Anda di halaman 1dari 51

SEMINAR KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny.

T DENGAN
HIPERBILIRUBINEMIA DIRUANG PERINA RS.TK.III. dr
REKSODIWIRYO PADANG

Disusun Oleh : Kelompok II


1. Fuji Rami Ayu S.Kep,
2. Syafrinifera, S.Kep
3. Tuti Indrawarni, S.Kep
4. Varista Handini, S.Kep
5. Welliza Fenisia, S.Kep
6. Yuldawati, S.Kep
7. Zanimar, S.Kep
8. Zulfa Eka Putri, S.Kep

Dosen Pembimbing Ns, Monna Widyaastuti .M. Kep.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PADANG

TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirabilallamin segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas


segala karunia dan rahmat-Nya. Kelompok2 dapat menyelesaikan makalah asuhan
keperawatan pada By. Ny. T dengan hiperbilirubinemia

Adapun makalah ini diperuntukan dalam tugas mata kuliah keperawatan anak.
Kelompok2 mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Monna Widyaastuti dan
Ns. Dona Yuli Sepriani sebagai dosen pembimbing dan pembimbing klinik yang
telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini.

Didalam makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini masih ada
kekurangan dan kesalahannya, dan berharap agar nantinya makalah ini
bermamfaat bagi mahasiswa-mahasiswi kususnya disekolah tinngi ilmu kesehatan
indonesia padang.

Padang, Januari 2020

Kelompok2

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................

BAB II PEMBHASAN
2.1 Pengertian Hiperbilirubinemia ............................................................................
2.2 Metabolisme Bilirubin.........................................................................................
2.3 Patofisiologi ........................................................................................................
2.4 Etiologi ................................................................................................................
2.5 Epidemiologi .......................................................................................................
2.6 Manifestasi Klinis ...............................................................................................
2.7 Pathway ...............................................................................................................
2.8 Pemeriksaan Fisik ...............................................................................................
2.9 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................
2.10 Diagnosa Keperawatan ......................................................................................
2.11 Intervensi Keperawatan .....................................................................................
2.12 Penatalaksanaan ................................................................................................
BAB III PENUTUP

8.1 Simpulan .............................................................................................................

8.2 Saran ....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kadar bilirubin serum orang normal umumnya kurang lebih 0,8 mg
% (17mmol/l), akan tetapi kira-kira 5% orang normal memiliki kadar yang
lebih tinggi (1 – 3 mg/ dl). Bila penyebabnya bukan karena hemolisis atau
penyakit hati kronik maka kondisi ini biasanya disebabkan oleh kelainan
familial metabolism bilirubin,yang paling sering adalah sindrom gilbert.
Sindrom lainnya juga sering ditemukan, prognasisnya baik. Diagnosis
yang akurat terutama pada penyakit hati kroniksangat penting untuk
penatalaksanaan pasien. Adanya riwayat keluarga, lamanya penyakit serta
tidak ditemukan adanya pertanda penyakit hati dan splenomegali, serum
transaminase normal dan bila perlu dilakukan biopsi hati (Aru W. sudoyo)
Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang
paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 – 50% bayi baru
lahir menderita ikterus pada minggu pertama. Hiperbilirubinemia adalah
peningkatan kadar plasma bilirubin, standar deviasi atau lebih dari kadar
yang diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen. Dalam
perhitungan bilirubin terdiri dari bilirubin direk dan bilirubin indirek.
Peningkatan bilirubin indirek terjadi akibat produksi bilirubin yang
berlebihan, gangguan pengambilan bilirubin oleh hati, atau kelainan
konjugasi bilirubin. Setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian,
terutama ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau
bila kadar bilirubin indirek meningkat 5 mg/dL dalam 24 jam dan bilirubin
direk > 1 mg/dL merupakan keadaan yang menunjukkan kemungkinan
adannya ikterus patologis.
Hiperbilirubinemia dianggap patologis apabila waktu muncul,
lama, atau kadar bilirubin serum yang ditentukan berbeda secara bermakna
dari ikterus fisiologis. Gejala paling mudah diidentifikasi adalah ikterus
yang didefinisikan sebagai kulit dan selaput lendir menjadi kuning. Ikterus
terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah.
Menurut Sudrata (2018), terdapat 2 jenis icterus yaitu:

4
1. Icterus fisiologi merupakan icterus yang timbul pada hari
kedua dan hari ketiga serta tidak mempunyai dasar patologis
atau tidak mempunyai potensi menjadi karena icterus. Adapun
tanda-tanda sebagai berikut:
a. Timbul pada hari kedua dan ketiga
b. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada
neonatus cukup bulan
c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 %
per hari
d. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1mg%
e. Icterus menghilang pada 10 hari pertama
f. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan
patologis
2. Icterus patologis merupakan icterus yang mempunyai
dasar patologis atau kadar bilirubin menacapai suatu nilai yang
disebut hyperbilirubinemia. Adapun tanda-tandanya sebagai
berikut:
a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup
bulan atau melebihi 12,5% pada nonatus kurang bulan
c. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari
d. Icterus menetap sesudah 2 minggu pertama’
e. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%
f. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik(Aries ZR,
2017).

Sedangkan data pasien tiga bulan terakhir di ruang perina RS.TK.III.dr.


Reksodiwiryo padang ada 18 kasus hiperbilirubinMaka dari itu, dalam makalah
ini pemulis akan menjelaskan beberapa konsep dari hiperbilirubin serta asuhan
Keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan penyakit hiperbilirubin.dan
saat dilakukan observasi ada dua orang pasien yang sedang dilakukan fototerapi
pada pasien hiperbilirubin.Maka dari itu, dalam makalah ini penulis akan

5
menjelaskan beberapa konsep dari hipebilirubin serta asuhan keperawatan yang
dapat dilakukan pada anak dengan hiperbilirubin.

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk dapat melakukan asuhan keperawatan Pada By. Ny. T dengan
hiperbilirubin di Ruangan Perina RS.TK.III dr. Reksodiwiryo Padang.
b. Tujuan khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan Pengkajian Pada by. Ny. T dengan
hiperbilirubin di Ruangan Perina RS.TK.III dr. Reksodiwiryo
Padang.
2. Mahasiswa mampu menegakan dignosa keperawatan dengan
hiperbilirubin di Ruangan Perina RS.TK.III dr. Reksodiwiryo
Padang.
3. Mahasiswa mampu memberikan intervensi Pada by. Ny. T dengan
hiperbilirubin di Ruangan Perina RS.TK.III dr. Reksodiwiryo
Padang.
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi Pada by. Ny. T
dengan hiperbilirubin di Ruangan Perina RS.TK.III dr.
Reksodiwiryo Padang.
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi Pada by. Ny. T dengan
hiperbilirubin di Ruangan Perina RS.TK.III dr. Reksodiwiryo
Padang.
6. Mahasiswa mampu mealkukan pendokumentasian Pada by. Ny. T
dengan hiperbilirubin di Ruangan Perina RS.TK.III dr.
Reksodiwiryo Padang.

