
A. Konsep Teori
1. Definisi
Ikterik neonatus adalah kondisi kulit dan mukosa neonatus menguning
setelah 24 jam kelahiran akibat bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke
dalam sirkulasi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Ikterik merupakan
suatu gejala perubahan sklera, membran mukosa dan kulit mejadi kuning
sebagai akibat dari kenaikan konsentrasi bilirubin (Beta, Toruan, Tumewu,
& Rosa, 2003). Ikterus neonatus adalah salah satu penyakit yang
menyerupai penyakit hati yang dialami oleh bayi baru lahir yang dapat
menganggu tumbuh kembang (H. Nabiel Ridha, 2014). Jadi, ikterik
neonatus merupakan suatu keadaan yang membuat kulit, mukosa, dan
sklera mengalami perubahan menjadi warna kuning akibat dari bilirubin
yang tidak tekonjugasi.
2. Anatomi dan Fisiologi Hati
Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, yang terletak dibagian
teratas dalm rongga abdomendisebelah kanan dibawah diafragma. Hati
secara luas dilindungi iga-iga.
Hati terbagi dalam dua belahan utama, kanan dan kiri. Permukaan atas
berbentuk cembung dan terletak dibawah diafragma, permukaan bawah
tidak rata dan memperlihatkan lekukan, firusa transversus. Permukaannya
dilintasi oleh berbagai pembuluh darah yang masuk-keluar hati. Firusa
longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri permukaan bawah,
sedangkan ligament falsiformis melakukan hal yang sama di permukaan.
3. Etiologi
Penyebab ikterik neonatus dapat berdiri sendiri ataupun dapat
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, secara garis besar etiologi ikterik
neonatus (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016):
a. Penurunan berat badan abnormal (7-8% pada bayi baru lahir
yang menyusui ASI, > 15% pada bayi cukup bulan).
b. Pola makan dan tidur ditetapkan dengan baik.
c. Kesulitan transisi ke kehidpan ekstra uterin.
d. Kurang dari 7 hari.
e. Keterlambatan mengeluaran feses (mekanium).
Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan ikterus diantaranya adalah
sebagai berikut (H. Nabiel Ridha, 2014):
a. Produksi bilirubin berlebihan.
b. Terjadi gangguan dalam proses ambil dan konjungasi hepar.
c. Terjadi transportasi dalam metabolism bilirubin.
d. Terganggu dalam eksresi.
4. Patofiisologi
Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai
produk akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi
oksidasi reduksi. Bilirubin yang bersifat hidrofobik tidak mengalami
konjugasi akan diangkut dalam darah dan terikat erat pada albumin.
Ketika mencapai hati, bilirubin diangkut ke dalam hepatosit, terikat
dengan ligandin. Bilirubin yang tak larut dalam air akan berubah menjadi
larut dalam air dalam proses konjugasi. Setelah diekskresi-kan
kedalam empedu dan masuk ke usus, bilirubin direduksi dan menjadi
tetrapirol yang tak berwarna oleh mikroba di usus besar. Bilirubin
tak terkonjugasi ini dapat diabsorbsi kembali dan masuk ke dalam
sirkulasi sehingga meningkatkan bilirubin plasma total (Mathindas et
al., 2013).
Fungsi hati yang belum matang pada bayi dengan BBLR
mengakibatkan terjadinya ikterus neonaturum.Pada bayi dengan BBLR
menghalami ikterus neonaturum karena tingginya kadar eritrosit
neonatus dan umur erotrosit yang lebih pendek (30-90 hari) dan fungsi
hepar yang belum matang (Di et al., 2013).
Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah
rusak. Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke hepar
dengan cara berikatan dengan albumin. Bilirubin direk (terkonjugasi)
kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Bayi memiliki
ususyang belum sempurna, karna belum terdapat bakteri pemecah,
sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek
yang kemudian ikut masuk dalam aliran darah, sehingga bilirubin terus
bersirkulasi (Manggiasih, 2016).