C. Mamfaat
1. Bagi pimpinan Ruang Makalah ini diharapkan dapat memberikan
motivasi dan sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi tenaga
kesehatan dan penatalaksaan asuhan keperawatan hiperbilirubin serta
bahan bagi pimpinan dalam kaitannya memberikan prosedur pelayanan

6
kesehatan mengenai hiperbilirubin diruang perina RS.TK.III dr.
Reksodiwiryo Padang.
2. Bagi kelompok
Hasil makalah ini diharapkan sebagai bahan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan secara kusus hiperbilirubin dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan
3. Bagi Pasien
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
bagaimana asuhan keperawatan hiperbilirubin

7
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Hiperbilirubin
Menurut Paiman (2018), hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar
bilirubin dalam darah baik oleh faktor fisiologik maupun non-
fisiologis, yang kadar nilainya lebih dari normal. Menurut Erianto, dkk
(2014), Nilai normal bilirubin indirek 0- 0,3 mg/dl, bilirubin direk 0–
0,2 mg/dl.
Menurut Prawirohardjo (2005) dalam Putri (2013),
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin
mencapai suatu nilai yang maempunyai potensi menimbulkan kern
ikterik bila tidak ditanggulangi dengan baik.
Menurut Ngastiyah (2000) dalam Arifah, dkk. (2015),
Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru lahir,
yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir adalah
meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga
terjadi perubahaan warna menjadi kuning pada kulit, konjungtiva,
mukosa dan alat tubuh lainnya.
Menurut Suzanne C. Smeltzer, (2002) dalam Arifah (2015),
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum
(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga
dapat menimbulkan ikterus.

B. Etiologi
Menurut Sudar (2017), ada beberapa penyebab adanya icterus pada
bayi baru lahir yang dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan
2. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin
dalam hati
3. Gangguan konjugasi bilirubin

8
4. Penyebab hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan
sel darah merah
5. Gangguan transportasi akibat penurunan pengangkutan,
seperti:hypoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat
tertentu
6. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme atau toksin yang dapat langsung merusak sel
hati dan sel darah seperti:infeksi toxoplasma syphilis
7. Penyebab icterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri
ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor
8. Produksi yang berlebihan, hal ini melebihi kemampuannya bayi
untuk mengeluarkannya, missal pada inkompabilitas darah Rh,
ABO, golongan darah lain, defisiensi enzim G6PD, piruvat
kinase, perdarahan tertutup dan sepsis
9. Gangguan proses “uptake” dan konjugasi hepar, gangguan
inidapat disebabkan oleh immturitas hepar, kurangnya substrat
untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat
asidosis, hipoksia, dan tidak terdapatnya enzim glukoronil
transfuse
10. Gangguan transportasi, bilirubin dalam darah terikat pada
albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan
albumin dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, dan
silfaforazole
11. Gangguan dalam ekskresi, gangguan ini dapat terjadi akbitan
obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar hepar
biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan, sedangkan
obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi/ kerusakan hepar
oleh penyebab lain.

Selanjutnya, menurut, Arya (2018), ada beberapa faktor yang


menyebabkan terjadinya hiperbilirubin antar lain:

1. Faktor mental
a. Ras atau kelompok etnik tertentu

9
b. Komplikasi pada saat kehamilan, seperti DM,
inkompabilitas, ABO dan Rh
c. Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hiptonik
d. ASI
2. Faktor Perinatal
a. Trauma lahir
b. Infeksi seperti, bakteri, virus, protozoa
3. Faktor Neonatus: Prematuritas
4. Faktor genetic
a. Polisitemia
b. Obat-obatan seperti, streptoisin, kloramfenikol, benzyl-
alkohol
c. Rendahnya asupan ASI
d. Hipoglikemia
e. Hypoalbuminemia
Menurut Paiman (2018), ikterus pada bayi dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain sebagai berikut :
1. Produksi yang berlebihan
Produksi yang berlebihan, lebih dari kemampuanbayi untuk
mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang meningkat
pada inkompatibilitas darah Rh, ABO, defisiensi enzim G6PD,
Pyruvate kinase, perdarahan tertutup, dan sepsis.
2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar,
kurangnya substrat untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi
hepar akibat asidosis, hipoksia, dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glucoronil transferase. Penyebab lain adalah
defisiensi protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam
uptake bilirubin ke sel-sel hepar.
3. Gangguan dalam transportasi.
Bilirubin dalam darah terikat oleh albumin kemudian
diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dan albumin ini dapat

10
dipengaruhi oleh obat-obat, misalnya : salisilat dan
sulfaforaole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darahyang
mudah melekat ke sel otak (Surasmi, 2013) dalam Paiman
(2018).
4. Gangguan dalam ekskresi.
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar
atau diluar hepar. Kelainan di luar hepar biasanya akibat
infeksi atau kerusakan hepar (Surasmi, 2013) dalam Paiman
(2018).

C. Klasifikasi Hiperbilirubin
Menurut Sudrata (2018), terdapat 2 jenis icterus yaitu:
3. Icterus fisiologi merupakan icterus yang timbul pada hari
kedua dan hari ketiga serta tidak mempunyai dasar patologis
atau tidak mempunyai potensi menjadi karena icterus. Adapun
tanda-tanda sebagai berikut:
g. Timbul pada hari kedua dan ketiga
h. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada
neonatus cukup bulan
i. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 %
per hari
j. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1mg%
k. Icterus menghilang pada 10 hari pertama
l. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan
patologis
4. Icterus patologis merupakan icterus yang mempunyai dasar
patologis atau kadar bilirubin menacapai suatu nilai yang disebut
hyperbilirubinemia. Adapun tanda-tandanya sebagai berikut:
g. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
h. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup
bulan atau melebihi 12,5% pada nonatus kurang bulan

11
i. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari
j. Icterus menetap sesudah 2 minggu pertama’
k. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%
l. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik(Aries ZR,
2017).
D. Tanda dan Gejala
Menurut Nurhayat (2017), menyatakan ada beberapa tanda dan
gejala yang timbul pada anak dengan penyakit hiperbilirubin, yaitu:
1. Demam
2. Gerakan mata yang tidak normal, sehingga tidak dapat melirik ke
atas.
3. Kaku di seluruh tubuh
4. Otot yang tegang
5. Gangguan pada pergerakan
6. Mudah mengantuk
7. Suara yang melengking saat menangis
8. Tidak mau menyusu
9. Tampa lemas
10. Kejang
11. Gangguan pendengaran
Selanjutnya, menurut Nelson (2018) menyatakan ada
beberapa gambaran klins icterus fisiologis:
1. Tampak pada hari 3,4
2. Bayi tampak sehat (normal)
3. Kadar bilirubin total < 12 mg%
4. Menghilang paling lambat 10-14 hari
5. Tak ada faktor resiko

Gambaran klisin icterus patologis:

1. Timbul pada umur <36 jam


2. Cepat berkembang’
3. Bias disertai anemia
4. Menghilang lebih dari 2 minggu

12
5. Ada fator resiko
6. Bila ada gejala hyperbilirubinemia dapat dikelompokkan
menjadi:
a) Gejala akut: gejala yang diangg sebagai fase pertama
kernicterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum
dan hipotensi
b) Gejala kronik: tangisan yang menlengking meliputi,
hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya
menderita gejala sisa berupa paralysis sereberal dengan
atetosis, gangguan pendengaran).

13
E. Patofisiologi

Kerukan integritas kulit

Resiko
cidera

Kurangnya volume cairan tubuh


Pathway (Huda, amin. 2015)

1
2
F. Kompikasi
Menurut Wulan (2013) Komplikasi pada anak bilirubin yaitu :
1. Kerusakan otak diakibatkan karena perlengketan bilirubin
indirek pada otak.
2. Gangguan pendengaran dan penglihatan
3. Kematian
4. Kern ikterus yaitu kerusakan otak pada bayi, akibat tingginya
kadar bilirubin dalam darah
G. Pemeriksaan Diagostik
Pemeriksaan diagnostik pada hiperbilirubin (Paiman, 2018). :
1. Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan bilirubin mencapai puncak kira-kira 6
mg/dl, antara 2 sampai 4 hari kehidupan. Apabila nilainya
diatas 10 mg/dl, tidak fisiologis.Pada bayi dengan prematur
kadar bilirubin mencapai puncaknnya 10-12 mg/dl, antara 5
dan 7 hari kehidupan. Kadar bilirubin yang lebih dari 14 mg/dl
adalah tidak fisiologis. Dari Brown AK dalam text-books of
Pediatrics 1996: ikterus fisiologis pada bayi cukup bulan,
bilirubin indirek munculnya ikterus 2 sampai 3 hari dan hilang
4 sampai 5 hari dengan kadar bilirubin yang mencapai puncak
10-12 mg/dl. Sedangkan pada bayi prematur, bilirubin indirek
munculnya 3 sampai 4 hari dan hilang 7 sampai 9 hari dengan
kadar bilirubin yang mencapai puncak 15 mg/dl. Dengan
peningkatan kadar bilirubin indirek kurang dari 5 mg/dl/hari.
Pada ikterus patologis meningkatnya bilirubin lebih dari 5
mg/dl perhari, dan kadar bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl.
2. Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong
empedu
3. Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu
membedakan hepatitis dari atresia biliary
4. Bilirubin total

1
Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5
mg/dl, yang mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar
indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi peningkatan 5
mg/dl dalam 24 jam, atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada
bayi cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi praterm (tergantung
pada berat badan).

5. Hitung darah lengkap


Hemoglobin (Hb) mungkin rendah (kurang dari 14 g/dl) karena
hemolisis. Hematokrit (Ht) mungkin meningkat (lebih besar
dari 65%) pada polisitemia, penurunan (kurang dari 45%)
dengan hemolisis dan anemia berlebihan (Marlynn, 2001)
dalam Paiman (2018)

H. Penatalaksanaan Keperawatan dan Farmakologi


Menurut Hidayah (2015) penatalaksanaan keperawatan yaitu seperti :
1. Memenuhi kebutuhan atau nutrisi seperti :
a) Beri ASI sesuai kebutuhan. Karena bayi malas minum,
berikan beulang-ulang, jia tidak mau menghisap dot
berikan pakai sendok. Jika tidak habis berikan melalui
sonde.
b) Perhatikan frekuensi buang air besar, jika diberikan
susu namun tidak cocok (jikan bukan asi) mungkin
perlu ganti susu.
2. Periksa darah untuk bilirubin, jika hasilnya masih dibawah
7mg% maka dapat diulang esok hari.
3. Berikan bayi minum ASI yang banyak.
4. Perhatikan hasil darah bilirubin, jika hasilnya lebih dari 7mg%,
maka segera hubungi dokter, sebab bayi perlu diberikan terapi.
5. Mengurangi peredaran enterohipatik dengan pemberian
makanan oral dini.

2
6. Memberi terapi sinar hingga bilirubin diubah menjadi isomer
foto yang tidak toksik dan mudah dikeluarkan dari tubuh
karena mudah larut dalam air
7. Pada bayi dilakukan terapi sinar ikterus diusahakan bagian
tubuh yag terkena sinar dengan membuka lebar pakaian bayi,
bagian mata dan kemaluan ditutup menggunakan penutup agar
cahaya tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi
bayi. Posisi bayi diubah-ubah sesuai kebutuhan radiasi
8. Suhu bayi dan anak diukur secara berkala setiap 4-6 jam
9. Kadar bilirubin diukur sekurang-urangnya tiap 24 jam
10. Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi
dengan hemolisis.
Sedangkan menurut Atika & Jaya (2016) dalam Anitasari (2012)
penatalaksanaan farmakologi yang dilakukan yaitu hanya menggunakan
obat phenorbarbital/luminal dengan dosis 6 mg/kgbb per hari atau 180
mg/m2, yang dapat dibagi menjadi beberapa jadwal konsumsi untuk
meningkatkan bilirubin di sel hati yang menyebabkan sifat indirect
menjadi direct, selain itu juga berguna untuk mengurangi timbulnya
bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hari. Efek samping
obat ini yaitu klien merasa lelah, mengantuk, pusing dan sakit kepala.