Ikterus neonatorum pada bayi prematur disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah yang berlebihan, hati dan
gastrointestinal yang belum matang. Peningkatan bilirubin yang
dialami oleh bayi prematur disebabkan karena belum matangnya
fungsi hati bayi untuk memproses eritrosit. Saat lahir hati bayi belum
cukup baik untuk melakukan tugasnya. Sisa pemecahan eritrosit disebut
bilirubin, bilirubin ini yang menyebabkan kuning pada bayi dan
apabila jumlah bilirubin semakin menumpuk ditubuh. Pada
bayiprematur kadar bilirubin meningkat lebih awal, kemudian mencapai
puncak (5-7 hari) dan tetap meningkat lebih lama. Selain itu
keterlambatan dalam memberikan makanan enteral dalam pengelolaan
klinis bayi baru lahir prematur yang sakit dapat membatasi motalitas
usus dan kolonisasi bakteri yang mengakibatkan peningkatan
sirkulasi bilirubin enterohepatik lebih lanjut(Ratuain, Wahyuningsih, &
Purnamaningrum, 2015).
5. Manifestasi Klinis
Menurut SDKI pada ikterik neonatus terdapatgejala dan tanda mayor
minor dianataranya (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016):
a. Profil darah abnormal (hemolisis, bilirubin serum total >2 mg/dL,
biliribin serum total pada rentang risiko tinggi menurut usia pada
normogram spesifik waktu).
b. Membrane mukosa kering.
c. Kulit kuning.
d. Sklera kuning.
e. Bayi tampak lemah.
f. Feses seperti dempul/pucat.
g. Refleks hisap kurang.
h. Tonus otot yang lemah.
i. Turgor kulit jelek.
j. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
k. Terdapat ikterus pada skelera, kuku atau kulit dan membrane mukosa.
6. Klasifikasi
Menurut Ridha (2014) ikterik neonatus diklarifikasikan menjadi
dua yaitu ikterik fisiologis dan ikterik patologis (H. Nabiel Ridha, 2014),
yaitu:
a. Ikterik Fisiologi
Ikterik fisiologis yaitu warna kuning yang timbul pada hari
kedua atau ketiga dan tampak jelas pada hari kelima sampai
keenam dan menghilang sampai hari kesepuluh. Ikterik
fisiologis tidak mempunyai dasar patologis potensi kern
ikterus. Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik
biasa, kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih
dari 12 mg/dl dan pada BBLR 10 mg/dl, dan akan hilang pada hari
keempat belas, kecepatan kadar bilirubin tidak melebihi 5%
perhari.
b. Ikterik Patologis
Ikterik ini mempunyai dasar patologis, ikterik timbul dalam 24
jam pertama kehidupan: serum total lebih dari 12 mg/dl. Terjadi
peningkatan kadar bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam.
Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang
bulan (BBLR)dan 12,5 mg% pada bayi cukup bulan, ikterik
yang 10 disertai dengan proses hemolisis (inkompatibilitas
darah, defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis). Bilirubin direk
lebih dari 1 mg/dl atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl per-
jam atau lebih 5 mg/dl perhari.Ikterik menetap sesudah bayi
umur 10 hari (bayi cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada bayi
baru lahir BBLR.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan bilirubin mencapai puncak kira-kira
6 mg/dl, antara 2 sampai 4 hari kehidupan. Apabila nilainya
diatas 10 mg/dl, tidak fisiologis.Pada bayi dengan prematur kadar
bilirubin mencapai puncaknnya 10-12 mg/dl, antara 5 dan 7 hari
kehidupan. Kadar bilirubin yang lebih dari 14 mg/dl adalah tidak
fisiologis. Dari Brown AK dalam text-books of Pediatrics 1996:
ikterus fisiologis pada bayi cukup bulan, bilirubin indirek
munculnya ikterus 2 sampai 3 hari dan hilang 4 sampai 5 hari dengan
kadar bilirubin yang mencapai puncak 10-12 mg/dl. Sedangkan
pada bayi prematur, bilirubin indirek munculnya 3 sampai 4 hari
dan hilang 7 sampai 9 hari dengan kadar bilirubin yang
mencapai puncak 15 mg/dl. Dengan peningkatan kadar
bilirubin indirek kurang dari 5 mg/dl/hari. Pada ikterus
patologis meningkatnya bilirubin lebih dari 5 mg/dl perhari, dan
kadar bilirubin direk lebih dari 1mg/dl.
b. Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.
c. Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu membedakan
hepatitis dari atresia biliary.
d. Bilirubin total.
Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-
1,5 mg/dl, yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek
(tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam
24 jam, atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan
atau 15 mg/dl pada bayi praterm (tergantung pada berat badan).
e. Hitung darah lengkap
Hemoglobin (Hb) mungkin rendah (kurang dari 14 g/dl)
karena hemolisis. Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (lebih besar
dari 65%) pada polisitemia, penurunan (kurang dari 45%) dengan
hemolisis dan anemia berlebihan (Marlynn, 2001)
8. Komplikasi
Ikterus dapat mengakibatkan keadaan yang fatal jika tidak
ditangani dengan baik. Kerm ikterus merupakan kerusakan otak
akibat perlengketan dan penumpukan bilirubin indirek pada otak
terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus
hipokempus, nukleus merah didasar vertrikel IV.
Kerm ikterus ialah esefalopati bilirubin yang biasa ditemukan pada
neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (biliribin lebih dari 20mg
%) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan
bercak bilirubin pada otak. Kernikterus secara klinis berbentuk
kelainan syaraf simpatis yang yang terjadi kronik.
9. Daftar Pustaka
Cecily & Sowden.(2009).Buku Saku Pediatri, Edisi 5.Jakarta: EGC
Doenges Marilynn.(2001).Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi
4.Jakarta: EGC
Surasmi.(2013).Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta: EGC
Surasmi & Fauziah.(2001).Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
dan Anak Balita.Cetakan 1.Nuha Medika.Yogyakarta.
https://www.google.co.id/books/edition/Anatomi_Fisiologi_U_Ps/3ZyOm
94xiCMC?
hl=id&gbpv=1&dq=anatomi+hati&pg=PA201&printsec=frontcover
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4739/3/Bab%20II%20Tinjauan
%20pustaka.pdf
B. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Kasus
a. Kasus
By. Z (5hari) dirawta diruang perinatology dengan terapi foto terapi.
Menurut ibunya Ny. A sebelum satu hari setelah bayinya lahir kulitnya
tampak kuning. Pada saat dikaji usia bayi sudah 5 hari., tampak ikterik
sclera, kepala badan atas dan bawah, lengan dan kaki dan lutut, refleks
sucking lemah, klien tampak lemah, kulit agak kering, terpasang infus,
urine tampak pekat dan feses seperti dempul. Hasil lab: 15mg/dl,
peningkatan bilirubin >0,5 mg/dl/jam. Saat dilakukan pengkajian pada
ibunya Ny. A mengatakan bayinya lahir pada usia kehamilan 36 minggu,
selain itu Ny. A mengatakan dia mempunyai riwayat kencing manis.
1. Identitas
a. Identitas Klien dan Keluarga (Penanggung Jawab)
1) Identitas Klien
Nama : By. Z
Umur : 5 Hari
Jenis Kelamin :-
Agama :-
Pendidikan :-
Suku Bangsa : Sunda
Alamat : Jln. Hj. Pagih II
No.Medrec : 1710200119
Dx.Medis : Hiperbilirubinemia neonatus
Tgl.Masuk :-
Tgl.Pengkajian : 18 November 2020

2) Penanggung Jawab
Nama : Ny. A
Umur :-
Pekerjaan : -
Hub.Dengan Klien : Ibu pasien
2. Pengkajian (Data Fokus)
1) Alasan Datang ke Rumah Sakit
Menurut ibunya Ny. A sebelum satu hari setelah bayinya lahir
kulitnya tampak kuning.
2) Keluhan Utama
Hiperbilirubin pada bayi.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
P: Apa penyebab yang dikeluhkan?
p: Poduksi bilirubin yang berlebihan.