I. Discharge Planning
Menurut Whaley dan Wong (1994) dalam Mula Tarigan (2003)
discharge planning yang dapat diberikan pada anak dengan
hiperbilirubin yaitu :
1. Anjurkan ibu melaporkan bila bayi mengalami gangguan
kesadaran seperti kejang, gelisah, apatis dan nafsu menyusui
menurun
2. Anjurkan ibu untuk menggunakan alat pompa susu selama
beberapa hari untuk mempertahankan kelancaran susu
3. Memberikan penjelasan mengenai prosedur fototerapi untuk
menurunkan kadar bilirubin

3
4. Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan
pemberhentian ASI dalam hal mencegah peningkatan kadar
bilirubin
5. Mengajarkan tentang perawatan kulit

Sedangkan menurut Rzki, Hana dan Siti (n.d) discharge planning


yadang dapat diberikan :

1. Ajarkan cara orang tua merawat bayi agar tidak terjadi infeksi
dan jelaskan tentang daya tahan tubuh bayi
2. Jelaskan pada orang tua mengenai pentingnya pemberian ASI
saat sudah tidak terjadi ikterik
3. Jelaskan pada orang tua tentang komplikasi yang mungkin
dapat terjadi dan segera lapor ke dokter atau datang ke rumah
sakit
4. Jelaskan untuk pemberian imunisasi
5. Jelaskan tentang pengobatan yang diberikan

4
D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1.Pengkajian

Menurut Anitasari (2012) pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan


gangguan hiperbilirubin :

1. Data subyektif
Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat
ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independent tetapi
melalui suatu interaksi atau komunikasi
2. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, alamat, nama
orang tua, umur orang tua, agama, pendidikan dan pekerjaan
3. Anamnesa dengan orang tua :
a. Keluhan utama pada pasien, untuk menentukan tindakan
yang dilakukan. Biasanya bayinya kuning, bayi malas
minum
b. Riwayat kesehatan sekarang, untuk menentukan
pemeriksaan disamping alasan datang
c. Riwayat kesehatan sebelumnya :
1) Riwayat kehamilan, keadaan bayi saat dalam
kandungan
2) Riwayat persalinan, keadaan bayi saat lahir, cara
persalinan, penolong dan tempat persalinan
3) Riwayat post natal, untuk mengetahui keadaan bayi dan
ibu saat nifas, adakah komplikasi saat nifas.
4) Riwayat kesehatan keluarga, apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit menular dan
menurun
5) Riwayat imunisasi tt pada ibu, apakah imunisasi telah
diberikan atau belum
6) Riwayat tubmuh kembang, mengetahui tingkat
pertumbuhan secara fisik, perkembangan

5
dankemampuan motorik halus dan kasar yang diketahui
dengan menilai refleks pada bayi.
7) Riwayat sosial ekonomi, untuk mengetahui apakah
keluarga sanggup membiayai perawatan bayinya.
4. Data obyektif (adalah data yang dapat diobservasi dan diukur
oleh tenaga kesehatan)
Adapun data obyektif meliputi :
a. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum, untuk mengetahui bagaimana
keadaan umum bayi
2) Kesadaran, untuk mengetahui keadaan umum bayi
meliputi tingkat kesadaran (sadar penuh, apatis,
gelisah, koma) gerakan yang ekstrem dan
ketegangan otot
3) Suhu, untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak.
Nilai batas normal 360c –370 c
4) Nadi, untuk mengetahui nadi lebih cepat atau tidak.
Nilai batas normal 120 –160 kali / menit
5) Respirasi, untuk mengetahui pola pernafasan. Nilai
batas normal 30 –60 kali / menit
6) Apgar score
b. Pemeriksaan sistematis
1) Kepala : terdapat caput atau tidak
2) Muka : simetris atau tidak
3) Mata : konjungtiva pucat atau tidak, sclera
kuning atau tidak
4) Hidung : ada cairan atau tidak, ada kotoran yang
menyumbat jalan nafas atau tidak
5) Telinga : simetris atau tidak, ada gangguan
pendengaran atau tidak
6) Mulut : ada lendir atau tidak, ada
labiopalatoskisis atau tidak

6
7) Leher : ada pembesaran kelenjar tiroid atau
tidak
8) Dada : kanan / kiri simetris atau tidak
9) Perut : kembung atau tidak
10) Tali pusat : kering atau basah, ada kemerahan,
bengkak atau tidak
11) Genetalia
12) Laki-laki : testis sudah turun atau belum
13) Perempuan : labia mayor sudah menutupi labia
minor
14) Ekstrimitas : lengkap atau tidak
15) Anus : ada atau tidak
16) Warna kulit : sianosis atau tidak
c. Pemeriksaan reflek
1) Reflek moro, yaitu lengak ekstensi dengan ibu
jari dan jari telunjuk bentuk huruf C diikuti
dengan ekstremitas kembali ke fleksi jika posisi
bayi berubah tiba-tiba atau jika bayi diletakkan
terlentang pada permukaan yang datar
2) Reflek menggenggam atau reflek gaspin, yaitu
reflek menggenggam bisa kuat sekali dan
kadang-kadang bayi dapat diangkat dari
permukaan meja/tempat tidurnya sementara ia
berbaring terlentang dan menggenggam jari
tangan dipemeriksa
3) Reflek mencari atau reflek rooting, yaitu kalau
pipi bayi disentuh, ia akan menolehkan
kepalanya kesisi yang disentuh itu untuk
mencari puting susu
4) Reflek melangkah atau plantar, yaitu jari-jari
kaki bayi akan melekuk kebawah bila jari-jari
diletakkan didasar jari-jari kakinya

7
5) Reflek tonik neck, yaitu bila bayi
ditengkurapkan maka kepala akan menengadah
ke atas dan berputar
d. Pemeriksaan antropometri
1) Lingkar kepala : batas normal 33 –35 cm
2) Lingkar dada : batas normal 30 –33 cm
3) Berat badan : batas normal 2500 –3500 gram
4) Panjang badan : batas normla 45 –50 cm
e. Eliminasi, pemeriksan ini yang dikaji antara lain
eliminasi urine dan mekonium terutama pada 24 jam
pertama baik frekuensi, warna dan kondisi
eliminasinya.
f. Data penunjang data penunjang diperoleh dari
pemeriksaan laboratorium antara lain : pemeriksaan hb
dan golongan darah, serta kadar bilirubin dalam darah
A. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada anak dengan hiperbilirubin (Paiman, 2018 dan
Riyanto 2015) :
1. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan fototerapi.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (insensible
water loss) tanpa disadari dari fototerapi
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi bayi dan gangguan
bonding.
4. Risiko injury
5. Kurangnnya pengetahuan berhubungan dengan kuranngnya
pengalaman orang tua
6. Resiko cidera berhubung dengan fototerapi atau peningkatan kadar
bilirubin