Q: Bagaimana keluhan yang dirasakan?
q: By. Z tampak lemah, kulit tampak agak kering, dan refleks sucking
lemah.
R: Dimana lokasi yang dikeluhkan?
r: Tidak menyertakan lokasi.
S: Bagaimana skala yang dirasakan jika keluhan kambuh?
s: Tidak disebutkan atau ditanyakan.
T: Kapan keluhan mulai dirasakan?
t: Menurut ibunya Ny. A sebelum satu hari setelah bayinya lahir
kulitnya tampak kuning.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Penampilan Umum
Kulit bayi tampak kuning, tampak ikterik sclera, kepala badan
bagian atas dan bawah, lengan, kaki, dan lutut, refleks sucking
lemah, kliean tampak lemah, kulit tampak agak kering, perpasang
infus.
b) Kepala, leher: Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera).
c) Urogenital: Urine kuning dan pekat, Adanya faeces yang pucat
atau acholis atau seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari
gangguan atresia saluran empedu.
d) Kulit: Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor jelek.

3. Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Goal dan Objektif Intervensi
. Keperawatan
1. Resiko tinggi Goal: Bayi akan bebas Fototerapi :
cedera dari cedera selama dalam Neonatus
berhubungan perawatan 1. Observasi
dengan Objektif: Dalam jangka tanda-tanda
peningkatan waktu 2x24 jam bayi icterus
bilirubin sekunder bebas dari cederadengan 2. Observasiletak
dari pemecahan sel kriteria hasil: penutup mata
darah merah. 1. Serum bilirubin bayi.
menurun. 3. Tempatkan
2. Tidak ada ikterik lampu fototerapi
pada sclera, diatasbayi dengan
kepala badan tinggi 30-50 cm
bagian atas dan 4. Cek intensitas
bawah, lengan, lampu setiap
kaki, dan lutut. hari.
5. Ukur tubuh 4-6
jam sekali.
6. Ubah posisi
bayi setiap 4
jam per protocol.
7. Ubah posisi
bayi tiap 8 jam.
8. Tutup daerah
kemaluan dengan
penutupyang
dapat
memantulkan
cahaya untuk
melindungi daerah
kemaluan.
9. Observasi
tindakan
fototerapi
2. Risiko kekurangan Goal: Bayi akan bebas Monitor cairan
volume cairan dari kekurangan volume 1.Periksa turgor
berhubungan cairan kulit.
dengan efek Objektif: Dalam jangka 2. Observasi
fototerapi. waktu 2x24 jamvolume membrane
cairan dalam batas mukosa.
normal dengan kriteria 3.Obsevasi warna
hasil: urin.
1. Mokusa bibir 4.Observasi
tidak kering. pemberian
2. Volume cairan kebutuhan cairan.
dalam batas
normal (558cc/m:
3. Warna urine
normal (kuning
muda)
3. Risiko infeksi Goal: Bayi akan bebas 1.Observasitanda-
berhubungan dari resiko infeksiselama tanda infeksi pada
dengan prosedur dalam perawatan tempat
invasif. Objektif: Dalam jangka pemasangan
waktu 2x24 jambayi alat infus.
bebas dari infeksidengan 2.Bersihkan area
kriteria hasil : pemasangan alat
1. Tidak adanya menggunakan
infeksi pada kassa lembab
tempat 3.Kolaborasi
pemasangan infus. penyuntikan
obatantibioti
kampicilin dan
gentasimin(IV)
5.Cuci tangan
sebelum dan
sesudah
melakukan
tindakan.

4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
Hasil yang diharapkan tidak terjadi ikterus pada neonatus, tanda vital dan
suhu tubuh bayi stabil dalam batas normal, keseimbangan cairan dan
elektrolit bayi terpelihara, integritas kulit baik/utuh, bayi menunjukan
partisipasi terhadap rangsangan visual dan terjalin interaksi bayi dan orang
tua(Surasmi, 2013).

Anda mungkin juga menyukai