8
Rencana keperawatan :
NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan NOC Keperawatan NIC
1 Resiko Setelah diberikan a. Inspeksi warna,
gangguan tindakan perawatan suhu, hidrasi,
integritas selama 3x24 jam pertumbuhan
kulit diharapkan tidak terjadi rambut, tekstur,
berhubungan gangguan integritas kulit pecah-pecah
dengan dengan kriteria : atau luka pada
fototerapi. a. Mempertahankan kulit.
suhu tubuh dan b. Monitor kulit
keseimbangan untuk adanya
cairan dalam batas ruam dan lecet.
normal. c. Monitor kulit
b. Bebas dari cedera untuk adanya
kulit atau jaringan. kekeringan
c. Menunjukkan yang
penurunan kadar berlebihan dan
bilirubin serum. kelembapan
d. Monitor kulit
dan selaput
lender terhadap
area perubahan
warna, memar,
dan pecah.
e. Merubah posisi
bayi dengan
sering
f. Lakukan
langkah-
langkah untuk
mencegah

9
kerusakan lebih
lanjut
(misalnya
melapisi kasur,
menjadwalkan
reposisi.
2 Resiko Setelah diberikan a. Sediakan
Cidera tindakan perawatan lingkungan
selama 3x24 jam yang aman
diharapkan tidak terjadi b. Identifikasi
cedera dengan kriteria : kebutuhan
a. Klien terbebas keamanan
dari cedera pasien sesuai
b. Klien mampu dengan kondisi
menjelaskan fisik dan fungsi
metode untuk kognitif pasien.
mencegah c. Observasi
injuri/cidera tingkat
c. Klien mampu kesadaran dan
memodifikasi TTV
gaya hidup untuk d. Anjurkan
mencegah injury keluarga untuk
menemani
pasien
3 Defisit Setelah diberikan a. Monitor status
volume tindakan perawatan hidrasi
cairan selama 2x24 jam (kelembaban
berhubungan diharapkan volume cairan membran
dengan dengan kriteria mukosa, nadi
hilangnya air a. Turgor kulit adekuat)
(insensible kembali normal b. Pertahankan
water loss) b. Elastisitas kulit catatan intake

10
tanpa disadari baik. dan output
dari c. Membrane yang akurat
fototerapi mukosa tidak c. Monitor vital
kering. sign
d. Kolaborasi
pemberian
cairan IV
e. Monitor warna,
kuantitas, dan
berat jenis
urine.

4 Kecemasan Setelah diberikan a. Kenalkan


orang tua tindakan perawatan pasien pada
berhubungan diharapkan keluarga dan orang (atau
dengan pasien tidak cemas kelompok)
kondisi bayi dengan kriteria : yang telah
dan gangguan a. Orang tua tidak berhasil
bonding. tampak cemas. melewati
b. Orang tua pengalaman
mengekspresikan yang sama.
perasaan dan b. Dorong
perhatian pada keluarga untuk
bayi. mendampingi
c. Orang tua aktif klien dengan
dalam partisipasi cara yang tepat
perawatan bayi. c. Berada di sisi
klien untuk
meningkatkan
rasa aman dan
mengurangi
ketakutan

11
d. Kurangi stimuli
yang
menciptakan
perasaan takut
maupun cemas
e. Instruksikan
klien untuk
menggunakan
metode
mengurangi
kecemasan
(misalnya,
teknik bernafas
dalam,
distraksi,
visualisasi,
meditasi,
relaksasi otot
progresif,
mendengar
music music
lembut), jika
diperlukan.
5 Risiko injury Setelah diberikan a. Observasi
(internal) tindakan perawatan tanda-tanda
berhubungan selama 3x24 jam (warna)
dengan diharapkan tidak terjadi kuning.
peningkatan injury akibat fototerapi b. Periksa kadar
serum (misal; konjungtivitis, serum
bilirubin kerusakan jaringan bilirubin,
sekunder dari kornea) dengan kriteria sesuai
pemecahan hasil : kebutuhan,

12
sel darah a. Tidak ada sesuai protocol
merah jaundice atau
dengan b. Kadar serum permintaan
gangguan bilirubin menurun dokter
ekskresi c. Refleks hisap dan c. Tutupi kedua
bilirubin menelan kurang mata bayi,
hindari
penekanan
yang
berlebihan
d. Monitor tanda
vital per
protocol atau
sesuai
kebutuhan
e. Monitor kadar
serum bilirubin
per protocol
atau sesuai
dengan
permintaan
dokter.
6 Kurangnnya Setelah diberikan a. Ajarkan
pengetahuan tindakan perawatan orangtua
berhubungan diharapkan keluarga dapat keterampilan
dengan mendapatkan dalam merawat
kuranngnya pengetahuan mengenai bayi yang baru
pengalaman penyakit yang diderita lahir.
orang tua anaknya dengan kriteria b. Edukasi
hasil : keluarga
a. Orang tua mengenai
memahami prosedur dan

13
kondisi bayi dan perawatan
alasan pengobatan fototerapi.
b. Orang tua dapat c. Dorong
berpartisipasi keluarga untuk
dalam perawatan berpartisipasi
bayi dalam terapi
sinar

B. Implementasi Keperawatan
Perawat melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan
untuk intervensi yang sudah disusun dalam tahap perencanaan dan
kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat tindakan
keperawatan dan respons klien terhadap tindakan yang sudah diberikan
(Kozier, 2010). Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan
diagnose yang telah ditentukan. Paiman (2018) implementasi keperawatan
yang dapat dilakukan pada anak dengan hiperbilirubin :
1. Mengobservasi adanya tanda ikteurs
2. Mengukur suhu
3. Memeriksa turgor kulit
4. Mengobservasi warna urin
5. Mengobservasi adanya tanda-tanda infeksi
C. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan
(Surasmi, 2013) :
1. Tidak terjadi icterus pada bayi
2. Tanda vital dan suhu tubuh bayi stabil dan dalam batas normal
3. Keseimbangan cairan dan elektrolit bayi terpelihara
4. Bayi menunjukkan partisipasi terhadap adanya rangsangan visual
5. Terjalin interaksi antara bayi dan orang tua

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

Mahasiswa : Kelompok 2
Tempat Praktek : Ruang perina RS.TK.III. dr. Reksodiwiryo
Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2020 Jam: 13.00 WIB
No. Register : 250550
Tempat : Ruang Perina
Nama Bayi : By. Ny. T
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl lahir/Usia : 01-01-2020/10 hari
BB/PB : 2700 gr/45 cm
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 06 Januari 2020 10.45 WIB
Diagnosa Medis : Hiperbilirubinemia

I. Pengkajian Fisik
A. Reflek
Jenis Reflek Kuat Lemah Tidak Ada
Moro √
Menggenggam √
Mengisap √
Babinski √
B. Tonus/Aktifitas
1. Aktif ( √ ) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang
( )
2. Menangis keras ( √ ) Lemah ( ) Melengking ( ) Sulit
menangis ( )
C. Kepala/Leher
1. Fontanel anterior : Lunak (√) Tegas ( )
Datar ( )
Menonjol ( )
Cekung ( )
2. Sutura sagitalis : Tepat ( √ ) Terpisah ( )
Menjauh ( )

15
3. Gambaran wajah :Simetris(√) Asimetris ( )
D. Mata : Bersih ( √ ) Sekresi ( ), Jelaskan
...........................
E. THT
1. Telinga : Normal (√) Abnormal ( ), Jelaskan
...........................
2. Hidung : Normal (√) Abnormal ( ), Jelaskan
...........................
F. Abdomen
1. Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( )
Kembung ( √ )
2. Lingkaran perut : 30 cm
3. Liver : Kurang 2 cm (√ ) Lebih dari 2
cm ( )
G. Torak
1. Simetris ( √ )
Klavikula : Normal ( √ )
Abnormal ( )
H. Paru-paru
1. Suara napas kanan kiri : Sama ( √ ) Tidak
sama ( )
2. Bunyi napas disemua lapang paru : Terdengar (√) Tdk terdengar ( )
Menurun ( )
3. Suara napas : Bersih (√ ) Rales ( ) Ronchi ( )
Sekresi ( )
4. Respirasi : Spontan (√)
I. Jantung
1. Bunyi normal sinus rhytem (√) Frekuensi 130 x/menit
2. Mur-mur ( ) PMI ( )
3. Waktu pengisian kapiler < 2 detik
J. Ekstremitas

16
1. Gerakan bebas (√ ) ROM terbatas ( ) Tidak
terkaji ( )

K. Umbilikus
Normal ( √ ) Abnormal ( ), Jelaskan .........
L. Ekstremitas atas : Normal (√) Abnormal ( )
M. Estremitas bawah : Normal (√ ) Abnormal ( )
N. Panggul : Normal (√ ) Abnormal ( )
O. Genital : Perempuan normal ( ) Laki-laki normal (√)
Anus : Ada
P. Kulit
1. Warna : Pink ( ) Pucat ( )
Jaundice ( √ )
Q. Suhu
Inkubator (√ ) Suhu ruang ( ) Boks terbuka
( )
Suhu kulit : 36,9 oC

II. Data Ibu


 Nama ibu : Ny. T Nama ayah : Tn. K
 Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
 Umur : 33tahun Umur : 33tahun
 Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
 Alamat : Teluk Kabung Padang

III. Riwayat Prenatal (ANC)


 Jumlah kunjungan : 4 kali
 Bidan/dokter : 3 kali ke bidan dan 1 kali ke dokter SPOG

 Kenaikan BB selama hamil : 12 kg


 Komplikasi kehamilan : Tidak ada
 Komplikasi obat : Tidak ada

17
 Obat-obatan yang didapat : Kalsium 90 tablet dan Fe 90 tablet
 Pengobatan yang didapat : Imunisasi TT 2 kali
 Riwayat hospitalisasi :-
 Golongan darah ibu hamil : AB
 Kehamilan direncanakan atau tidak : Direncanakan

IV. Riwayat Persalinan (Intra Natal)


Persalinan dilakukan di rumah dengan pertolongan bidan, persalinan
spontan, ketuban jernih, komplikasi persalinan (-).

V. Riwayat Kelahiran
Tanggal 01-01-2020 jam 20.05 WIB bayi lahir spontan, segera menangis,
berat badan 2700 gr, panjang badan 45cm.

VI. Riwayat Post Natal


 Usaha napas : Dengan bantuan ( ) Tanpa
bantuan (√ )
 Apgar score : Menit pertama (8 ) Menit kelima
(9)
 Keluarnya urin (√ ) BAB ( √ )
 Respon fisiologis atau perilaku yang bermakna : segera menangis pada
saat lahir

18
VII. Riwayat Sosial
 Struktur Keluarga (genogram)

Keterangan :

Perempuan : Laki-laki Klien

 Hubungan orang tua dan bayi

IBU TINGKAH LAKU AYAH


√ Menyentuh √
√ Memeluk √
√ Berbicara √
√ Berkunjung √
√ Memanggil nama √
√ Kontak mata √

Riwayat
Jenis Kelamin Anak Riwayat Persalinan
Imunisasi
Lahir spontan di rumah, Lima imunisasi
Perempuan
ditolong oleh bidan dasar lengkap

19
VIII. Data Tambahan
1. Laboratorium tanggal 10/01/2020

JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL ANALISA


Hb 16,4 12-18 gr%
Leukosit 9000 5000-10000/mm3
Eritrosit 4,8 /mm3
PCV 47 %
Trombosit 410.000 /mm3
Golongan darah A
Rhesus (+)
Bilirubin total 16,2 0,5-1,0 mg%
Bilirubin direk 1,4 0,2-0,4 mg%
Bilirubin indirek 14,8 0,4-0,7 mg%

X. Ringkasan Riwayat Keperawatan


A. ANALISA DATA
DATA PATOFISIOLOGI MASALAH
Data Objektif Kadar bilirubin Resiko tinggi
 Warna kulit jaundice meningkat kekurangan cairan
 Bilirubin total 16,2 tubuh
mg%
 Bilirubin indirek 14,8 Tindakan pototherafi
mg%
 Pototerafi terpasang
Frekuensi 1x sehari Terjadi evaporasi
selama 12 jam
Data Subjektif
 Orang tua pasien Tubuh kekurangan
mengatakan bayinya cairan
kuning
 Orang tua bayi
mengatakan bayi nya
kurang kuat menyusu

20
Data Objektif Kadar bilirubin Resiko tinggi
 Pototerafi terpasang meningkat gangguan suhu
tubuh

Indikasi pototerafi

Sinar dengan intensitas


tinggi

Gangguan suhu tubuh

DATA ETIOLOGI MASALAH


Data Objektif Kadar bilirubin Resiko tinggi injuri
 Pototerafi meningkat
terpasang

Indikasi pototerafi

Sinar dengan intensitas


tinggi

Resiko tinggi injuri

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh akibat efek samping
fototherafi berhubungan dengan pemaparan sinar dengan intensitas
tinggi.
2. Resiko tinggi gangguan suhu tubuh akibat efek samping fototherafi
berhubungan dengan efek mekanisme regulasi tubuh.
3. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan efek fototherafi

21
C. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA
TGL NOC NIC
KEPERAWATAN
10-01- Resiko tinggi kekurangan Setelah dilakukan 1. Pantau masukan dan haluaran
2020 cairan tubuh berhubungan tindakan keperawatan cairan; timbang berat badan
dengan efek pototherafi, selama 3x24 jam, cairan bayi 2 kali sehari.
yang ditandai dengan : tubuh neonatus adekuat 2. Perhatikan tanda- tanda
 Data Objektif dengan kriteria hasil : dehidrasi (mis: penurunan
 Warna kulit jaundice  Tugor kulit baik haluaran urine, fontanel
 Bilirubin total 16,2  Membran mukosa tertekan, kulit hangat atau
lembab kering dengan turgor buruk, dan
mg%
mata cekung).
 Bilirubin indirek 14,8  Intake dan output
3. Perhatikan warna dan frekuensi
mg% cairan seimbang
defekasi dan urine.
 fototerafi terpasang  Nadi, respirasi dalam
batas normal (N:
120-160 x/menit, RR :
35 x/menit ), suhu (
36,5-37,5 oC )
4. Tingkatkan masukan cairan per
oral : ASI adlib/PASI 8 x 40 cc
(jam : 10, 13, 16, 19, 22, 01, 04,
07)
5. Pantau turgor kulit

6. Berikan cairan per parenteral


sesuai indikasi

10/01/2020 Risiko tinggi terjadi Setelah dilakukan 1. Pantau kulit neonatus dan suhu
gangguan suhu tubuh akibat tindakan inti setiap 2 jam atau lebih
efek samping fototerapi keperawatan selama sering sampai setabil ( mis;
berhubungan dengan efek 3x24 jam tidak terjadi suhu aksila) dan atur suhu
mekanisme regulasi tubuh, gangguan suhu tubuh incubator dengan tepat
yang ditandai dengan : dengan kriteria hasil : 2. Monitor nadi, dan respirasi
 Data objektif  Suhu tubuh dalam
 fototherafi terpasang rentang normal
(36,50C-370C )
 Nadi dan respirasi
dalam batas normal (
N : 120-160 x/menit,
RR : 35 x/menit ) 3. Monitor intake dan output
 Membran mukosa
lembab
4. Pertahankan suhu tubuh
36,50C-370C jika demam
lakukan kompres/ axilia
5. Cek tanda-tanda vital setiap 2-4
jam sesuai yang dibutuhkan

6. Kolaborasi pemberian

22
antipiretik jika demam.

10-01- Resiko tinggi injuri Setelah dilakukan 1. Tempatkan neonatus pada jarak
2020 berhubungan dengan efek tindakan keperawatan 45 cm dari sumber cahaya.
fototherafi, yang ditandai selama 3x24 jam, tidak 2. Biarkan neonatus dalam
dengan : terjadi injuri/trauma keadaan telanjang kecuali mata
 Data objektif akibat fototherafi, dan daerah genetal serta
 fototherafi terpasang dengan kriteria hasil : bokong ditutup dengan kain
 Menyelesaikan yang dapat memantulkan
fototherafi tanpa cahaya
komplikasi 3. Usahakan agar penutup mata
 Menunjukkan tidak menutupi hidung dan
penurunan kadar bibir
bilirubin serum. 4. Kaji adanya konjungtivitis tiap
8 jam

23
D. IMPLEMENTASI
NO. DX
Tanggal Jam TINDAKAN KEPERAWATAN RESPON PARAF
KEPERAWATAN
10-01-2020 14.00 1 1. Memberikan masukan cairan peroral : ASI 1. ASI adlib adekuat, reflek hisap kuat
WIB
adlib/PASI 40 cc
2. Memantau turgor kulit 2. Turgor kulit baik
3. Menimbang berat badan bayi 3. Berat badan bayi 2410 gr

10-01-2020 15.00 2 1. Memantau suhu tubuh 1. Suhu 36,9 oC


WIB
2. Memantau nadi dan respirasi 2. Nadi 143 x/menit, respirasi 48 x/menit
3. Memantau suhu inkubator 3. Suhu inkubator pada kisaran 36,5 oC

10-01-2020 16.00 3 1. Menempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari 1. Jarak neonatus dan sumber cahaya 45 cm
WIB
sumber cahaya.
2. Menutup mata dan daerah genetal serta bokong 2. Mata dan daerah genetal serta bokong
dengan kain yang dapat memantulkan cahaya tertutup dengan plastik karbon
3. Menjaga agar penutup mata tidak menutupi 3. Lubang hidung dan bibir tidak tertutup
hidung dan bibir
4. Memantau kulit neonatus 4. Ikterik berkurang, kemerahan/eritema (-)

1
E. CATATAN PERKEMBANGAN
NO. DX
Tanggal Jam EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
10-01-2020 14.00 WIB 1 Subjektif :
 -
Objektif :
 Fototherafi terpasang
Analisa :
 Masalah belum teratasi
Planning :
1. Tingkatkan masukan cairan per oral : ASI adlib/PASI 8 x 40 cc (jam : 10, 13, 16, 19,
22, 01, 04, 07)
2. Pantau turgor kulit
3. Timbang berat badan bayi 2 x/hari
Implementasi :
1. Memberikan masukan cairan peroral : ASI adlib/PASI 40 cc
Respon : ASI adlib adekuat, reflek hisap kuat
2. Memantau turgor kulit
Respon : turgor kulit baik, membran mukosa lembab
3. Menimbang berat badan bayi
Respon : berat badan 2530 gr
Evaluasi :
 Fototherafi terpasang
 Lanjutkan intervensi

2
10-01-2020 15.00 WIB 2 Subjektif :
 -
Objektif :
 Fototherafi terpasang
Analisa :
 Masalah belum teratasi
Planning :
1. Pantau suhu tubuh tiap 6 jam
2. Pantau nadi dan respirasi tiap 6 jam
3. Pantau suhu inkubator tiap 6 jam
Implementasi :
1. Memantau suhu tubuh
Respon : suhu 36,7 oC
2. Memantau nadi dan respirasi
Respon : nadi 140 x/menit, respirasi 43 x/menit
3. Memantau suhu inkubator
Evaluasi :
 Fototherafi terpasang
 Lanjutkan intervensi

10-01-2020 16.00 WIB 3 Subjektif :


 -
Objektif :
 Fototherafi terpasang
Analisa :
 Masalah belum teratasi
Planning :
1. Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya.
2. Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang kecuali mata dan daerah genetal serta
bokong ditutup dengan kain yang dapat memantulkan cahaya
3. Usahakan agar penutup mata tidak menutupi hidung dan bibir
4. Kaji adanya konjungtivitis tiap 8 jam

3
Implementasi :
1. Mempertahankan jarak neonatus dari sumber cahaya.45 cm
Respon : jarak neonatus dari sumber cahaya 45 cm
2. Memantau mata dan daerah genetal serta bokong tertutup dengan kain yang dapat
memantulkan cahaya
Respon : mata, genetal dan bokong tetutup plasti karbon.
3. Memantau kulit neonatus
Respon : ikterik berkurang, ruam/eritema (-)
Evaluasi :
 Fototherafi terpasang
 Lanjutkan intervensi

4
F. EVALUASI
NO. DX
Tanggal Jam EVALUASI PARAF
KEPERAWATAN
10-01-2020 14.00 WIB 1 Subjektif :
 -
Objektif :
 Fototherafi di uff, turgor baik, membran mukosa lembab, ASI adlib adekuat, berat
badan 2610 gr
Analisa :
 Masalah teratasi
Planning :
 Hentikan intervensi
10-01-2020 15.00 WIB 2 Subjektif :
 -
Objektif :
 Fototherafi di uff, suhu 36,3 oC, nadi 140 x/menit, respirasi 42 x/menit
Analisa :
 Masalah teratasi
Planning :
 Hentikan intervensi

10-01-2020 16.00 WIB 3 Subjektif :


 -
Objektif :
 Fototherafi di uff, ikterik (-), ruam/eritema (-), membran mukosa utuh.
Analisa :
 Masalah teratasi
Planning :
 Hentikan intervensi

5
1
1
A. Kesimpulan
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin dalam darah dimana kadar bilirubin mencapai suatu nilai yang
maempunyai potensi menimbulkan kern ikterik bila tidak ditanggulangi dengan baik. Hiperbilirubin dapat terjadi karena produksi
bilirubin yang berlebihan, gangguan dalam konjugasi hepar, gangguan dalam transportasi dan gangguan dalam sekresi.

2
Hiperbilirubin dapat menyebabkan komplikasi antara lain kerusakan otak, gangguan pendengaran dan penglihatan, kematian
dan kern icterus. Penatalkasanaan keperawatan dan diagnostik dilakukan untuk menegakkan diganosa keperawatan pada pasien.
Pemeriksaan diganostik yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan serum bilirubin, ultrasound, radioisotope, bilirubin total dan
hitung darah lengkap.
Asuhan keperawatan diberikan untuk memenuhi setiap kebutuhan pasien. Asuhan keperawatan dilakukan mulai dari
pengkajian, penegakkan diganosa, implementasi dan evaluasi. Selain itu discharge planning pada pasien juga diperlukan dalam
memberikan asuhan keperawatan.

B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan mampu memahami mengenai gangguan hiperbilirubin yang dapat terjadi pada anak.
Sehingga diperlukan ilmu pengetahuan yang mampu mendukung dalam pemeberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan
yang diberikan harus sesuai dengan apa gangguan yang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

3
Anitasari, R.Y. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir By Ny. N Dengan Hiperbilirubin Derajat III Di RSU Assalam Gemolong.
Retrieved 24 Juni 2019 from : http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-ratriyulia-103-1-ratri_yu-i.pdf

Aries ZR. (2017). Ilmu Kesehatan Anak. Nelson Vol I. Edisi 15. Jakarta : EGC

Arifah, K., Indriyani, L., Arif, M., Galih, W.M., Rahayu, S.M., Dewi, P.M., Dewi, R.M., Candra, P.D., Arisetia, N.P., Ananda, R.,
Ranitasari,. Saifinuha, H.R., Purwati, R. (2015). HIPERBILIRUBIN. Retrieved 24 Juni 2019 from :
https://dokumen.tips/documents/makalah-askep-hiperbilirubin.html

Arya, Natasya. (2018). Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Anitasari, R.Y. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir By Ny. N Dengan Hiperbilirubin Derajat III Di RSU Assalam Gemolong.
Retrieved 24 Juni 2019 from : http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-ratriyulia-103-1-ratri_yu-i.pdf

4
Erianto, P.A., Sugianto, A., Pratama, D.B., Iryani, S. N., Rinawati. (2014). ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS PADA BY.N
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERBILIRUBIN DI RUANG PERINATOLOGI RSUD KOTA SEMARANG. Retrieved 24
Juni 2019 from : https://edoc.pub/askep-hiperbilirubin-pdf-free.html

Kozier, B. ; et al. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta.

Nelson. (2018). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi V. Jakarta : Interna Publishing

Nurhayat. (2017). Diagnosa Keperawatan Aplikasi Nanda Nic Noc. Yogyakarata : Modya Karya

Paiman, D. T. (2018). Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny. M. N. Dengan Hiperbilirubin di Ruangan Nicu RSUD. Prof. DR. W.Z.
Johannes Kupang. Retrieved 24 Juni 2019 from : http://repository.poltekeskupang.ac.id/324/1/KTI.pdf

Putri, A.R. (2015). Konsep Bilirubin. Retrieved 24 Juni 2019 from : http://repository.unimus.ac.id/1217/8/bab%20II.pdf

5
Riyanto, A., Adriana, P., Hidayah, S. (2015). Hiperbilirubinemia. Retrieved 25 Juni 2019. Retrieved from :
https://www.academia.edu/28136550/MAKALAH_HIPERBILIRUBINEMIA

Rizki, R., Hana, P., & Siti, N. (n.d). Asuhan keperawatan anak dengan gangguan hiperbilirubin. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kota
Sukabumi. Retrieved from : https://www.academia.edu/5068724/MAKALAH_BILIRUBIN

Sudar, Haryanto. (2017). Paduan Keperawatan Anak. Jakarta Retrieved from :https://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/asuhan-
keperawatan-dengan-hiperbilirubin.pdf

Sudrata. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Medan Retrieved from


:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37957/4/Chapter%20II.pdf

Surasmi. (2013). Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta : EGC

6
Wulan. (2013). Asuhan Keperawatan Neonatus Hiperbilirubin Retrieved 24 Juni 2019 from :
https://www.academia.edu/29464372/Askep_Hiperbilirubin_PDF_docx

Anda mungkin juga menyukai